Anda di halaman 1dari 9

PROBLEMATIKA BUDIDAYA TANAMAN

KASUS PEMELIHARAAN TANAMAN JAGUNG

Kelompok 4 :

1. Farah Nurma Faedah (20180210067)


2. Novenia Rahmaningtyas Putri (20180210067)
3. Muhammad Aprilly Saniy (20180210080)
4. Yoga Adi Wijaya (20180210091)

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Kasus
Dalam rangka memperingati milad UMY, Fakultas Pertanian UMY mengadakan
lomba penanaman jagung manis. Pesertanya adalah kelompok petani di sekitar kampus
dan mahasiswa Fakultas Pertanian UMY. Setiap peserta terdiri dari 4-5 orang. Panitia
menyediakan lahan seluas 10 m2 untuk setiap kelompok. Kriteria pemenang adalah
produksi dan kualitas tongkol jagung yang dipanen. Teknik budidaya yang meliputi jaraj
tanam , metode penanaman, pemupukan maupun pemeliharaan diserahkan kepada
peserta, panitia hanya menyediakan benih jagung manis yang sudah diberi Ridomil.
Varietas jagung yang ditanam oleh kelompok petani nampak memiliki tinggi tanaman
yang seragam, daun hijau, tongkol jagung, berukuran besar. Lahan penanaman tampak
berssih, permukaan tanah di sekeliling tanaman lebih tinggindibandingkan dengan jalan
antara barisan tanaman jagung. Sebaliknya tanaman yang dimiliki oleh kelompok
mahasiswa nampak tidak seragam pertumbuhannya, beberapa tanaman terlihat lebih
pendek dan daun menguning, tongkol jagung tidak berukuran maksimal. Lahan
penanaman jagung dipenuhi rumput dan tidak ada perbedaan tinggi permukaan tanah
antara sekeliling jagung dengan jalan antar barisan tanaman. Produksi dan kualitas
tongkol jagung manis yang diperoleh kelompok petani rata-rata lebih tinggi dan lebih
baik jika dibandingkan dengan yang dipanen oleh kelompok mahasiswa.
Berdasar ilustrasi di atas, coba analisis mengapa penampilan tanaman jagung
manisdari kelompok mahasiswa kurang bagus jika dibandingkan dengan yang ditanam
olehkelompok petani. Bahas berdasarkan deskripsi, teknik budidaya dan metode
pemeliharaanyang benar untuk jagung manis. Apa saja yang perlu dilakukan oleh
kelompok mahasiswa agar tanaman jagung manis mereka memiliki penampilan dan
produksi sebaik yang ditanamoleh petani?

B. Identifikasi Masalah
1. Tanaman jagung manis milik mahasiswa terlihat lebih pendek.
2. Daun tanaman jagung manis berwarna kuning.
3. Tongkol jagung manis tidak tumbuh secara maksimal.
4. Produksi dan kualitas tongkol jagung manis yang diperoleh rendah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Tanaman Jagung


Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-
bijian dari keluarga rimput-rumputan. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman
pangan yang penting. secara umum klasifikasi dan sitematika tanaman jagung sebagai
berikut :
Kingkom : plantae
Division : spermatophyte
Kelas : monocotyledone
Family : graminaceae
Genus : zea
Spesies : Zea mays L. (Tjitrosoepomo 2013).
Kadungan gula pada jagung manis akan sangat menentukan kualitasnya. Kualitas
hasil diukur dalam bentuk kandungan gula. Semakin tinggi kandungan gula maka
kualitasnya semakin baik. Sukrosa dan gula reduksi hasil fotosintesis yang ditranfer ke
berbagai organ pengguna yang kemudian digunakan untuk pemeliharaan organ tersebut,
sebagian lagi di konversi kedalam struktur maknanan dan sisanya sebagai cadangan
makanan (Surtina,2018).

