Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PERANCANGAN SISTEM PROSES PASCA PANEN (PP3201)

PERANCANGAN PASCA PANEN DAUN TEH (Camellia sinensis)

Oleh:

Julianti Atlanti
11915035

Dosen : Dr. Gede Suantika S.Si.,M.Si


Ihak Sumardi S.Hut.,M.Si.,Ph.D
Tanggal Pengumpulan : 14 Mei 2018

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PASCA PANEN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi besar dalam
mengembangkan komoditas teh karena memiliki kesesuaian lahan dan iklim yang
baik untuk pertumbuhan teh. Menurut International Tea Commite (2010),
Indonesia termasuk ke dalam 8 besar negara penghasil teh dan menempati posisi
ke-7 sebagai negara pengekspor teh. Indonesia mampu mengekspor teh sebanyak
90.000-100.000 ton pertahun dari total kebutuhan teh dunia yaitu 3 juta ton
pertahun (Diratbahgar, 2008).
Namun sayangnya nilai ekspor teh Indonesia masih kecil jika
dibandingkan dengan produk-produk dari negara pesaing, seperti Sri Lanka, India,
China, dan Kenya. Hal tersebut disebabkan Indonesia lebih banyak menjual
produk-produk hulu teh (teh dalam bentuk curah) yang belum memiliki nilai
tambah dan dihargai sangat murah (Fauziah, 2009).
Akibatnya semakin lama produksi teh Indonesia mengalami penurunan.
Lahan-lahan teh di Indonesia semakin berkurang seiring dengan berkurangnya
jumlah masyarakat yang bekerja di sektor pertanian. Hal ini menyebabkan
kualitas teh di Indonesia juga mengalami penurunan. Harga tertinggi teh
Indonesia di tahun 1992 dapat mencapai US$ 3,5- 4 per kg. Tapi sekarang tinggal
US$ 1,2-1,6 per kg (Suprihatini, 2016). Oleh karena itu diperlukan perbaikan
sistem dalam merancang proses pascapanen teh sehingga dapat menghasilkan teh
dengan kualitas yang baik dan dapat bersaing di pasar internasional.

1.2 Tujuan
Menentukan sistem perancangan proses pasca panen daun teh yang berskala
industri dan menentukan investment cost yang dibutuhkan dalam membangun
industri tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Identifikasi Produk dan Masalah


Teh merupakan salah satu jenis tumbuhan berdaun hijau yang berasal dari
Cina, Tibet, dan India. Daun teh berwarna hijau gelap, mengkilap, berukuran
kecil, dan berbunga putih. Teh dapat tumbuh optimum pada suhu 13-25°C dengan
kelembaban lebih dari 70% serta memiliki curah hujan yang tinggi dan intensitas
cahaya yang baik (Setyamidjaja, 2000).
Menurut Ardheniati (2008), terdapat beberapa jenis teh antara lain teh
hijau (green tea), teh hitam (black tea), teh putih (white tea), dan teh oolong. Teh
hijau (green tea) merupakan jenis teh yang tidak mengalami proses fermentasi
karena aktivitas enzim sengaja dihentikan dengan pemberian panas atau steam.
Teh hijau memiliki kandungan zat tanin yang sangat tinggi. Teh hitam (black tea)
merupakan jenis teh yang melalui proses fermentasi secara sempurna sehingga
hampir semua kandungan tanin terfermentasi menjadi theaflavin dan thearubigin.
Kemudia teh putih (white tea) merupakan teh yang dibuat hanya dari bagian pucuk
teh yang terlindung dari paparan sinar matahari sehingga pembentukan klorofil
tidak terjadi. Teh ini merupakan jenis yang paling banyak mengandung
antioksidan dan memiliki nilai jual yang tinggi. Teh oolong merupakan jenis teh
yang proses fermentasinya berjalan tidak sempurna. Sehingga masih mengandung
sedikit tanin dan senyawa lain. Teh ini merupakan perpaduan antara teh hijau dan
teh hitam.
Terdapat beberapa permasalahan dalam pengolahan daun teh yang
mengakibatkan menurunnya kualitas dan harga jual teh. Pengolahan teh yang
tidak benar dapat menyebabkan teh ditumbuhi jamur dan sangat berbahaya jika
dikonsumsi karena mengandung unsur racun dan bersifat karsinogenik. Menurut
Fauzia (2009), faktor-faktor penyebab penurunan mutu teh antara lain sumber
daya manusia, material teh, metode pengolahan, mesin yang digunakan, serta
lingkungan. Sumber daya manusia yang kurang disiplin dan kurangnya
pengetahuan, bahan baku teh yang kurang berkualitas (rusak), pemberian suhu
yang tidak stabil selama pengeringan dan pelayuan, kotornya alat-alat dan mesin
yang digunakan serta cuaca dan suhu lingkungan yang sulit diprediksi merupakan
beberapa dari permasalahan yang ada dalam pengolahan teh.

