Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN

( JUDUL )

OLEH :

KELOMPOK 2B

Netania Pricilia Tarigan 1806541018

Herna Berka Br Keliat 1806541020

Tessalonika Gloria Sianpar 1806541028

I Gusti Ayu Ari Santikadewi 1806541037

Anastasya Bacas BR Napitupulu 1806541046

Bimantara 1806541056

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga laporan
praktikum ini dapat tersusun hingga selesai tepat waktunya. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga laporan praktikum ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi laporan praktikum ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam laporan praktikum ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan praktikum ini.

Kuta Selatan, 7 Desember 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Petani telah lama menggunakan warna daun padi secara visual sebagai petunjuk untuk
mengetahui kesuburan tanaman. Bagi petani, memandangi hamparan padi di sawah yang
berwarna hijau sungguh menyejukkan hati karena membawa sejuta harapan. Keadaan ini
sering mendorong petani untuk memberikan pupuk urea dalam jumlah yang berlebihan,
padahal cara ini dapat menimbulkan permasalahan.
Pemberian pupuk nitrogen (N) secara berlebihan menyebabkan anakan tanaman
berwarna hijau gelap, lemas, tebal, dan berair (Oroka 2011) sehingga tanaman lebih
rentan terhadap serangan hama dan penyakit (Qiu et al. 2004; Ballini et al. 2013).
Pemberian N yang berlebihan juga memperlambat pematangan gabah, melunakkan jerami
sehingga tanaman mudah rebah, dan menurunkan kualitas gabah (Qiu et al. 2004). Di
pihak lain, kekurangan N menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, perakaran terbatas, daun
menjadi kuning karena kandungan klorofil rendah, produksi biomassa berkurang sehingga
hasil menurun, dan gabah cenderung mudah rontok (Adhikari et al. 1999; Oroka 2011).
Nitrogen adalah unsur hara utama pada tanaman padi, tetapi ketersediaannya paling
terbatas pada hampir semua jenis tanah (Dobermann et al. 2002). Nitrogen diperlukan
tanaman dalam proses fotosintesis sebagai bahan pembuat zat hijau daun atau klorofil
(Wanga dan Baerenklaub 2014). Penambahan pupuk N yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman merupakan kunci dalam memperbaiki pertumbuhan tanaman untuk mendapatkan
hasil yang optimal (Buresh 2007).
Melalui pendekatan pemupukan hara spesifik lokasi (PHSL), pemberian pupuk diatur
berdasarkan hara yang dibutuhkan tanaman untuk memperoleh tingkat hasil tertentu,
dikurangi ketersediaan hara secara alami di dalam tanah, penambahan bahan organik, sisa
tanaman, pupuk kandang, dan unsur hara yang terbawa air irigasi (Peng et al. 1996). Pada
tahun 20012004, hasil penelitian PHSL mulai dikembangkan melalui teknologi bagan
warna daun (BWD) untuk membantu petani memantau status N dalam jaringan tanaman
secara lebih objektif (Witt et al. 2005). Di Negara Bagian Bengali Barat, India,
penggunaan BWD setelah tiga tahun mencakup 20% dari total rumah tangga petani padi
sawah. Penggunaan BWD meningkatkan efisiensi pemupukan N dan mengurangi interval
penyemprotan pestisida (Islam et al. 2007). Di Iran, penggunaan BWD dengan tiga kali
pemberian pupuk N masing-masing 30 kg N/ha atau takaran total 90 kg N/ha,
memberikan hasil gabah sebanding dengan takaran 120 kg N/ha dengan dua kali
pemberian, dan menghemat pupuk N 25% (Houshmandfar dan Kimaro 2011; Yosef-
Tabar 2013).
Di antara berbagai strategi manajemen pengelolaan N pada tanaman padi, penggunaan
teknologi BWD adalah yang paling sederhana, murah, dan mudah untuk menentukan
waktu pemberian dan takaran pupuk N yang optimal pada padi sawah (Fairhurst dan Witt
2002). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
(BBSDLP), Badan Litbang Pertanian menggunakan BWD dalam penentuan takaran dan
waktu pemberian pupuk N untuk melengkapi alat pemupukan P dan K pada Perangkat Uji
Tanah Sawah (Setyorini dan Abdulrachman 2008). BWD sangat baik untuk pengelolaan
pemupukan N pada daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas untuk analisis tanah dan
daun.
Setelah melalui penelitian yang cukup panjang di berbagai lembaga penelitian di
banyak Negara (Balasubramanian et al. 2000, 2002; Dobermann et al. 2002), dan uji
verifikasi lapangan (Abdulrachman et al. 1999; Zaini dan Erythrina 1999; Singh et al.
2010), BWD mulai dipromosikan di negara-negara di Asia. Pada Juni 2004, lebih dari
setengah juta keping BWD telah didistribusikan ke petani di enam negara di Asia
Tenggara, dan jumlah yang lebih kecil disebarkan di 21 negara lain di Asia, Afrika, dan
Amerika Latin (Witt et al. 2005). Di Indonesia, pada kurun waktu 19982014 telah
didistribusikan sekitar 164.000 keping BWD (IRRIIndonesia 2014). Abdulrachman et al.
(2009) memasukkan BWD sebagai salah satu komponen teknologi PHSL yang bersifat
compulsory dalam pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah.
Teknologi PTT diadopsi oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sejak tahun 2008 dan
diimplementasikan dalam bentuk Sekolah Lapang PTT (SL-PTT) padi sawah (Ditjentan
2012).

