Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI PERTANAMAN

Pengukuran Luas Daun dengan Metode Milimeter Kolom dan Menghitung


Indeks Luas Daun (ILD) Beberapa Jenis Tanaman
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Ir. I Wayan Wiraatmaja, M.P.

Oleh :
Joel Sapriantoni Simanjuntak NIM 2006541013
Kelas A

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya yang telah diberikan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan Laporan Praktikum
mengenai Pengukuran Luas Daun dengan Metode Milimeter Kolom dan Menghitung Indeks
Luas Daun (ILD) Beberapa Jenis Tanaman ini. Adapun tujuan disusunnya laporan ini adalah
sebagai syarat untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Fisiologi Pertanaman.

Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras saya semata, melainkan juga
atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya laporan ini, diantaranya:

1. Bapak Ir. I Wayan Wiraatmaja, M.P. selaku dosen pengampu mata kuliah Fisiologi
Pertanaman.

2. Ibu Yuyun Fitriani, S.P., M.P. selaku dosen pembantu mata kuliah Fisiologi
Pertanaman.

Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari sempurna. Untuk itu, saya
selaku penyusun menerima dengan terbuka semua kritik dan saran yang membangun agar
laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Saya berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi
yang memerlukan.

Denpasar, 6 Desember 2022

Joel Sapriantoni Simanjuntak


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................2
2.1 Tanaman Bahan Percobaan....................................................................................................2
2.2 Pengukuran Luas Daun dan ILD............................................................................................7
2.3 Indeks Luas Daun dengan Produktivitas Tanaman................................................................8
BAB III METODOLOGI....................................................................................................................9
3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................................................................9
3.2 Alat dan Bahan............................................................................................................................9
3.3 Cara Kerja....................................................................................................................................9
BAB IV HASIL & PEMBAHASAN.................................................................................................10
BAB V PENUTUP.............................................................................................................................12
5.1 Kesimpulan................................................................................................................................12
5.2 Saran..........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13
LAMPIRAN.......................................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai tumbuhan yang memiliki daun, tentu makna daun adalah sebagai salah satu organ
yang merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting. Daun merupakan organ tempat
utama proses fotosintesis karena pada daun dewasa mengandung ratusan kloroplas yang
berperan pada proses fotosintesis. Daun tanaman sebagai tempat proses pengolahan
energi cahaya menjadi energi kimia dan karbohidrat (glukosa) yang diwujudkan dalam
bentuk bahan kering, sehingga perkembangan daun layak sebagai parameter utama dalam
analisis pertumbuhan tanaman (Salisbury dan Ross, 1995; Sitompul dan Guritno, 1995;
Nugroho dan Yuliasmara, 2012).
Daun merupakan organ fotosintesis utama dalam tubuh tanaman, yang merupakan tempat
terjadinya proses perubahan energi cahaya menjadi energy kimia dan tempat produksi
karbohidrat (glukosa) yang diwujudkan dalam bentuk bahan kering. Dalam analisis
pertumbuhan tanaman, perkembangan daun menjadi perhatian utama. Berbagai ukuran
dapat digunakan, seperti pengukuran indeks luas daun (ILD), nisbah luas daun (NLD) dan
nisbah berat daun (NBD) pada waktu tertentu. Perubahan-perubahan selama pertumbuhan
mencerminkan perubahan bagian yang aktif berfotosintesis (Sumarsono, )
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah unutk mengetahui bagaimana menghitung luas
daun dengan metode kertas milimeter.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Bahan Percobaan
a. Melon

Melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman merambat termasuk dalam famili
Cucurbitaceae genus Cucumis. Tanaman melon berasal dari Lembah Panas Persia,
Tetapi beberapa literatur mengatakan bahwa tanaman melon berasal dari Turki dan
India (Tjahjadi, 1987).

