Anda di halaman 1dari 18

Interaksi Hara, Tanah dan Tanaman Jagung ( Zea Mays L.

OLEH :
DIAN PARTA WIJAYA
NPM : 19021040
BELLA FADILLA
NPM : 19021044

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ASAHAN
KISARAN
I. PENDAHULUAN

Upaya peningkatan produksi jagung, baik melalui intensifikasi maupun


ekstensifikasi, selalu diiringi oleh penggunaan pupuk, terutama pupuk anorganik, untuk
memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pada prinsipnya, pemupukan dilakukan secara
berimbang, sesuai kebutuhan tanaman dengan mempertimbangkan kemampuan tanah
menyediakan hara secara alami, keberlanjutan sistem produksi, dan keuntungan yang
memadai bagi petani.
Pemupukan berimbang adalah pengelolaan hara spesifik lokasi, bergantung pada
lingkungan setempat, terutama tanah. Konsep pengelolaan hara spesifik lokasi
mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami dan pemulihan
hara yang sebelumnya dimanfaatkan untuk padi sawah irigasi.Konsep serupa juga
digunakan untuk rekomendasi pemupukan yang baru pada tanaman jagung di Nebraska
(Amerika Serikat), dengan penekanan khusus pada pemahaman potensi hasil dan
senjang hasil sebagai dasar perbaikan rekomendasi pengelolaan hara yang bersifat
spesifik lokasi.Pengelolaan hara spesifik lokasi berupaya menyediakan hara bagi
tanaman secara tepat, baik jumlah, jenis, maupun waktu pemberiannya, dengan
mempertimbangkan kebutuhan tanaman, dan kapasitas lahan dalam menyediakan hara
bagi tanaman. (Syafruddin et al., 2007).
Pengapuran masih cukup relevan dalam upaya ameliorasi lahan kering yang
bereaksi masam dengan kandungan Al yang tinggi dan pada lahan pasang surut sulfat
masam untuk menetralisasi keracunan Al maupun Fe. Tidak tersedianya kapur pada saat
yang tepat dan biaya pengapuran yang mahal sering menjadi kendala dalam upaya
peningkatan produktivitas lahan melalui pengapuran. Penggunaan bahan organik perlu
mendapat perhatian yang lebih besar, mengingat banyaknya lahan yang telah
mengalami degradasi bahan organik, di samping mahalnya pupuk anorganik (urea, ZA,
SP36, dan KCl). Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa tambahan
pupuk organik dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan degradasi
kesuburan hayati tanah.(Syafruddin et al., 2007).
Nitrogen (N) dan Fosfor (P) merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh
tanaman dalam jumlah yang besar. Nitrogen merupakan anasir penting dalam
pembentukan klorofil, protoplasma, protein, dan asam-asam nukleat. Unsur ini
mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan semua
jaringan hidup.Fosfor merupakan komponen penting penyusun senyawa untuk transfer
energi (ATP dan nukleoprotein lain), untuk sistem informasi genetik (DNA dan RNA),
untuk membran sel (fosfolipid), dan fosfoprotein.(Fahmi et al., 2010)
Nitrogen pada umumnya diserap tanaman dalam bentuk NH4 + atau NO3", yang
dipengaruhi oleh sifat tanah, jenis tanaman dan tahapan dalam pertumbuhan tanaman.
Pada tanah dengan pengatusan yang baik N diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat,
karena sudah terjadi perubahan bentuk NH4 + menjadiNO3, sebaliknya pada tanah
tergenang tanaman cenderung menyerap NH4 +. N adalah unsur yang mobil, mudah
sekali terlindi dan mudah menguap, sehingga tanaman seringkali mengalami defisiensi.
(Fahmi et al., 2010)
Tanaman menyerap P dalam bentuk ortofosfat primer (H2PO4) dan sebagian kecil
dalam bentuk ortofosfet sekunder (HPO4) .Bentuk P dalam tanah dapat dibagi dalam
dua kategori, yaitu organik dan anorganik. Proporsi kedua bentuk P tersebut sangat
bervariasi. Nilai P-organik dilaporkan antara 5-80%.Kekahatan unsur hara N dan P
adalah masalah yang umum pada hampir semua jenis tanah, secara umum petani
memberikan pupuk N dan P secara bersamaan untuk dapat menghasilkan produk
optimum dari pertaniannya dimana jumlah yang diberikan untuk kedua unsur tersebut
berbeda-beda sesuai dosis anjuran yang mereka ketahui. Biasanya pada tanah latosol
diperlukan 400 kg ha1 urea dan 300 kg ha1 SP36 untuk pertanaman jagung manis
sedangkan pada tanah yang porous seperti regosol dosis yang digunakan biasanya dapat
sebesar 250-300 kg ha1 urea dan 100 kg ha1 SP-36. Kesalahan dosis pemberian salah
satu unsur tersebut sebenarnya akan menyebabkan kurang optimumnya hasil yang
diperoleh sebab salah jika N diberikan kurang maka N akan menjadi pembatas dari P
dan pada kondisi yang demikian, tanggapan tanaman terhadap pemupukan P sangat
tergantung pada tersedianya unsur N di dalam tanah. Menurut Wang et al. (2007) dan
Homer (2008) bahwa kondisi pertumbuhan tanaman yang baik akibat tercukupinya hara
N akan menyebabkan tanaman mampu menyerap P lebih efektif.(Fahmi et al., 2010)
II. TINJAUAAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Jagung (Zea mays)


