Kelompok 4 :
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Kasus
Dalam rangka memperingati milad UMY, Fakultas Pertanian UMY mengadakan
lomba penanaman jagung manis. Pesertanya adalah kelompok petani di sekitar kampus
dan mahasiswa Fakultas Pertanian UMY. Setiap peserta terdiri dari 4-5 orang. Panitia
menyediakan lahan seluas 10 m2 untuk setiap kelompok. Kriteria pemenang adalah
produksi dan kualitas tongkol jagung yang dipanen. Teknik budidaya yang meliputi jaraj
tanam , metode penanaman, pemupukan maupun pemeliharaan diserahkan kepada
peserta, panitia hanya menyediakan benih jagung manis yang sudah diberi Ridomil.
Varietas jagung yang ditanam oleh kelompok petani nampak memiliki tinggi tanaman
yang seragam, daun hijau, tongkol jagung, berukuran besar. Lahan penanaman tampak
berssih, permukaan tanah di sekeliling tanaman lebih tinggindibandingkan dengan jalan
antara barisan tanaman jagung. Sebaliknya tanaman yang dimiliki oleh kelompok
mahasiswa nampak tidak seragam pertumbuhannya, beberapa tanaman terlihat lebih
pendek dan daun menguning, tongkol jagung tidak berukuran maksimal. Lahan
penanaman jagung dipenuhi rumput dan tidak ada perbedaan tinggi permukaan tanah
antara sekeliling jagung dengan jalan antar barisan tanaman. Produksi dan kualitas
tongkol jagung manis yang diperoleh kelompok petani rata-rata lebih tinggi dan lebih
baik jika dibandingkan dengan yang dipanen oleh kelompok mahasiswa.
Berdasar ilustrasi di atas, coba analisis mengapa penampilan tanaman jagung
manisdari kelompok mahasiswa kurang bagus jika dibandingkan dengan yang ditanam
olehkelompok petani. Bahas berdasarkan deskripsi, teknik budidaya dan metode
pemeliharaanyang benar untuk jagung manis. Apa saja yang perlu dilakukan oleh
kelompok mahasiswa agar tanaman jagung manis mereka memiliki penampilan dan
produksi sebaik yang ditanamoleh petani?
B. Identifikasi Masalah
1. Tanaman jagung manis milik mahasiswa terlihat lebih pendek.
2. Daun tanaman jagung manis berwarna kuning.
3. Tongkol jagung manis tidak tumbuh secara maksimal.
4. Produksi dan kualitas tongkol jagung manis yang diperoleh rendah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jarak tanam yang dianjurkan untuk penanaman jagung yaitu dengan jarak 70 cm x
20 cm dengan pemberian satu benih per lubang tanam (Litbang, 2009). Kedalaman
lubang tanam sekitar 3 cm. Jarak tanam ini berfungsi agar tanaman jagung
mendapatkan sinar matahari secara optimal dan mengurangi terjadinya kompetisi
tanaman satu dengan tanaman lainnya untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah.
2. Pemupukan
3. Penyiangan
D. Analisis Masalah
1. Tanaman jagung manis milik mahasiswa terlihat lebih pendek
Bunga Jantan menghasilkan 2-25 juta butir serbuk sari dalam jangka
waktu 5-12 hari. Serbuk sari menyebar secara alami dengan bantuan angin,
serangga atau burung. Setiap bakal biji mempunyai satu rambut dengan bulu-bulu
halus yang berfungsi untuk menangkap serbuk sari. Melalui rambut jagung,
serbuk sari tersebut diteruskan hingga bertemu bakal biji dibagian pangkal.
Terdapat 3 kriteria kualitas tongkol jagung yang tidak tumbuh maksimal, yaitu :
1. Biji jagung sedikit atau Bogang
a. Serbuk sari mati, penyebabnya bisa karena suhu lingkungan terlalu tinggi
(cuaca ekstrim >38°C)
b. Angin terlalu kencang, atau tidak ada angin. Akibatnya serbuk sari tidak jatuh
ke rambut tongkol dan bakal biji tidak mendapat serbuk sari yang mencukup
c. Kekeringan, tanaman jagung kurang mendapat air atau nutrisi yang cukup
(unsur N atau P), sehingga biji tidak bisa berkembang optimal.
d. Curah hujan yang terlalu deras atau sering, sehingga mengurangi serbuk sari
yang jatuh ke rambut tongkol
e. Jarak tanam yang terlalu rapat, sehingga menghalangi jatuhnya serbuk sari ke
rambut tongol.
f. Serangan berat hama trip dan aphid pada rambut jagung
b. Serangan busuk tongkol diplodia ditandai adanya warna coklat pada klobot.