2.2 Solusi Permasalahan


Solusi dari permasalahan dalam pengolahan teh dapat dilakukan adalah
dengan mengembangkan industri yang memenuhi standar yang berlaku. Teh yang
memiliki kualitas yang baik diolah melalui tahapan-tahapan yang tepat dan sesuai
dengan berbagai pengawasan mutu di setiap tahapannya. Pengawasan mutu
(Quality control) merupakan salah satu faktor yang diperlukan oleh suatu industri
atau perusahaan dengan tujuan untuk memberikan jaminan mutu, sehingga produk
yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan sesuai dengan persyaratan dan
kebutuhan konsumen (Zakariyah et. al., 2014)
Pengawaan mutu ini dapat dilakukan dengan cara memonitor dan
mengendalikan adanya penyimpangan mutu produk, memberikan peringatan dini
apabila terjadi penyimpangan mutu produk dan memberikan petunjuk waktu yang
tepat untuk melakukan tindakan koreksi untuk mengembalikan penyimpangan
proses. Pengawasa mutu yang perlu dilakukan untuk memperoleh produk yang
berkualitas meliputi pengawasan bahan baku (raw material control), pengawasan
proses produksi (process control), dan pengujian produk akhir (finished product
inspection).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Proses Pegolahan Teh Hijau


Pengolahan teh hijau (green tea) dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu
sebagai berikut,
3.1.1 Pemetikan
Pemetikan daun teh merupakan suatu kegiatan pengambilan pucuk tanaman
teh. Fungsi dari proses pemetikan ini adalah tanaman dapat membentuk suatu
kondisi produksi yang berkesinambungan sehingga dapat memenuhi persyaratan
pengolahan. Terdapat tiga jenis petikan produksi yaitu petikan halus, medium, dan
kasar.
a. Petikan halus, terdiri dari pucuk peko dengan satu daun atau pucuk burung dengan
satu daun muda,
b. Petikan medium, terdiri dari pucuk peko dengan dua daun, tiga daun muda dan
pucuk burung dengan satu, dua atau dua daun muda,
c. Petikan kasar, terdiri dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih, dan pucuk
burung dengan beberapa daun tua.
Gambar berikut ini merupakan tampilan dari jenis petikan,

Gambar 1. (1) Petikan halus, (2) Petikan medium, (3) Petikan kasar

Pucuk peko adalah kuncup berbentuk runcing yang terletak pada ujung
pucuk sedangkan pucuk burung adalah tunas tidak aktif yang berbentuk titik yang
terletak pada ujung pucuk. Jenis petikan yang diinginkan yaitu jenis petikan
medium dengan komposisi minimal 70% pucuk medium, 10% pucuk halus, dan
20% pucuk kasar.

Gambar 2. Pucuk burung dan pucuk peko

Sebelum diolah, pucuk teh yang telah dipetik disimpan didalam ruang
penyimpanan sementara dengan suhu dan kelembaban yang diatur. Pengangkutan
dari kebun ke tempat penampungan hasil sementara dilakukan dengan hati-hati,
pucuk daun teh jangan dibanting agar menghindari dari resiko kerusakan. Tempat
penampungan hasil harus terhindar dari sinar matahari langsung. Penyimpanan
pucuk daun teh jangan ditumpuk, tapi disebarkan dengan ketinggian 20-30cm.
Hindari penyiraman air pada daun teh karena dapat menimbulkan aroma yang
kurang baik dan akan menurunkan kualitas serta meningkatkan biaya pengolahan.