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana cara penggunaan BWD ( Bagan Warna Daun) untuk memantau status N
dalam jaringan tanaman padi?
 Bagaimana kondisi N pada lahan sawah di Pegok?

1.3 Tujuan Penelitian


 Untuk mengetahui cara penggunaan BWD ( Bagan Warna Daun) untuk memantau
status N dalam jaringan tanaman padi
 Untuk mengetahui kondisi N pada lahan sawah di pegok
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Padi


 Klasifikasi
Divisio : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae,
Ordo : Poales,
Famili : Graminae
Genus : Oryza Linn
Species : Oryza sativa L.
 Morfologi
Secara morfologi tanaman padi termasuk tanaman setahun atau semusim.
Batang padi berbentuk bulat dengan daun panjang yang berdiri pada ruas- ruas
batang dan terdapat sebuah malai pada ujung batang. Bagian Vegetatif dari
tanaman padi adalah akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatif
berupa malai dari bulir- bulir padi.
1. Akar
Akar tanaman padi berfungsi menyerap air dan zat makanan dari dalam
tanah yang kemudian diangkut ke bagian atas tanaman (Fitri, 2009). Akar
tanaman padi adalah akar serabut. Radikula (akar primer) yaitu akar yang
tumbuh pada saat benih berkecambah. Pada benih yang sedang berkecambah
timbul calon akar dan batang. Apabila pada akar primer terganggu, maka akar
seminal akan tumbuh dengan cepat. Akar- akar seminal akan digantikan oleh
akar-akar sekunder (akar adventif) yang tumbuh dari batang bagian bawah.
Bagian akar yang telah dewasa (lebih tua) dan telah mengalami perkembangan
berwarna coklat, sedangkan akar yang masih muda berwarna putih.