2.1.1. Klasifikasi Tanaman Jagung (Zea mays)
Menurut Tjitrosoepomo (1983), tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminae
Family : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.

II.1.2 Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays)


Jagung merupakan tanaman semusim. Dalam satu siklus hidupnya terjadi
selama 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan
vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tanaman jagung
merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian (serelia) dari keluarga
rumput-rumputan (Arianingrum, 2004).
Menurut Kasryno (2002), Akar tanaman jagung merupakan akar serabut
yang tumbuh di bagian pangkal batang dan menyebar luas sebagai akar
lateral.Kemudian akar seminal yang tumbuh ke bawah dari lembaga biji jagung.
Batang tanaman jagung bulat silindris dan beruas-ruas, dan pada bagian pangkal
batang beruas cukup pendek dengan jumlah sekitar 8 – 20 ruas. Dan rata-rata
tinggi tanaman jagung antara satu sampai tiga meter dia atas permukaan tanah.
Sedangkan daun tanaman jagung berbentuk pita atau garis dan jumlah daunnya
sekitar 8 – 48 helai tiap batangnya, tergantung pada jenis atau varietas yang
ditanam. Panjang daun 30 cm – 45 cm dan lebarnya antara 5 cm – 15 cm
(Warisno, 1998). Setiap tanaman jagung biasanya terdapat bunga jantan dan
bunga betina yang letaknya terpisah. Bunga jantan terdapat pada malai bunga di
ujung tanaman, sedangkan bunga betina terdapat pada tongkol jagung. Bunga
jantan yang terdapat di ujung tanaman masak lebih dahulu dari pada bunga
betina. Persarian yang terbaik terjadi pada pagi hari, jumlah serbuk sari yang ada
diperkirakan sekitar dua sampai lima juta per tanaman. Pada waktu itu terjadi
proses penempelan serbuk sari pada rambut. Serbuk sari terbentuk selama 7 – 15
hari. Persarian jagung umumnya dibantu oleh angin (Warisno, 1998). Buah
tanaman jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung
mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi,
tergantung pada jenisnya. Pada umumnya jagung memiliki barisan biji yang
melitit secara lurus atau berkelok-kelok pada tongkol dan berjumlah antara 8-20
baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama yaitu kulit biji, endosperm
dan embrio (Fadhly, 2014)

2.1.3. Akar dan Perakaran

Sistem perakaran jagung terdiri dari akar-akar seminal yang tumbuh ke


bawah pada saat biji berkecambah; akar koronal yang tumbuh ke atas dari
jaringan batang setelah plumula muncul; dan akar udara (brace) yang tumbuh
dari buku-buku di atas permukaan tanah. Akar-akar seminal terdiri dari akar-
akar radikal atau akar primer ditambah dengan sejumlah akar-akar lateral yang
muncul sebagai akar adventious pada dasar dari buku pertama di atas pangkal
batang. Pada umumnya akar-akar seminal berjumlah 3-5, tetapi dapat bervariasi
dari 1-13. Akar koronal adalah akar yang tumbuh dari bagian 'dasar pangkal
batang. Akar udara tumbuh dari buku-buku kedua, ketiga atau lebih di atas
permukaan tanah, dapat masuk ke dalam tanah. Akar udara ini berfungsi dalam
assimilasi dan juga sebagai akar pendukung untuk memperkokoh batang
terhadap kerebahan. Apabila masuk ke dalam tanah, akar ini akan berfungsi juga
membantu penyerapan hara.(Muhadjir, 2018)
2.1.4. Batang