3.1.2 Pelayuan
Proses pelayuan merupakan tahapan proses dimana daun teh akan
mengalami perubahan senyawasenyawa kimia yang terdapat dalam daun serta
menurunnya kandungan air sehingga daun teh menjadi layu. Berbeda dengan
pelayuan teh jenis lain, proses pelayuan teh hijau bertujuan untuk menginaktivkan
enzim polifenol oksidase agar tidak terjadi proses oksimatis. Proses pelayuan ini
mengakibatkan pucuk teh menjadi lebih lentur dan mudah digulung. Tahap ini
dilakukan dengan pemberian udara panas selama 5 menit pada suhu 90-100oC.
Presentase layu yang ideal untuk proses pengolahan teh hijau adalah 60-70% yang
ditandai dengan daun layu yang berwarna hijau cerah, layu dan lembut serta
mengeluarkan bau yang khas.
3.1.3 Penggulungan
Penggulungan merupakan proses pengolahan teh dengan cara membentuk
daun teh layu menjadi gulungan kecil dengan tujuan membentuk mutu secara
fisik. Selama proses ini daun teh akan dibentuk menjadi gulungan kecil dan
dipotong. Proses penggulungan dapat berlangsung selama 15-17 menit. Selama
penggulungan juga terjadi proses lain yaitu penggilingan yang merupakan proses
pemecahan sel daun yang layu.

3.1.4 Pengeringan
Pengeringan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mereduksi
kandungan air dan memekatkan cairan sel yang menempel pada permukaan daun.
Dalam pengolahan daun teh dilakukan dua kali pengeringan. Pengeringan pertama
dengan menggunakan suhu 130-135oC selama 25 menit dan pengeringan kedua
dengan menggunakan suhu 70-95oC selama 60-90 menit. Kadar air pucuk teh
yang dihasilkan pada pengeringan I adalah sebesar 30-35% sedangkan pada
pengeringan kedua diperoleh kadar air pucuk teh sebesar 3-4%.

3.1.5 Sortasi dan Grading


Sortasi merupakan kegiatan memisahkan pucuk teh kering berdasarkan
warna, bentuk, ukuran, dan berat, sedangkan grading merupakan kegiatan
memisahkan teh berdasarkan standar mutu. Kedua proses ini dapat dilakukan
secara bersamaan dan bertujuan untu memisahkan, memurnikan dan membentuk
jenis mutu agar teh dapat diterima baik di pasar lokal maupun ekspor.

3.1.6 Pengemasan (Packaging)


Pengemasan merupakan kegiatan mewadahi teh dengan wadah yang
tertutup, bersih, dan kering yang tidak mempengaruhi mutu teh di dalamnya. Jenis
kemasan yang akan digunakan terdiri dari dua tipe yaitu kemasan standing pouch
untuk jenis teh curah, dan kemasan dus (box) untuk jenis teh celup.
a. Tipe Standing Pouch

Gambar 3. Kemasan Standing Pouch

Tipe kemasan ini terbuat dari jenis plastik PP (Polypropilene) yang bersifat kedap
udara sehingga memiliki permeabilitas yang rendah. Pada bagian atas kemasan
terdapat klip yang dapat dibuka-tutup. Bagian depan kemasan terdapat plastik
transparan yang memungkinkan konsumen meihat produk didalam kemasan tanpa
perlu membuka kemasan. Ukuran kemasan ini adalah 12cm x 20cm dan memiliki
kapasitas 20-40 gram teh curah. Kemasan ini sangat cocok untuk jenis produk teh
yang memiliki aroma yang khas karena kemasan jenis ini memiliki pelindung
aroma yang sangat kuat sehingga aroma produk tetap terjaga.
b. Tipe Box

Gambar 4. Kemasan Box

Kemasan ini terbuat dari kertas karton ivory, dengan proses pencetakan
menggunakan metode laminating glossy atau dove dengan ukuran 14cm x 5cm x
6cm. Bagian terluar dari kemasan ini berupa plastik yang berfungsi sebagai
kemasan sekunder. Jenis produk teh yang dikemas adalah jenis teh celup sebanyak
20 bags/box dengan setiap bag nya memiliki berat 2 gram.