2. Batang
Padi termasuk kedalam familia Graminae yang memiliki batang
dengan susunan beruas - ruas. Batang padi berbentuk bulat, berongga, dan
beruas. Antar ruas pada batang padi dipisahkan oleh buku. Panjangnya tiap-
tiap ruas tidak sama. Ruas yang terpendek terdapat pada pangkal batang dan
ruas kedua, ketiga, dan seterusnya lebih panjang dari pada ruas yang
didahuluinya. Pada buku bagian bawah ruas terdapat daun pelepah yang
membalut ruas sampai buku bagian atas. Pada buku bagian ujung dari daun
pelepah memperlihatkan percabangan dimana cabang yang terpendek menjadi
ligula (lidah daun) dan bagian yang terpanjang dan terbesar menjadi daun
kelopak yang memiliki bagian auricle pada sebelah kiri dan kanan. Daun
kelopak yang terpanjang dan membalut ruas yang paling atas dari batang
disebut daun bendera. Pembentukan anakan padi sangat dipengaruhi oleh
unsur hara, sinar matahari, jarak tanam, dan teknik budidaya.
3. Daun
Padi termasuk tanaman jenis rumput-rumputan mempunyai daun yang
berbeda-beda, baik bentuk, susunan, maupun bagian-bagiannya. Ciri khas
daun padi adalah terdapat sisik dan telinga daun. Daun tanaman padi tumbuh
pada batang dalam susunan yang berselang-seling. Pada setiap buku terdapat
satu daun. Setiap daun terdiri atas helai daun yang memiliki bentuk panjang
seperti pita. Pelepah daun yang menyelubungi batang berfungsi untuk
menguatkan bagian ruas yang jaringannya lunak, telinga daun (auricle), lidah
daun (ligule) yang terletak pada perbatasan antara helai daun dan upih. Fungsi
dari lidah daun adalah mencegah masuknya air hujan diantara batang dan
pelepah daun.. Daun yang muncul pada saat terjadi perkecambahan dinamakan
koleoptil. Koleoptil keluar dari benih yang disebar dan akan memanjang terus
sampai permukaan air. Setelah koleoptil membuka akan diikuti keluarnya
daun pertama, daun kedua dan seterusnya hingga mencapai puncak yang
disebut daun bendera, sedangkan daun terpanjang biasanya pada daun ketiga.
Daun bendera merupakan daun yang lebih pendek dari pada daun-daun di
bawahnya, namun lebih lebar dari pada daun sebelumnya. Daun bendera ini
terletak di bawah malai padi. Daun padi pada awalnya adalah tunas yang
kemudian berkembang menjadi daun. Daun pertama pada batang keluar
bersamaan dengan timbulnya tunas (calon daun) berikutnya. Pertumbuhan
daun yang satu dengan daun berikutnya (daun baru) mempunyai selang waktu
7 hari (Anonymous3, 2012).

4. Bunga
Bunga padi pada hakikatnya terdiri atas tangkai, bakal buah, lemma,
palea, putik, dan benang sari. Tiap unit bunga terletak pada cabang-cabang
bulir yang terdiri atas cabang primer dan cabang sekunder. Sekumpulan bunga
padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas dinamakan malai. Bulir-bulir
padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbu utama
malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung
pada varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanam (Suhartatik, 2008).
Bunga padi memiliki perhiasan bunga yang lengkap. Dalam satu
tanaman memiliki dua kelamin, dengan bakal buah dibagian atas. Jumlah
benang sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar
serta mempunyai dua kantong serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik,
dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai yang berwarna putih atau
ungu (Sumartono & Hardjono, 1980).
Jika bunga padi telah dewasa, palea dan lemma yang semula bersatu akan
membuka dengan sendirinya agar pemanjangan benang sari dapat terlihat dari
floret yang membuka. Membukanya palea dan lemma ini terjadi antara jam
10-12, pada suhu 30-32 oC. Palea dan lemma akan tertutup setelah kepala sari
melakukan penyerbukan (Suhartatik, 2008).
2.2 Bagan Warna Daun ( BWD )