Secara morfologi bagian-bagian jagung adalah :


a. Akar
Jagung tergolong akar serabut, tanaman yang cukup dewasa muncul akar
anventif yang membantu menyangga tegaknya tanaman (Baharudin,2009)
b. Batang
Jagung tegak dan mudah terlihat,batang beruas ruas. Terbungkus pelepah
daun yang muncul dari buku(Irvan,2009)
c. Daun
Daun jagung adalah daun sempurna.Stomata pada daun jagung berbentuk
halter,yang khas dimiliki familia poacheae setiap stomata dikelilingi sel sel
epidermis berbentuk kipas.Struktur ini berperan penting pada respon tanaman
menanggapi devisit air pada sel sel daun (Pushlitbangtan.1993).
d. Bunga
Jagung memiliki bunga betina yang terpisah dalam satu tanaman.Tiap
kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku poacheae yang disebut
flored.Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga.
Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas.Bunga betina tersusun dalam
tongkol (Sinuraya,1989).
e. Tongkol
Tongkol tumbuh dari buku diantara batang dan pelepah daun.Pada umumnya
satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun
memiliki sejumlah bunga betina.(Soemadi.2000)

B. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung


Tanaman jagung akan tumbuh optimal pad suhu dengan ketinggian antara 1000-
1800 m dpl. Dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl. Namun pada dasarnya
tanaman jagung dapat ditanam di daerah dataran rendah maupun tinggi (Litbang, 2009).
Curah hujan yang optimal untuk penanaman jagung yaitu pada intensitas 200-300
mm/bulan dan optimal pada temperatur 23-27 0C. PH yang cocok pada tanaman jagung
berkisar 5,6 hingga 6,2 (Riwandi, Merakati, & Hasanudin, 2014). Jagung tidak memiliki
persyaratan khususu pada tanah, namun jagung akan tumbuh secara optimal pada tanah
yang gembur, subur, kaya akan humus, dan memiliki aerasi juga ketersediaan air yang
cukup (Dedi, 2018). Tanah subur bagi tanaman jagung merupakan tanah yang kaya akan
nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Tanah yng subur juga akan menghasilkan
produksi jagung yang tinggi.
C. Budidaya Tanaman Jagung
1. Penanaman

Jarak tanam yang dianjurkan untuk penanaman jagung yaitu dengan jarak 70 cm x
20 cm dengan pemberian satu benih per lubang tanam (Litbang, 2009). Kedalaman
lubang tanam sekitar 3 cm. Jarak tanam ini berfungsi agar tanaman jagung
mendapatkan sinar matahari secara optimal dan mengurangi terjadinya kompetisi
tanaman satu dengan tanaman lainnya untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah.

2. Pemupukan

Dilakukannya pemupukan guna mencukupi unsur hara yang dibutuhkan tanaman


jagung. Terpenuhinya unsur hara pada tanaman jagung akan memberikan hasil yang
maksimal. Pemupukan tanaman jagung dapat dilakukan dengan tiga tahap. Tahap
pertama yaitu dengan pemberian pupuk dasar, yang diberikan saat tanam
berlangsung. Tahap kedua, pupuk dapat diberikan pada 3-4 minggu stelah tanam.
Tahap yang terakhir yaitu pemberian pupuk pada minggu ke 8. Unsur hara yang
paling dibutuhkan untuk pertumbuhan jagung adalah unsur nitrigen (N), fosfor (F),
dan kalum (K).

3. Penyiangan

Penyiangan tanaman bertujuan untuk mengendalikan gulma yang ada di sekitar


tanman jagung. Apabila tidak dilakukan penyiangan akan terjadi kompetisi antara
gulma dengan tanaman jagung untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah.
Penyiangan dapat dilakukan dengan pencabutan secara berkala.

