Anda di halaman 1dari 23

1

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gambas (Luffa acutangula), tanaman ini termasuk dalam family

Cucurbitaceae, berasal dari India, namun telah beradaptasi dengan baik di Asia

Tenggara termasuk Indonesia. (Sunarjono, 2009). Seiring dengan pertambahan jumlah

penduduk dan pengetahuan gizi terhadap manfaat tanaman gambas, permintaan

masyarakat terhadap gambas juga terus meningkat. Akan tetapi peningkatan

permintaan tersebut tidak diiringi dengan peningkatan jumlah produksi. Tanaman

sayuran Cucurbitaceae umumnya merupakan tanaman yang bersifat menjalar, gambas

merupakan tanaman yang menjalar dengan menggunakan batang.

Menurut Gembong (2002) bahwa tempat rambatan berguna untuk

merambatkan tanaman gambas dari bawah sehingga bisa tumbuh keatas, yang

bertujuan agar buah gambas tidak bersentuhan langsung dengan tanah, karena dapat

membuat buah gambas menjadi busuk. Salah satu cara dalam budidaya tanaman

gambas agar mendapatkan hasil yang optimal yaitu menggunakan tempat rambatan,

karna sifat dari tanaman gambas yang menjalar sehingga membutuhkan tempat

rambatan.

Penggunaan tempat rambatan juga merupakan upaya dalam optimalisasi

fotosintesis. Daun tanaman yang saling berdekatan dan menutupi menyebabkan

cahaya matahari tidak sampai pada permukaan daun secara maksimal dan

mengganggu sirkulasi CO2 dan proses fotosintesis. Pada daun bagian bawah tanaman
2

akan membusuk dan serangan hama serta penyakit akan meningkat karena

kelembaban di dalam tajuk tinggi sehingga tanaman akan mati. Hal ini dapat diatasi

dengan menggunakan tempat rambatan untuk menopang tanaman, supaya dalam

penerimaan cahaya matahari lebih optimum dan meningkatkan efisiensi fotosintesis

(Nugraha, 2013).

Banyak petani mengenal bentuk tempat rambatan hanya yang berbenntuk

sederhana yaitu hanya tempat rambatan dengan kayu tiang saja. Adapun bentuk

bentuk lain tipe rambatan yaitu seperti berbentuk segitiga, berbentuk pagar, namun

semua tipe rambatan yang ada itu harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan

di budidayakan. Tipe tempat rambatan yang umum digunakan yaitu tipe tempat

rambatan dengan kerangka A atau berbentuk segitiga cocok untuk tanaman mentimun,

gambas atau pare. Tiang harus ditanam cukup kuat untuk mencegah runtuhnya ke 3

arah barisan bila tempat rambatan menyanggah buah yang berat. Cara yang paling

sederhana untuk menghindari keruntuhan adalah dengan mengikat tiang-tiang tegak

pada tonggak melintang dengan lilitan kawat besi lunak. Model lanjaran palang

segitiga ini sesuai digunakan pada sistem penanaman dengan pola tanam barisan

berganda. Model lanjaran dapat juga berbentuk piramida, yaitu setiap empat batang

tiang lanjaran diikat dengan tali menjadi satu sehingga terbentuk sebuah piramida.

Model lanjaran juga dapat berbentuk satu palang yang berbentuk tegak lurus. Model

lanjaran berbentuk satu palang ini lebih sesuai digunakan pada sistem penanaman

dengam pola tanam barisan tunggal (shttp://sumut.litbang.pertanian.go.id). Dalam

upaya peningkatan produksi tanaman gambas banyak hal yang harus di lakukan antara
3

lain pemupukan. Saat ini banyak di pasar beredar pupuk hayati dengan berbagai jenis.

Pupuk hayati organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti

pelapukan sisa - sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik digunakan untuk

memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Simanungkalit, 2006).