Batang jagung beruas-ruas yang jumlahnya bervariasi antara 10- 40 ruas,


umumnya tidak bercabang kecuali ada beberapa yang bercabang beranak yang
muncul dari pangkal batang, misalnya pada jagung manis. Panjang batang
berkisar antara 60-300 cm tergantung dari tipe jagung. Ruas-ruas bagian atas
berbentuk agak silindris, sedangkan bagian bawah bentuknya agak bulat pipih.
Tunas batang yang telah berkembang menghasilkan tajuk bunga betina. Bagian
tengah batang terdiri dari sel-sel parensim dengan seludang pembuluh yang
diselubungi oleh kulit yang keras di mana termasuk lapisan epidermis.(Ibrahim,
2014)

2.1.5. Daun

Daun jagung muncul dari buku-buku batang, sedangkan pelepah daun


menyelubungi ruas batang untuk memperkuat batang. Panjang daun jagung
bervariasi antara 30-150 cm dan lebar 4-15 cm dengan ibu-tulang daun yang
sangat keras. Tepi helaian daun halus dan kadang-kadang berombak. Terdapat
juga lidah daun (ligula) yang transparan dan tidak mempunyai telinga daun
(auriculae). Bagian atas epidermis umumnya berbulu dan mempunyai barisan
memanjang yang terdiri dari sel-sel bulliform.Adanya perubahan turgor
menyebabkan daun menggulung. Bagian bawah permukaan daun tidak berbulu
(glabrous) dan umumnya mengandung stomata lebih banyak dibanding dengan
di permukaan atas. Jumlah stomata bagian atas permukaan daun diperkirakan
7000- 10.000/ cm2, sedangkan di bagian bawah permukaan daun jumlahnya
sekitar 10.000-16.000/cm2.Jumlah daun jagung tiap tanaman bervariasi antara
12-18 helai. Duduk daun bermacammacam tergantung dari genotipe mulai dari
hampir mendatar sampai vertikal.

2.1.6. Bunga

Hal yang unik dari tanaman jagung dibanding dengan tanaman serealia
yang lain adalah karangan bunganya. jagung merupakan tanaman berumah satu
(monoecious) di mana bunga jantan (staminate) terbentuk pada ujung batang,
sedangkan bunga betina (pistilate) terletak pada pertengahan batang . Tanaman
jagung bersifat protrandy di mana bunga jantan umumnya tumbuh 1-2 hari
sebelum munculnya rambut (style) pada bunga betina. Oleh karena bunga jantan
dan bunga betina terpisah ditambah dengan sifatnya yang protrandy, maka
jagung mempunyai sifat penyerbukan silang. Produksi tepung-sari (polen) dari
bunga jantan diperkirakan mencapai 25.000-50.000 butir tiap tanaman. Bunga
jantan terdiri dari gluma, lodikula, palea, anther, filarnen dan lemma. Adapun
bagian-bagian dari bunga betina adalah tangkai tongkol, tunas, kelobot, calon
biji, calon janggel, penutup kelobot dan rambut-tambut.

2.1.7.Biji

Berdasarkan bentuk biji, kandungan endosperm, serta sifat-sifat lain,


jagung dibagi menjadi tujuh tipe. Tipe yang sekarang banyak dijumpai di dunia
adalah tipe gigi dan mutiara.
III. Interaksi Hara, Tanah dan Tanaman Jagung ( Zea Mays L. )