D. Analisis Masalah
1. Tanaman jagung manis milik mahasiswa terlihat lebih pendek

Penyebab tanaman jagung menjadi pendek adalah :

a. Gejala Kahat (Kekurangan) Hara Pada Tanaman jagung


Gejala kahat hara yang timbul disebabkan karena kebutuhan hara tidak
terpenuhi baik dari tanah maupun dari pemberian pupuk. Tanaman kekurangan
unsur hara tertentu, maka gejala defisiensi yang spesifik akan muncul. Metode
visual ini sangat unik karena tidak memerlukan perlengkapan yang mahal dan
banyak serta dapat digunakan sebagai penunjang informasi yang sangat penting
untuk perencanaan pemupukan pada musim berikutnya bagi teknik- teknik
diagnostik lainnya. Kahat hara yang dapat di deteksi dini dapat diatasi dengan
penambahan pupuk.
b. Nitrogen (N)
Pada tanaman masih muda seluruh permukaan daun berwarna hijau
kekuningan. Daun berwarna kuning pada ujung daun dan melebar menuju tulang
daun. Warna kuning membentuk huruf V. Gejala nampak pada daun bagian
bawah, karena N sifatnya mobil dalam tanaman, gejala kekurangan N ini
berangsur-angsur akan merambah ke daun-daun di atasnya. Daun tua akan mati
dan tanaman yang kekurangan N akan tumbuh kerdil, pembungaan terlambat,
dan pertumbuhan akar terbatas sehingga produksi rendah.
c. Fosfor (P)
Kekurangan fosfor umunya sudah tampak waktu tanaman masih muda.
Gejala awal dimulai dengan daun yang berwarna ungu-kemerahan. Hasil tongkol
menunjukkan tongkolnya kecil dengan ujung janggel melengkung. Suhu tinggi
dan udara kering dapat menyebabkan kekurangan hara P, meskipun P dalam
tanah cukup. Kekurangan hara P menyebabkan pemasakan biji menjadi lambat
dan produksi rendah.
d. Kalium (K)
Kahat kalium dimulai dengan warna kuning atau kecoklatan sepanjang
pinggir daun pada daun tua. Warna tersebut akan berkembang kearah tulang daun
utama dan pada daun-daun di atasnya. Gejala umum kekurangan hara K lainnya
adalah warna coklat tua pada buku batang bagian dalam dan dapat diketahui
dengan mengiris batang secara memanjang. Ukuran tongkol kadang-kadang tidak
terlalu dipengaruhi seperti halnya pada kekurangan hara N dan P, tetapi biji-biji
pada jagung tidak berkembang dan tongkol jagung memiliki banyak klobot
dengan biji sedikit sebagai akibat kekurangan hara K.
e. Belerang (S)
Kekurangan hara belerang tampak pada daun muda yang bewarna hijau
muda dengan pertumbuhan yang terhambat. Sering dijumpai pada tanah berpasir
atau tanah dengan bahan organik rendah.
f. Magnesium (Mg)
Kekurang unsur hara magnesium menyebabkan timbulnya warna
keputihan sepanjang kanan kiri tulang daun pada daun tua dengan warna merah
keunguan sepanjang pinggir daun. Gejala ini dapat merupakan indikasi bahwa
tanah tersebut masam, terutama timbul pada tanaman muda dengan pengolahan
tanah yang kurang intensif. Pemberian dolomit dapat mengatasi masalah kahat
Mg ini pada tahun-tahun berikutnya. (Kementrian Pertanian, 2010).
2. Daun tanaman jagung manis berwarna kuning

3. Tongkol jagung manis tidak tumbuh secara maksimal

Bunga Jantan menghasilkan 2-25 juta butir serbuk sari dalam jangka
waktu 5-12 hari. Serbuk sari menyebar secara alami dengan bantuan angin,
serangga atau burung. Setiap bakal biji mempunyai satu rambut dengan bulu-bulu
halus yang berfungsi untuk menangkap serbuk sari. Melalui rambut jagung,
serbuk sari tersebut diteruskan hingga bertemu bakal biji dibagian pangkal.