Peningkatan produksi gambas dapat dilakukan secara intensifikasi yaitu

merupakan usaha yang dapat dilakukan melalui penggunaan pemupukan yang ramah

lingkungan seperti pupuk hayati. Pupuk hayati selain berfungsi menyuburkan tanah

dan ekosistem tanah serta menghindarkan kemungkinan terjadinya pencemaran

lingkungan Pupuk hayati sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian,

diantaranya yaitu mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas

lahan secara berkelanjutan. Pupuk hayati yang mengandung mikroorganisme tanah

yang unggul, bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah sebagai hasil biokimia

tanah. Kandungan mikroorganisme dalam pupuk hayati dapat meningkatkan jumlah

pengikat nitrogen bebas oleh bakteri artinya bakteri mampu memproduksi pupuk

sendiri didalam tanah, meningkatkan proses biokimia didalam tanah sehingga unsur P

dan K tersedia dalam jumlah yang cukup kebutuhan nutrisi dan mudah diserap oleh

tanaman (Untung, 2011).

Penggunaan pupuk hayati dalam jangka panjang dapat meningkatkan

produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Peranannya cukup besar

terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan (Risnandar,

2013).
4

Selanjutnya menurut Ardiansyah (2008), manfaat pupuk hayati juga sangat

bagus dan menguntungkan seperti dapat memperbaiki struktur tanah menjadi lebih

gembur, sehingga memudahkan akar tanaman menembus dalam tanah, dapat

membantu penyediaan hara bagi tanaman secara teratur dan seimbang. Berdasarkan

uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian mengenai Pengaruh Tempat

Rambatan dan Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Gambas (Luffa

acutangula).
5

B. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui pengaruh tempat rambatan terhadap pertumbuhan dan

hasil gambas.

2. Untuk mengetahui pengaruh pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil

gambas.

3. Untuk mengetahui Interaksi antara tempat rambatan dan pupuk hayati

terhadap pertumbuhan dan hasil gambas.


6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Taksonomi Dan Morfologi

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman gambas

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : plantae Ordo : violales

Subkingdom : tracheobionta Famili : cucurbitaceae

Divisi :magnoliophiyta Genus : luffa

Kelas : magnoliopsida Spesies : luffa acutangula

Subkelas : dilleniidae

Gambas merupakan tumbuhan genus Luffa, keluarga Cucurbitaceae, hingga masih

bersaudara dengan pare, melon dan timun. Genus Luffa sendiri terdiri dari beberapa spesies, di

antaranya ialah Luffa acutangula (Angled luffa, Ridged Luffa);Luffa aegyptiaca (Smooth luffa,

Egyptian luffa); Luffa operculata (Spongecucumber); dan Luffa cylindrical. Luffa acutangula adalah

gambas dengan permukaankulit beralur, dan paling banyak dibudidayakan sebagai sayuran di

Indonesia.Sebenarnya Luffa acutangula mampu mencapai panjang lebih dari 0,5 m. Namun

diIndonesia, panjang gambas Luffa acutangula hanya sekitar 30 cm.Gambas Luffa

aegyptiaca berpermukaan kulit licin, warna kulit buah agak kekuningan. Gambas Luffa aegyptiaca

hanya dibudidayakan untuk diambil sponsnya. Meskipun buah mudanya juga enak disayur, namun

masyarakat Indonesia sudah terlanjur familier dengan gambas Luffa acutangula yang permukaan
7

kulitnya beralur. Gambas Luffa operculata berbentuk bulat, bukan memanjang seperti gambas

biasanya. Selain itu permukaan kulit gambas Luffa operculata dipenuhi tonjolan mirip dengan

permukaan kulit sirsak. Terakhir, gambas Luffa cylindrica yang bentuknya sama dengan gambas

Luffa aegyptiaca, hanya pangkal dan ujungnya lebih meruncing, serta warna kulitnya hijau tua.