3.1. Kebutuhan Hara Makro Pada Tanaman Jagung ( Zea Mays L. )

Tanaman jagung membutuhkan paling kurang 13 unsur hara yang diserap


melalui tanah. Hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak dan sering
kekurangan, sehingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg, dan S diperlukan dalam
jumlah sedang dan disebut hara sekunder. Hara primer dan sekunder lazim disebut
hara makro. Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl diperlukan tanaman dalam
jumlah sedikit, disebut hara mikro. Unsur C, H, dan O diperoleh dari air dan
udara. Beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah untuk
dapat diserap tanaman antara lain adalah total pasokan hara, kelembaban tanah
dan aerasi, suhu tanah, dan sifat fisik maupun kimia tanah. Keseluruhan faktor ini
berlaku umum untuk setiap unsur hara. Kandungan hara pada tanaman jagung
yang memberi hasil 9,45 t biji/ha . Sedikit N, P, dan K diserap tanaman pada
pertumbuhan fase 2, dan serapan hara sangat cepat terjadi selama fase vegetatif
dan pengisian biji. Unsur N dan P terus-menerus diserap tanaman sampai
mendekati matang, sedangkan K terutama diperlukan saat silking. Sebagian besar
N dan P dibawa ke titik tumbuh, batang, daun, dan bunga jantan, lalu dialihkan ke
biji. Sebanyak 2/3-3/4 unsur K tertinggal di batang. Dengan demikian, N dan P
terangkut dari tanah melalui biji saat panen, tetapi K tidak Kadar hara kritis dalam
tanaman perlu diketahui sebagai dasar pemberian pupuk. Tanaman akan tanggap
terhadap pupuk jika kadar hara berada di bawah titik kritis. Batas kritis
kekurangan hara pada daun tanaman jagung saat silking berdasarkan penelitian di
daerah pengembangan jagung di Jawa. (Syafruddin et al., 2007)

3.1.2. Fungsi Unsur N (Nitrogen)

N berfungsi untuk menyusun asam amino (protein), asam nukleat, nukleotida, dan
klorofil pada tanaman, sehingga dengan adanya N, tanaman akan merasakan manfaat
sebagai berikut:

 Membuat tanaman lebih hijau


 Mempercepat pertumbuhan tanaman.
 Menambah kandungan protein hasil panen.

Unsur hara N dibutuhkan tanaman dalam jumlah paling banyak sehingga disebut
unsur hara makro primer. Umumnya unsur Nitrogen menyusun 1-5% dari berat tubuh
tanaman, Unsur N diserap oleh tanaman dalam bentuk ion amonium (NH4+) atau ion
nitrat (NO3-). Sumber unsur N dapat diperoleh dari bahan organik, mineral tanah,
maupun penambahan dari pupuk organik.

Kekurang Unsur N ,Daun berwarna kuning pada ujung daun dan melebar
menuju lintang daun, warna daun kuning membentuk huruf v, gejala nampak pda daun
bagian bawah.(Wiraatmaja, 2016)

3.1.3. Fungsi Unsur P (Phosphor)

Unsur P juga merupakan salah satu unsur hara makro primer sehingga
diperlukan tanaman dalam jumlah banyak untuk tumbuh dan berproduksi. Tanaman
mengambil unsur P dari dalam tanah dalam bentuk ion H2PO4-. Konsentrasi unsur P
dalam tanaman berkisar antara 0,1-0,5% lebih rendah daripada unsur N dan K.

Unsur P berfungsi sebagai penyimpan dan transfer energi untuk seluruh aktivitas
metabolisme tanaman, sehingga dengan adanya unsur P maka tanaman akan
merasakan manfaat sebagai berikut:

1. Memacu  pertumbuhan akar dan membentuk sistem perakaran yang baik


2. Menggiatkan pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh
tanaman
3. Memacu pembentukan bunga dan pematangan buah/biji, sehingga mempercepat
masa panen
4. Memperbesar persentase terbentuknya bunga menjadi buah
5. Menyusun dan menstabilkan dinding sel, sehingga menambah daya tahan
tanaman terhadap serangan hama penyakit.
Gejala Kekurangan Unsur P,Pinggir daun berwarna ungu kemerahan, mulai dari
ujung hingga panggal daun, gejalah Nampak pada daun bagian bawah.
(Tuhuteru, 2018)

