LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PROSES HASIL PERKEBUNAN
(Proses Produksi Teh)
Oleh :
Nama : Bintari Ayuningtyas
NPM : 240110140079
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 31 Mei 2017
Waktu : 08.00 16.40 WIB
Co. Ass : Farah Nuranjani
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teh
2.1.1 Klasifikasi Teh
Menurut Conqruist (1981), teh diklasifikasikan sebagai berikut:
b. Teh Hijau
Secara umum, teh hijau dibedakan menjadi teh hijau China (Panning Type)
dan teh hijau Jepang (Steaming Type). Baik teh hijau China maupun Jepang,
prinsip dasar proses pengolahannya adalah dengan cara inaktivasi enzim polifenol
oksidase untuk mencegah terjadinya oksimatis yang mengubah polifenol menjadi
senyawa oksidasinya berupa theaflavin dan thearubigin. Pada proses pengolahan
teh hijau China digunakan mesin pelayuan berupa rotary panner untuk
menginaktivasi enzim. Sementara itu, proses teh hijau Jepang menggunakan
steamer dalam menginaktivasi enzimnya. Daun teh yang sudah dilayukan,
kemudian digulung dan dikeringkan sampai kadar air tertentu.
Tahapan pengolahannya terdiri atas pelayuan, penggulungan, pengeringan,
sortasi dan grading serta pengemasan.
1. Pemetikan
Pemetikan adalah pekerjaan memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta
daunnya yang masih muda yang kemudian diolah menjadi produk teh kering.
Pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan sistem pemetikan
daun dan syarat-syarat pengolahan yang berlaku. Pemetikan berfungsi sebagai
usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara
berkesinambungan. Ada dua macam ranting daun yang dipetik dan digunakan
dalam pengolahan teh, yaitu ranting peko dan ranting burung. Jika dianalisa maka
ranting peko akan menghasilkan teh hijau dengan kualitas yang lebih bik
dibandingkan dengan rantai burung. Rantai peko adalah ranting yang masih
kuncup, masih tergulung dan tumbuh aktif. Sedangkan ranting burung adalah
ranting yang tidak memiliki kuncup dan merupakan ranting yang tidak aktif atau
dorman.
2. Pelayuan
Berbeda dengan proses pengolahan teh hitam, pelayuan disini bertujuan
menginaktifasi enzim polyphenol oksidase agar tidak terjadi proses oksimatis.
Akibat proses ini daun menjadi lentur dan mudah digulung. Pelayuan dilakukan
dengan cara mengalirkan sejumlah daun teh kedalam mesin pelayuan Rotary
Panner dalam keadaan panas (80-100C) selama 2-4 menit secara kontinyu.
Penilaian tingkat layu daun pada pengolahan teh hijau dinyatakan sebagai
persentase layu, yaitu perbandingan daun pucuk layu terhadap daun basah yang
dinyatakan dalam persen. Persentase layu yang ideal untuk proses pengolahan teh
hijau adalah 60-70%. Tingkat layu yang baik ditandai dengan daun layu yang
berwarna hijau cerah, lemas dan lembut serta mengeluarkan bau yang khas.
3. Penggulungan
Pada proses pengolahan teh hijau, penggulungan merupakan tahapan
pengolahan yang bertujuan untuk membentuk mutu secara fisik. Selama proses
penggulungan daun teh akan dibentuk menjadi gulungan kecil dan terjadi
pemotongan. Proses ini dilakukan segera setelah daun layu keluar dari mesin
pelayuan. Mesin penggulung yang biasa digunakan adalah Open Top Roller 26"
type single action selama 15-17 menit.
4. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mereduksi kandungan air dalam daun hingga
3-4%. Untuk mencapai kadar air yang demikian rendahnya, pengeringan
umumnya dilakukan dalam dua tahap. Pengeringan pertama bertujuan mereduksi
kandungan air dan memekatkan cairan sel yang menempel pada permukaan daun.
Hasil pengeringan pertama masih setengah kering dengan tingkat kekeringan
(kering dibagi basah) sekira 30-35%. Mesin yang digunakan pada proses
pengeringan pertama ini adalah ECP dengan suhu masuk 130-135C dan suhu
keluar 50-55C dengan lama pengeringan sekira 25 menit. Disamping
memperbaiki bentuk gulungan, pengeringan kedua bertujuan untuk mengeringan
teh sampai kadar airnya menyentuh angka 3-4%. Mesin yang digunakan dalam
proses ini biasanya berupa Rotary Dryer type repeat roll. Lama pengeringan
berkisar antara 80-90 menit pada suhu dibawah 70C.
Proses pengeringan tahap dua, alat yang digunakan adalah mesin pengering
rotary dryer atau boll tea yang dilakukan dalam kondisi suhu 90-110C selama
60-90 menit hingga kadar air pada daun mencapai 3-4%. Kecepatan putaran dryer
dikondisikan 17-19 rpm.