Terdapat 3 kriteria kualitas tongkol jagung yang tidak tumbuh maksimal, yaitu :
1. Biji jagung sedikit atau Bogang
a. Serbuk sari mati, penyebabnya bisa karena suhu lingkungan terlalu tinggi
(cuaca ekstrim >38°C)
b. Angin terlalu kencang, atau tidak ada angin. Akibatnya serbuk sari tidak jatuh
ke rambut tongkol dan bakal biji tidak mendapat serbuk sari yang mencukup
c. Kekeringan, tanaman jagung kurang mendapat air atau nutrisi yang cukup
(unsur N atau P), sehingga biji tidak bisa berkembang optimal.
d. Curah hujan yang terlalu deras atau sering, sehingga mengurangi serbuk sari
yang jatuh ke rambut tongkol
e. Jarak tanam yang terlalu rapat, sehingga menghalangi jatuhnya serbuk sari ke
rambut tongol.
f. Serangan berat hama trip dan aphid pada rambut jagung

2. Ukuran Tongkol yang kecil


a. Kekurangan nutrisi fosfor
Tanaman jagung yang kekurangan fosfor akan menjadi kerdil, daunnya kan
berwarna agak ungu dan kaku, pertumbuhan tongkolnya terganggu, sehingga
barisan biji tidak teratur.
b. Kekurangan Nutrisi Kalium
Kekurangan unsur kalium pada tanaman jagung akan terlihat pada bagian
bawah ujung daun menguning dan mati dan tanaman jagung akan
menghasilkan buah berukuran kecil dan memiliki ujung runcing.
c. Ulat Tongkol (Heliothis armigera)
Tanaman jagung yang terserang hama ini akan memiliki bekas gigitan pada
biji terowongan dalam tongkol jagung.

3. Busuk dan berubah warna pada tongkol


a. Penyakit Busuk Tongkol
Pembusukan tongkol disebabkan oleh jamur Fusarium sp. Gejala peyakit
busuk tongkol ditandai dengan tongkol biji jagung yang berwarna coklat
kemerahan, dan biasanyamuncul dari pangkal tongkol. Untuk mengetahui
tanaman jagung terserang busuk tongkol atau tidak harus membuka klobotnya
terlebih dahulu

b. Serangan busuk tongkol diplodia ditandai adanya warna coklat pada klobot.
Jika infeksi terjadi setelah 2 minggu keluarnya rambut jagung menyebabkan
biji berubah menjadi coklat, kisut akhirnya busuk. Miselium cendawan
diplodia berwarna putih, piknidia berwarna hitam tersebar pada kelobot.
Infeksi dimulai dari dasar tongkol berkembang ke bongkol kemudian
merambat ke permukaan biji serta menutupi kelobot. Cendawan dapat
bertahan hidup dalam bentuk spora dan piknidia berdinding tebal pada sisa
tanaman di lahan. Gejala busuk tongkol Diplodia disebabkan oleh infeksi
cendawan Diplodia maydis.
4. Produksi dan kualitas tongkol jagung manis yang diperoleh rendah.

Produktivitas jagung ditentukan oleh kualitas lingkungan tumbuh dan varietas


yang ditanam. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh interaksi antara genotipe
dengan lingkungan. Secara umum, iklim sangat menentukan pertumbuhan
tanaman, terutama suhu, curah hujan, dan intensitas cahaya matahari. Dari aspek
iklim, hampir seluruh wilayah di Indonesia sesuai untuk memproduksi jagung.
Ketersediaan hara tanah untuk pertumbuhan tanaman jagung juga sangat
menentukan keberhasilan budi daya jagung (Syafruddin et al. 2006. Banyak faktor
yang menentukan produktivitas optimal jagung. Faktor lain yang mempengaruhi
hasil jagung yaitu kecukupan hara yang diperoleh dari pemberian pupuk,
pengendalian hama penyakit dan penyiangan, serta kelembaban tanah (Syafruddin
et al. 2006, Aqil et al. 2007, Ahmed et al. 2011).

