Kelapa sawit merupakan jenis tanaman yang termasuk dalam famili Palmae
yang awalnya berasal dari Afrika Barat. Nama latin dari spesies kelapa sawit adalah
Akar berfungsi untuk menunjang struktur batang, menyerap unsur hara air
dari dalam tanah dan sebagai salah satu alat respirasi.Sistem perakaran merupakan
sistem serabut terdiri dari akar primer, sekunder, tertier, dan kuarter. Akar primer
tumbuh ke bawah sampai kedalaman 1,5 m, pertumbuhan kesamping akar ini sampai
•} 6 m dari pangkal pohon. Jumlah terbanyak terdapat pada jarak 2 - 2,5 dari pohon
dan pada kedalaman 20 - 25 cm. Akar tertier dan kuarter diasumsikan sebagai akar
absorbsi utama (feeding root) yang berada pada kedalaman 0 - 60 cm dan jarak 2 - 2,5
Batang berfungsi sebagai struktur pendukung daun, bunga, dan buah sebagai
sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke daun serta
asimilat hasil fotositesis dari daun ke bagian tubuh bawah. Bagian bawah batang
biasanya lebih gemuk, disebut bongol dengan diameternya 60 - 100 cm. Sampai
tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih tertutupi pelepah yang
Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersirip genap dan bertulang
sejajar. Panjang pelepah dapat mencapai 9 meter, jumlah anak daun tiap pelepah
dapat mencapai 380 helai.Panjang anak daun mencapai 120 cm. Panjang sejak
terbentuk sampai tua mencapai 60 pelepah. Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa
bagian yaitu kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan
tulang anak daun (midrib), rachis yang merupakan tempat anak daun melekat, tangkai
daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang, seludang daun
(sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberikan kekuatan
Tanaman kelapa sawit setelah tanam dilapangan mulai berbunga pada umur
12-14 bulan. Tanaman kelapa sawit merupakan jenis tanaman berumah satu
(monoiceous), dimana bunga jantan dan bunga betina dapat tumbuh dalam satu
tanaman. Walaupun tanaman kelapa sawit berumah satu, tetapi karena masa
Buah kelapa sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga
merah tergantung biji yang digunakan. Berdasarkan warna buah dikenal varietas
Nigrescens, Virescens, dan Albescens. Buah akan matang 5-6 bulan setelah terjadi
penyerbukan. Buah tersusun pada spikelet dan karena kondisi yang terjepit maka
buah yang terletak dibagian dalam akan lebih kecil dan kurang sempurna bentuknya
dibandingkan buah yang terletak dibagian luar. Buah yang bergerombol dalam tandan
yang muncul dari tiap pelepah. Kandungan minyak akan bertambah sesuai
kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas
(FFA, Free Fatty Acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.
Buah memiliki 3 lapisan yaitu, Eksoskarp (kulit buah yang berwarna kemerahan dan
licin), Mesokarp(daging buah) dan Endoskarp (inti). Inti kelapa sawit merupakan
(Saraswati, 2010).
Biji terdiri dari beberapa bagian penting. Biji merupakan bagian yang telah
terpisah dari daging buah dan sering disebut sebagai noten atau nut yang memiliki
berbagai ukuran tergantung tipe tanaman. Biji terdiri atas cangkang embryo dan inti
seperti peluru dan memiliki 2 bagian utama. Bagian tumpul permukaannya berwarna
Syarat Tumbuh
Iklim
sepanjang pertumbuhan tanaman. Ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu jumlah
curah hujan tahunan (mm) dan distribusi curah hujan bulanan. Curah hujan yang ideal
berkisar 2000–3500 mm/th yang merata sepanjang tahun dengan minimal 100
mm/bulan. Di luar kisaran tersebut tanaman kelapa sawit akan mengalami hambatan
dalam pertumbuhan dan berproduksi. Lokasi dengan curah hujan kurang dari 1450
mm/th dan lebih dari 5000 mm/th sudah tidak sesuai untuk sawit. Rendahnya curah
hujan tahunan berkaitan dengan defisit air dalam jangka waktu relatif lama sedangkan
(Mangoensoekarjo, 2008).
Temperatur yang optimal bagi tanaman kelapa sawit adalah 24–28 °C,
terendah 18 °C dan tertinggi 32 °C. Intensitas matahari yang optimal bagi tanaman
sangat erat kaitannya dengan tinggi tempat diatas permukaan laut (dpl) pada daerah
tropis. Tinggi tempat optimal adalah 200 mdpl dan disarankan tidak lebih dari 400
Tanah
Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik
kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai.
Tingkat kemasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5.0–5.5. Kelapa sawit
menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan
Topografi, drainase lahan, dan kesuburan tanah merupakan faktor lahan yang
topografi berkaitan dengan derajad kemiringan lereng dan panjang lereng yang
berpengaruh nyata terhadap erosi tanah, biaya infrastruktur serta biaya mobilisasi dan
panen. Makin curam dan atau makin panjang lereng, bahaya erosi makin meningkat.
