TINJAUAN PUSTAKA
Daun tanaman jeruk besar berbentuk bulat telur dan berukuran lebih besar
daripada jenis jeruk lain. Daun muda berwarna hijau muda kekuningan dan
kemudian berubah menjadi hijau tua. Antara daun dan batang dihubungkan oleh
tangkai daun yang bersayap lebar (Setiawan, 1993).
Tanaman jeruk besar mulai berproduksi pada umur 4-6 tahun, tergantung
pada varietas dan pemeliharaan. Produktivitas jeruk ini sangat bervariasi sesuai
varietas, umur, dan tingkat pertumbuhan tanaman yang didukung oleh lingkungan.
Satu pohon jeruk pamelo dapat menghasilkan 75-200 buah (Setiawan, 1993).
Ciri khas jeruk besar adalah buahnya yang berukuran besar dan berkulit
tebal sehingga tahan lama disimpan atau diangkut dalam jarak jauh. Buah
berbentuk bulat atau seperti bola yang tertekan dan berkulit agak tebal sampai
tebal, berisi 11-16 segmen. Warna daging buah bervariasi yaitu merah jambu,
putih, hijau muda, atau kekuning-kuningan. Daging buah bertekstur keras sampai
lunak, berasa manis sampai sedikit asam, dan berbiji sedikit (Rukmana, 2009).
menjadi tanaman baru. Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih
ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat
dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara
perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu
dengan kondisi tanaman yang sukar berakar (Widiarsih et al., 2008).
Tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai sifat persamaan
dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat-sifat lainnya.
Selain itu juga dapat diperoleh tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang
mempunyai akar, batang, dan daun yang relatif singkat (Wudianto, 2002).
Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya
regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang
true to name dan true to type. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor
internal yaitu tanaman itu sendiri dan faktor eksternal atau lingkungan
(Widiarsih et al., 2008).
1. Faktor Tanaman
a. Umur Tanaman Induk
Opuni-Frimpong et al. (2008) menyebutkan bahwa umur tanaman induk
berpengaruh terhadap pengakaran pada stek. Stek yang berasal dari tanaman muda
akan lebih mudah berakar dari pada yang berasal dari tanaman yang berumur
lebih tua.
b. Jenis Tanaman
Keberhasilan dengan cara stek bergantung pada kesanggupan suatu jenis
tanaman untuk berakar. Ada jenis yang mudah berakar dan ada yang sulit berakar.
Jaringan sklerenkim yang rapat merupakan penghalang pemunculan akar, dimana
jaringan cincin sklerenkim pada tanaman berkayu jauh lebih banyak dibandingkan
tanaman berbatang lunak (Hartmann et al., 1990)
c. Adanya Tunas dan Daun Pada Stek
Menurut Hartmann et al. (1990) adanya tunas dan daun pada stek berperan
penting karena merupakan penghasil auksin endogen yang penting bagi perakaran.
Auksin endogen ditransport dari ujung stek menuju ke pangkal stek.
7
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek
diantaranya adalah media perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya
(Hartmann et al., 1990).
a. Media Perakaran
Media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama pembentukan
akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi udara pada
pangkal stek. Media perakaran yang baik menurut Hartmann et al. (1990) adalah
yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik,
serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek.
b. Suhu dan kelembaban
Suhu berpengaruh terhadap kerja enzim, suhu yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan degradasi pada beberapa enzim. Suhu ideal yang diperlukan untuk
pertumbuhan yang paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda untuk setiap
jenis tumbuhan. Kelembaban tinggi dapat mengurangi transpirasi pada stek
Hartmann et al. (1990).
c. Cahaya
Menurut Hartmann et al. (1990) Intensitas cahaya yang terlalu tinggi
membahayakan daun pada stek, menghambat perakaran, dan menurunkan
pertumbuhan akar. Rochiman dan Harjadi (1973) menambahkan bahwa stek yang
diberi naungan akan berakar lebih banyak daripada yang menerima cahaya
matahari langsung.
Zat pengatur tumbuh adalah suatu bahan sintesis atau hormon tumbuh
yang mempengaruhi proses fisiologis tanaman. Zat ini mengatur pertumbuhan
8
Menurut Sabbah et al. (1991) penggunaan zat pengatur tumbuh NAA dan IBA
pada stek batang C. sinensis, C. reticulata, dan beberapa jenis jeruk hibrida dapat
meningkatkan persentase stek yang berakar serta jumlah dan kualitas akar yang
dihasilkan tiap stek, namun terdapat variasi respon perakaran pada tiap jenis klon
jeruk. Bhatt dan Tomar (2010) menambahkan penggunaan IBA juga dapat
mempengaruhi perakaran stek pada C. auriantifolia Swingle.
Menurut Hartmann et al. (1990) terdapat tiga cara yang sering digunakan
dalam aplikasi zat pengatur tumbuh yaitu Concentrated Solution Dip Method
(pencelupan cepat), Dilute Solution Soaking Method (perendaman), dan
Commercial Powder Preparation (pasta).
Pada metode pencelupan cepat, pangkal batang dicelupkan dalam larutan
zat pengatur tumbuh dengan waktu yang cepat, yaitu sekitar lima detik.
Konsentrasi yang digunakan pada metode pencelupan cepat berkisar antara
500 ppm hingga 10 000 ppm (Weaver, 1972; Hartmann et al., 1990).
Metode perendaman menggunakan dilakukan dengan merendam pangkal
batang dalam larutan zat pengatur tumbuh selama kurang lebih 24 jam sebelum
ditanam pada media. Konsentrasi yang digunakan bervariasi mulai dari 20 ppm
untuk spesies yang mudah berakar hingga 200 ppm untuk spesies yang sukar
berakar (Hartmann et al., 1990).
Pada metode pasta, pangkal batang diberi hormon yang terkandung dalam
zat pembawa yang berupa serbuk inert misalnya tanah liat atau tepung.
Konsentrasi yang digunakan berkisar 200 ppm hingga 1000 ppm untuk stek
berbatang lunak dan untuk stek berkayu menggunakan konsentrasi lima kali lebih
tinggi (Weaver, 1972).