3.2 Mesin-Mesin yang Digunakan Beserta SOP


3.2.1 Gunting Daun Teh

Gambar 5. Gunting Daun Teh

Pemetikan dilakukan dengan menggunakan alat bantu gunting daun teh


yang berbentuk seperti gunting rumput dengan wadah pada bagian pemotongnya
sehingga proses pemotongan dapat berlangsung cepat, efektif, dan efisien.
Penggunaan gunting daun teh ini dapat menghasilkan pucuk teh sebanyak 120-
150kg/hari. Cara menggunakan alat ini cukup mudah seperti menggunakan
gunting rumput pada umumnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan gunting daun teh ini adalah gunting dan wadah tidak boleh
dimiringkan, tetapi harus rata dengan bidang papakan, juga tidak boleh
menggunting pucuk dari sisi bawah perdu. Selain itu gunting ini juga tidak boleh
digunakan untuk menggunting bagian tanaman teh yang keras atau ranting dan
cabang tua.
3.2.2 Mesin Pelayuan Daun Teh (Rotary Panner)

Gambar 6. Rotary Panner

Pelayuan daun teh dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut
dengan rotary panner. Alat ini diproduksi oleh PT. KBP Chakra dan PT Mitra
Kerinci. Kapasitasnya sebanyak 800kg/jam dengan daya 2.2kW. Prinsip kerja alat
ini adalah melayukan pucuk daun teh dengan pemanasan pada bagian luar dinding
silinder dari sumber panas api (burner). Daun teh dialirkan ke dalam mesin
pelayuan rotary panner selama 5 menit dengan suhu 90-100oC. Proses dihentikan
ketika daun teh telah layu dengan baik yang ditandai dengan warna hijau cerah,
layu dan lembut serta mengeluarkan wangi yang khas.

3.2.3 Mesin Penggulung (Open Top Roller)

Gambar 7. Open Top Roller


Mesin ini diproduksi oleh perusahaan Colombo Commerciallo, Colombo
Srilanka, Cina. Open Top Roller memiliki kapasitas 300-350kg dengan dayanya
1.5kW. Proses penggulungan dengan menggunakan Open Top Roller dilakukan
selama 15-17 menit.

3.2.4 Mesin Pengeringan

Gambar 8. ECP dryer (kanan) dan Rotary dryer (kiri)

Terdapat dua tahap pengeringan dalam proses pengolahan teh hijau.


Pengeringan pertama dengan menggunakan mesin yang disebut Endless Chain
Pressure (ECP) dryer. Mesin ini diproduksi oleh PT. Virnamas dan memiliki
kapasitas 470kg daun basah dengan 1.1kW. Suhu pada ECP diatur pada 130-
135oC dan memiliki suhu keluaran sebesar 50-55oC. Pengeringan pertama
dilakukan selama 25 menit karena suhu yang digunakan cukup tinggi. Kadar air
yang diperoleh dari hasil pengeringan pertama ini adalah 30-35%. Pengeringan
kedua mmenggunakan mesin yang berbeda yang disebut Rotary Dryer type
Repeat Roll. Mesin ini diproduksi oleh PT. Virnamas dengan kapasitas 400-500kg
teh kering dan dayanya 1.5-2kW. Suhu yang digunakan pada mesin ini lebih
rendah yaitu 79-90oC selama 60-90 menit. Kadar air yang diperoleh dari tahap ini
sebesar 3-4%.
3.2.5 Mesin Sorting dan Grading

Gambar 9. Mesin Sortasi

Mesin sortasi ini diproduksi oleh CV. Romora Tama. Mesin ini memiliki
daya 150-200kg/jam dengan kapasitas 1.2kW. Pada proses ini, teh dipisahkan
antara yang rusak dengan yang tidak. Pemisahan didasarkanpada perbedaan
warna, bentuk, dan ukuran. Jenis-jenis mutu teh hijau yaitu jenis peko yang
berasal dari daun muda, jenis jikeng yang berasal dari daun tua, dan jenis bubuk
yang berasal dari kempring.

3.2.6 Mesin Packaging

Gambar 10. Mesin Packaging

Pengemasan dilakukan dengan menggunakan mesin packaging yang


diproduksi oleh Guangzhou Xuguang Packing Machinery. Mesin ini dapat
mengemas teh dengan kecepatan 30-50 bags/menit. Daya yang digunakan oleh
mesin ini adalah sebesar 1.6Kw.
Beberapa hal yang harus diperhatikan selama proses pengemasan yaitu
wadah yang digunakan merupakan wadah yang tertutup, kering, dan bersih.
Wadah dibuat dari bahan yang tidak melepaskan bagian atau unsur lain yang dapat
mengganggu mutu produk. Sebelum digunakan, wadah dibersihkan terlebih
dahulu. Setelah proses pengemasan selesai, produk yang telah dikemas kemudian
disimpan di dalam ruangan yang kering dengan ventilasi yang cukup dan suhu
yang rendah.