3.1.4. Fungsi Unsur K (Kalium)

Pada masa pertumbuhan tanaman, unsur K merupakan salah satu unsur hara
makro primer yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak juga, selain unsur N dan
P.  Unsur K diserap tanaman dari dalam tanah dalam bentuk ion K+. Kandungan unsur
K pada jaringan tanaman sekitar 0,5 - 6% dari berat kering.
Manfaat unsur K bagi tanaman adalah :
1. Sebagai aktivator enzim.  Sekitar 80 jenis enzim yang aktivasinya memerlukan
unsur K.
2. Membantu penyerapan air dan unsur hara dari tanah oleh tanaman
3. Membantu transportasi hasil asimilasi dari daun ke jaringan tanaman.
Gejala Kekurangan Unsur K ,Daun berwarnah kuning ,bagian pinggir berwarna
coklat seperti terbakar. Tulang daun tetap hijau, warna daun hkuning membentuk huruf
V, gejalah Nampak pada daun bagian bawah. (Tuhuteru, 2018)

 3.1.5. Fungsi Unsur Mg ( Magnesium)


Magnesium adalah aktivator yang berperan dalam transportasi energi beberapa
enzim di dalam tanaman. Unsur ini sangat dominan keberadaannya di daun , terutama
untuk ketersediaan klorofil.  Jadi kecukupan magnesium sangat diperlukan untuk
memperlancar proses fotosintesis. Unsur itu juga merupakan komponen inti
pembentukan klorofil dan enzim di berbagai proses sintesis protein. (Tuhuteru, 2018)

Kekurangan magnesium menyebabkan sejumlah unsur tidak terangkut karena


energi yang tersedia sedikit. Yang terbawa hanyalah unsur berbobot ‘ringan’ seperti
nitrogen. Akibatnya terbentuk sel-sel berukuran besar tetapi encer. Jaringan menjadi
lemah dan jarak antar ruas panjang. Ciri-ciri ini persis seperti gejala etiolasi-kekurangan
cahaya pada tanaman. Muncul bercak-bercak kuning di permukaan daun tua. Hal ini
terjadi karena Mg diangkut ke daun muda. Daun tua menjadi lemah dan akhirnya mudah
terserang penyakit terutama embun tepung (powdery mildew).Kelebihan Mg tidak
menimbulkan gejala ekstrim. (Tuhuteru, 2018)

3.1.6.  Fungsi Unsur Kalsium (Ca)

Unsur ini yang paling berperan adalah pertumbuhan sel. Ia komponen yang
menguatkan , dan mengatur daya tembus , serta merawat dinding sel. Perannya sangat
penting pada titik tumbuh akar. Bahkan bila terjadi defiensi Ca , pembentukan dan
pertumbuhan akar terganggu , dan berakibat penyerapan hara terhambat. Ca berperan
dalam proses pembelahan dan perpanjangan sel , dan mengatur distribusi hasil
fotosintesis. (Tuhuteru, 2018)

Gejala kekurangan kalsium yaitu titik tumbuh lemah , terjadi perubahan bentuk
daun , mengeriting , kecil , dan akhirnya rontok. Kalsium menyebabkan tanaman tinggi
tetapi tidak kekar. Karena berefek langsung pada titik tumbuh maka kekurangan unsur
ini menyebabkan produksi bunga terhambat. Bunga gugur juga efek kekurangan
kalsium.Kelebihan kalsium tidak berefek banyak , hanya mempengaruhi pH tanah.
(Tuhuteru, 2018)

3.1.7. Fungsi Unsur Belerang atau Sulfur  (S)

Pada umumnya belerang dibutuhkan tanaman dalam pembentukan asam amino


sistin, sistein dan metionin. Disamping itu S juga merupakan bagian dari biotin, tiamin,
ko-enzim A dan glutationin. Diperkirakan 90% S dalam tanaman ditemukan dalam
bentuk asam amino, yang salah satu fungsi utamanya adalah penyusun protein yaitu
dalam pembentukan ikatan disulfida antara rantai-rantai peptida. Belerang (S)
merupakan bagian (constituent) dari hasil metabolisme senyawa-senyawa kompleks.
Belerang juga berfungsi sebagai aktivator, kofaktor atau regulator enzim dan berperan
dalam proses fisiologi tanaman. (Tuhuteru, 2018)

3.2. Kebutuhan Hara Mikro Pada Tanaman Jagung ( Zea Mays L. )

Unsur mikro adalah unsur yang diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit .
Walaupun hanya diserap dalam jumlah kecil , tetapi amat penting untuk menunjang
keberhasilan proses-proses dalam tumbuhan. Tanpa unsur mikro , bunga adenium tidak
tampil prima. Bunga akan lunglai , dll. Unsur mikro itu , adalah: boron , besi , tembaga ,
mangan , seng , dan molibdenum. (Tuhuteru, 2018)