Jika infeksi terjadi setelah 2 minggu keluarnya rambut jagung menyebabkan
biji berubah menjadi coklat, kisut akhirnya busuk. Miselium cendawan
diplodia berwarna putih, piknidia berwarna hitam tersebar pada kelobot.
Infeksi dimulai dari dasar tongkol berkembang ke bongkol kemudian
merambat ke permukaan biji serta menutupi kelobot. Cendawan dapat
bertahan hidup dalam bentuk spora dan piknidia berdinding tebal pada sisa
tanaman di lahan. Gejala busuk tongkol Diplodia disebabkan oleh infeksi
cendawan Diplodia maydis.
4. Produksi dan kualitas tongkol jagung manis yang diperoleh rendah.
Dari kasus ini Salah satu penyebab rendahnya hasil tanaman jagung adalah
kehadiran gulma pada tanaman jagung tersebut. Pengaruh gulma pada tanaman
dapat terjadi secara lagsung, bersaing untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya,
dan ruang tumbuh gulma yang dibiarkan tanpa pengendalian pada jagung dapat
menurunkan hasil 20-80% (Bilma, 2011).
E. Penyelesaian Masalah
1. Tanaman jagung manis milik mahasiswa terlihat lebih pendek.
DAFTAR PUSTAKA
Riwandi, H. Merakati, & Hasanudin. 2014. Teknik Budidaya Jagung Dengan Sistem Organik di
Lahan Marjinal.
http://repository.unib.ac.id/7703/1/Full%20Buku%20Teknik%20Budidaya%20Jagung%
20di%20Lahan%20Marjinal%20dengan%20Sistem%20Organik_Riwandi%20dkk.pdf
.Diakses pada tanggal 2 oktober 2019.
https://www.kompasiana.com/inbay/5a991d6cf1334419a2163812/hati-hati-daun-menguning-
bisa-jadi-bukan-kekeringan?page=2
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of in Indonesia. Resived and translated by P.A. van der Laan,
University of Amsterdam. PT Ichtiar Baru, van Hoeve, Jakarta. 701 hal.
Lucas,J.A. 1998. Plant Pathology and Pathogens. 3rd Edition. Blackwell Science.
Amaral T.A., C.L.T. Andrade, J.O. Duarte, J.C. Garcia, A. Garcia y Garcia, D.F. Silva, W.M.
Albernaz, and G Hoogenboom. 2015. Nitrogen management strategies for
smallholder maize production systems: Yield and profitability variability. International
Journal of Plant Production 9(1): 75-98.
Aqil, M., I.U. Firmansyah, dan M. Akil. 2007. Pengelolaan air tanaman jagung. p.219-237. In:
Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, H. Kasim (eds.). Jagung. Teknik
produksi dan pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Bilman, 2011. Analisis Pertumbuhan tanaman Jagung ( Zea mays L.), pergeseran komposisi
gulma pasa beberapa jarak tanaman. Jurnal ilmu-ilmu pertanian Indonesia. 3 (1): 25-
30 .
Faesal and Syafruddin. 2010. Nutrinet management in rainfed lowland rice-maize cropping
system of Indonesia. p.557-559. In: P.H. Zaidi, M. Azrai, and K. Pixley (eds.):
Maize for Asia. Proc. of the 10th Asian Regional Maize Workshop. Ministry of
Agriculture (Indonesia), CIMMYT, ADB and S.M. Sehgal Foundation. IAARD.
Jakarta.
Gentry, F., M.L. Ruffo, and F.E. Below. 2013. Identifying factors controlling the continuous
corn yield penalty. Agron. J. 105:295-303.