Morfologi dari tanaman ini yaitu pada daun memiliki tekstur permukaan yang

kasar yang amat mirip dengan daun mentimun, tetapi lebih besardan bersudut lebih

banyak dengan cuping yang lebih beragam. Batangnya bersudut empat atau lima

dengan sulur bercabang. Bunga berwarna kuning, berdiameter sekitar 5 cm. Bunga

jantan 5-10 kuntum, berkelompok dalam tandan dan ketiak daun sedangkan bunga

betina tumbuh tunggal dan juga terbentuk padaketiak daun yang sama. Bunga Luffa

acutangula berbunga pada sore hari. Penyerbukan sangat kurang sehingga, dapat

menyebabkan buah terbentuk tidak sempurna. Perlakuan dengan zat pengatur tumbuh,

asam indol asetat (Indole Acetic Acetat – IAA) dapat mengurangi nisbah bunga jantan

terhadap bunga betina dan hari pendek cenderung meningkatkan pembungaan betina.

Pada saat penyerbukan tidak memadai, banyak terbentuk biji hitam pipih, panjang

sekitar 12mm dan lebar 8 mm (Rubatzky et al., 1997).

B. Jenis Dan Varietas

Jenis atau spesies tanaman gambas pada dasarnya bermacam-macam

seperti Varietas gambas F1 ini sangat kuat dan Tahan Penyakit , mudah dalam hal

perawatan tanaman. Gambas jenis F1 Memiliki daya adaptasi yang sangat tinggi
8

terhadap macam jenis tanah. Cocok ditanam pada dataran tinggi,dataran rendah

sampai menengah.

Bentuk buah Gambas langsing dengan ujung meruncing 35 cm hingga 50 cm ,

diameter buah 4-5 cm. Buah memiliki warna hijau , rasanya enak manis,tekstur buah

berserat halus.Umur panen Gambas 35 HST sampai 40 HST- hari setelah tanam.
9

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Kegiatan ini telah dilaksanakan di lahan percobaan fakultas Pertanian,

Universitas Islam Riau. Praktikum ini dilakukan dalam jangka waktu mulai dari jam

16:00 hingga selesai

B. Bahan dan Alat

 Bahan

1. Bibit gambas

2. Pupuk

 Alat

1. Cangkul 4. Pisau

2. Kayu 5. Poly bag

3. Tali 6. Garu tanah

C. Pelaksanaan Praktikum

1. Persiapan Lahan

Sebelum digunakan, lahan tempat praktikum terlebih dahulu kita dibersihkan dari

tumbuhan penggangu dan sisa-sisa tanaman yang masih ada dilahan. Pembersihan ini

dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan alat pemotong rumput, cangkul dan

juga garu.
10

Selanjutnya dilakukan pengolahan tanah dengan membalikkan top soil tanah

sedalam 25 cm untuk mendapatkan tanah yang gembur. Penggemburan tanah ini

dilakukan dengan menggunakan bantuan cangkul dan garu untuk pekerjaan yang lebih

efisien. Tanah yang telah dibalik dan digemburkan kemudian lakukan pembuatan plot

dengan ukuran 1m × 5 m dengan lebar saluran air (parit) 30 cm dan tinggi plot adalah

sekitar 30 cm. Setelah penggemburan dilakukan pemberian pupuk kompos pada

bedengan untuk pematangan tanah, supaya siap d tanam.

2. Pembuatan jalaran/rambatan

Adapun bentuk bentuk tipe rambatan yaitu seperti berbentuk segitiga,

berbentuk pagar, namun semua tipe rambatan yang ada itu harus disesuaikan dengan

jenis tanaman yang akan di budidayakan. Tipe tempat rambatan yang umum

digunakan yaitu tipe tempat rambatan dengan kerangka A atau berbentuk segitiga

cocok untuk tanaman mentimun, gambas atau pare. Tiang harus ditanam cukup kuat

untuk mencegah runtuhnya ke 3 arah barisan bila tempat rambatan menyanggah buah

yang berat.
11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambas dalam bahasa latin Gambas memiliki nama Luffa acutangula di

malaysia dikenal dengan nama Ketola sedangkan di filipina dikenal dengan nama

Patola. Gambas sendiri berasal dari India, dibudidayakan di Asia Utara dan Asia

Tenggara.