3.2.1. Boron (B)


Boron memiliki kaitan erat dengan proses pembentukan , pembelahan dan
diferensiasi , dan pembagian tugas sel. Hal ini terkait dengan perannya dalam sintetis
RNA , bahan dasar pembentukan sel. Boron diangkut dari akar ke tajuk tanaman
melalui pembuluh xylem. Di dalam tanah boron tersedia dalam jumlah terbatas dan
mudah tercuci. Kekurangan boron paling sering dijumpai pada adenium. Cirinya mirip
daun variegeta. (Mpapa, 2016)

Kekurangan Boron Daun berwarna lebih gelap dibanding daun normal , tebal ,
dan mengkerut.

Kelebihan Boron Ujung daun kuning dan mengalami nekrosis

3.2.2. Tembaga (Cu)

Fungsi penting tembaga adalah aktivator dan membawa beberapa enzim. Dia
juga berperan membantu kelancaran proses fotosintesis. Pembentuk klorofil , dan
berperan dalam funsi reproduksi.

Kekurangan Tembaga (Cu)Daun berwarna hijau kebiruan , tunas daun


menguncup dan tumbuh kecil , pertumbuhan bunga terhambat.

Kelebihan Tembaga (Cu) Tanaman tumbuh kerdil , percabangan terbatas ,


pembentukan akar terhambat , akar menebal dan berwarna gelap. (Mpapa, 2016)(Fahmi
et al., 2010)
3.2.3. Seng atau Zinc (Zn)
Hampir mirip dengan Mn dan Mg , sengat berperan dalam aktivator enzim ,
pembentukan klorofil dan membantu proses fotosintesis. Kekurangan biasanya terjadi
pada media yang sudah lama digunakan.

Kekurangan Seng (Zn) Dapat di lihat dengan Gejala Pertumbuhan lambat , jarak
antar buku pendek , daun kerdil , mengkerut , atau menggulung di satu sisi lalu disusul
dengan kerontokan. Bakal buah menguning, terbuka, dan akhirnya gugur. Buah pun
akan lebih lemas sehingga buah yang seharusnya lurus membengkok.

Kelebihan Seng (Zn)Kelebihan seng tidak menunjukkan dampak nyata.(Wiraatmaja,


2016)

3.2.4. Besi atau Ferro (Fe)

Besi berperan dalam proses pembentukan protein , sebagai katalisator


pembentukan klorofil. Besi berperan sebagai pembawa elektron pada proses fotosintetis
dan respirasi , sekaligus menjadi aktivator beberapa enzim. Unsur ini tidak mudah
bergerak sehigga bila terjadi kekurangan sulit diperbaiki. Fe paling sering bertentangan
atau antagonis dengan unsur mikro lain. Untuk mengurangi efek itu , maka Fe sering
dibungkus dengan Kelat (chelate) seperti EDTA (Ethylene Diamine Tetra-acetic Acid).
EDTA adalah suatu komponen organik yang bersifat menstabilkan ion metal. Adanya
EDTA maka sifat antagonis Fe pada pH tinggi berkurang jauh. Di pasaran dijumpai
dengan merek Fe-EDTA.(Ratmini, 2010)
Kekurangan BesiKekurangan besi ditunjukkan dengan gejala klorosis dan daun
menguning atau nekrosa. Daun muda tampak putih karena kurang klorofil. Selain itu
terjadi karena kerusakan akar. Jika adenium dikeluarkan dari potnya akan terlihat
potongan-potongan akar yang mati.

Kelebihan Besi Pemberian pupuk dengan kandungan Fe tinggi menyebabkan nekrosis


yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik hitam pada daun.(Mpapa, 2016)

3.2.5. Molibdenum (Mo)

Mo bertugas sebagai pembawa elektron untuk mengubah nitrat menjadi enzim.


Unsur ini juga berperan dalam fiksasi nitrogen.

