Euphorbiaceae yang tersebar luas mulai dari Srilanka, India Selatan, Hilmalaya
Timur, Myanmar, Indo Cina, Cina Selatan, Thailand, Malaysia (Pulau Banggi)
Jawa), Malaysia dan Filipina. Ditemukan di hutan primer maupun hutan sekunder,
dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian 1800 mdpl. Tumbuh di
berbagai jenis tanah mulai dari tanah aluvial, tanah liat, tanah bekas pembakaran,
mahkota padat. Daun berbentuk alternate, oblong, meruncing, berwarna hijau tua,
mengkilap, kasar dengan tangkai yang sangat pendek, panjang daun 10-22,5 cm
dan lebar 5-7,5 cm. Bunga kecil, harum dan kemerah-merahan, berukuran 7,5-20
cm, bunga jantan dan betina di pohon yang terpisah. Buah bulat atau bulat telur,
dengan ukuran hingga 8 mm. Terlihat seperti anggur (bergerombol) dan terlihat
mencolok karena buah matang tidak merata. Buah buni mentah berwarna merah
terasa asam dan setelah matang berwarna ungu kehitamanan terasa manis asam.
Buah buni matang biasanya dimakan dalam keadaan segar (Orwa dkk., 2009).
Penyerbukan tidak terjadi karena bunga jantan dan betina tidak mengalami
penyerbukan selama beberapa tahun. Oleh karena itu, perbanyakan vegetatif lebih
tanam. Stek dianjurkan pada waktu hujan karena keturunan akan tetap dorman
pada musim kering. Sebagian pohon dengan bunga betina akan tetap berbuah
Buni secara luas dibudidayakan sebagai pohon buah terutama di Jawa dan
Filipina (Wu dkk., 2008). Buah digunakan untuk sirup, selai dan jeli. Buah buni
mengandung 32 kalori energi, 0,7 g protein, 6,3 g karbohidrat, 0,8 g lemak, 37-
asam askorbik (Coronel, 1983). Jus buni biasa diekstrak dan disimpan didalam
pendingin untuk satu atau dua hari, sehingga terjadi pengendapan sedimen dan
sedimen tersebut dibuang untuk meningkatkan rasa. Dapat digunakan dalam saus
yang dimakan dengan ikan. Daun dimakan sebagai sayuran baik mentah atau
dimasak (Orwa dkk., 2010). Daun juga dapat dijadikan sebagai obat untuk luka
trauma (Wu dkk., 2008), meringankan demam, mengobati cacar dan bengkak
(Florido dan Cortiguerra, 1999). Kulit kayu digunakan untuk tali temali. Kayu
digunakan sebagai bahan baku pulp (Orwa dkk., 2009) dan sebagai ornamen
ghaesembilla Gaertner yang dapat menekan invasi lalang dan penting dalam
dilakukan dengan mengambil bagian dari tanaman, misalnya batang, daun, umbi,
spora, dan lain-lain. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan mulai dari cara
yang paling sederhana seperti stek, cangkok, merunduk, dan lain-lain, hingga cara
atau akar ketika pohon tersebut tidak bereproduksi dengan baik atau dalam arti
lain ketika pohon tersebut tidak mampu menghasilkan anakan yang mirip dengan
induknya. Dan banyak kayu ornamen dihasilkan dari pohon yang distek daripada
menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih
pemotongan, pemisahan beberapa bagian tanaman seperti batang, akar, daun, dan
tunas dengan tujuan agar bagian tersebut membentuk akar dan tumbuh secara
cara perbanyakan tanaman menggunakan bagian vegetatif tanaman baik itu akar,
bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk
tidak tahan stress lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih
Faktor Lingkungan
1. Kelembaban
2. Media Perakaran
berakar. Kegunaan dari media perakaran ini adalah untuk menahan stek pada
tempatnya, untuk menjaga dan memasok air, mengatur kelembaban dan untuk
mengatur aerasi sekeliling pangkal stek (Kusuma, 2003). Pasir halus yang
telah dibersihkan dari lumpur dan steril sangat diperlukan untuk media
(Wudianto, 2004).
Suhu udara yang baik untuk stek sekitar 21-27OC (Hartman dkk.,
4. Intensitas Cahaya
cahaya yang diperlukan untuk fotosintesis tidak setinggi pada stek yang
memiliki jaringan dan organ yang lengkap. Intensitas cahaya sangat penting
bagi pembentukan hormon dan pembelahan sel, dan intensitas cahaya yang
rendah akan meningkatkan inisiasi akar pada stek menjadi lebih baik
(Gunawan, 2006).
membentuk akar meliputi macam bahan stek, kandungan zat tumbuh, adanya
tunas atau daun pada stek, serta pembentukan kalus. Menurut Kramer dan
bahan stek, jenis seks tanaman, jenis tanaman, bagian tanaman yang diambil,
musim dan waktu pengambilan bahan stek, serta hormon dan zat pengatur
tumbuh.
1. Ketersediaan Air
Ketika stek dipotong dari induknya maka saat itu pemasukan air dan
zat hara mineral akan terganggu, sehingga terjadi kekurangan air pada jaringan
metabolism bahan stek dan menstabilir ukuran sel. Pada transpirasi yang
antara kandungan karbohidrat dan nitrogen (C/N ratio). Stek yang diambil dari
tanaman dengan C/N ratio yang tinggi akan berakar lebih cepat dan banyak
daripada tanaman dengan C/N ratio yang rendah karena hanya akan
yang aktif dalam jumlah kecil. Hormon tersebut dapat dibuat tanaman yang
disebut fitohormon (disebut juga hormon endogen) atau disintesa yang disebut
(Heddy, 1996).
sehingga bahan stek dari jaringan tua akan mengalami kesulitan dalam
pembentukan primordia akar. Sehingga bahan stek yang diambil dari tanaman
muda akan lebih mudah berakar, umumnya diambil dari tanaman yang
berumur 1 2 tahun.