Klasifikasi Tanaman Melon


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Family : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis melo L

Morfologi :
Tanaman melon merupakan tanaman semusim berbatang sukulen, yang menjalar
ditanah. Melon banyak mempunyai cabang, sistem perakarannya dangkal dan
menyebar, sehingga semakin dalam tanah, jumlah akarnya semakin berkurang. Bunga
melon berbentuk lonceng berwarna kuning-cerah mirip dengan bunga pada tanaman
semangka, memiliki kelopak daun sebanyak lima buah dan kebanyakan bersifat
uniseksual monoesius sehingga dalam penyerbukannya perlu bantuan dari luar.
( Rukmana 1994 ).
Tanaman melon memerlukan suhu yg sejuk & kering untuk pertumbuhan nya. Suhu
pertumbuhan untuk tanam melon antara 25–300 C. Tanaman melon tidak dapat
tumbuh apabila kurang dari 180 C dan Ph 5-6 tanaman melon akan tumbuh dengan
baik. Buah melon sangat beragam tergantung varietasnya, bila varietas berbeda maka
ukuran, bentuk rasa, aroma, warna dan juga permukaan buah (ada tidaknya jala) juga
berbeda. Selain ciri-ciri fisiologis yang berbeda, varietas yang berbeda juga memiliki
waktu panen yang berbeda.( Rahmi, 2002).

2
b. Jagung
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan biji-bijian yang berasal dari
Amerika. Jagung tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang
Eropa ke Amerika. Di Indonesia, Jagung manis (Zea mays Saccharata), merupakan
komoditi yang dapat diusahakan secara intensif karena banyak digemari sehingga
terbuka peluang pasar yang baik. Jagung manis selain dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pangan juga digunakan untuk bahan baku industri gula jagung (Bakhri, 2007).
Secara umum tanaman jagung dalam tata nama atau sistematika (Taksonomi) tumbuh-
tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Subclass : Commelinidae
Order : Cyperales
Family : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L. (USDA, 2014)

Morfologi :
Tanaman jagung terbagi menjadi beberapa bagian utama, yaitu akar, batang, daun,
bunga dan buah (tongkol). Daun jagung memanjang, mempunyai ciri bangun pita
(ligulatus), ujung daun runcing (acutus), tepi daun rata (integer). Diantara pelepah dan
helai daun terdapat ligula (Subekti et al., 2013). Menurut Purwono dan Hartono
(2007), fungsi ligula adalah mencegah air masuk ke dalam kelopak daun dan batang.
Jagung mempunyai tiga macam akar serabut, yaitu (a) akar seminal, (b) akar
adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang
berkembang dari radikula dan embrio. Akar adventif adalah akar yang berkembang
dari buku di ujung mesokotil. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang
muncul pada dua atau lebih buku di atas permukaan tanah (Subekti et al., 2013).
Bunga jantan dan bunga betina pada jagung terpisah dalam satu tanaman
(monoecious). Bunga jantan tumbuh di bagian pucuk tanaman, berupa karangan
3
bunga (inflorescence). Tongkol sebagai bunga betina, tumbuh dari buku diantara
batang dan pelepah daun (Aris et al., 2016). Biji tanaman jagung dikenal sebagai
kernel terdiri dari 3 bagian utama, yaitu dinding sel, endosperma, dan embrio. Bagian
biji ini merupakan bagian yang terpenting dari hasil pemaneman. Bagian biji rata-rata
terdiri dari 10% protein, 70% karbohidrat, 2.3% serat. Biji jagung juga merupakan
sumber dari vitamin A dan E. (Fajarany et al., 2016).

c. Cabai
Tanaman cabai merupakan tanaman semusim yang berbentuk perdu dengan tinggi
berkisar antara 45 – 100 cm ( Wiryanta, 2008 ). Secara geografis tanaman cabai dapat
tumbuh pada ketinggian 0 – 1200 m di atas permukaan laut. Pada dataran tinggi yang
berkabut dan kelembabannya tinggi,tanaman cabai mudah terserang penyakit. Cabai
akan tumbuh baik pada daerah yang rata-rata curah hujan tahunannya antara 600 –
1250 mm dengan bulan kering 3 – 8,5 bulan dan pada tingkat penyinaran matahari
lebih dari 45 % ( Suwandi dkk, 1997 ).
Adapun klasifikasi dari Cabai (Capsicum annuum L) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L.