3.3 Tata Letak Pabrik

Gambar 11. Layout Pabrik

Luas tanah untuk industri teh ini adalah sebesar 50m x 40m sedangkan
untuk luas bangunannya adalah 30m x 20m. Area industri dilengkapi dengan
gerbang utama yang terdapat timbangan berupa jembatan yang dapat menimbang
berat pucuk teh hasil panen dari perkebunan. Penimbangan dilakukan bersamaan
dengan mobil truk pengangkut, setelah pucuk diturunkan dan dipindahkan ke
ruang penyimpanan sementara, truk pengangkut ditimbang kembali. Selisih antara
truk dengan teh dan truk tanpa teh merupakan berat dari pucuk yang sebenarnya.
Setelah ditimbang, pucuk yang dibawa oleh truk dipindahkan ke ruang
penyimpanan sementara. Proses pengolahan teh diawali dengan pelayuan, lalu
penggulungan, kemudian pucuk daun teh dikeringkan di ruang dryer I dan II yang
terpisah agar suhu yang dikeluarkan mesin dryer tidak mempengaruhi proses
lainnya. Terdapat ruang kontrol yang dibatasi dengan kaca sehingga pengontrolan
dapat dilakukan secara tidak langsung.
Setelah itu pucuk yang sudah kering disortasi dan digrading diruangan yang
juga terpisah. Kemudian teh yang telah dipisahkan berdasarkan bentuk, ukuran,
dan warnanya dikemas. Ruang pengemasan juga terpisah dari ruangan lain agar
produk tetap terjaga kualitasnya. Produk yang telah dikemas dapat disimpan
sementara kemudian didistribusikan.
Didekat gerbang terdapat kantor tempat mengoprasikan timbangan dan
untuk kegiatan administrasi lainnya. Di kantor disediakan musholah untuk tempat
ibadah dan toilet. Selain itu juga terdapat kantin dan tempat istirahat untuk para
karyawan.

3.4 Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 12. Struktur organisasi perusahaan

Berikut ini merupakan spesifikasi tugas ditiap bagian,


a. General Manager
- Menentukan garis kebijakan umum dari program kerja perusahaan
- Bertanggung jawab ke dalam dan ke luar perusahaan
- Mengkoordinir dan mengawasi tugas-tugas yang didelegasikan kepada
manager dan menjalin hubungan kerja yang baik.
b. Manager Quality Control
- Mengkoordinir dan mengawasi pengendalian mutu produk
- Memberi saran-sarankepada kepala bagian produksi mengenai mutu produk
dan keadaan mesin atau peralatan yang digunakan selama produksi.
c. Manager Produksi dan Maintenance
- Merencanakan dan mengatur jadwal produksi
- Membuat laporan produksi secara periodik
- Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi
- Membuat rencana produksi dengan rencana pemasaran
d. Manager Personalia dan Umum
- Membantu direktur dalam hal kegiatan administrasi
- Mengawasi penggunaan data, barang dan peralatan di masing-masing
departemen
- Merekrut dan melatih pegawai baru
- Mengerjakan administrasi kepegawaian
e. Manager Accounting dan Finance
- Membuat laporan keuangan secara berkala
- Mengendalikan budget pendapatan dari belanja perusahaan
- Bertanggung jawab atas penentuan biaya perusahaan seperti biaya
administrasi
f. Analis
- Melakukan pengukuran mutu produk baik sebelum diproses maupun setelah
diproses
- Memberikan saran dan langkah berikutnya yang harus dilakukan atas
pengukuran mutu
g. Kepaa Bagian Pembelian
- Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pembelian
- Mengawasi kegiatan administrasi pembelian
- Melakukan pembelian barang yang diminta oleh departement lain
h. Kepala Divisi dan Supervisor
- Bertanggung jawab penuh atas masalah yang timbul di kemudian hari atas
produk yang dihasilkan
- Menyusun jadwal dan rotasi kerja bagi karyawan produksi yang dipimpin
i. Kepala Gudang
- Mengkoordinir dan mengawasi pengelolaan persediaan bahan baku
- Membuat laporan penerimaan dan pengeluaran bahan
- Mengontrol persediaan bahan baku
- Memesan bahan bila telah habis
j. Keamanan
- Menjaga keamanan prusahaan setiap hari
- Mengawasi dan mencatat tamu yang berkunjung ke perusahaan
k. Kasir
- Membayar gaji karyawan perusahaan
- Membantu atasan dalam hal penerimaan maupun pembayaran perusahaan
- Mencatat dan melaporkan uang masuk dan keluar kepada atasannya