Pada lahan yang curam, populasi tanaman per hektar lebih sedikit
(Lumbagaol, 2008).
Pupuk Urea
Pupuk urea adalah pupuk yang mengandung nitrogen (N) berkadar tinggi .
Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Unsur nitrogen
di dalam pupuk urea sangat bermanfaat bagi tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Manfaat lainnya antara lain pupuk urea membuat daun tanaman lebih
hijau, rimbun, dan segar. Nitrogen juga membantu tanaman sehingga mempunyai
banyak zat hijau daun (klorofil). Dengan adanya zat hijau daun yang berlimpah,
tanaman akan lebih mudah melakukan fotosintesis, pupuk urea juga mempercepat
pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-lain). Serta, pupuk
Urea merupakan salah satu pupuk yang mengandung 46% N dengan rumus
kimia NH2CONH2. Nitrogen merupakan unsur utama yang banyak diperlukan untuk
padi sawah terutama varietas unggul dengan teknik bercocok tanam insetif. Unsur N
mudah bergerak (mobile) dan berubah bentuk menjadi gas serta hilang melalui
penguapan (volatilisasi) dan pencucian (leaching). Oleh karena itu dalam aplikasinya
dilapangan efesiensi pupuk N hanya sekitar 30-40 % dari jumlah pupuk yang
Urea salah satu sumber nitrogen utama karena kandungan N yang tinggi,
tingkat kelarutan tinggi dan bersifat polar. Akan tetapi, urea mudah hilang melalui
menyebabkan pencemaran tanah, dan emisi gas nitrogen dioksida yang dihasilkan
Pupuk TSP
Pupuk superfosfat terbuat dari fosfat alam yang dicampur dengan asam
belerang. Pupuk superfosfat berbentuk bubuk yang berwarna abu abu dengan
kandungan fosfat antara 14–20 %. Sifatnya mudah larut dalam air dan agak sedikit
higroskopis. Pupuk ini juga mampu mengikat amoniak. Pupuk superfosfat buatan ini
ada dalam dua bentuk yaitu Double Superfosfat (DS) dan Triple Superfosfat (TSP)
(Mitrosuhardjo, 2002).
pengganti pupuk DS dari Belanda. Pupuk P ini memiliki sifat dan warna yang sama
dengan pupuk DS, kecuali bentuknya butiran dan granuler. Pada dasarnya, TSP
merupakan peningkatan dari pupuk superfosfat yang lebih dahulu muncul pasaran.
Bahan dasar utama TSP adalah asam fosfat dan kalsium (Lingga, 2001).
Pupuk TSP akan diikat oleh tanah dengan cukup kuat dan relative kurang
tercuci. Kandungan P dalam bentuk P2O5 pada TSP adalah 46 %. TSP merupakan
pupuk fosfat terbaik. Kandungan P paling tinggi dan mudah larut, tetapi memerlukan
Pupuk KCL
Pupuk KCl adalah unsur hara penting yang dibutuhkan tanaman berperan
sebagai pengatur tekanan turgor sel dalam proses membuka dan menutupnya stomata.
Pupuk KCl berfungsi mengurangi efek negatif dari pupuk N, membantu
karbohidrat serta meningkatkan mutu buah dan biji atau hasil tanaman, meningkatkan
Pupuk ini dikenal juga dengan nama Muriate of Potash, berbentuk kristal
yang berwarna merah dan ada pula yang berwarna putih kotor. Terdapat dua macam
pupuk KCl yakni KCl 80 yang mengandung 52-53% K2O dan KCl 90 dengan
kandungan 55-58% K2O. Pupuk ini larut dalam air. Bila dimasukkan ke dalam tanah
akan terionisasi menjadi ion K dan ion Cl. Karena pupuk ini mengandung ion Cl,
maka kurang baik digunakan untuk tanaman yang peka terhadap Cl seperti tanaman
tembakau, kelapa sawit dan kentang. Pupuk ini larut di dalam air, reaksi fisiologis
menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar magnesium daun dapat
menurun. Status K dalam tanah : <0,40> 0,80 m (tinggi), status K dalam daun <0,80>
1,00% (tinggi). KCl bersifat mobil, seringkali diserap tanaman dalam jumlah
sangat mudah larut dalam air, mudah difiksasi mineral liat illit, kehilangan dari tanah
MgSO4·H2O. Pembentukan mineral ini merupakan hasil penguapan air laut yang
mengandung 1,299 ppm Mg2+ dan 2,715 ppm SO42-. Sebagai pupuk tanaman,
mineral ini mempunyai kelarutan hara lambat di dalam air,ber-pH netral. Kieserit
dapat dibuat dari dolomit dengan cara menambahkan sejumlah asam sulfat. Kadar
MgO yang terdapat pada pupuk kieserit adalah 20,7-21,4%; unsur lainnya Fe2O3 dan
Al2O3 di bawah 1,0 %; berat jenis antara 2,80-2,85. Hara makro Magnesium (MgO)
merupakan unsur hara esensial yang sangat dibutuhkan tanaman dalam pembentukan
hijau daun (chlorofil) dan hamper pada seluruh enzim dalam proses metabolisme
bobot brangkasan basah dan kering tanaman kelapa sawit dipembibitan pada Ultisols
dan Oxisols. Takaran optimum pupuk kieserit untuk meningkatkan bobot kering bibit
kelapa sawit umur 6,5 bulan di main nursery adalah 0,8 g/tanaman pada Ultisols dan
penyerapan hara Mg tanaman jagung sebesar 0,13 kg/MgO . Kadar klorofil dan
karotenoid pada teh hitam lebih tinggi pada lahan yang dipupuk magnesium sulfat
daripada yang dipupuk kieserite. Pemberian pupuk Kieserit juga berpengaruh nyata
Pupuk Kandang
Pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah,
menyediakan unsur makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan belerang) dan
mikro (besi, seng, boron, kobalt, dan molibdenium). Selain itu, pupuk kandang
(Baherta, 2009).
