NIM : 1506115438
KELAS : THP-B
MATA KULIAH : BAHAN PENYEGAR
1.1 Pemetikan
Teknik pemetikan daun teh sebagai bahan dasar proses pembuatan teh hijau sangat
mempengaruhi kualitas teh yang dihasilkan. Jenis pemetikan produksi teh hijau dapat
dilakukan secara campuran/kombinasi antara lain petikan halus, petikan medium dan
petikan kasar.
1.2 Pelayuan
Pelayuan pada pengolahan teh hijau bertujuan menginaktivasi enzim polifenol
oksidase agar tidak terjadi proses oksimatis. Akibat proses ini, daun menjadi lentur
dan mudah digulung. Pelayuan dilakukan dengan cara mengalirkan sejumlah daun teh
kedalam mesin pelayuan Rotary Panner (RP) dalam keadaan panas (90-100°C) sekitar
5 menit secara kontinyu. Penggunaan suhu pelayuan yang melebihi dari 100 oC
mengakibatkan terjadinya blister, yaitu terdapatnya bintik–bintik atau noda putih pada
teh kering yang dihasilkan, bahkan kecenderungan teh akan menjadi gosong akan lebih
besar.
Penilaian tingkat layu daun pada pengolahan teh hijau dinyatakan sebagai
persentase layu, yaitu perbandingan daun layu terhadap daun basah yang dinyatakan
dalam persen. Persentase layu yang ideal untuk proses pengolahan teh hijau adalah
60-70%. Tingkat layu yang baik ditandai dengan daun layu yang berwarna hijau
cerah, layu dan lembut serta mengeluarkan bau yang khas.
1.3 Penggulungan
Pada proses pengolahan teh hijau, penggulungan merupakan tahapan pengolahan
yang bertujuan untuk membentuk mutu secara fisik. Selama proses penggulungan
daun teh akan dibentuk menjadi gulungan kecil dan terjadi pemotongan. Proses ini
dilakukan segera setelah daun layu keluar dari mesin pelayuan. Mesin penggulung
yang biasa digunakan adalah Open Top Roller 26" Type Single Action selama 15-17
menit.
1.4 Pengeringan
Pengeringan dilakukan melalui dua tahap dengan bertujuan untuk mereduksi kadar
air dalam daun hingga 3-4%. Pengeringan pertama bertujuan mereduksi kadar air
dan memekatkan cairan sel yang menempel pada permukaan daun. Hasil pengeringan
pertama masih setengah kering dengan tingkat kekeringan (kering dibagi basah) sekitar
30-35%. Mesin yang digunakan pada proses pengeringan pertama ini adalah ECP
dengan suhu masuk 130-135°C dan suhu keluar 50-55°C dengan lama pengeringan
sekira 25 menit. Pengeringan kedua disamping memperbaiki bentuk gulungan juga
bertujuan untuk mengeringkan teh sampai kadar air mencapai sekitar 3-4%. Mesin
yang digunakan dalam proses ini biasanya berupa Rotary Dryer Type Repeat Roll.
Lama pengeringan berkisar antara 60-90 menit pada suhu 70-95°C.
1.5 Sortasi dan Grading
Proses ini bertujuan untuk memisahkan, memurnikan dan membentuk jenis mutu
agar teh dapat diterima baik di pasaran lokal maupun ekspor. Hasil sortasi yang akan
diperolah adalah teh dengan kualitas mutu antara lain: peko (daun pucuk), jikeng (daun
bawah/tua), bubuk/kempiring serta tulang.
1.6 Pengemasan
Pengemasan menggunakan wadah yang tertutup, bersih dan kering yang tidak
mempengaruhi mutu teh di dalamnya.
Pelayuan
Pengayakan
Pengeringan
TEH
Pengemasan
4.3 Pelembaban
Pelembaban berpengaruh dalam proses pemindahan aroma bunga ke dalam teh,
karena pewangian pada keadaan dingin akan menghasilkan teh wangi yang sangat
harum dengan tingkat keharuman yang tidak mudah hilang. Proses pelembaban
dilakukan dengan cara pemberian air pada teh gosong sampai keadaan teh menjadi
lembab dengan kadar air 30-35%. Air pelembab selain berguna untuk membuka
gulungan teh juga untuk menjaga agar kondisi bunga melati tetap segar, sehingga
kegiatan fisiologis pelepasan aroma tetap dapat berlangsung. Proses pelembaban
dilakukan pada sore hari agar dapat dilanjutkan dengan proses pewangian pada malam
hari.
4.4 Pewangian
Pewangian merupakan proses penyerapan aroma bunga oleh teh hijau. Dalam proses
pewangian ini, hampir semua pelaku industri pengolah teh wangi menggunakan
bunga melati dan melati gambir dengan perbandingan teh terhadap bunga 1:1, 2:3
atau 3:2 tergantung kepada permintaan konsumen dan pertimbangan ekonomi sesuai
dengan fluktuasi harga bunga. Adapun perbandingan penggunaan bunga dengan teh
gosong berkisar antara 1:1 sampai 1:7. Cara pewangian yang biasa dilakukan adalah
kontak langsung yaitu bunga dicampur dan diaduk dengan teh, tetapi ada juga
pengolah yang melakukan pewangian berlapis-lapis antara bunga dan teh. Proses
pewangian biasa dilakukan pada malam hari selama satu malam hingga pagi (12-
14 jam) dan dilakukan pengadukan pada selang waktu tertentu untuk meratakan
proses pewangian.
4.5 Pengeringan dan pengepakan
Bunga-bunga setelah proses pewangian selesai sudah tidak berguna lagi,
sehingga harus dipisahkan. Akan tetapi ada juga pengolah teh wangi yang
menyisakan sedikit bunga melati untuk memberikan jaminan wangi teh. Setelah
bunga dipisahkan, teh dikeringkan dengan alat pengering Endless Chain Pressure
(ECP) pada suhu inlet 110°C dan suhu outlet 50°C selama 30 menit untuk mencapai
kadar air sekitar 4,0%. Dengan kadar air tersebut diharapkan kadar air teh wangi
saat dipasarkan tidak lebih dari 8,0%. Apabila kadar air lebih dari 8,0% akan
sangat berpengaruh pada daya tahan teh wangi. Setelah pengeringan selesai, teh
diangin-anginkan hingga dingin, selanjutnya dilakukan pengemasan.
4.6 Pengemasan
Pengemasan menggunakan wadah yang tertutup, bersih dan kering yang tidak
mempengaruhi mutu teh di dalamnya.