5. Sortasi dan grading
Seperti halnya pada proses pengolahan teh hitam, proses ini bertujuan untuk
memisahkan, memurnikan dan membentuk jenis mutu agar teh dapat diterima
baik dipasaran lokal maupun ekspor (Yana, 2014).
c. Teh Oolong
Setelah sampai di pabrik, daun teh sesegera mungkin dilayukan dengan
memanfaatkan panas dari sinar matahari sambil digulung halus secara manual
dengan menggunakan tangan ataupun menggunakan mesin. Tujuan penggulungan
halus ini adalah untuk mengoksidasi sebagian polifenol yang terdapat dalam daun
teh. Proses ini dikenal sebagai proses semi oksimatis. Setelah dipandang cukup
semi oksimatisnya, daun teh kemudian dikeringkan.
d. Teh Putih
Diantara jenis teh yang ada, teh putih atau white tea merupakan teh dengan
proses pengolahan paling sederhana, yaitu pelayuan dan pengeringan. Bahan baku
yang digunakan untuk proses pembuatan teh putih inipun hanya berasal dari
pucuk dan dua daun dibawahnya. Pelayuan dapat dilakukan dengan
memanfaatkan panas dari sinar matahari. Biasanya proses pelayuan ini mampu
mengurangi kadar air sampai 12%. Selanjutnya, daun teh yang sudah layu
dikeringkan menggunakan mesin pengering. Pucuk teh kemudian akan menjadi
jenis mutu silver neddle, sedangkan dua daun dibawahnya akan menjadi white
poeny (Rohdiana, 2015).
Proses pengolahan teh putih menurut Fatur (2013) :
1. Pemetikan
Proses pemetikan merupakan proses yang sangat penting, karena bahan
baku teh putih yang harus dipetik secara hati-hati. Memetik hanya pucuk dan
dua helai daun termuda yang belum terbuka masih diselimuti rambut-rambut halus
berwarna perak. Dipetik ketika pucuk belum terbuka,dan dilakukan ketika
matahari belum terbit untuk menjaga kelembaban dari pucuk teh yang dipetik. Itu
pun dengan standar yang sangat ketat yang diwariskan secara turun-temurun sejak
jaman Dinasti Ming.
Untuk menghasilkan teh putih berkualitas tinggi maka tidak boleh memetik
pucuk daun yang sudah berwarna ungu, rusak oleh angin, manusia atau serangga;
dan yang menyentuh tanah. Dan khusus untuk bahan teh putih Kualitas terbaik
biasanya dipetik ketika awal musim semi , waktu pemanenan biasanya hanya 2
hari sampai 2 minggu.
2. Pelayuan Alami (Whitering)
Teh putih dilayukan dengan segera setelah pemetikan. Rahasia proses
pelayuan teh bervariasi dari wilayah satu dengan wilayah lainnya, di Fujian
sendiri mengandalkan pada kondisi iklim serta tradisi tiap keluarga.
Proses ini memegang pernanan yang sangat penting dalam menentukan
kualitas akhir teh putih.Pucuk daun teh yang telah dipetik dihamparkan secara
merata di atas wadah yang terbuat dari anyaman pohon bambu, kemudian di jemur
di tempat yang sinar mataharinya tidak terlalu panas atau di simpan dalam
ruangan yang memiliki sirkulasi udara yang baik.Wadah tempat pelayuan tidak
boleh di simpan langsung di atas lantai.
Gambar 1. Proses Pelayuan Teh Putih
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017)
3. Sortasi Kering
Teh yang berasal dari pengeringan masih heterogen atau masih bercampur
baur, baik bentuk maupun ukurannya.Selain itu teh masih mengandung debu, dan
kotoran lain yang berpengaruh terhadap mutu teh nantinya.Untuk itu, dibutuhkan
proses penyortiran atau pemisahan yang bertujuan untuk mendapatkan bentuk dan
ukuran teh putih yang seragam sehingga cocok untuk dipasarkan dengan mutu
terjamin.
2.3 Pengeringan
Pengeringan adalah proses pengeluaran air dari suatu bahan pertanian
menuju kadar air kesetimbangan dengan udara sekeliling atau pada tingkat kadar
air dimana mutu bahan pertanian dapat dicegah dari serangan jamur, enzim dan
aktifitas serangga (Henderson and Perry, 1982). Sedangkan menurut Hall
(1957) dan Brooker et al., (1974), proses pengeringan adalah proses
pengambilan atau penurunan kadar air sampai batas tertentu sehingga dapat
memperlambat laju kerusakan bahan pertanian akibat aktivitas biologis dan
kimia sebelum bahan diolah atau dimanfaatkan.