Gambas, blustru, oyong, (Luffa Sp), adalah tanaman sayuran yang merambat

dengan akar panjatnya. Gambas dibudidayakan untuk dipanen buah mudanya sebagai

sayuran. Gambas biasa disayur bening, dengan jagung muda, daun katuk, taoge

kedelai, dan bumbu bawang merah serta temu kunci. Namun gambas juga bisa

dioseng-oseng (tumis) atau sayur bobor, lodeh serta bumbu lainnya. Gambas

dipercaya mampu menstabilkan gula darah, menurunkan kadar kolesterol serta

tekanan darah. Bagi ibu-ibu yang menyusui, sayuran gambas dengan daun katuk

dipercaya mampu meningkatkan air susu.

Gambas merupakan tanaman semusim. Budidaya gambas dilakukan di sawah-

sawah, bersamaan dengan budidaya pare, mentimun dan sayuran lainnya. Karena

merupakan tanaman memanjat, maka gambas dibudidayakan di atas bedengan, dengan

ajir dan tali pengikat sebagai panjatan. Dibanding dengan mentimun, gambas relatif

lebih tahan terhadap serangan cendawan fusarium maupun bakteri pseudomonas.

Namun gambas, sama halnya dengan pare, sangat rentan terhadap gangguan larva

kepik Lepidoptera terutama Hypercompe albicornis, yang akan menghabiskan seluruh

daun gambas, hingga tinggal batang dengan sulurnya.


12

Gambas merupakan tumbuhan asli Asia dan Afrika Tropis. Di RRC, gambas

tidak hanya dikonsumsi buah mudanya, melainkan juga pucuk, berikut daun muda dan

bakal bunga. Buah yang telah tua, akan menghasilkan spons dan biji. Spons gambas

merupakan bahan pembersih badan maupun cucian di dapur, yang belakangan ini

semakin populer, karena merupakan bahan organik. Di AS, gambas dibudidayakan

secara besar-besaran untuk dipanen sponsnya, guna diekspor ke Jepang. Biji gambah

yang volumenya cukup besar, menghasilkan lemak nabati, yang bisa dijadikan minyak

goreng.

Gambas merupakan tumbuhan genus Luffa, keluarga Cucurbitaceae, hingga

masih bersaudara dengan pare, melon dan timun. Genus Luffa sendiri terdiri dari

beberapa spesies, di antaranya ialah Luffa acutangula (Angled luffa, Ridged Luffa);

Luffa aegyptiaca (Smooth luffa, Egyptian luffa); Luffa operculata (Sponge cucumber);

dan Luffa cylindrica. Luffa acutangula adalah gambas dengan permukaan kulit

beralur, dan paling banyak dibudidayakan sebagai sayuran di Indonesia. Sebenarnya

Luffa acutangula mampu mencapai panjang lebih dari 0,5 m. Namun di Indonesia,

panjang gambas Luffa acutangula hanya sekitar 30 cm.

Gambas Luffa aegyptiaca berpermukaan kulit licin, warna kulit buah agak

kekuningan. Gambas Luffa aegyptiaca hanya dibudidayakan untuk diambil

sponsnya. Meskipun buah mudanya juga enak disayur, namun masyarakat Indonesia

sudah terlanjur familier dengan gambas Luffa acutangula yang permukaan kulitnya

beralur. Gambas Luffa operculata berbentuk bulat, bukan memanjang seperti gambas

biasanya. Selain itu permukaan kulit gambas Luffa operculata dipenuhi tonjolan mirip
13

dengan permukaan kulit sirsak. Terakhir, gambas Luffa cylindrica yang bentuknya

sama dengan gambas Luffa aegyptiaca, hanya pangkal dan ujungnya lebih meruncing,

serta warna kulitnya hijau tua.

Gambas dibudidayakan dengan benih biji. Buah gambas memproduksi benih

dalam volume sangat besar. Biji gambas mirip dengan biji semangka, namun

ukurannya lebih besar. Bentuk biji gambas seperti biji labu, hanya warnanya bukan

putih melainkan hitam. Karena volume biji gambas dalam tiap buah relatif besar,

maka para petani juga mengumpulkan biji ini untuk diolah menjadi minyak nabati.