tanah untuk menyerap air. Pemakaian pupuk kandang sapi dapat meningkatkan
permeabilitas dan kandungan bahan organik dalam tanah, dan dapat mengecilkan
nilai erodobilitas tanah yang pada akhirnya meningkatkan ketahanan tanah terhadap
erosi. Pupuk kandang ayam dapat memberikan kontribusi hara yang mampu
hara yang lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya (Sutarta, 2005).
Pupuk kandang sapi dan ayam memiliki efek terhadap kesuburan tanah
gambut yang cukup baik karena mengandung unsur hara yang lengkap (makro dan
menjadi lebih matang sehingga beberapa unsur hara dalam gambut seperti P mudah
tersedia bagi tanaman. Dengan demikian, pupuk kandang akan memperbaiki kondisi
Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) adalah salah satu jenis tanaman dari
famili Arecaceae yang menghasilkan minyak nabati yang dapat dimakan (edible oil).
Saat ini, kelapa sawit sangat diminati untuk dikelola dan ditanam. Daya tarik
penanaman kelapa sawit masih merupakan andalan sumber minyak nabati dan bahan
Salah satu aspek yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus dalam
bibit yang sehat, potensinya unggul dan tepat waktu. Faktor bibit memegang peranan
setelah ditanam di lapangan. Oleh karena itu, teknis pelaksanaan pembibitan perlu
berkualitas. Lumpur sawit yang berasal dari pengolahan mesocarp (sabut kelapa
sawit) yang dihasilkan dari pabrik pengolahan sawit dan berpotensi sebagai limbah
dan dapat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Pemanfaatan
lumpur sawit sebagai bahan organik terbukti dapat memperbaiki struktur fisik tanah,
meningkatkan kandungan organik tanah serta memberi nilai tambah Hasil penelitian
pendahuluan pembibitan awal kelapa sawit menunjukkan bahwa lumpur sawit yang
dicobakan sebagai bahan media tanam memberikan pertumbuhan (bibit) yang tinggi.
(Effendi, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Sunarko, 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kepala Sawit dengan Sistem
kemitroan. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Yudi, A.N. 2008. Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pada Pembibitan Awal
Terhadap Pupuk NPK Mutiara. Fakultas Pertanian Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru.
Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia Edisi 2.
Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Sumatera Selatan.
Hidayat, T. 2010. Penyiapan Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jaqc.) dalam
Pengadaan Bahan Tanaman di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat,
Sumatera Utara.
Lumbagaol P. 2008. Pengaruh Pemeraman Buah dan Letak Benih Dalam Buah
Terhadap Viabilitas Benih Pepaya. Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian IPB
PPKS. 2006. Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit di Indonesia.
Dalam Latif, S (Ed). Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit di
Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan
Sihombing, Robinson, 2010. Dampak Pemberian Kiserit dan Kotoran Ayam terhadap
Produksi Sawi Pada Tanah Ultisol. Skripsi Ilmu Tanah. Universitas Sumatera
Utara. Medan
Havlin, J.L., J.D. Beaton, S. L. Tisdale, And W. L. Nelson. 2004. Soil Fertility And
Fertilizer. 7th Edition. PeersonPrentice Hall. P, New Jersey
Tuasikal, L. 2003. Pengaruh pemberian pupuk kalium pada tanah regosol terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.). (Skripsi). Fak.
Pertanian Universitas Pattimura. Ambon.
Mitrosuhardjo, M.M. 2002. Efisiensi serapan P pupuk oleh tanaman kacang tanah
yang tumbuh pada 2 tingkat kelembaban tanah. Prosiding Seminar Nasional
dan Pertemuan Tahunan Komisariat Daerah Himpunan Ilmu Tanah Indonesia
Dina, F.M. 2008. Pemanfaatan Limbah Lumpur Kering Kelapa Sawit Sebagai
Sumber Bahan Organik Untuk Campuran Media Tanam Sawi (Brassica
Juncea). Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sukamto, ITN. 2008. 58 Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Baherta. 2009. Respon Bibit Kopi Arabika Pada Beberapa Takaran Pupuk Kandang
Kotoran Ayam. Jurnal Ilmiah Tambua, 8 (1) :467-472.