Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM KERJA LAPANGAN KEANEKARAGAMAN

TUMBUHAN I

(Untuk memenuhi tugas mata kuliah teknik laboratorium oleh ibu Wirnangsih D.
Uno,S.pd,M.kes )

OLEH :

SITI AINUN MABUIA

431419005

PENDIDIKAN BIOLOGI

KELAS A

SEMESTER 2

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2019
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum kerja Lapangan ini dengan sebaik-baiknya. Laporan ini membahas
mengenai “KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN I”.
Laporan ini dibuat dengan tujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang
teknik dasar laboratorium . laporan ini juga dibuat dalam rangka pemenuhan tugas
mata kuliah teknik laboratorium yang diampuh oleh ibu Wirnangsih D
Uno,s.pd,M.kes .
Selanjutnya ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada ibu
Wirnangsih D Uno,s.pd,M.kes selaku dosen mata kuliah teknik laboratorium yang
telah membimbing penulis dalam proses penyelesaian laporan ini. Juga kepada semua
pihak yang telah mendukung dan memberikan arahan serta masukkan kepada penulis
dalam penyelesaian makalah ini sehingga tercapailah penuntasan dari makalah ini.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, begitupun demikian halnya dengan
laporan ini yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis selalu
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian demi
tercapainya hasil maksimal dikemudian hari.

Demikianlah, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan


sebagaimana mestinya. Aamiin.

Wassalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, 4 mei 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Negara Indonesia terkenal dengan sebutan Jambrut khatulistiwa, oleh sebab
itu, tidak mengherankan jika Indonesia merupakan negara yang memiliki
keanekaragaman hayati yang melimpah baik flora maupun fauna. Beberapa
keanekargaman flora yang dimiliki Indonesia adalah keanekaragaman
Tumbuhan Paku atau yang dikenal dengan tumbuhan tingkat rendah.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki Keanekaragaman hayati yang
melimpah baik flora maupun fauna. Keanekaragaman hayati dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat di antarnya dapat memenuhi kebutuhan manusia yang
mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral, sebagai salah
satu sumber pembangun tubuh dapat berasal dari Tumbuhan. Untuk mengetahui
morfologi dan asal-usul suatu makhluk hidup perlu pengamatan terhadap
makhluk hidup tersebut dan dalam praktikum ini akan mengamati tumbuhan
tingkat rendah yang alat perkembangbiakannya tersembunyi dan reproduksinya
dengan spora.
Botani Tumbuhan rendah merupakan ilmu yang mempelajari tentang
tumbuhan tingkat rendah berupa tallus yaitu tumbuhan yang tidak memiliki
akar, batang dan daun sejati. Dalam dunia tumbuhan rendah dikenal beberapa
divisi salah satu contohnya ialah Pterydophyta (tumbuhanpaku). Pterydophyta
merupakan suatu golongan tumbuhan yang mempunyai daur perkembangan
dengan pergiliran keturunan banyak ditemukan di darat dan juga menempel
pada substratnya. Tumbuhan paku adalah tumbuhan tertua yang ada sejak
zaman devon dan karbon. Artinya telah hidup sejak 300-350 juta tahun yang
lalu. Fosil paku merupakan sumber batubara di bumi.
Botani tumbuhan rendah, setiap oraganisme memiliki jaringan yang telah
memiliki pembagian tugas untuk setiap kelompok sel-selnya. Seperti halnya
tumbuhan paku .untuk memahami jenis dan struktur tubuh tumbuhan paku
maka dalam praktikum ini akan mengamati beberapa jenis tumbuahan paku.
Sebagian tumbuhan Paku ini di temukan di Kebun Raya Poerdadi. Kebun
Raya Purwodadi terletak di Pasuruan, Jawa Timur.Kebun Raya ini merupakan
salah satu objek wisata yang yang memiliki tugas dan fungsi mengoleksi
tumbuhan yang hidup di daratan rendah, serta merupakan Balai Konservasi
tumbuhan yang bernaung dibawah dan bertanggung jawab kepada Pusat
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan
Hayati-LIPI ( Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia).
Di Kebun Raya Purwodadi ini tepatnya pada tanggal 14 maret 2020
mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Jurusan Biologi mengadakan Praktek Kerja Lapangan
Keanekaragaman Tumbuhan kami melakukan Penelitian terhadap tumbuhan
Paku yang berlokasi di Pasuruan, JawaTimur.
Koleksi tumbuhan paku ditata di bawah pepohonan besar dan rindang,
karena kelompok tumbuhan ini menyukai tempat rindang dan lembab.
Koleksinya mencapai 60 jenis dari 36 marga dan 21 suku. Luas kebun raya
Purwodadi sekitar 85 ha, pada ketinggian 300 m dpl dengan curah topografi
datar sampai bergelombang. Rata-rata curah hujan pertahun 2366 mm dengan
bulan basah antara bulan November dan Maret dengan suhu berkisar antara 22-
32 derajat celcius.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan tumbuhan paku (Pterydophyta) ?
1.2.2 Apa saja jenis tumbuhan paku (Pteridophyta)?
1.2.3 Apa saja struktur dari tumbuhan paku(Pteridophyta)?
1.2.4 Bagaimana daur hidup dari tumbuhan paku(Pteridophyta)?
1.2.5 Apa manfaat yang diperoleh dari tumbuhan paku (Pteridophyta)?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan tumbuhan
paku (Pterydophyta) ?
1.3.2 Mahasiswa dapat mengetahui apa saja jenis tumbuhan paku
(Pteridophyta)?
1.3.3 Mahasiswa dapat mengetahui apa saja struktur dari tumbuhan
paku(Pteridophyta)?
1.3.4 Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana daur hidup dari tumbuhan
paku(Pteridophyta)?
1.3.5 Mahasiswa dapat mengetahui pa manfaat yang diperoleh dari
tumbuhan paku (Pteridophyta)?