Morfologi :
Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun yang
berbentuk oval, lonjong. Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau muda,
hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun pada bagian
bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan daun cabai
ada yang halus adapula yang berkerutkerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3 — 11
cm, dengan lebar antara 1 — 5 cm. Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan
batang tidak berkayu. Biasanya, batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu,
4
kemudian membentuk banyak percabangan. Untuk jenis-jenis cabai rawit, panjang
batang biasanya tidak melebihi 100 cm. Namun untuk jenis cabai besar, panjang
batang (ketinggian) dapat mencapai 2 meter bahkan lebih. Batang tanaman cabai
berwarna hijau, hijau tua, atau hijau muda. Pada batang-batang yang telah tua
(biasanya batang paling bawah), akan muncul wama coklat seperti kayu. Ini
merupakan kayu semu, yang diperoleh dari pengerasan jaringan parenkim.
Tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit dan hanya terdiri dari akar
serabut saja. Biasanya di akar terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil simbiosis
dengan beberapa mikroorganisme. Meskipun tidak memiliki akar tunggang, namun
ada beberapa akar tumbuh ke arah bawah yang berfungsi sebagai akar tunggang semu.
Bunga tanaman cabai juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama, yaitu
berbentuk bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk dalam sub kelas
Ateridae (berbunga bintang). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam
keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya terdapat
2 — 3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya bermacam-macam, ada
yang putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 — 20 mm. Bunga
tanaman cabai merupakan bunga sempuma, artinya dalam satu tanaman terdapat
bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga betina dalam
waktu yang sama (atau hampir sama), sehingga tanaman dapat melakukan
penyerbukan sendiri. Namun untuk mendapatkan hasil buah yang lebih baik,
penyerbukan silang lebih diutamakan.
Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak dikenal dan
memiliki banyak variasi. Buah cabai terbagi dalam 11 tipe bentuk, yaitu serrano,
cubanelle, cayenne, pimento, anaheim chile, cherry, jalapeno, elongate bell, ancho,
banana, dan blocky bell. Hanya ada 10 tipe bentuk buah cabai, di mana tipe elongate
bell dan blocky bell dianggap sama.

d. Terong
Tanaman terung (Solanum molongena L), termasuk dalam family solanceae yang
menghasilkan biji, (Spermatophyta) dan biji yang di hasilkan berkeping dua.
Beberapa jenis terung yang sangat di kenal oleh masyarakat indonesia yaitu terung
kopek yang mempunyai buah besar dan berbentuk bulat agak memanjang dengan
ujung buah tumpul, terung craigi dan yang mempunyai buah berukuran sedang dan
berbentuk bulat memanjang sehingga tampak lebih langsungdengan ujung buah
5
meruncing, terung yang berbentuk bulat yang memiliki bentuk buah yang bulat seperti
terung pendek. Klasifikasi tanaman terung sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonea
Ordo : Tubiflorae
Family : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum melongena