Dari kasus ini Salah satu penyebab rendahnya hasil tanaman jagung adalah
kehadiran gulma pada tanaman jagung tersebut. Pengaruh gulma pada tanaman
dapat terjadi secara lagsung, bersaing untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya,
dan ruang tumbuh gulma yang dibiarkan tanpa pengendalian pada jagung dapat
menurunkan hasil 20-80% (Bilma, 2011).

E. Penyelesaian Masalah
1. Tanaman jagung manis milik mahasiswa terlihat lebih pendek.

DAFTAR PUSTAKA

Dedi Iskandar. 2018. Artikel Budidaya Jagung Manis.


file:///C:/Users/user/Downloads/makalah%20budidaya%20jagung%20manis.pdf .
Diakses pada tanggal 2 oktober 2019.

Litbang. 2009. Budidaya Tanaman Jagung.


http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/modul/27-
Brosur%20Jagung1.pdf. Diakses pada tanggal 2 oktober 2019.

Riwandi, H. Merakati, & Hasanudin. 2014. Teknik Budidaya Jagung Dengan Sistem Organik di
Lahan Marjinal.
http://repository.unib.ac.id/7703/1/Full%20Buku%20Teknik%20Budidaya%20Jagung%
20di%20Lahan%20Marjinal%20dengan%20Sistem%20Organik_Riwandi%20dkk.pdf
.Diakses pada tanggal 2 oktober 2019.

Isnayatul, L. 2012. Kasus Pemeliharaan Tanaman Jagung Manis.


https://www.academia.edu/10889887/Pemeliharaan_Tanaman_Jagung_Manis-
Sweet_Corn .Diakses pada tanggal 2 oktober 2019.

KEMENTERIAN PERTANIAN 2010.IDENTIFIKASI GEJALA KEKURANGAN UNSUR


HARA PADA TANAMAN JAGUNG. No : 02/APBN/2010. disusun oleh : B. Tri Ratna
Erawati.

https://www.kompasiana.com/inbay/5a991d6cf1334419a2163812/hati-hati-daun-menguning-
bisa-jadi-bukan-kekeringan?page=2

Semangun,H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada University


Press. 449 hal.

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of in Indonesia. Resived and translated by P.A. van der Laan,
University of Amsterdam. PT Ichtiar Baru, van Hoeve, Jakarta. 701 hal.

Lucas,J.A. 1998. Plant Pathology and Pathogens. 3rd Edition. Blackwell Science.
Amaral T.A., C.L.T. Andrade, J.O. Duarte, J.C. Garcia, A. Garcia y Garcia, D.F. Silva, W.M.
Albernaz, and G Hoogenboom. 2015. Nitrogen management strategies for
smallholder maize production systems: Yield and profitability variability. International
Journal of Plant Production 9(1): 75-98.

Aqil, M., I.U. Firmansyah, dan M. Akil. 2007. Pengelolaan air tanaman jagung. p.219-237. In:
Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, H. Kasim (eds.). Jagung. Teknik
produksi dan pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Bilman, 2011. Analisis Pertumbuhan tanaman Jagung ( Zea mays L.), pergeseran komposisi
gulma pasa beberapa jarak tanaman. Jurnal ilmu-ilmu pertanian Indonesia. 3 (1): 25-
30 .

Faesal and Syafruddin. 2010. Nutrinet management in rainfed lowland rice-maize cropping
system of Indonesia. p.557-559. In: P.H. Zaidi, M. Azrai, and K. Pixley (eds.):
Maize for Asia. Proc. of the 10th Asian Regional Maize Workshop. Ministry of
Agriculture (Indonesia), CIMMYT, ADB and S.M. Sehgal Foundation. IAARD.
Jakarta.

Gentry, F., M.L. Ruffo, and F.E. Below. 2013. Identifying factors controlling the continuous
corn yield penalty. Agron. J. 105:295-303.

Anda mungkin juga menyukai