Anda di halaman 1dari 13

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) atau dikenal juga dengan istilah ketela

rambat merupakan tanaman yang termasuk ke dalam jenis tanaman palawija,

dapat berfungsi sebagai pengganti bahan makanan pokok (beras) karena

merupakan sumber karbohidrat.. Provinsi Jawa Barat merupakan daerah sentra

dan penghasil komoditas ubi jalar terbesar di Indonesia. (Handawi, 2010).

Ubi jalar adalah tanaman yang tumbuh menjalar di dalam tanah dan

menghasilkan umbi. Ubi jalar dapat di tanam pada lahan yang kurang subur,

dengan catatan tanah tersebut diolah terlebih dahulu menjadi gembur. Umbi dapat

dipanen setelah 3-4 bulan, dengan rata-rata produksi 30 ton/ha. Ubi jalar

mengandung beberapa gula yang memberikan rasa manis. Dibandingkan dengan

umbi-umbian lain, ubi jalar mengandung jumlah rata-rata protein dan karbohidrat

yang lebih tinggi, terutama pati (Murtiningsih dan Suryanti, 2011).

Gulma merupakan tumbuhan pengganggu tanaman pokok perkebunan

sehingga perlu dilakukan tindakan pengendalian. Keberadaan gulma disekitar

tanaman dapat menimbulkan kerugian yang besar, walaupun berlangsung secara

perlahan-lahan. Persaingan antara tanaman dan gulma terjadi baik di atas

permukaan tanah yang berupa persaingan dalam mendapatkan cahaya matahari,

CO2 dan ruang tumbuh (Djafaruddin. 2006).

Didalam tanah pun terjadi persaingan, yakni persaingan mendapatkan air

dan unsur hara. Faktor persaingan tersebut dapat menyebabkan perkembangan dan

perutumbuhan tanaman pokok budidaya menjadi terhambat dan dapat mengurangi

jumlah produksi tanaman budidaya. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan
2

pengendalian untuk menekan perkembangan gulma di areal pertanaman

(Tu, M., C. Hurd, R. Robinson, and J.M. Randall. 2001).

Upaya pengendalian gulma telah dilaksanakan dengan menanami tanah di

antara tanaman pangan, perkebunan maupun hortikultura. Selain itu, juga dapat

dilakukan upaya preventif berupa pembuatan piringan (bokoran) disekeliling tiap

individu tanaman. Bila pertumbuhan gulma tidak dikendalikan dengan baik, maka

berbagai macam gulma dapat tumbuh dengan subur dan mengganggu (menyaingi)

pertumbuhan tanaman pokok. Hal ini menyebabkan keadaan pertanian menjadi

kotor dan lembab (Adi, 2010).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah agar mahasiswa mengetahui

dan mengerti tentang pengendalian gulma Jukut Pahit (Paspalum conjugatum)

pada pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar (Ipomea batatas L.)

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Dasar Perlindungan

Tanaman Sub Gulma, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara dan menjadi bahan bacaan bagi ihak yang

membutuhkan.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Adapun sistematika pada tanaman ubi jalar digolongkan sebagai berikut,

yaitu kingdom: Plantae; divisi: spermatophyta; subdivisio: angiospermae; class:

dycotiledonae; ordo: solanales; family: convolvulaceae; genus: Ipomea; species:

Ipomea batatas L (Van Steenis, C. G. G. J . 1975).

Bantuk batang ubi jalar adalah membulat. Warna batang dominan hijau,

kuning, ungu dan kombinasi dari ketiganya. Pada permukaan batang yang masih

muda terdapat rambut menyerupai bulu yang halus, tetapi cenderung rontok

seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Faktor eksternal yang

mempengaruhi Diameter batang, diantaranya kesuburan tanah, suhu dan air.

Tetapi faktor genetik merupakan karakter tetap

(Puslitbang Tanaman Pangan, 2012).

Jenis Kultivar akan membengaruhi lebar helaian daun dan faktor

lingkungan. Daun memiliki pigmen ungu yang terdapat pada sebagian atau

seluruh bagian yang berhubungan dengan helaian daun atau batang, di sepanjang

tangkai atau pada keduanya Luas helaian daun dapat diketahui dari panjang dan

lebar daun dewasa, yang di ukur pada sisi paling lebar dan paling panjang, dengan

kategori : Sempit, < 8 cm, Sedang, 8.1 < 15.0 cm, Lebar >25.0 cm

(Huaman, 1992).

Ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan

secara generatif hanya melalui pemulian tanaman, dan perbanyakan secara

vegetatif melalui budidaya, yaitu menggunakan stek batang. Setelah stek ditanam,

akar adventif tumbuh satu atau dua hari. Akar-akar tersbut tumbuh cepat dan
4

membentuk sistem perakaran dengan fungsi spesifik untuk tiap ubi jalar. Akar

mampu menembus tanah yang lembab dan basah hingga kedalaman lebih dari 2

meter, bergantung pada kondisi fisik, kimia dan status air tanah. Kedalaman

penetrasi akar bersifat relatif agar tanaman mampu bertahan hidup pada kondisi

tercekam kekeringan (Umiyati, U. 2005).

Ubi dihasilkan dari pertumbuhan sekunder beberapa akar ubi pada zona

perakaran (lapisan tanah sedalam 20-25). Sebagian besar ubi berkembang dari

bakal calon ubi yang terdapat pada sistem akar serabut. Ubi juga terbentuk dari

akar-akar yang tumbuh pada buku-buku batang yang tumbuh menjalar di

permukaan tanah, namun ubi yang terbentuk biasanya berukuran kecil sehingga

tidak bernilai ekonomis, bahkan berpengaruh terhadap perkembangan ubi pada

sistem akar di zona perakaran (Girsang, W. 2005).

Syarat Tumbuh

Tanah

Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi

jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah tanah pasir berlempung, gembur, banyak

mengandung bahan organic, drainasenya baik serta mempunyai derajat keasaman

tanah (pH) 5,5 – 7,5 (Purba, E. 2005).

Tanaman ubi jalar dapat tumbuh baik mulai 40 lintang utara hingga 32

lintang selatan. Di indoensia, tanaman ubi jalar dapat tumbuh di daerah pesisir

pantai hingga ketinggian 1700 mdpl. Ubi jalar dapat tumbuh di berbagai jenis

tanah. Ubi jalar akan memiliki hasi tertinggi ketika ditanam di tanah lempung

berpasir yang kaya bahan organik dan drainase yang baik (Triharso. 2006).
5

Di tanah lempung berat, ubi jalar akan menghasilkan umbi yang rendah.

Di tanah yang subur, tanaman ubi jalar akan memiliki banyak daun, tetapi hasil

umbi sedikit. Ubi jalar dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan derajat

keasaman 5,5-7,5. Namun demikian, tanah yang optimal untuk pertumbuhan ubi

jalar adalah dengan kemasaman 6,1-7,7 (Marveldani, dkk. 2007).

Iklim

Temperatur dapat mempengaruh pertumbuhan dan perkembanagan serta

membentuk umbi yang optimal, yaitu berkisar 20o C – 27o C. Tetapi ubi jalar

masih mampu tumbuh pada suhu toleran minimum 16o C dan Maksimum 40o C

tetapi dengan hasil yang kurang baik. siklus vegetatif ubi jalar memerlukan suhu

minimal 15oC pada sampai 33oC (Js & Cahyono, 2012).

Jumlah uap air yang ada diudara sangat penting dalam pertumbuhan dan daya

tahan penyimpanan umbi di dalam tanah. kelembaban udara 50% RH – 90% RH.

Kelembaban udara yang tinggi mampu menekan penyusutan bobot umbi. RH yang

tinggi mampu memperlebar luas daun untuk penyerapan cahaya sehingga

meningkatkan pembesaran sel akar untuk penyimpanan makanan ubi atau

pembesaran sel akar (Mwangga & Zamora, 1988).

Cahaya matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman ubi jalar. Intesitas

cahaya matahari yang bagus akan membuat tanaman menjadi bagus juga melalui

adanya proses fotosintesis yang baik. Juga cahaya matahari untuk melakukan

proses asimilasi, yaitu 11-12 Jam/hari atau 13 Jam/hari (Mithra, 2008).


6

PENGENDALIAN GULMA JUKUT PAHIT (Paspalum conjugatum) PADA


TANAMAN UBI JALAR (Ipomea batatas L.)

Gulma Jukut Pahit (Paspalum conjugatum)

Jukut Pahit (Paspalum conjugatum) memiliki perakaran yang bertipe

serabut, dan memiliki rambut-rambut akar yang berukuran sangat halus yang

berjumlah sangat banyak. Akar dari Jukut Pahit ini sering keluar dari buku-buku

batang. Dan memiliki warna akar putih kecoklatan yang berukuran lebih kurang

30 cm ke dalam tanah (Djojosumarto, P. 2008).