Minyak biji gambas bisa dijadikan minyak goreng biasa, tetapi bisa juga menjadi

alternatif bahan bakar nabati. Ampas dari agroindustri minyak biji gambas berupa

bungkil, yang merupakan bahan pakan ternak yang cukup penting. Hingga potensi

ekonomis gambas, sebenarnya cukup menarik.

Biji gambas bisa tahan disimpan sampai lebih setahun, asalkan masih berada

dalam buah keringnya. Buah kering itu juga harus disimpan di tempat yang kering.

Masyarakat pedesaan biasa menyimpan benih labu, pare, gambas, kecipir dan lain-lain

di para-para di atas tungku dapur. Biji gambas akan segera berkecambah apabila

tersiram air. Namun tanaman muda sangat rentan terhadap gangguan hama, penyakit

serta cuaca. Karenanya gambas memproduksi biji sebanyak mungkin, sebab secara

alami, hanya akan ada satu atau dua tanaman yang bisa tumbuh dan kembali

menghasilkan biji. Namun dalam budidaya, hampir semua biji gambas akan terus

tumbuh menjadi individu tanaman baru.

Bunga gambas berwarna kuning cerah serta berukuran cukup besar. Garis

tengah bunga gambas mencapai 5 cm. Bunga jantan terpisah dari bunga betina. Bunga
14

jantan berjumlah lebih banyak, serta mahkotanya berukuran lebih besar dibanding

dengan bunga betinanya. Bunga betina gambas, seperti halnya tanaman Cucurbitaceae

lainnya, mekar pada ujung pentil buah. Begitu bunga betina ini terserbuki,

mahkotanya akan layu, tetapi pentil buah itu segera tumbuh menjadi buah.

Pertumbuhan buah keluarga Cucurbitaceae sangat cepat. Dalam waktu beberapa hari,

pentil buah gambas itu akan menggembung beberapa kali lipat dari ukuran

sebelumnya.

Umur tanaman gambas bisa mencapai satu tahun lebih. Artinya, biji gambas

yang tumbuh pada awal musim penghujan, bisa tetap hidup pada musim penghujan

berikutnya. Beda dengan kacang panjang, buncis, yang umur tanamannya hanya lima

bulan. Hingga dalam budidaya keluarga Cucurbitaceae petani selalu memanfaatkan

lahan-lahan yang tidak akan digunakan untuk budidaya tanaman lain. Atau mereka

hanya akan memanfaatkan pinggiran petakan lahan, bantaran kolam atau saluran air.

Keuntungan petani akan bertambah besar, apabila gambas tidak hanya dibudidayakan

untuk sayuran, melainkan juga sebagai penghasil spons, minyak nabati serta bungkil

sebagai bahan pakan ternak.

Syarat Tumbuh Tanaman Gambas :

- Cocok pada daerah beriklim tropis (25 ° C), altitude 0-500 dpl

- Tekstur tanah lempung berpasir, pH 6.5 – 7.5

Kandungan Nutrisi Buah Gambas /100 g :

- Protein : 0.6 – 1.2 g

- Lemak : 0.2 g
15

- Karbohidrat : 4 – 4.9 g

- Kalsium : 16 – 20 mg

- Ferrum : 0.4 – 0.6 mg

- Posphat : 24 – 32 mg - Vitamin A : 45 – 410 IU

- Vitamin B1 : 0.04 – 0.05 mg

- Vitamin B2 : 0.02 – 0.06 mg

- Vitamin C : 7 – 12 mg

- Total energi : 87 Kj

1. Persiapan Tanam

a. Persemaian (seedling)

Pembuatan media semai, menggunakan media coco peat dengan campuran

NPK 1 kg/1m3. Media dimasukkan ke dalam tray atau polybag. Membuat bedengan

semai, untuk melindungi bibit dipersemaian dari cuaca dan insek. Pemecahan benih,

bertujuan untuk mempercepat masa dormansi sehingga benih mudah

berkecambah.Peram benih (sowing), menggunakan kertas peram dalam kondisi

lembab, dianjurkan disemprot fungisida dosis rendah. Semai benih, setelah benih

diperam 2-3 hari (keluar radikula).Perawatan persemaian, dilakukan dengan

penyiraman rutin. Apabila ada gejala serangan jamur atau insek, semprot dengan

insektisida atau fungisida dosis rendah.

b. Tanam (transplanting)

Dilakukan pada umur bibit 7-8 hari (keluar 2 daun) setelah benih disemai.