3.5 Perkiraan Biaya


3.5.1 Biaya 1x Produksi
Tarif dasar listrik PLN untuk keperluan industri pada bulan Mei 2018
adalah Rp1500,-/kWh. Berikut ini merupakan besar biaya yang dibutuhkan untuk
satu kali produksi,
Pucuk teh segar = 500kg x Rp1.700/kg = Rp850.000,-
Pelayuan = 5/60 x 2,2kW x Rp1.500 = Rp275,-
Penggulungan = 15/60 x 1,5kW x Rp1.500 = Rp562,-
Pengeringan I = 25/60 x 1,1kW x Rp1.500 = Rp687,-
Pengeringan II = 60/60 x 1,5kW x Rp1.500 = Rp2.250,-
Sortasi dan Grading = 60/60 x 1,2kW x Rp1.500 = Rp1.800,-
Packaging = 60/60 x 1,6kW x Rp1.500 = Rp2.400,-
Kemasan (standing pouch) = isi 50 lembar = Rp18.000,-
Kemasan (kardus) = 15 buah x Rp1.300 = Rp19.500,-
TOTAL BIAYA 1x PRODUKSI = Rp895.474,-
Diasumsikan selama 1 hari akan dilakukan 2-3x produksi dan selama 1
bulan akan dilaksanakan 20 hari kerja. Maka biaya minimum yang harus disiapkan
untuk produksi teh selama 1 bulan adalah Rp35.818.960,-.

3.5.2 Investment cost


Biaya tanah area indusri (200m x Rp800.000,-) = Rp160.000.000,-
Biaya pembangunan pabrik = Rp1.000.000.000,-
Harga mobil pick up (Daihatsu Gran Max/1.3 STD) = Rp115.200.000,-
Harga mobil (Colt L300 Box Pendingin Unit Thermo mix) = Rp250.000.000,-
Biaya produksi 1 bulan pertama = Rp35.818.960,-
Biaya distribusi 2 mobil x 20 hari x Rp200.000,- =Rp8.000.000,-
Gaji karyawan 10 orang x Rp2.500.000 = Rp25.000.000,-
TOTAL = Rp1.594.018.960,-
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pengolahan pasca panen teh yang berskala industri diawali dengan proses
pemetikan, kemudian dilanjutkan proses pelayuan, penggulungan pucuk teh,
pengeringan yang dilakukan sebanyak dua kali, lalu proses sorting dan grading
dan yang terakhir proses packaging atau pengemasan. Setelah dikemas teh dapat
segera disimpan dan didistribusikan.
Investment cost yang dibutuhkan untuk membangun industri teh ini kurang
lebih sebesar 1.6 milyar rupiah. Dan biaya produksi setiap bulannya mencapai 35
juta rupiah.
DAFTAR PUSTAKA

Ardheniati, M. (2008). Kinetika Fermentasi pada Teh Kombucha dengan Variasi Jenis
Teh Berdasarkan Pengolahannya (Doctoral dissertation, Universitas Sebelas
Maret).
Fauziah, N. (2009). Aplikasi fishbone analysis dalam meningkatkan kualitas produksi teh
pada PT Rumpun Sari Kemuning, kabupaten Karanganyar (Doctoral dissertation,
Universitas Sebelas Maret Surakarta)
Setyamidjaja, D. (2000). Teh Budidaya & Pengolahan Pascapanen. Yogyakarta:
Kanisius.
Suprihatini, R. (2016). Daya saing ekspor teh Indonesia di pasar teh dunia. Jurnal Agro
Ekonomi, 23(1), 1-29.
Zakariyah, M. Y., Anindita, R., & Baladina, N. (2014). Analisis Daya Saing Teh
Indonesia di Pasar Internasional. Jurnal Agrimeta, 4(08).
LAMPIRAN

A. Flowchart Pengolahan Teh Hijau

Anda mungkin juga menyukai