Batang dari Jukut Pahit (Paspalum conjugatum) padat, berbentuk agak

pipih dengan ukuran tinggi 20-75 cm. Batang dari tumbuhan ini tidak memiliki

bulu, dengan warna hijau bercorakkan ungu, tumbuh tegak ke atas dan hidup

berumpun, berbentuk geragih yang bercabang-cabang. Pada tiap buku dan geragih

dapat membentuk akar dan batang yang baru. Geragih merupakan sarana

perkembangbiakan secara vegetatif (Nasution, U. 1986).

Daun dari Jukut Pahit (Paspalum conjugatum) memiliki helai daun

berbentuk pita atau pita lanset ujungnya lancip. Daunnya memiliki bulu

disepanjang tepinya dan permukaannya. Helai daun paling atas seringrudimenter.

Upih daun berwarna hijau atas bercorak ungu, berbentuk lunas perahu yang sangat

pipih, tepinya berbulu halus.

Bunga dari Jukut Pahit (Paspalum conjugatum) memliki tandan

(rasemosa) hampir selalu tumbuh berhadapan pada satu titik (conjugate). Sangat

jarang sekali terdapat tandan ketiga dibawahnya. Tandan mula-mula tumbuh tegak

dan rapat belakang-membelakangi, tetapi tetpi kemudian terpsh satu sma lain.

Ukuran dari bunga nya adalah antara 3-15 cm (Umiyati, U. 2005).


7

Buah dari Jukut Pahit (Paspalum conjugatum) berbentuk sumbuh sempit

dengan ukuran antara 1-1,25 cm, dengan tipe tidak berbulu, ssi belakang berwarna

hijau mengkilap, dengan ujung menyempit dan menyaring. Biji dari Jukut Pahit

(Paspalum conjugatum) berukuran sangat kecil yaitu 1,75 mm-2 mm, berbentuk

elips lebar dengan ujung yang tumpul, sepanjang sisinya terdapat bulu-bulu halus

yang panjang, warnanya hijau sangat pucat (Triharso. 2006).

Faktor Tumbuh Jukut Pahit (Paspalum conjugatum)

Jukut Pahit tumbuh dengan baik untuk tanah yang berpasir atau berpasir

lempung tanah, tetapi juga untuk tanah liat cahaya dan gambut. Berkembang

dengan baik di tanah yang yang memiliki tanah dengan kadar pH asam dengan

ukuran pH 5,0-7,0 dan akan mengalami klorosis besi ketika berada pada tanah

dengan pH diatas 7 (Tampubolon, I. 2009).

Jukut Pahit tumbuh pada suatu areal pertanaman dengan curah hujan

tahunan antara 1000-4000 mm. Tumbuhan pengganggu ini tidak terlalu toleran

terhadap tanah yang kering tetapi lebih tumbuh dengan subur pada tanah yang

lembab, tidak menahan banjir berkepanjangan atau kondisi oermanen berawa

(Tjitrosoedirdjo, S., I. Utomo dan J. Wiroatmodjo. 2004).

Jukut Pahit tumbuh sama dengan Ubi Jalar yaitu pada ketinggian lebih

kurang 1700 mdpL. Ubi jalar dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Ubi jalar akan

memiliki hasi tertinggi ketika ditanam di tanah lempung berpasir yang kaya bahan

organik dan drainase yang baik (Marveldani, dkk. 2007).

Proses Penyebaran Jukut Pahit (Paspalum conzugatum)

Merupakan gulma umum yang dominan di pertanaman tanaman

hortikulturan dan pangan, yang tumbuh menyebar pada tanah rendahan maupun
8

tanah tinggi, terdapat di semua daerah ekologi tanaman pangan Sumatera Utara

dan Aceh. Tumbuh dengan tidak baik pada areal pertanaman yang ternaungi

(Fryer J.D. dan S. Matsunaka. 2007).

Tumbuhan ini berasal dari amerika tropic telah lama megalami naturalisasi

di pulau jawa, tumbuh pada lokasi yang tidak terlalu kering tapi juga tidak terlalu

basah (becek), dengan cahaya matahari cukup atau sadikit ternaung, pada

ketingian 0-1700 m diatas muka laut (Girsang, W. 2005).

Paspalum conjugatum termasuk gulma yang penting karena tumbuhan

dominan dan menimbulkan efek persaingan dengan tanaman karet dan tanaman

penutup tanah kacangan. Namun pada tanah miring, Paspalum conjugatum

bermanfaat untuk mengurangi erosi tanah (Fadhly, A. F., dan F. Tabri. 2007).

