Teh atau Camellia sinens digunakan untuk membuat teh hitam dan teh hijau.
Perbedaan teh hitam dan teh hijau disebabkan oleh cara pengolahannya. Mutu
teh sangat ditentukan oleh macam daun yang dipetik. Kuncup atau peko dan
daun muda akan menghasilkan teh yang lebih berkualitas dibandingkan hasil
dari daun yang sudah tua.
Daun teh yang baru dipetik mengandung air sekitar 75-82 % dan selebihnya
terdiri atas bahan organik yaitu tanin, kafein, pektin, protein, pati, minyak atsiri
dan vitamin. Zat tanin yang terkandung dalam pucuk teh memegang peranan
penting dalam menentukanwarna, rasa dan aroma teh. Kafein berperan penting
untuk menimbulkan rasa nikmat pada seduhan teh. Mutu teh dipengaruhi oleh
kandungan protein, pati, pektin dan minyak atsiri pada daun teh tersebut.
a) Pengolahan teh
Pengolahan teh merupakan proses pengolahan terhadap daun teh dengan
beberapa tahapan proses dimulai dari pemetikan hingga menjadi daun teh yang
kering. Pada pengolahan teh ini, dengan sedikit perbedaan langkah proses akan
menghasilkan perbedaan produk teh kering misalnya teh hitam, teh hijau dan
teh oolong.
(1) Pengolahan Teh Hitam
• Pemetikan
Pemetikan daun teh merupakan proses awal yang menentukan mutu
dari teh yang akan dihasilkan. Beberapa jenis pucuk daun teh yang
dipetik yaitu :
o Pucuk peko
Pucuk peko adalah kuncup tunas aktif berbentuk runcing yang terletak
pada ujung pucuk. Di dalam pucuk peko terkandung banyak senyawa
katekin yang belum mengalami degradasi sehingga dapat menghasilkan
teh yang berkualitas baik.
o Pucuk burung
Pucuk burung adalah tunas in-aktif yang berbentuk titik yang terletak
pada ujung pucuk. Pada periode ini pucuk in-aktif mereduksi atau
memperlambat pertumbuhan. Pucuk burung sering terbentuk jika
pemupukan tanaman kurang dan ketersediaan air yang kurang.
o Pucuk nagog
Pucuk nagog adalah pucuk yang tumbuh dari pucuk burung. Biasanya
pucuk ini baru muncul setelah 90 hari.
o Pucuk atau cabang cakar ayam
Pucuk atau cabang cakar ayam adalah pucuk yang pertumbuhan tunas
dari ketiak daunnya lebih dari satu dan berada di atas bidang petik.
• Penerimaan bahan
Tujuan proses penerimaan pucuk segar untuk mengetahui kuantitas dan
kualitas pucuk yang akan diolah, menjamin dan memastikan bahwa pucuk
teh bisa dilayukan sehingga siap untuk digiling.
Gambar 47. proses penimbangan daun teh
(cherryenglishcamp.com)
• Fermentasi/oksidasi
Tahap fermentasi merupakan tahap yang paling kritis karena pada tahap ini
akan mempengaruhi mutu hasil baik rasa, bau, maupun warna. Fermentasi
teh merupakan proses oksidasi senyawa polifenol dengan bantuan enzim
polifenol oxydase. Proses fermentasi dapat dikatakan berlangsung mulai
dari penggilingan pertama dan berakhir ketika daun teh dilakukan proses
pengeringan.
Faktor yang mempengaruhi proses fermentasi adalah kadar air dalam
bahan, suhu, kelembaban relatif, kadar enzim, jenis bahan, dan
ketersediaan oksigen. Fermentasi dilakukan dengan cara daun teh
diletakkan di dalam bak atau diatas meja agar enzim yang ada di dalam daun
berinteraksi dengan udara sehingga terjadi oksidasi.
BOP, BOPF, PF, dan DUST digolongkan dalam mutu I, sedangkan PF 2, DUST
2, dan DUST 3 digolongkan dalam mutu II. Mutu I maupun mutu II
merupakan mutu ekspor, sedangkan sisa-sisa hasil sortasi kering berupa
Bohea dan Kawul sebagai mutu lokal. Grade pertama ini umumnya dapat
mencapai 70-80 % dari semua teh yang dihasilkan tergantung dari kondisi
pucuk dan standar pemetikan.
Pengemas teh yang digunakan adalah alat berupa peti atau bungkusan yang
disesuaikan dengan jenis pasarnya. Untuk pasar ekspor biasanya
menggunakan peti kayu yang didalamnya dilapisi kertas timah atau
aluminium. Sedangkan untuk pasardalam negeri menggunakan bungkusan
dari kertas berlapis- lapis.