BWD atau singkatan dari Bagan Warna daun adalah alat atau bagan untuk
mengukur kebutuhan pupuk N (Urea) dengan cara mencocokan warna daun dengan
warna yang terdapat pada bagan tersebut, sehingga didapat dosis pemberian pupuk
urea yang sesuai anjuran untuk meningkatkan hasil dari tanaman padi. Untuk
menggunakan BWD, dipilih secara acak 10 rumpun tanaman sehat pada hamparan
yang seragam, kemudian dipilih daun teratas yang telah membuka penuh pada satu
rumpun. Bagian tengah daun diletakkan di atas BWD dan dibandingkan antara warna
daun dan skala warna pada BWD. Jika warna daun berada di antara 2 skala warna
maka digunakan nilai rata-ratanya, misalnya 3,5 untuk warna antara 3 dan 4
(Erythrina 1999). Pada waktu mengukur warna daun dengan BWD, perlu dihindari
menghadap sinar matahari karena pantulan sinar matahari dari daun padi dapat
memengaruhi pengukuran warna daun. Waktu pembacaan adalah pagi atau sore hari.
Sebaiknya pengukuran dilakukan pada waktu yang sama dan oleh orang yang sama.
Jika 6 atau lebih dari 10 daun yang diamati warnanya berada dalam batas kritis, yaitu
di bawah skala 4, maka tanaman perlu segera diberi pupuk N susulan sesuai dengan
tingkat hasil di tempat bersangkutan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Praktikum Kesuburan dan Pemupukan ini dilakukan di Lahan Sawah (dimana
tempatnya? Aku lupa ) pada tanggal Kamis, 26 September 2019.

3.2 Alat dan Bahan


 Alat
Leaf Color Chart atau Bagan Warna Daun ( BWD )
Buku dan Alat Tulis
 Bahan
10 rumpun Tanaman Padi

3.3 Cara Kerja


 Siapkan BWD atau LCC (Leaf Color Chart) dan alat tulis
Langkah pertama yang harus disiapkan yaitu menyiapkan alat tulis untuk
mencatat hasil dari pengamatan warna daun dilapangan, alat tulis yang
disiapkan cukup pensil/ballpoint dan kertas.
 Pilihlah sample tanaman secara random atau acak
Pemilihan sample secara random atau acak sangat diperlukan karena kita bisa
menghitung rata-rata dari kebutuhan pupuk urea tiap tanaman. sample yang
diambil sebanyak 10 rumpun/daun disetiap luasan setengah hektar dengan
sayarat umur tanaman 25HST atau di fase anakan pada umur 35HST.
 Cara pengambilan sample
Cara pengambilan sample warna daun cukup sederhana, yang harus kita
perhatikan adalah sebagai berikut,
 Tarik rumpun padi dari bawah keatas hingga didapat daun tertinggi,
dengan alasan daun yang paling tinggi merupakan daun yang sudah
terbuka secara sempurna.
 Bandingkan warna daun yang sudah dipilih tadi pada alat BWD.
 Catat hasil sample warna daun tadi, untuk warna daun ada 4 tingkatan
yakni tingkat nomor 2, nomor 3, nomor 4 dan tingkat nomor 5. catat
sesuai tingkatan warna daun, seperti contoh pada gambar diatas,
tingkatan daun terdapat pada nomor 3. jika warna daun ada di antara
nomor 2 dan 3, tulis dengan angka 2,5.
 Pengambilan sample warna daun tanaman dilakukan dengan cara
membelakangi cahaya matahari, dengan tujuan bisa lebih jelas melihat
perbandingan warna daun pada alat BWD
 Perhitungan data
Setelah diambil data dari beberapa sample, bisa dihitung dengan cara mencari
rata-rata dari tingkatan warna pada tanaman, caranya jumlahkan dari tiap
sample kemudian dibagi jumlah sample yang diambil maka akan didapat rata-
rata tingkatan warna pada tanaman.
 Cocokan pada tabel kebutuhan pupuk
Setelah didapat rata-rata dari tingkatan warna pada daun, kemudian bisa
dibandingkan pada tabel kebutuhan pupuk urea yang ada dibalik alat BWD
tersebut, maka akan diketahui jumlah pupuk mana yang diperlukan untuk
mencapai target panen, contoh seperti pada gambar dibawah ini.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian

4.2 Pembahasan
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka

Erythrina. 1999. Penggunaan alat bagan warna daun untuk efisiensi pemupukan urea pada
padi sawah. Makalah disampaikan pada Pelatihan Dasar II PPL, Balai Latihan Pegawai
Pertanian Gedong Johor, Medan, 29 Juli 1999. 10 hlm.

Erythrina. 2001. Bagan warna daun: Menghemat penggunaan pupuk N pada padi sawah.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, Medan. 16 hlm.

Anda mungkin juga menyukai