Kerugian yang Disebabkan Jukut Pahit (Paspalum conzugatum)

Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk pertanian

rakyat ataupun perkebunan besar ditentukan oleh gulma. Kerugian akibat gulma

terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya, iklim,

jenis gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di samping faktor lain

(Crafts, A.S. and W.W. Robins, 2003).

Kerugian yang disebabkan oleh Jukut Pahit ada pengaruhnya dengan

pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman ubi jalar. Yaitu terhambatnya

pertumbuhan karena adanya persaingan antara tanaman dan gulma dalam

menambil air dan unsur hara pada tanah yang berpengaruh pada hasil produksi

berupa umbi ubi jalar yang mengecil dan tidak berisi (Audus, L.J. 2009).
9

Pengendalian Jukut Pahit Jukut Pahit (Paspalum conzugatum) Pada


Tanaman Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)

Pengendalian gulma secara Mekanik hanya mengandalkan kekuatan fisik

atau mekanik, baik dengan tangan biasa, alat sederhana maupun alat berat.

Adapun beberapa cara melalui pengendalian secara mekanik ini adalah sebagai

berikut: Pencabutan dengan tangan (Penyiangan), Pengolahan tanah,

Penggenangan, Pembubuhan mulsa (Bangun, M. K. 2001).

Pengendalian gulma secara biologis didefinisikan sebagai upaya

pengendalian gulma dengan menggunakan organisme hidup, seperti serangga,

ikan pemakan tanaman dan hewan lainnya, organisme penyakit, dan tanaman

pesaing untuk membatasi infestasi gulma. Pada dasarnya pengendalian gulma

secara biologis mempunyai tiga pendekatan, yaitu: Penggunaan organisme

selektif, yaitu organisme yang menyerang satu atau hanya beberapa spesies

gulma, Penggunaan organisme nonselektif, yaitu organisme yang menyerang

semua spesies gulma, dan, Penggunaan spesies tanaman pesaing, yaitu tanaman

yang bersaing dengan spesies gulma untuk satu faktor atau lebih, misalnya

tanaman ubi jalar untuk mengurangi pertumbuhan teki berumbi (C. rotundus) atau

alangalang (Imperata cylindrica) yang peka naungan (Rijn, 2000).

Pengendalian gulma secara kimia adalah pengendalian gulma dengan

menggunakan bahan kimiawi yang dapat menekan atau bahkan mematikan gulma.

Bahan kimiawi itu disebut herbisida: herba = gulma dan sida = membunuh; jadi

herbisida adalah zat kimiawi yang dapat mematikan gulma. Pengendalian dengan

cara ini membutuhkan alat penyebar herbisida serta pengetahuan tentang herbisida

itu sendiri, agar pengendalian yang dilakukan dapat berhasil (Anderson, 2007).
10

Pengendalian gulma secara terpadu adalah suatu pengendalian yang efektif

melibatkan beberapa cara dalam waktu yang berurutan dalam suatu musim tanam.

Misalnya saja, satu jenis spesies tanaman kurang mampu menekan pertumbuhan

gulma, penegendalian secara mekanik sendiri tidak sempurna dalam mengatasi

gulma tertentu. Maka timbulah pemikiran bahwa paduan antara beberapa cara

pengendalain dalam satu musim tanam diharapkan dapat mengatasi masalahnya.

Seperti perpaduan antara pengendalaian secara mekanik diteruskan dengan

pemberian herbisida pasca tumbuh, penggunaan herbisida pra tumbuh diteruskan

herbisida pasca tumbuh dan lain lagi perpaduan yang sekiranya dapat menekan

investasi gulma yang sulit untuk dibasmi (Anwar, R. 2009).


11

KESIMPULAN

1. Jukut Pahit (Paspalum conjugatum) memiliki perakaran yang bertipe

serabut, daun berbentuk pita, dan batang berbentuk pipih.

2. Jukut Pahit tumbuh dengan baik untuk tanah yang berpasir atau berpasir

lempung tanah, tetapi juga untuk tanah liat cahaya dan gambut dengan

curah hujan 1000-4000 mm per tahun

3. Merupakan gulma umum yang dominan di pertanaman tanaman

hortikulturan dan pangan

4. Kerugian yang disebabkan oleh Jukut Pahit ada pengaruhnya dengan

pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman ubi jalar

5. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan cara mekanik, biologis, kimia

dan terpadu.
12

DAFTAR PUSTAKA

Adi, 2010. Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman. Universitas Gadjah Mada


Press, Yogyakarta

Anderson, 2007. Ilmu Pengetahuan Alam. Erlangga Jakarta.

