Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu produk minuman terpopuler
yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia dikarenakan teh mempunyai rasa dan aroma yang khas, selain itu teh juga dipercaya mempunyai khasiat bagi kesehatan diantaranya mencegah kegemukkan, kanker dan kolesterol. Seiring dengan perkembangan zaman serta teknologi maka pada saat sekarang ini banyak ditemui industri pengolahan teh dengan menghasilkan berbagai macam produk akhir seperti halnya teh kering, teh celup, dan bahkan teh dalam kemasan botol yang mana semuanya dapat memberikan kemudahan bagi kita untuk mengkonsumsinya secara praktis. 2.1 Teh Herbal Herbal tea atau teh herbal merupakan salah satu produk minuman campuran teh dan tanaman herbal yang memiliki khasiat dalam membantu pengobatan suatu penyakit atau sebagai minuman penyegar tubuh (Hambali, dkk 2005). Teh adalah minuman yang mengandung tanin dan polifenol, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas (Sembiring, 2009). Pengeringan bertujuan untuk mereduksi kandungan air dalam daun hingga mencapai 3-4% (Ajisaka, 2012). Faktor utama yang berpengaruh dalam proses pengeringan simplisia adalah suhu. Suhu yang terlalu rendah mengakibatkan proses pengeringan berjalan lambat sehingga simplisia mudah berjamur. Sementara itu, jika suhunya terlalu tinggi mengakibatkan bagian luar daun lebih cepat kering tetapi bagian dalamnya masih basah. Untuk menghindari hal tersebut maka pemanasan cukup dilakukan pada suhu 60oC (Agromedia, 2008). Tujuan pengeringan teh herbal adalah memperpanjang masa simpan, menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut zat aktif, memudahkan dalam pengelolaan selanjutnya dan dapat menguraikan senyawa racun pada bahan pangan. Pengeringan kulit buah manggis dapat dilakukan dengan secara alami maupun menggunakan mesin pengering yaitu oven. Suhu pengeringan tergantung jenis herbal dan jenis pengeringannya, herbal dapat dikeringkan pada suhu 30-90oC (Harun, dkk. 2011). 2.2 Teh Tradisional Pada umumnya, jenis teh dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama yakni teh hitam, teh olong dan teh hijau. teh hijau, teh putih maupun teh hitam berasal dari tanaman yang sama, yaitu Camellia sinensis, yang membedakannya adalah cara penanganan pasca pemetikan. Kualitas daun teh yang baik adalah yang berasal dari pucuk daun atau daun teh muda yang belum mekar (Mangan, 2003). Perbedaan antara jenis teh tersebut dikarenakan perbedaan cara produksi, iklim lokal, tanah dan kondisi pengolahan (James, 1992). 2.2.1 Pengertian Teh Hitam Dalam bahasa Tionghoa, teh hitam adalah klasifikasi yang umum digunakan pada teh pasca fermentasi, seperti teh merah. Bila teh hijau biasanya kehilangan rasanya dalam setahun, tetapi rasa teh hitam tetap bertahan selama beberapa tahun. Balok teh hitam yang dipadatkan malah menjadi mata uang de facto di Mongolia, Tibet dan Siberia pada abad ke-19. Teh hitam atau black tea adalah daun teh yang mengalami proses fermentasi paling lama sehingga warnanya sangat pekat dan aromanya paling kuat. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di dunia (khususnya oleh bangsa Inggris). Teh hitam lebih dipercaya memberikan banyak manfaat seperti meningkatkan konsentrasi dan mencegah kantuk. Istilah teh hitam juga digunakan untuk menggambarkan secangkir teh tanpa susu, mirip dengan kopi yang dihidangkan susu maupun krim. Di negara- negara persemakmuran, teh hitam biasanya tidak diminum begitu saja tapi diberi susu. Teh hitam lebih teroksidasi daripada teh hijau, oolong, ketiga varietas itu terbuat dari daun Cammellia Sinensis. Teh hitam umumnya lebih berasa seleranya dan lebih banyak mengandung kafein, daripada teh yang tidak berfermentasi. 2.2.2 Pengertian Teh Hijau Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (teh yang disebut gun powder). Teh hijau diproduksi dengan penguapan tanpa fermentasi dalam silinder atau dandang yang berlobang supaya warna hijaunya bertahan. Perbedaan pokok antara teh hitam dan teh hijau adalah bahwa teh hitam mengalami proses fermentasi (proses pemeraman) yang merupakan ciri khasnya, teh hijau tidak mengenal fermentasi dalam proses pengolahannya. Teh hitam tidak mengandung unsur- unsur lain di luar pucuk teh, sedangkan teh hijau karena bau daunnya tidak hilang (karena tidak mengalami proses fermentasi itu) harus dikompensasi dengan wangi-wangian non teh. Di Indonesia biasanya bunga melati digunakan dalam proses ini (James, 1992). 2.2.3 Teh Oolong (Oolong Tea) Teh oolong merupakan teh tradisional Cina yang mengalami proses oksidasi atau fermentasi sebagian. Teh tersebut adalah gabungan teh hitam dan teh hijau. Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya memakan waktu 2-3 hari. Teh tersebut difermentasi dengan cepat, sesudah dan sebelum penggulungan. Karena hanya setengah difermentasi, bagian tepi daunnya berwarna merah kecoklatan, sedangkan bagian tengah daunnya tetap hijau. Rasa seduhan teh oolong lebih mirip dengan teh hijau, namun warna dan aromanya kurang kuat dibandingkan teh hitam. Teh Oolong mengaktifkan enzim yang berfungsi menghancurkan trigliserida yaitu bentuk lemak diet yang tersimpan di dalam sel-sel lemak, sehingga teh oolong dapat berfungsi dalam penurunan berat badan. Proses pembuatan teh oolong (teh semi fermentasi): 1. Daun teh segar (kadar air 75 - 80 %) 2. Pelayuan dengan sinar matahari (90 menit) 3. Pelayuan dan pengayakan dalam ruangan (4-7 jam) 4. Pengeringan I dengan sistim Panning ( proses tersebut dilakukan dengan cara melewatkan daun pada lorong / silinder panas (suhu permukaan 300° - 350° C), dengan tujuan untuk menghambat proses oksidasi enzimatis. 5. Penggulungan (5-12 menit ) 6. Pemotongan 7. Pengeringan II. Daftar pustaka Agromedia. 2008. 273 Ramuan Tradisional Untuk Mengatasi Aneka Penyakit. PT. Agromedia Pustaka. Tangerang Ajisaka, 2012. Teh Dahsyat Khasiatnya. Stomata. Surabaya Harun, N., Evy, R., Meiyanni, A. 2011. Karakteristik Teh Herbal Rambut Jagung (Zea mays) Dengan Perlakuan Lama Pelayuan dan Pengeringan. Universitas Riau. Riau James, S., (1992), Komoditi Teh : Peranannya dalam Perekonomian Indonesia, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Mangan, Y., 2003. Cara Bijak Menaklukan Kanker, AgroMedia Pustaka. Jakarta. Sembiring, 2009. Pengaruh Kadar Air Bubuk Teh Hasil Fermentasi. Skripsi S1. Universitas Sumatera Utara. Medan