Pengeringan adalah proses pemindahan panas untuk menguapkan
kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan
oleh media pengeringan yang biasanya berupa panas. Tujuan pengeringan
adalah mengurangi kadar air bahan sampai dimana perkembangan
mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan
terhambat atau terhenti. Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat
mempunyai waktu simpan yang lebih lama (Anonim, 2012).
Pengeringan merupakan salah satu cara dalam teknologi pangan yang
dilakukan dengan tujuan pengawetan. Manfaat lain dari pengeringan adalah
memperkecil volume dan berat bahan dibanding kondisi awal sebelum
pengeringan, sehingga akan menghemat ruang (Rahman dan Yuyun, 2005).
Dalam pengeringan, keseimbangan kadar air menentukan batas akhir dari
proses pengeringan. Kelembapan udara nisbi serta suhu udara pada bahan
kering biasanya mempengaruhi keseimbangan kadar air. Pada saat kadar air
seimbang, penguapan air pada bahan akan terhenti dan jumlah molekul-
molekul air yang akan diuapkan sama dengan jumlah molekul air yang
diserap oleh permukaan bahan. Laju pengeringan amat bergantung pada
perbedaan antara kadar air bahan dengan kadar air keseimbangan (Siswanto,
2004).
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan
pangan semakin cepat pindah panas ke bahan pangan dan semakin cepat pula
penguapan air dari bahan pangan. Pada proses pengeringan, air dikeluarkan dari
bahan pangan dapat berupa uap air. Uap air tersebut harus segera dikeluarkan
dari atmosfer di sekitar bahan pangan yang dikeringkan. Jika tidak segera
keluar, udara di sekitar bahan pangan akan menjadi jenuh oleh uap air sehingga
memperlambat penguapan air dari bahan pangan yang memperlambat proses
pengeringan (Estiasih, 2009).
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan praktikum adalah :
1. Daun teh (Camellia sinensis)
2. Pucuk teh
3. Kemasan
Pelayuan
Penggulungan
Pengeringan I
Pelayuan dalam
Ruangan
Pengeringan I
Pengeringan II
Pengemasan dan
Penyimpanan
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
Hijau Beraroma
Sesudah Produk teh hijau
kecoklatan khas teh
BAB V
PEMBAHASAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah melaksanakan praktikum kali ini adalah:
1. Teh putih merupakan teh dengan harga yang paling mahal dibandingkan
dengan jenis teh lainnya karena diproses dengan singkat dan secara alami.
2. Proses pengolahan teh putih secara umum terdiri dari pemetikan, pelayuan,
sortasi, pengeringan, penyimpanan dan pengemasan.
3. Kualitas teh putih terbagi menjadi white needle (kualitas terbaik) dan
white peony.
4. Kandungan dari katekin pada teh putih tiga kali lipat lebih tinggi dibanding
teh hijau.
5. Proses pengolahan teh hijau secara umum terdiri dari pemetikan, pelayuan,
penggulungan, pengeringan 1, pengeringan 2, penyimpanan dan pengemasan.
6. Pada saat sortasi teh hijau, batang kering dipisahkan dan dijadikan sebagai
bahan baku utama teh jasmine.
7. Penggulungan dilakukan untuk membentuk mutu secara fisik, karena selama
penggulungan, pucuk teh akan dibentuk menjadi gulungan-gulungan kecil
dan terjadi pemotongan.
8. Alat yang digunakan pada proses pengeringan 1 dan pengeringan 2 pada
pengolahan teh hijau berbeda, hal tersebut dilakukan untuk mengurangi
energi total yang perlu dikeluarkan oleh mesin pengering.
6.2 Saran
1. Sebelum melaksanakan praktikum, sebaiknya praktikan memahami materi
yang akan di praktikumkan pada hari itu.
2. Jagalah ketenangan pada saat melaksanakan praktikum.
3. Jagalah kebersihan laboratorium baik sebelum dan sesudah melaksanakan
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Hall, C. W. 1957. Drying and Storage of Agriculture Crops. The AVI Publishing
Company, Inc. Westport, Connecticut.
Henderson, S.M. and Perry R.L, 1982. Agricultural Process Engineering. John
Wiley. New York
Taib, Gunarif. 1988. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian. PT.
Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta.
Yana. 2014. Proses Pengolahan Teh Hitam dan Teh Hijau. Terdapat pada :
https://budidayatanaman-perkebunan.co.id/2014/10/pengolahan-teh-hitam-
dan-teh-hijau.html (Diakses pada, 4 Juni 2017)
LAMPIRAN
Dokumentasi Praktikum
Gambar 1. Daun Teh yang Sudah Gambar 2. Daun Teh yang Sudah
Dikeringkan Selama 1 Hari Dikeringkan Selama 3 Hari