Tanaman terung tumbuh tegak hingga mencapai ketinggian tertentu, selanjutnya


mebentuk percabangan yang di sebut batang sekunder. Laju rata – rata tinggi tanaman
terung hibrida somatik pada awal pertanaman lebih lambat sampai sekitar lima
minggu setelah tanam, kemudian meningkat setelah minggu ketujuh atau minggu ke
sembilan. Umur panen berbanding terbalik dengan umur bunga tanaman terung
cenderung rontok atau gugur setelah mekar (Simanjuntak, 2003 ). Batang tanaman
terung di bedakan menjadi dua macam, yaitu batang utama (batang primer) dan
percabang (batang sekunder).
Dalam perkembangan batang sekunder ini akan mempunyai percabangan baru.
Batang utama merupakan penyangga berdirinya tanaman, sedang percabangan adalah
bagian tanaman yang mengeluarkan bunga. batang utama bentuknya persegi
(angularis), sewaktu muda berwarna ungu kehijauan, setelah dewasa menjadi ungu
kehitaman (Imdad, 2001). Daun terung terdiri atas tangkai daun (petiolus) dan helaian
daun (lamina). Daun seperti ini lazim disebut daun bertangkai. Tangkai daun
berbentuk slindris dengan sisi agak pipih dan menebal di bagian pangkal, panjang
berkisar antara 5 – 8 cm. Helaian daun terdiri dari ibu tulang daun,terdiri atas ibu
tulang daun, tulang cabang dan urat –urat daun. Ibu tulang daun merupakan
perpanjangan dari tangkai daun yang makin mengecil kearah pucuk. Lebar helaian
daun 7 – 9 cm atau lebih sesuai varietasnya. Panjang daun antara 12 – 20 cm. Bangun
daun berupa belah ketupat hingga oval, bagian ujung daun tumpul, pangkal daun
mruncing, dan sisi bertoreh.
Bunga terung merupakan bunga banci atau bunga berkelamin dua, dalam satu bunga
terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin wanita (putik). Bunga
6
seperti ini dinamakan bunga lengkap. Perhiasan bunga yang di miliki adalah kelopak
bunga, mahkota bunga, dan tangkai bunga.Buah terung merupakan buah sejati tuggal
dan berdaging tebal, lunak, serta tidak akan pecah bila buah telah masak. Daging buah
lunak dan berair. Daging buah ini merupakan bagian yang enak di makan. Biji – biji
terdapat bebas dalam daging buah. Daun kelopak melekat pada dasar buah, dan
berwarna hijau atau keunguan. Buah terung bentuknya beraneka ragam sesuai
vareietasnya (Soetasad dkk, 2003).

2.2 Pengukuran Luas Daun dan ILD


Berkaitan dengan daun, maka luas daun merupakan salah satu parameter penting yang
diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman, oleh karena itu diperlukan teknik
pengukuran yang cepat dan tepat (Sitompul dan Guritno, 1995; Santoso dan Hariadi,
2008). Sedangkan Pandey dan Singh (2011) menyarankan memilih metode yang mudah,
akurat, muran dan non destruktif untuk menjelaskan luas daun tanaman yang mampu
dulaksanakan sedemikian rupa dalam mengkaji fisiologi dan agronomi.
Umumnya banyak pihak merasa kesulitan dan terbentur faktor pembatas untuk
mengamati daun termasuk terhadap luas daun. Kondisi ini menyebabkan kebiasaan yang
jarang dan menjadi sebuah ketidakwajiban mengamati daun untuk menerjemahkan
sebuah pertumbuhan maupun mendapatkan adanya pengaruh perlakuan terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman melalui pengamatan daun tersebut.
Apabila melihat sisi betapa besarnya posisi dan makna daun terhadap pertumbuhan, maka
sudah saatnya tidak ada alasan prinsip untuk tidak mengamati daun. Beberapa urgensi
dapat diamati melalui morfologi daun, termasuk terhadap pengukuran luas daun.
Beberapa metode disajikan untuk mengamati luas daun yaitu metode leaf area meter
(LAM), metode kertas milimeter, metode gravimetri, metode plong, metode plannimeter
dan sebagainya, namun relatif belum dapat diterapkan secara cepat dan mudah untuk
pengukuran luas daun selama ini karena memiliki persyaratan tertentu (Sitompul dan
Guritno, 1995; Nugroho dan Yuliasmara, 2012). Kondisi ini menimbulkan gagasan untuk
membuat metode pengamatan luas daun yang aplikatif dengan akurasi tinggi namun
dengan alat yang relatif sederhana dan mudah didapat. Sitompul dan Guritno (1995)
memberikan pilihan beberapa metode mengukur luas daun, dan salah satunya adalah
metode panjang kali lebar yang memerlukan nilai konstanta bentuk daun (k). Lebih lanjut
(Sutoro dan Setyowati, 2014) menjelaskan bahwa luas daun merupakan karakter tanaman

7
yang penting untuk mempelajari aspek agronomi dan fisiologi dan pendugaan luas daun
menggunakan peubah panjang dan lebar daun telah banyak digunakan
Salah satu metode pengukuran luas daun panjang kali lebar yang diposisikan bahwa daun
mempunyai profil luasan dua dimensi dalam setiap helaian sehingga mempunyai panjang
dan lebar daun (Sitompul dan Guritno, 1995). Ini membuktikan bahwa pendekatan
penaksiran pengukuran luas daun begitu mudah. Hanya saja tidak ada bentuk daun yang
menempati dimensi luasan persegi panjang sehingga apabila dilakukan pendekatan
metode panjang kali lebar dibutuhkan nilai konstanta (k) bentuk daun sebagai faktor
pengoreksi luas daun atas polanya terhadap bentuk persegi panjang.
Berdasarkan kondisi pengukuran luas daun menggunakan metode panjang kali lebar
tersebut, diperlukan nilai konstanta (k) pada setiap jenis tanaman sebagai faktor
pengoreksi maupun disebut bilangan yang menunjukkan besarnya luasan pola bentuk
daun memenuhi dimensi luasan persegi panjang atas panjang dan lebar daun dalam
pendekatan pengukuran luas daun. Tentunya, diperlukan upaya mendapatkan nilai
konstanta bentuk daun beberapa jenis tanaman sehingga penelitian ini bertujuan dan
diharapkan untuk mengetahui mengetahui dan mengidentifikasi nilai konstanta bentuk
daun untuk pengukuran luas daun menggunakan metode panjang kali lebar pada tanaman
hortikultura yang dibudidayakan di tanah gambut.

2.3 Indeks Luas Daun dengan Produktivitas Tanaman


Indeks luas daun dan laju asimilasi bersih akan berpengaruh terhadapa laju pertanaman
tanaman. Nilai indeks luas daun dan laju asimilasi bersih yang tinggi akan meningkatkan
laju pertumbuhan tanaman. Laju pertumbuhan tanaman adalah variabel yang
menggambarkan kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering hasil asimilasi tiap
satuan luas lahan tiap satuan waktu (Setyowati, 2013).
Dengan adanya pengaruh laju pertumbuhan pada tanaman maka akan melibatkan pada
berat tanaman, besar, banyak buah dan lainnya.

8
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dimulai pada 12 Oktober 2022 bertempat di rumah masing-masing ( Jl.
Tukad Gerinding No 19)

3.2 Alat dan Bahan

 Daun (cabai, terong, jagung dan melon)


 Kertas milimeter block
 Pensil
 Kalkulator

3.3 Cara Kerja

 Tonton dan amati tautan vidio youtube di bawah ini.


https://www.youtube.com/watch?v=_lx5g_TwSuI
 Satu kelas di bagi menjadi 6 kelompok (sebagai ulangan).
 Lakukan pengukuran terhadap 9 lembar daun ( 3 daun bagian bawah, 3 daun
bagian tengah, dan 3 daun bagian atas) dari 4 jenis tanaman semusim yang
berbeda kemudian di rata-ratakan.
 Hitung jumlah daun per tanaman.
 Luas daun per Tanaman = Luas rata-rata per daun x Jumlah daun.
 Asumsi, jika luas lahan yang di duduki oleh tanaman adalah 20 cm x 20 cm .
 Indeks Luas daunnya adalah:
 Luas daun tanaman : luas lahan yang di duduki oleh tanaman tsb.

9
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN

Jenis Rata-
Tanaman I II III IV V VI Jumlah rata

9,8 4,9
Jagung 5,68 2 8,28 6,2 5 5,4 40,33 6,72

3,1
Cabai 3,07 3,8 3,57 3,2 8 4,8 21,56 3,60

3,5 3,0
Terong 2,46 8 2,77 3,4 2 3,5 18,73 3,12

3,6 3,5
Melon 2,5 4 3,32 3,25 8 4,1 20,39 3,39

Tabel di atas menyatakan bahwa pada tanaman jagung memiliki daun yang lebih
panjang dan luas yang lebih lebar sebesar 40,33 cm2 dengan rata-rata 6,72 cm2. Untuk
daun tanaman cabai dari kelompok 1 sampai 5 memiliki luas rata-rata 3,60 cm2. Daun
tanaman terong dari kelompok 1 sampai 5 memiliki luas rata-rata 3,12 cm2. Dan pada
daun tanaman melon dari kelompok 1 sampai 5 memiliki luas rata-rata 3,39 cm2. Ini
menunjukkan bahwa setiap daun pada satu pohon yang sama memiliki panjang dan luas
daun yang berbeda-beda.
Tanaman LDP ILD
Jagung 2.480 6,2
Cabai 1.272,6 3,18
Terong 1.360 3,4
Melon 1.302 3,25

Berikut perhitungan Indeks Luas Daun tanaman percobaan :


 Cabai
30+32+21 83
LDP = = =27,66 ×46=1.272,6
3 3

10
1.272,6
Maka ILD = =3,18
400

 Jagung
269+ 257+218 744
LDP = = =248 ×10=2.480
3 3
2.480
Maka ILD = =6,2
400

 Terong
50+60+53 163
LDP = = =54,4 ×25=1.360
3 3
1.360
Maka ILD = =3,4
400
 Melon
60+50+76 186
LDP = = =62 ×21=1.302
3 3
1.302
Maka ILD = =3,25
400
Indeks Luas Daun setiap tanaman memiliki perbedaan dikarenakan bentuk dan ukuran
yang berbeda.
Nilai ILD digunakan sebagai indikator kerapatan kanopi, biomassa, dan penentu seberapa
besar evapotranspirasi pada suatu tanaman. Di samping itu, dalam perkembangannya nilai
ILD juga dapat digunakan untuk pendugaan kesehatan tanaman dan produktivitas optimum
tanaman. ILD berkaitan erat dengan bentuk dan sebaran daun pada kanopi. Pertumbuhan dan
lebar kanopi daun mengalami peningkatan pada awal pertumbuhan tanaman. Peningkatan
nilai ILD akan meningkatkan hasil bersih kering yang dimiliki daun menjadi tebal yang bila
dikonversi menjadi LDS, akan menghasilkan nilai yang rendah. LDS terbesar diperoleh pada
daun umur sedang karena pengaruh perbedaan tingkat perkembangan dan pertumbuhan
pegagan (Suwarto, 2013; Susilo, 2014; Irwan dan Wicaksono, 2017).

11
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Indeks luas daun merupakan gambaran tentang rasio permukaan daun terhadap luas tanah
yang ditempati oleh tanaman. Laju pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh laju asimilasi
bersih dan indeks luas daun. Laju asimilasi bersih yang tinggi dan indeks luas daun yang
optimum akan meningkatkan laju pertumbuhan tanaman

5.2 Saran
Peneletian ini harus lebih dikembangkan lebih lanjut dengan beberapa metode
pengukuran luas daun lainnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bakhri, Syamsul. 2013. Budidaya Jagung Dengan Konsep Pengelolaan Tanaman


Terpadu. Sulawesi Tengah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.


H. fried, George dan George J. Hademenos. 2005. Jakarta: Erlangga

Susanti, Nengsri. Dkk. 2021. Mengukur Luas Daun. Universitas Singaperbangsa. Link :
makalah: Laporan Praktikum Mengukur Luas Daun
(fennyfaizah.blogspot.com)

Rusbiyati. Ariana. Dkk. 2018. Pengaruh Proporsi Tanaman terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tumpangsari Kubis (Brassica oleracea Var. Capitata L.) dengan Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.). Vegetalika. 2018. 7(4): 26-38

Susanti. Dian. 2018. Identifikasi Luas Daun Spesifik Dan Indeks Luas Daun Pegagan Di
Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah. Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia.
Volume 11, No. 1

13
LAMPIRAN
Jagung

Cabai Melon

Terong

14
15

Anda mungkin juga menyukai