5. Jenis Tanaman
ada kesanggupan jenis tanaman itu sendiri dalam menghasilkan tunas dan
Faktor dari dalam tanaman yang paling penting ialah faktor genetik.
unggul serta tidak terserang hama dan/atau penyakit. Selain itu, manipulasi
terhadap kondisi lingkungan dan status fisiologi tanaman sumber juga penting
biasanya dilakukan pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau (sekitar
Zat pengatur tumbuh dapat diartikan sebagai senyawa organik selain zat
salah satu bahan sintetis atau hormon tumbuh yang mempengaruhi proses
pemberian hormon dari luar atau ZPT. Proses pemberian hormon harus
baik dalam waktu relatif singkat. Konsentrasi dan jumlahnya sangat tergantung
auksin telah dipelajari pada abad ke-19 oleh ahli biologi, Charles Darwin. Dia
tembus sinar, Darwin berhasil menunjukkan bahwa tempat yang peka cahaya
adalah ujung apical dari benih bukan bagian bawah tempat pembengkokan terjadi
(Heddy, 1996). Menurut Thiman dan Pincus (1948), auksin adalah suatu bahan
pertumbuhan dan fungsi fisiologis lain dalam tubuh tanaman di luar jaringan di
tempat auksin dihasilkan, dan bahan ini aktif dalam jumlah yang sangat kecil
spesies, tetapi hanya pada konsentrasi yang rendah (10-7 sampai 10-13, tergantung
jenis spesies dan umur akar). Pada konsentrasi yang lebih tinggi, pemanjangan
bila auksin diberikan dalam jumlah besar. Etilen akan menghambat pertumbuhan
tanaman berkayu memiliki primodia akar adventif yang telah terbentuk, tetapi
tetap dorman kecuali jika dirangsang oleh auksin. Primodia ini biasanya pada
buku atau bagian bawah bahan diantara buku. Benjolan (burrkonf) pada batang
apel dapat mengandung 100 primodia. Pada tanaman yang tidak mempunyai calon
akar adventif, tanaman ini akan akan tetap mampu membentuk akar jika
kondisinya mengandung auksin. Akar ini dihasilkan dari hasil pembelahan sel-sel
muda dan berpengaruh dalam pembentukan akar. Pada konsentrsi rendah, auksin
(Widiarto, 1996).
Went dan Kenneth pada tahun 1935 telah memperlihatkan bahwa IAA
merangsang inisiasi akar pada stek batang, dan dari hasil studi ini dikembangkan
aspek praktis pengunaan auksin. Auksin sintesis seperti NAA dan IBA biasanya
lebih efektif dari IAA, tampaknya karena auksin sintesis ini tidak dirusak oleh
IAA oksidase atau enzim-enzim lainnya sehingga dapat bertahan lama (Lakitan,
akar setek adalah campuran IAA dan IBA dengan bubuk talk atau Rootone F.
diperdagangkan, berbentuk serbuk, berwarna putih, tidak larut dalam air dan
- Indole-3-Butyriceacid : 0,057%
dibandingkan dengan konsentrasi 0 ppm, 100 ppm dan 300 ppm. Hal ini karena
auksin yang optimal untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan awal akar,
sehingga jumlah akar yang terbentuk lebih banyak dibandingkan dengan stek yang
diberikan konsentrasi 100 ppm Rootone F yang dipandang kurang optimal untuk
pada stek pucuk gaharu (Gyrinops versteegii) menghasilkan rerata tinggi tunas
Media Tanam
Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang
ingin ditanam. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan
daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan
Media tanam pada stek berperan dalam menahan bahan stek selama
disekitar pangkal stek, mengatur cahaya yang mengenai pangkal stek, bebas dari
patogen dan tidak memilki salinitas yang tinggi (Hartman dkk., 2002).
Pasir
murah dan mudah tersedia, serta memiliki daya rekat yang tinggi. Pasir tidak
lebih. Penggunaan tunggal tanpa campuran dengan media lain membuatnya sangat
kasar sehingga akan memberikan hasil yang baik (Hartman dkk., 2002).
Tanah
tersedianya air dan unsur hara. Tanah juga menyediakan lingkungan yang baik
Humus
Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik. Jaringan asli berupa
tubuh tumbuhan atau fauna baru yang belum lapuk terus menerus mengalami
dan bahan bangunan tubuhnya. Hasil pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh
jasad mikro disebut humus. Humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai
terutama pada lapisan tanah atas. Definisi humus yaitu fraksi bahan organik tanah
yang kurang lebih stabil, sisa dari sebagian besar residu tanaman terdekomposisi.
Humus merupakan bentuk bahan organik yang lebih stabil, dalam bentuk inilah
terbesar terhadap durabilitas dan kesuburan tanah. Humuslah yang aktif dan
bersifat menyerupai liat, yaitu bermuatan negatif. Tetapi tidak seperti liat yang
(Ansori, 2005).
kemampuan daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa menyimpan unsur hara.
Oleh karenanya, dapat menunjang kesuburan tanah, Namun, media tanam ini
mudah ditumbuhi jamur, terlebih ketika terjadi perubahan suhu, kelembapan, dan
aerasi yang ekstrim. Humus Juga memiliki tingkat porositas yang rendah sehingga
penggunaan humus sebagai media tanam perlu ditambahkan media lain yang
memiliki porousitas tinggi, misalnya tanah dan pasir (Redaksi PS, 2009).