Teh yang telah dikemas dijaga agar tidak kontak langsung dengan lantai
dengan cara meletakkan pallet di bawahnya. Halini dimaksudkan untuk
menjaga agar teh tidak meningkat kelembabannya (kadar air meningkat)
sehingga teh akan terjaga tingkat keawetannya.
(2) Pengolahan teh hijau
Teh hijau merupakan teh yang banyak digunakan untuk kepentingankesehatan.
Teh hijau bermanfaat bagi kesehatan karena adanya katekin sebagai komponen
bioaktif. Untuk itulah dalam proses pengolahannya komponen ini
dipertahankan jumlahnya dengan menginaktivasi enzim polifenol oksidasi
melalui proses pelayuan dan pemanasan. Pada proses pengolahan teh lainnya,
katekin dioksidasi menjadi senyawa orthoquinon, bisflavanol, theaflavin dan
thearubigin
Pengolahan teh hijau di Indonesia melalui serangkaian proses fisik dan mekanis
tanpa atau sedikit mengalami proses oksimatis terhadap daun teh melalui
sistem panning . Tahapan pengolahannya terdiri atas pelayuan, penggulungan,
pengeringan, sortasi dan grading serta pengemasan.
• Pelayuan
Pelayuan dilakukan untuk mencegah terjadinya proses fermentasi. Cara
pelayuan yang sederhana yang banyak dilakukan oleh petani dengan
menebarkan daun teh yang baru dipetik di atas lantai serambi agar kadar
airnya berkurang dan menjadi layu. Jika cuaca baik, pelayuan dilakukan
selama 2 hari. Selanjutnya daun teh disangrai dalam wajan dengan suhu
sekitar90°C selama sekitar 8-10 menit dan dibolak balik agar daun tidak
gosong.
Pelayuan dapat juga menggunakan mesin dengan cara mengalirkan
sejumlah daun teh kedalam mesin pelayuan Rotary Panner dalam keadaan
panas (80-100°C) selama 2-4 menit secara kontinyu.
Daun yang sudah menjadi lemas diangkat dari penjemuran dan diletakan di
atas meja untuk didinginkan. Tingkat layu yang baik ditandai dengan daun
layu yang berwarna hijau cerah, lemas danlembut serta mengeluarkan bau
yang khas. Akibat proses ini daun menjadi lentur dan mudah digulung.
Penilaian tingkat layu daun pada pengolahan teh hijaudinyatakan sebagai
persentase layu, yaitu perbandingan daun pucuk layu terhadap daun basah
yang dinyatakan dalam persen. Persentase layu yang ideal untuk proses
pengolahan teh hijau adalah 60-70%.
• Penggulungan
Penggulungan bertujuan untuk membentuk mutu secara fisik.Daun yang
sudah dingin kemudian digulung dengan tangan atau dengan alat yang
berbentuk bola dan terbuat dari kayu. Penggulungan ini dilakukan diatas
srumbung bambu yang dibawahnya diletakkan arang kayu yang sedang
membara. Jika tingkat kekeringan daun sudah mencapai 80% barulah
penggulungan dihentikan.
Penggulungan dapat juga dilakukan menggunakan mesin dan ini dilakukan
segera setelah daun layu keluar dari mesin pelayuan. Mesin penggulung
yang biasa digunakan adalah Open Top Roller 26" type single action selama
15-17 menit.
• Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mereduksi kandungan air dalam daun hingga
3-4%. Untuk mencapai kadar air yang demikian rendahnya, pengeringan
umumnya dilakukan dalam dua tahap. Pengeringan pertama bertujuan
mereduksi kandungan air dan memekatkan cairan sel yang menempel pada
permukaan daun. Hasil pengeringan pertama masih setengah kering
dengan tingkat kekeringan (kering dibagi basah) sekira 30-35%. Mesin yang
digunakan pada proses pengeringan pertama ini adalah ECP dengan suhu
masuk 130-135°C dan suhu keluar 50-55°Cdengan lama pengeringan sekitar
25 menit.
Pengeringan kedua dilakukan untuk mengeringan teh sampai kadar
airnya menyentuh angka 3-4 %dan juga bertujuan untuk
memperbaiki bentuk gulungan. Mesin yang digunakan dalam
proses ini biasanya berupa Rotary Dryer type repeat roll. Lama
pengeringan berkisar antara 80-90 menit pada suhu dibawah70°C.