Kekurangan Molib denum Ditunjukkan dengan munculnya klorosis di daun tua ,


kemudian menjalar ke daun muda

Kelebihan Molib denum Kelebihan tidak menunjukkan gejala yang nyata pada adenium.
(Fadhly, 2014)

3.2. 6. Mangan (Mn)

Mangan merupakan unsur mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang
tidak terlalu banyak. Mangan sangat berperan dalam sintesa klorofil selain itu berperan
sebagai koenzim, sebagai aktivator beberapa enzim respirasi, dalam reaksi metabolisme
nitrogen dan fotosintesis. Mangan juga diperlukan untuk mengaktifkan nitrat reduktase
sehingga tumbuhan yang mengalami kekurangan mangan memerlukan sumber N dalam
bentuk NH4+. Peranan mangan dalam fotosintesis berkaitan dengan pelepasan elektron
dari air dalam pemecahannya menjadi hidrogen dan oksigen. Fungsi unsur hara Mangan
(Mn) bagi tanaman ialah:

a. Diperlukan oleh tanaman untuk pembentukan protein dan vitamin terutama


vitamin C.

b. Berperan penting dalam mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang
tua
c. Berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam
enzim

d. Berperan sebagai komponen penting untuk lancarnya proses asimilasi


Mn diperlukan dalam kultur kotiledon selada untuk memacu pertumbuhan
jumlah pucuk yang dihasilkan.

Mn dalam level yang tinggi dapat mensubstitusikan Mo dalam kultur akar tomat.
Mn dapat menggantikan fungsi Mg dalam beberapa sistem enzym tertentu seperti yang
dibuktikan oleh Hewith pada tahun 1948.

Kekurangan Mangan Defisiensi unsur hara, atau kata lain kekurangan unsur
hara, bisa menyebabkan pertumbuhan tanaman yg tidak normal dapat disebabkan oleh
adanya defisiensi satu atau lebih unsur hara, gangguan dapat berupa gejala visual yang
spesifik. Mn merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan polimerase, sintesis
protein, karbohidrat. Berperan sebagai activator bagi sejumlah enzim utama dalam
siklus krebs, dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik yang normal dalam kloroplas, ada
indikasi dibutuhkan dalam sintesis klorofil. Defisiensi unsure Mn antara lain : pada
tanaman berdaun lebar, interveinal chlorosis pada daun muda mirip kekahatan Fe tapi
lebih banyak menyebar sampai ke daun yang lebih tua, pada serealia bercak-bercak
warna keabu-abuan sampai kecoklatan dan garis-garis pada bagian tengah dan pangkal
daun muda, split seed pada tanaman lupin.

Identifikasi Gejala defisiensi mangan bersifat relatif, seringkali defisiensi satu


unsur hara bersamaan dengan kelebihan unsur hara lainnya. Di lapangan tidak mudah
membedakan gejala-gejala defisiensi. Tidak jarang gangguan hama dan penyakit
menyerupai gejala defisiensi unsur hara mikro. Gejala dapat terjadi karena berbagai
macam sebab. Gejala dari defisiensi mangan memperlihatkan bintik nekrotik pada daun.
Mobilitas dari mangan adalah kompleks dan tergantung pada spesies dan umur
tumbuhan sehingga awal gejalanya dapat terlihat pada daun muda atau daun yang lebih
tua.. Kekurangan mangan ditandai dengan menguningnya bagian daun diantara tulang-
tulang daun. Sedangkan tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau.
3.2.7. Khlor (Cl)

Kelebihan Khlor Terlibat dalam osmosis (pergerakan air atau zat terlarut dalam
sel), keseimbangan ion yang diperlukan bagi tanaman untuk mengambil elemen mineral
dan dalam fotosintesis.

Kekurangan Khlor Dapat menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang


normal terutama pada tanaman sayur-sayuran, daun tampak kurang sehat dan berwarna
tembaga. Kadang-kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas
menunjukkan gejala seperti di atas.

3.2.8. Natrium (Na)

Kelebihan Natrium Terlibat dalam osmosis (pergerakan air) dan keseimbangan


ion pada tumbuhan. Salah satu kelebihan efek negatif Na adalah bahwa dapat
mengurangi ketersediaan K. Kekurangan Natrium Daun-daun tenaman bisa menjadi
hijau tua dan tipis. Tanaman cepat menjadi layu.
3.2.9. Cobalt (Co)

`Kelebihan Cobalt Cobalt jauh lebih tinggi untuk fiksasi nitrogen daripada
amonium gizi. Tingkat kekurangan nitrogen dapat mengakibatkan gejala defisiensi.