Anwar, R. 2009. Uji Berbagai Herbisida Dalam Pengendalian Gulma Tanaman


Karet. UniHaz, Bengkulu.

Audus, L.J. 2009. The Physiology And Biochermistry of Herbicides. Academic


Press, New York.

Bangun, M. K. 2001. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian. Universitas


Sumatera Utara, Medan.

Crafts, A.S. and W.W. Robins, 2003. Weed Control. Tata Mc Graw-Hill Publ. co.
Ltd., New Delhi.

Djafaruddin. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Perlindungan Tanaman. Bumi Aksara,


Jakarta.

Djojosumarto, P. 2008. Pestisida Dan Aplikasinya. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Fadhly, A. F., dan F. Tabri. 2007. Pengendalian Gulma Pada Pertanaman Jagung.
http://balit.litbang.co.id.bukujagung.pdf. 13 November 2009.
Fryer J.D. dan S. Matsunaka. 2007. Penanggulangan Gulma Secara Terpadu. Bina
Aksara, Jakarta. Hal 6 3 Ganapathy, C. 1997. Environment al Fate of
Triclopyr. Department of Pesticide Regulation, Sacramento.
Girsang, W. 2005. Pengaruh Tingkat Dosis Herbisida Isopropilamina Glifosat
Dan Selang Waktu Terjadinya Pencucian Setelah Aplikasi Terhadap
Efektivitas Pengendalian Gulma Pada Perkebunan Karet (Hevea
brasiliensis) TBM. Bidang Ilmu Pertanian vol. 3 : 31-36.
Handawi, 2010. Prospek Dan Arah Pengembangan Agribisnis Karet. Diakses
tanggal 25 Desember 2009.
http://www.pesticideinfo.org. 2010. Glufosinate-Ammonium. Diakses tanggal 1
April 2010.
Marveldani, dkk. 2007. Pengembangan Kedelai Transgenik yang Toleran
Herbisida Amonium-Glufosinat Dengan Agrobacterium. Agrosia 10:4955.
Murtiningsih dan Suryanti, 2011. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma.
Rajawali Press,
Jakarta.
Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya Di Perkebunan Karet Sumatera
13

Utara Dan Aceh. Gramedia, Jakarta.


Purba, E. 2005. Kombinasi Herbisida Golongan Bipiridilium Dengan Golongan
Sulfonilura Untuk Mengendalikan Pakis Stenochlaena Pallustris.
http://www.usu.ac.id/repository. Diakses tanggal 13 April 2010. Universitas
Sumatera Utara
Rijn, 2000. Herbicide Mode of Action. Department of Botany and Plant
Pathology, Purdue University. http:// www.bio5.rwthaachent.
Diakses tanggal 1 April 2010 Sabur, A.M. 2002. Pengendalian Tali Said
(Commelina benghalensis L.) Secara Kimiawi Di Perkebunan Teh. Prosiding
HIGI XVI, Bogor. Sukman, Y dan Yakup. 2002.Gulma Dan Teknik
Pengendaliannya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Tampubolon, I. 2009. Uji Efektivitas Herbisida Tunggal Maupun Campuran
Dalam Pengendalian Stenochlaena palustris di Gawangan Kelapa Sawit.
http://www.usu.ac.id/repository.pdf. Diakses tanggal 1 Mei 2010.
Tjitrosoedirdjo, S., I. Utomo dan J. Wiroatmodjo. 2004. Pengelolaan Gulma di
Perkebunan. PT Gramedia, Jakarta. 210
Triharso. 2006. Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman. Universitas Gadjah Mada
Press, Yogyakarta.
Tu, M., C. Hurd, R. Robinson, and J.M. Randall. 2001. Weed Control Methods
Handbook. http://www.invasive.org/gist/products/handbook/20.Triclopyr.pdf.
Diakses tanggal 25 Desember 2009
Umiyati, U. 2005. Sinergisme Campuran Hebisida Klomazon Dan Metribuzin
Terhadap Gulma. Fakultas Pertanian Universitas Swadaya, Cirebon.
Van Steenis, C. G. G. J . 1975 . Flora untuk sekolah di Indonesia . Pradnya
Paramita. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai