Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMULIAAN TANAMAN
“MORFOLOGI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pemuliaan Tanaman

Disusun Oleh:
Nama : Alda Putri Indah Nilawati
NIM 4442190036
Kelas : VB
Kelompok : 3 (Tiga)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG
TIRTAYASA 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan serta
petunjuknya dalam terselenggaranya hingga berakhirnya kegiatan praktikum ini,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul
“Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)” tanpa adanya kendala.
Sebagai penulis, tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan bekerja sama agar praktikum ini dapat berjalan dengan
baik dan terselenggara sampai akhir. Terutama kepada dosen pengampu Ibu Ratna
Fitry Yenny, SP., MSi dan Ibu Zahratul Millah, SP., MSi yang mengizinkan
terselenggaranya kegiatan praktikum terhadap praktikum morfologi tanaman
jagung (Zea mays L.), serta penulis mengucapkan terimakasih kepada asisten
laboratorium Saudari Dian Permata Sari, Saudari Silfiani serta Saudara Rafli
Reinaldi yang senantiasa membantu menjawab segala pertanyaan penulis selama
berjalannya praktikum dan tidak lupa juga kepada teman-teman semua yang
membantu untuk kelancaran praktikum agar tetap bisa berjalan kondusif meskipun
dalam kondisi secara online learning.
Kepada para pembaca penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar laporan praktikum ini dapat disempurnakan dengan baik dan
bisa digunakan untuk kedepannya.
Sebagai penulis harapannya laporan praktikum mengenai morfologi
tanaman jagung (Zea mays L.) ini kedepannya bisa membantu para pembaca
bahkan praktikan dalam memahami, menganalisis, serta sebagai bahan
penambahan wawasan.

Panggarangan, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Jagung ................................................................................ 2
2.2 Jagung Lokal Biasa ............................................................................ 4
2.3 Jagung Lokal Manis ........................................................................... 5
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat..................................................................................6
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................6
3.3 Cara Kerja...............................................................................................6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.......................................................................................................7
4.2 Pembahasan............................................................................................8
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan...............................................................................................12
5.2 Saran.....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L., adalah
salah satu tanaman biji-bijian yang menurut sejarahnya berasal dari amerika.
Orang-orang eropa yang datang ke Amerika membawa benih jagung tersebut ke
negaranya. Melalui Eropa tanaman jagung terus menyebar ke Asia dan Afrika.
Baru sekitar abad ke-16 tanaman jagung ini oleh orang portugis dibawa ke
Pakistan, Tiongkok dan daerah-daerah lainnya di Asia termasuk Indonesia
(Wirawan dan Wahab, 2007).
Jagung merupakan salah satu pangan dunia yang terpenting di dunia selain
gandum dan padi sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan
Selatan, jagung juga menjadi alternative sumber pangan di Amerika Serikat.
Penduduk beberapa daerah di Indonesia juga menggunakan jagung sebagai bahan
pangan yang penting (Suprapto, 1999).
Oleh karena itu untuk mengenal lebih dalam mengenai jagung, dalam
praktikum kali ini dilakukan suatu kegiatan untuk mengetahui bagaimana
morfologi dari suatu tanaman jagung yang berbeda antara jagung lokal biasa dan
jagung lokal manis untuk melihat keunggulan dari morfologi yang dimilikinya
tersebut.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah agar mahasiswa mengetahui morfologi
tanaman jagung.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung


Menurut Tjitrosoepomo (2009), tanaman jagung diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Tanaman jagung merupakan tanaman semusim (annual) dan termasuk
tanaman lengkap, karena memiliki akar, batang daun, bunga dan biji (Warisno,
1998).
Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari
siklus hidupnya merupakan tahap fase vegetative dan paruh kedua untuk fase
generative (Rukmana, 2010).
Tanaman jagung tumbuh baik pada daerah dataran rendah hingga dataran
tinggi pada ketinggian sekita 2200 mdpl, membutuhkan curah hujan sekitar 600-
1200 mm pertahun dengan termperatur rata-rata 14-30ºC. Jenis tanah yang sesuai
untuk jagung adalah tanah alluvial atau tanah lempung yang subur dan bebas dari
genangan air (Kartasapoetra, 1988).
Menurut Subekti et al (2008) menyatakan bahwa jagung disebut sebagai
tanaman berumah satu (monoecius) karena bunga jantan dan betinanya terdapat
dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul dari axillary apices tajuk.
Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apical di ujung
tanamn.tanaman jagung adalah protandry dimana pada sebagian besar varietas
bunga jantannya (anthesis) muncul 1-3 hari sebelum rambut bunga betina muncul.
Perakaran tanaman jagung diawali dengan proses perkecambahan biji.
Pertumbuhan biji kecambah biji jagung dimulai dengan akar kecambah (radicle),
kemudian diikuti calon batang (coleoptile). Bersamaan dengan tumbuhnya
(radicle) akan tumbuh pula akar primer (seminal root) yang muncul dari buku
(nodia) terbawah. Selanjutnya sekitar 10 hari setelah berkecambah akan tumbuh
akar adventif (fibrious root system/akar serabut) yang muncul dari buku (nodia)
diatasnya. Akar kecambah (radicle) dan akar primer (seminal root) tumbuhnya
bersifat sementara, sedangkan akar adventive (fibrious root system) terus tumbuh
selama tanaman jagung tetap hidup (Rukmana, 2010).
Menurut Subekti et al (2007) menyatakan bahwa tanaman jagung mempunyai
batang yang tidak bercabang berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan
buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua
tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga
komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles
vascular) dan pusat batang (pith). Bundles vascular tertata dalam lingkaran
konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi dan lingkaran-lingkaran menuju
pericarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang begitu mendekati pusat
batang. Konsentrasi bundles vascular yang tinggi di bawah epidermis
menyebabkan batang tahan rebah.
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998) menyatakan bahwa jagung
memiliki batang tanaman yang kaku tingginya berkisar 1,5 m dan 2,5 m dan
terbungkus oleh pelepah daun yang berselang-seling yang berasal dari setiap
buku. Buku batang mudah terlihat, pelepah daun terbentuk pada buku dan
membungkus rapat-rapat panjang batang utama sering melingkupi hingga buku
berikutnya. Pada lidah daun (ligula) setiap pelepah daun kemudian membengkok
menjauhi batang sebagai daun yang panjang luas dan melengkung. Ligula ini
melekat kuat pada ujung pelepah.
Menurut Paeru dan Dewi (2017) menyatakan bahwa tanaman jagung memiliki
daun yang panjang dan lebarnya agak seragam. Lembar daun berselang-seling dan
berbentuk seperti rumput. Tulang daun terlihat jelas dengan bentuk termasuk
tulang daun sejajar. Tanaman jagung memiliki jumlah daun 8-48 helai. Daun
tanaman jagung terdiri atas 3 bagian yaitu bagian kelopak daun, lidah daun serta
helai daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang. Antara kelopak daun
dengan helaian daun terdapat lidah daun yang memiliki bulu dan berlemak yang
disebut ligula yang
memiliki fungsi untuk mencegah air untuk masuk kedalam kelopak daun dan
batang.
Tanaman jagung mampu menghasilkan satu atau beberapa tongkol. Tongkol
jagung muncul dari buku ruas yang berupa tunas yang kemudian berkembang
menjadi tongkol jagung. Pada satu tongkol terdapat 200-400 biji jagung yang
tersusun rapi yang memiliki bentuk pipih dengan permukaan biji jagung cembung
atau cekung serta dasarnya memiliki bentuk yang runcing. Biji jagung memiliki 3
bagian terpenting yaitu pericarp, endosperma dan embrio (Paeru dan Dewi, 2017).
Jagung tongkol lengkap terdiri dari kelobot, tongkol jagung, biji jagung dan
rambut. Kelobot jagung merupakan kelopak atau daun buah yang berguna sebagai
pembungkus atau pelindung biji jagung. Jumlah kelobot dalam satu tongkol jagung
pada umunya 12-15 lembar. Semakin tua umur jagung semakin kering kelobotnya
(Effendi dan Sulistiati, 1991).
Menurut Johnson (1991) menyatakan bahwa biji jagung merupakan jenis
serealia dengan ukuran biji terbesar dengan berat rata-rata 250-300 mg. Biji
jagung memiliki bentuk tipis dan bulat melebar yang merupakan hasil
pembentukan dari pertumbuhan biji jagung. Biji jagun diklasifikasikan sebagai
kariopsis. Hal ini disebabkan biji jagung memiliki struktur embrio yang sempurna
serta nutrisi yang dibutuhkan oleh calon individu baru untuk pertumbuhan dan
perkembangan menjadi tanaman jagung.

2.2 Jagung Lokal Biasa


Jagung jenis mutiara (flint) memiliki biji keras dan licin, jagung jenis lokal
Indonesia umumnya tipe jagung mutiara. Pada jagung tipe everta atau jagung
berondong sangat digemari masyarakat diseluruh dunia untuk dikonsumsi sebagai
snack/camilan. Jagung berondong memiliki banyak tipe dan warna seperti jagung
berondong kuning dan merah. Jagung berondong merah juga disebut sebagai
jagung berondong stroberi, banyak digemari karena keindahan warna dan
bentuknya sperti stroberi. Jagung berondong kuning memiliki biji yang lebih besar
daripada jagung berondong stroberi, sehingga lebih banyak dikomersialkan
(Podojil, 2013).
Menurut Jugenheimer (1976) Jagung berondong/popcorn (Zea mays everta)
memiliki butir biji sangat kecil dan agak meruncing, keras seperti pada tipe
mutiara, proporsi pati lunak lebih kecil dibandingkan tipe mutiara.
Popcorn / berondong berasal dari salah satu jenis jagung (Zea mays everta)
dimana kernelnya dapat meletup dan mengembang ketika dipanaskan (Smith,
1991).

2.3 Jagung Lokal Manis


Di Indonesia sweet corn (Zea mays saccharata), dikenal dengan nama jagung
manis. Jagung manis banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis
dibandingkan dengan jagung biasa dan umur produksinya lebih singkat (Syukur
dan Rifianto, 2014).
Jagung manis memiliki kandungan gula yang tinggi pada stadia masak susu
dan permukaan kernel yang menjadi transparan dan berkerut saat mengering,
jagung ini termasuk tipe saccharata (Syukur dan Rifianto, 2013).
Menurut Surtinah (2008) menyatakan bahwa kandungan gula jagung manis
cukup tinggi yaitu 5-6 %, sehingga rasanya manis dari jagung biasa, namun ada
juga varietas lokal yang memiliki kadar gula 9-11%, sedangkan varietas Hybrid
Super Sweet Corn memiliki kadar gula 16-18%.
Umumnya umur panen jagung manis adalah 70-85 hari setelah tanam di
dataran menengaj dan 60-70 hari setelah tanam di dataran rendah. Jagung manis
umumnya dikonsumsi dalam keadaan segar sehingga harus tersedia dalam
keadaan segar setiap saat dan tidak dapat disimpan dalam waktu relative lama
(Syukur dan Rifianto, 2014).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) ini dilakukan pada hari
Senin, 22 November 2021 pukul 07.30-08.40 WIB dan bertempat di online
learning (Room meeting Google Meet).

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah device
pendukung online learning (HP/Laptop dll). Sedangkan bahan yang digunakan
adalah tanaman jagung lokal biasa dan jagung lokal manis.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja dalam praktikum ini yaitu:
1. Dilakukan pengamatan terhadap tanaman Jagung
2. Dilakukan identifikasi terhadap tanaman Jagung
3. Didentifikasi morfologi tanaman Jagung kemudian ditulis dalam tabel
4. Dibuat Hasil dalam bentuk laporan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Struktur dan Fungsi Bunga
No Variabel Pengamatan Jagung
Lokal Biasa Lokal Manis
1 Bentuk Biji Kecil dan Keriput dan
Agak Tranparan
Meruncing (Matang)
2 Bentuk Batang Silindris Bulat
3 Diameter Batang 3-4 cm 3-4 cm
4 Bentuk Daun Runcing Panjang agak
tegak
(meruncing)
5 Sudut Daun 37,03° (kecil) 39,95º (kecil)
6 Warna Daun Tua Kuning Kuning
7 Warna Daun Muda Hijau Hijau
8 Pertumbuhan Tongkol Silindris Silindris
(mengerucut) (mengerucut)
9 Bentuk Barisan Biji Pada Tongkol Melengkung Lurus, terisi
penuh
10 Tinggi Tanaman 139,33±1,644 156,27±2,322
Sumber data:
 Tinggi, warna daun tua/muda, bentuk daun (Fatmawati dkk, 2017).
 Pertumbuhan tongkol, bentuk baris (Indhirawati et al, 2015), (Meriati, 2019)
 Bentuk batang, Diameter batang (Fitriani et al, 2013), (Meriati, 2019)
 Sudut daun (Wigathendi et al, 2014), (Suleman et al, 2019).
 Bentuk biji (Muhadjir, 1979)
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan suatu kegiatan untuk menganalisis setiap
struktur/morfologi bagian penyusun dari tanaman jagung. Pada tanaman jagung
yang merupakan tanaman semusim ini, dikatergorikan sebagai tanaman yang
berasal dari ordo Poales.
Tanaman jagung ini memiliki varieatas yang sangat melimpah di Indonesia
jagung sendiri ada berbagai macam ada jagung manis, pulut, berondong
(kuning/merah), mutiara, tepung dll. Namun pada praktikum kali ini pengamatan
tanaman jagung lebih di arahkan kepada tanaman jagung lokal biasa dimana yang
saya ambil adalah jagung berondong (kuning), alasannya karena jagung ini banyak
diminati dan karena cara penyajiannya yang sudah bisa disajikan instan untuk
dikonsumsi membuatnya banyak digemari masyarakat serta selanjutnya jagung
yang diamati adalah jagung manis, dimana jagung manis ini memiliki kandungan
pati yang lebih besar dari jagung lainnya dan jagung manis ini kualitasnya
ditentukan oleh rasa manis atau kandungan gula yang ada pada jagung hal inilah
yang membuat jagung manis ini juga banyak diminati oleh masyarakat.
Menurut Gardner et al (2010) menyatakan bahwa kandungan gula pada
jagung manis akan sangat menentukan kualitasnya. Kualitas hasil diukur dalam
bentuk kandungan gula. Semakin tinggi kandungan gula maka kualitasnya
semakin baik. Sukrosa dan gula reduksi (glukosa dan fruktosa) hasil fotosintesis
yang ditransfer ke berbagai organ pengguna yang kemudian sebagian digunakan
untuk pemeliharaan integritas organ tersebut, sebagian lagi dikonversi ke bahan
struktur tanaman dan sisanya sebagai cadangan makanan.
Menurut Surtinah (2008) kandungan gula jagung manis cukup tinggi yaitu 5-
6%, sehingga rasanya manis dari jagung biasa, namun ada juga varietas lokal yang
memiliki kadar gula 9-11%, sedangkan varieats Hybrid Super Sweet Corn
memiliki kadar gula 16-18%.
Pada praktikum ini tanaman jagung lokal biasa (berondong kuning) dan
jagung lokal manis akan diamati morfologi tanamannya dengan parameter yang
akan diamati adalah bentuk biji, bentuk batang, warna daun muda, warna daun
muda, diameter batang, tinggi tanaman, bentuk barisan biji pada tongkol, bentuk
daun, pertumbuhan tongkol dan sudut daun.
Data-data yang didapatkan dari jurnal tersebut kemudian di analisis untuk
melihat bagaimana perbedaan morfologi dari kedua tanaman jagung berdasarkan
parameter yang telah ditentukan.
Parameter yang diamati pertama adalah bentuk biji pada biji tanaman jagung
seperti yang diketahui umumnya memiliki bentuk yang bulat dan melekat pada
tongkol jagung.
Seperti halnya menurut Effendi dan Sulistiani (1991) menyatakan bahwa biji
jagung melekat pada tongkol jagung dan berbentuk bulat. Susunan biji jagung
pada tongkol jagung berbentuk spiral. Biji jagung selalu terdapat berpasangan,
sehingga jumlah baris atau deret biji selalu genap. Biji jagung berbentuk bulat-
bulat atau gigi kuda tergantung varietasnya. Warna biji juga bervariasi dari putih
sampai kuning. Jagung putih lebih disukai dalam industry pangan, sedangkan
jagung kuning untuk pakan ternak.
Berdasarkan pendapat diatas ada kalimat yang perlu digaris bawahai yaitu biji
jagung memiliki bentuk yang tergantung varietasnya. Begitu pula pada
pengamatan jagung ini berdasarkan data yang didapatkan dari Muhadjir (1979)
dengan data tabel yang terdapat dalam jurnal tersebut berasal dari Jugenheimer
(1976) dapat dilihat bahwa pada tanaman jagung berondong kuning (Zea mays
everta) yang diamati memiliki butir biji yang sangat kecil dan agak meruncing,
keras seperti pada tipe mutiara, proporsi pati lunak lebih kecil dibandingkan pada
tipe mutiara.
Sementara untuk jagung lokal manis/ sweet corn (Zea mays zaccharata)
memiliki endosperm berwarna bening dengan kulit biji tipis serta kandungan pati
sedikti, pada waktu masak biji akan berkerut dan memiliki rasa manis jika
dimasak. Kemudian parameter yang diamati berikutnya adalah bentuk batang
dan diameter batang dimana hasil pada tabel 1 menyatakan bahwa bentuk batang
jagung lokal biasa adalah silindris sementara jagung lokal manis adalah bulat.
Kemudian untuk diameter batang pada kedua tanaman jagung tersebut rata-rata
berada pada
3-4 cm.
Menurut Warisno (2007) menyatakan bahwa tanaman jagung itu memiliki
batang yang bulat silindris dan tidak berlubang tetapi padat berisi berkas-berkas
pembuluh sehingga makin memperkuat berdirinya batang. Batang jagung beruas-
ruas dan pada bagian pangkal batang beruas cukup pendek dengan jumlah sekitar
8-20 ruas. Batang tanaman jagung dapat tumbuh membesar dengan diameter
sekitar 3-4 cm.
Berikutnya adalah pengamatan bentuk daun dan sudut daun berdasarkan data
yang didapatkan bentuk daun pada jagung lokal biasa memiliki bentuk daun yang
meruncing bagian ujungnya kemudian sama halnya dengan jagung lokal manis
pula memiliki bentuk yang tegak, panjang dan agak meruncing dibagian ujungnya,
sementara untuk sudut daun pada tanaman jagung ini bisa dikatakan masuk
kedalam kategori yang kecil hal ini karena nilai sudut daun jagung lokal biasa
tidak jauh dari jagung lokal manis yaitu dengan nilai (37,03° untuk lokal biasa dan
39,95º untuk jagung lokal manis).
Menurut Paeru dan Dewi (2017) menyatakan bahwa tanaman jagung memiliki
daun yang panjang dan lebarnya agak seragam. Lembar daun berselang-seling dan
berbentuk seperti rumput. Tulang daun terlihat jelas dengan bentuk termasuk
tulang daun sejajar. Tanaman jagung memiliki jumlah daun 8-48 helai. Daun
tanaman jagung terdiri atas 3 bagian yaitu bagian kelopak daun, lidah daun serta
helai daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang. Antara kelopak daun
dengan helaian daun terdapat lidah daun yang memiliki bulu dan berlemak yang
disebut ligula yang memiliki fungsi untuk mencegah air untuk masuk kedalam
kelopak daun dan batang.
Menurut Suleman et al (2019) menyatakan bahwa arah helaian daun dan sudut
Axilla ini dapat dipengaruhi oleh fototropisme tanaman itu sendiri. Hal ini
dikuatkan oleh Draseffi dkk (2015) yang manyatakan bahwa karakter arah helaian
daun dan sudut axilla tanaman disebabkan oleh fototropisme. Fototropisme adalah
gerak pada tumbuhan yang dipengaruhi oleh arah rangsang berupa sinar/cahaya
yang datang.
Kemudian berdasarkan data Suleman et al (2019) yang menyatakan jagung
lokal manis arah helaian daunnya melengkung dengan besar sudut antara helaian
daun dan batang yaitu 39,95° yang berarti sudut tersebut dalam kategori kecil.
Jika jagung lokal manis dengan sudut 39,95 derajat saja sudah dikatakan
dalam kategori yang kecil maka sama halnya dengan jagung lokal biasa yang
sudut daunnya berada dibawah jagung lokal biasa dengan 37,03 derajat berarti
juga masuk dalam kategori yang sama yaitu kecil.
Berikutnya pengamatan yang dilakukan adalah terhadap parameter warna
daun baik muda ataupun yang sudah tua data didapatkan dari (Fatmawati dkk,
2017) berdasarkan data tersebut warna daun muda adalah hijau dan warna daun
yang sudah tua tentunya menguning.
Warna pada daun itu dipengaruhi oleh pupuk yang digunakan dalam
penanaman tanaman jagung hal ini seperti pendapat dari Soepardi (1983) yang
menyatakan bahwa dari tiga unsur yang biasanya diberikan sebagai pupuk,
nitrogen merupakan yang paling menyolok dan cepat. Nitrogen berperan
merangsang pertumbuhan di atas tanah dan memberikan warna hijau pada daun.
Pada serealia nitrogen akan memperbesar butir-butir dan presentase protein.
Paramater yang diamati selanjutnya adalah pertumbuhan tongkol dan bentuk
barisan biji pada tongkol, pada data diatas diketahui bahwa pada pertumbuhan
tongkol pada kedua jagung yang diamati adalah silindris (meruncing). Sementara
untuk bentuk baris biji pada tanaman jagung lokal biasa adalah melengkung
kemudian jagung lokal manis adalah lurus dan terisi penuh.
Hal ini dikuatkan oleh pendapat dari Paeru dan Dewi (2017) yang menyatakan
bahwa pada satu tongkol terdapat 200-400 biji jagung yang tersusun rapi yang
memiliki bentuk pipih dengan permukaan biji jagung cembung atau cekung serta
dasarnya memiliki bentuk yang runcing.
Parameter terakhir yang diamati adalah tinggi tanaman jagung dimana data
didapatkan dari jurnal milik Fatmawati dkk (2017) yang dimana tinggi
tanamannya yaitu untuk jagung lokal biasa (berondong kuning) yaitu
139,33±1,644 cm dan jagung lokal manis adalah 156,27±2,322 cm.
Berdasarkan pendapat Purwono dan Hartono (2011) menyatakan bahwa tinggi
tanaman jagung pada umumnya berkisar antara 60-300 cm tergantung dari
varietas. Ditambahkan oleh pendapat Warisno (1988) yang menyatakan bahwa
rata-rata tinggi tanaman jagung antara 1-3 meter diatas permukaan tanah.
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Simpulannya pada praktikum kali ini didapatkan bahwa struktur penyusun
atau morfologi pada varietas jagung lokal biasa dan jagung lokal manis memiliki
beberapa morfologi yang berbeda misal seperti tinggi tanaman JLB yaitu 139,33
cm sementara JLM adalah 156,27 cm kemudian bentuk biji JLB yaitu kecil dan
agak meruncing, dan JLM adalah keriput dan transparan untuk yang sudah
matang, bentuk batangnya yaitu JLB silindris sementara JLM bulat, lalu bentuk
barisan biji dimana JLB melengkung dan JLM itu lurus dan terisi penuh.
Sementara untuk warna daun baik tua (Kuning) dan Muda (Hijau) untuk kedua
jenis jagung yang diamatai memiliki kesamaan, sama halnya dengan bentuk daun
yang tidak jauh berbeda yang sama-sama meruncing bagian ujung daunnya,
kemudian sudut daunnya yang dinyatakan dalam kategori yang sama-sama kecil,
pertumbuhan tongkol yang silindris mengerucut serta diameter batang yang sama
yaitu rata-rata pada 3-4 cm.

5.2 Saran
Saya berharap semoga praktikum pemuliaan tanaman ini kedepannya bisa
berjalan lebih tertib dan kondusif meskipun dalam kondisi learning online
menggunakan situs google meet. Kemudian jika ada yang mengajukan pertanyaan
sebaiknya diajukan kepada asisten praktikum agar tidak tersendat di dalam
kegiatan pembuatan laporan dan lain-lain. Serta jangan lupa beristirahat yang
cukup, makan- makanan yang sehat serta berolahraga.
DAFTAR PUSTAKA

Draseffi, Deka Ludia., Nur Basuki dan Arifin Noor Sugiharto. 2015. Karakterisasi
Beberapa Galur Inbreed Generasi S5 Pada Vegetatif Tanaman Jagung
(Zea mays). Jurnal Produksi Tanaman. 3(3):218-224
Effendi, S. dan N. Sulistiani. 1991. Bercocok Tanam Jagung. Jakarta: CV
Yasaguna. 103 hal
Fatmawati, Yeni., Aziz Purwantoro, Panjisakti Basunandara. 2017. Keragaman
Morfologi dan Molekuler Empat Kelompok Kultivar Jagung (Zea mays
L.). J.Vegetalika. 6(3):50-64
Fitirani, Elia Retno., Rulan Wiroedarmo, J. Bambang Rahadi W. dan Ary
Mustofa. 2013. Pengaruh Aplikasi Sludge dari Biodigester Berbahan
Kotoran Sapi di Lahan Kering Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman
Jagung (Zea mays L.). Jurnal Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
1(1):26-30.
Gardner. F.P. R.B. Pearce anda R.L. Mitchell. 2010. Phisicology of Crop Plants.
Scientific Publishers. 327p.
Indhirawati, Rima., Aziz Purwanto, dan Panjisakti Basunanda. 2015. Karakterisasi
Morfologi dan Molekuler Jagung Berondong Stroberi dan Kuning (Zea
mays L.). 4(1):102-114
Johnson L.A. 1991. Corn: Production Processing ant Atilitation. Handbook of
Cereal Science an Technology. New York: Marcel Dekker Inc
Jugenheimer, R. 1976. Corn Improvement, Seed Production and Uses. New York:
John Wilwy and Sons.
Kartasapoetra A.G. 1988. Jagung Zea mays dalam Teknologu Budidaya Tanaman
Pangan di Daerah Tropik. Jakarta: Bina Aksara.
Meriati. 2019. Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis (Zea mays sacharata) Pada
Pertanian Organik. Jurnal Embrio. 11(1):24-35
Muhadjir, Fathan. 1979. Karakteristik Tanaman Jagung. Bogor: Balai Penelitian
Tanaman Pangan Bogor
Paeru, RH dan Dewi T.Q. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung. Cetak 1.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Podojil, J.J. 2013. Popcorn Favorites. Nort America: Trafford Publishing.
Purwono dan Hartono, R. 2011. Bertanam Jagung Unggul. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Rukmana, R. 2010. Jagung Budidaya, Pasca Panen, Penganekaragaman Pangan.
Semarang: CV Aneka Ilmu.
Smith, J. 1991. Food Additive Users Hanbook. USA: Blackie and Son Ltd.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Departemen Institut Pertanian
Bogor. 591p
Subekti, N.A., Syafaruddin, R. Efendi dan S. Sunarti. 2008. Morfologi Tanaman
dan Fase Pertumbuhan Jagung. Maros: Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Suleman, Rizal., Novri Youla Kandowangko dan Aryati Abdul. 2019.
Karakterisasi Morfologi dan Analisis Proksimat Jagung (Zea mays, L.) Varietas
Momala
Gorontalo. Jambura Edu Biosfer Jurnal. 1(2):1-10
Suprapto Tommy. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Jakarta:
Medpress.
Surtinah. 2008. Waktu Panen yang Tepat Menentukan Kandungan Gula Biji
Jagung Manis (Zea mays saccharata). J. Ilmu Pertanian. 4(2):1-6
Syukur, M dan Rifianto, A. 2013. Jagung Manis. Jakarta: Penebar Swadaya.

Syukur, M dan A. Rifianto. 2014. Jagung Manis. Jakarta: Penebar Swadaya.


Tjitrosoepomo G. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Warisno. 1998. Budidaya Jagung Hibrida. Yogyakarta:
Kanius. Warisno. 2007. Jagung Hibridida. Yogyakarta:
Kanisius.
Wigathendi, Agatha Eritza., Andy Soegianto dan Arifin Noor Sugiharto. 2014.
Karakterisasi Tujuh Genotip Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.)
Hibrida. Jurnal Produksi Tanaman. 2(8):658-664
Wirawan, G. N. dan M.I. Wahab. 2007. Teknologi Budidaya Jagung.
http://www.pustaka-deptan.go.id/. Diakses pada 26 November 2021.
Yamaguchi. M dan Rubatzky, V.E. 1998. Fisiologi Tumbuhan. Alih Bahasa Diah
R. Lukman dan Sumaryono. Bandung: ITB Press. 343 Hal
LAMPIRAN

Jagung Manis Jagung Biasa (Berondong kuning)


Perbedaanyan dilihat dari baris tongkol

Perbedaan dilihat dari bentuk biji

Anda mungkin juga menyukai