Kekurangan Cobalt Mengurangi pembentukan hemoglobin dan fiksasi nitrogen

3.2.10. Silicone (Si)

Kelebihan Silicone Si dapat meningkatkan hasil melalui peningkatan efisiensi


fotosintesis dan menginduksi ketahanan terhadap hama dan penyakit Ditemukan sebagai
komponen dari dinding sel. Tanaman dengan pasokan silikon larut menghasilkan
tanaman yang lebih kuat, meningkatkan panas dan kekeringan tanaman, toleransi silikon
dapat disimpan oleh tanaman di tempat infeksi oleh jamur untuk memerangi penetrasi
dinding sel oleh jamur menyerang.

Kekurangan Silicon Dapat mengakibatkan tanaman mudah terserang penyakit.

3.2.11. Nikel (Ni )

Kelebihan Nikel Diperlukan untuk enzim urease untuk menguraikan urea dalam
membebaskan nitrogen ke dalam bentuk yang dapat digunakan untuk tanaman. Nikel
diperlukan untuk penyerapan zat besi. Benih perlu nikel untuk berkecambah. Tanaman
tumbuh tanpa tambahan nikel akan berangsur-angsur mencapai tingkat kekurangan saat
mereka dewasa dan mulai pertumbuhan reproduksi.

Kekurangan Nikel Kekurangan dari unsur Nikel pada tanaman akan menimbulkan
kegagalan dalam menghasilkan benih yang layak.(ComerFord, 2005)
Daftar Pustaka

Comerford NB. 2005. Soil factors affecting nutrient bioavailability. p: 1-15. In H.


BassiriRad (Ed.). Nutrient Acquisition by Plants. An Ecological Perspective.
Ecological Studies, Co. 181. Springer-Verlag Berlin Heidelberg
Fadhly, S. dan 2014. Klasifikasi Tanaman Jagung ( Zea Mays ) -Unuversitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Agrica Ekstensia, Medan,Sumatera Utara.
Ibrahim, M.M. 2014. Klarifikasi Tanaman Jagung (Zea Mays) - Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. malang.
Mpapa, B. 2016. Analisis Kesuburan Tanah Tempat Tumbuh Pohon Jati (Tectona
Grandis L.) Pada Ketinggian Yang Berbeda. Jurnal Agrista Unsyiah,
Luwuk,Sulawesi Tengah.
Muhadjir, F. 2018. Karakteristik Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Pangan
Bogor, Bogor.
Nurdin, ., Maspeke, P., Ilahude, Z. & Zakaria, F. 2009. Pertumbuhan dan Hasil Jagung
yang Dipupuk N, P, dan K pada Tanah Vertisol Isimu Utara Kabupaten
Gorontalo. Journal of Tropical Soils, Gorontalo.
Putra, I.A. & Hanum, H. 2018. Kajian Antagonisme Hara K, Ca Dan Mg pada Tanah
Inceptisol yang Diaplikasi Pupuk Kandang, Dolomit dan Pupuk KCl terhadap
Pertumbuhan Jagung Manis (Zea mays saccharata L.). Elkawnie, Medan,Sumatera
Utara.
Ratmini, S. 2010. Interaksi Nitrogen Dan Fospor Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Jagung ( Zea Mays L ) Pada Regosol Dan Latosol. sumatera Selatan.
Syafruddin, Faesal & Akil, M. 2007. Pengelolaan Hara pada Tanaman Jagung.
Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Maros,Sulawesi Selatan.
Tapmpinongkol, C.L., Tamod, Z. & Sumayku, B. 2021. Ketersediaan Unsur Hara
Sebagai Indikator Pertumbuhan Tanaman Mentimun (Cucumis Sativus L.). urnal
Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan,
Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi, Minahasa,Manado.
Tuhuteru, S. 2018. Efektivitas Hara Makro Dan Mikro Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Jagung (Zea mays L.). Jurnal Agroekoteknologi, Wamena,Jayawijaya.
Wiraatmaja, W. 2016. Pergerakan Hara Mineral Dalam Tanaman. Bahan Ajar ed.
Denpasar, Bali.

Anda mungkin juga menyukai