Dilakukan sortase bibit, dipilih bibit dengan vigor yang kokoh. Pemberian fungisida
16

dan bakterisida, dilarutkan dan dikocorkan pada bibit yang akan ditanam. Pengairan

lahan pertanaman, dilakukan sebelum pindah tanam. Pengairan dilakukan sampai

kapasitas lapang. Tugal lubang tanam dan aplikasi nematisida/insektisida. Penanaman

harus dilakukan dengan benar, posisi bibit jangan sampai menyentuh mulsa plastic

c. Training Tanaman

Ikat dan merambatkan sulur, dilakukan ketika tanaman mulai berumur ± 7

HST. Sulur harus dirambatkan agar pertumbuhannya sesuai dengan arah lanjaran (±

15 HST). Wiwil, dilakukan dengan cara memangkas cabang-cabang yang tumbuh

pada ruas 1-5. Wiwil dilakukan agar pertumbuhan vertikal tanaman lebih cepat.

d. Penyiangan (cleaning)

Dilakukan pada daerah di sekitar lubang tanam, got dan area antar bedeng

2. Hama Dan Penyakit

Hama yang dapat menyerang pada tanaman oyong ialah cacantal (seperti ulat),

gejalanya daun menjadi korokan. Chrysomelidae (Aula copora), gejalanya

menyebabkan daun dan buah berlubang. Liriomyza sp, gejalanya menyebabkan

korokan pada daun. Ulat(Pyrallidae), gejalanya daun menjadi trasnparan. Thrips,

gejalanya banyak terdapat di permukaan bawah daun sehingga daun menjadi kering

(Adnyani, 2010).

Menurut Sutrisno (2010), hama yang dapat menyerang tanaman oyong

diantaranya adalah kumbang daun, ulat grayak, ulat tanah dan lalat buah.

Pengendalian hama tersebut dilakukan tergantung pada hama yang menyerang. Bila

harus menggunakan pestisida, gunakan pestisida yang relatif aman sesuai rekomendasi
17

dan penggunaan pestisida hendaknya tepat dalam pemilihan jenis, dosis, volume

semprot, waktu aplikasi, interval aplikasi serta cara aplikasinya.

Penyakit yang ditemukan pada tanaman oyong adalah menguningnya dan

berlubangnya daun oyong. Munculnya bercak-bercak kuning pada daun oyong

menandakan bahwa tanaman oyong terserang penyakit. Bercak tersebut lama-lama

menyebabkan daun menguning dan menjadi kering dan akhirnya buah oyong bisa

membusuk (Adnyani, 2010).

Menurut Sutrisno (2010), penyakit yang bias menyerang tanaman oyong

adalah busuk daun, embun tepung, antraknos, layu bakteri dan virus mosaik.

Pemberantasan hama dan penyakit pada tanaman oyong dapat dilakukan dengan

membersihkan daerah di sekitar bedengan termasuk mencabuti rumput liar atau gulma

yang ada di sekitar tanaman serta menyemprotkan pestisida yang relatif aman untuk

membunuh hama yang dapat menjadi salah satu faktor perantara penyakit yang

menyerang tanaman oyong

Pemupukan tanaman gambas :

Dilakukan ketika tanaman mengalami gangguan pertumbuhan vegetatif

(defisiensi nitrogen). Pupuk ZA (10 g/tan) diaplikasikan pada got kemudian dilakukan

leb.

3. Pembuahan :

Polinasi pada gambas menggunakan bantuan angin atau serangga. Pada kondisi

vegetatif yang terlalu over atau hujan yang sangat deras, akan menghambat proses

pembuahan dan mengurangi jumlah buah yang terbentuk. Dapat dilakukan


18

pemangkasan cabang-cabang yang tidak produktif. Proses awal pembuahan dimulai

pada umur ± 30 HST.

4. Panen (harvesting) :

• Panen dapat dilakukan pada umur ± 45 HST (± 6 HSB). Ciri-ciri buah

yang siap dipanen adalah jika cekungan pada buah mulai dangkal dan

berwarna hijau gelap . panen dilakukan dengan interval 3-4 hari.


19

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari keseluruhan hasil penelitian dan pembahasan ini, maka dapat di ambil

beberapa kesimpulan, yaitu:

※ Tanaman gambas adalah jenis tanaman sayuran buah yang memiliki peranan yang

cukup penting dalam pemenuhan gizi yang diperlukan manusia.

※ Agar tanaman gambas dapat tumbuh dengan baik, hendaknya jenis dan varietasnya

ditentukan terlebih dahulu sesuai dengan kondisi dan keadaan alam tempat yang akan

dijadikan lahan.

※ Pada saat proses penyemaian benih dilakukan, ada beberapa hal yang perlu di

perhatikan, seperti ciri-ciri benih yang sehat, tempat penyemaian dan pemeliharaan

tanaman gambas tersebut.

B. Saran

Adapun saran saya kepada pemerintah, masyarakat serta para petani yang berkaitan

dengan pembahasan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

※ Diharapkan penelitian ini terus dilanjutkan dan untu jenis-jenis tanaman lainnya

agar masyarakat luas dapat lebih mengetahui jenis tanaman yang sering mereka

jumpai.

※ Para petani dan juga masyarakat hendaknya tetap menjaga dan membudidayakan

jenis flora yang ada di daerahnya masing-masing .


20

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Tanaman Budidaya Gambas yang baik. Serial Online


http://www.lembaga penelitian hortikultura.com. Diakses 24 Oktober 2019

Berdardinus. 2001. Pengolahan Tanaman Untuk Tanaman Gambas. Serial Online

http:// www.anekaplanta.wordpress. com. Diakses 24 Oktober 2019

Prajnanta. 2003. Tata Cara Penanaman Gambas Pada Lahan Miring. Agro Media
Pustaka: Jakarta

Rustam. 2001. TehnikPenanaman Gambas. SerialOnlinehttp://www. genesa exad.com


Diakses 24 Oktober 2019

Suseno. 2004.Cara Penanaman Gambas Yang Ideal. Serial Online http://www.


Penanaman dan Perawatan. com. Diakses 24 Oktober 2019
21

Lampiran 1. Jadwal kegiatan praktikum

Hari / Tanggal Kegiatan Uraian

Pada kegiatan ini, kami

membuka lahan dengan ukuran


Rabu, 18 September
Membuka lahan 5 X 1 m dan membersihkan
2019
rumput - rumput yang ada

dilahan

Pada kegiatan ini, kami

Jumat, 27, September Pemberian pupuk memberikan pupuk kompos

2019 kompos gulma pada bedengan dengan dosis 1

kg/ bedengan

Pada kegiatan ini, kami

menanam bibit sesuai dengan

Selasa, 08 Oktober 2019 Penanaman bibit komoditi masing-masing

kelompok. Dengan jarak tanam

nya 30 cm.

Pada kegiatan ini, kami

memberikan pupuk padat yaitu,


Selasa, 22 Oktober 2019 Pemberian pupuk padat
pupuk KCL,TSP, dan urea pada

setiap tanaman
22

Lampiran Dokumentasi
23

BIODATA PENULIS

A. Data Pribadi

1. Nama : Dony Ramadhan

2. Tempat & Tanggal Lahir : Jatimulya, 03 desember 2000

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Alamat Asal : Desa jati mulya, Kec.Kerinci Kanan, Kab.Siak

5. Telepon & HP : 0822-6631-7692

Anda mungkin juga menyukai