1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tumbuhan paku
(Pterydophyta)
1.4.2 Untuk mengetahui apa saja jenis tumbuhan paku (Pteridophyta)
1.4.3 Untuk mengetahui apa saja struktur dari tumbuhan paku(Pteridophyta)
1.4.4 Untuk mengetahui bagaimana daur hidup dari tumbuhan
paku(Pteridophyta)
1.4.5 Untuk mengetahui pa manfaat yang diperoleh dari tumbuhan paku
(Pteridophyta)
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Tumbuhan Paku


Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongan
tumbuhan yang hampir dapat dijumpai pada setiap wilayah di Indonesia.
Tumbuhan paku dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya
telah jelas mempunyai kormus dan dapat dibedakan dalam tiga bagian
pokok yaitu akar, batang, dan daun. Bagi manusia, tumbuhan paku telah
banyak dimanfaatkan antara lain sebagai tanaman hias, sayuran dan bahan
obat-obatan. Namun secara tidak langsung, kehadiran tumbuhan paku
turut memberikan manfaat dalam memelihara ekosistem hutan antara lain
dalam pembentukan tanah, pengamanan tanah terhadap erosi, serta
membantu proses pelapukan serasah hutan. Berdasarkan tempat hidupnya,
tumbuhan paku ditemukan tersebar luas mulai daerah tropis hingga dekat
kutub utara dan selatan, mulai dari hutan primer, hutan sekunder, alam
terbuka, dataran rendah hingga dataran tinggi, lingkungan yang lembab,
basah, rindang, kebun tanaman, pinggir jalan paku dapat dijumpai
(Loveless 1989).
Menurut Tjitrosoepomo (1994) divisi Pteridophyta dapat
dikelompokkan ke dalam empat kelas yaitu Psilophytinae, Lycopodiinae,
Equisetinae dan Filiciane; dan menurut Steennis (1988), tumbuhan paku-
pakuan dapat dibagi ke dalam 11 famili yaitu Salviniceae, Marsileaceae,
Equicetaceae, Selagillaceae, Lycopodiaceae, Ophiglossaceae,
Schizaeaceae, Gleicheniaceae, Cyatheaceae, Ceratopteridaceae, dan
Polypodiaceae.
Menurut Tjitrosoepomo (1994) divisi Pteridophyta dapat
dikelompokkan ke dalam empat kelas yaitu Psilophytinae, Lycopodiinae,
Equisetinae dan Filiciane; dan menurut Kimball (1988), tumbuhan paku-
pakuan dapat dibagi ke dalam 11 famili yaitu Salviniceae, Marsileaceae,
Equicetaceae, Selagillaceae, Lycopodiaceae, Ophiglossaceae,
Schizaeaceae, Gleicheniaceae, Cyatheaceae, Ceratopteridaceae, dan
Polypodiaceae
2.2 Jenis-Jenis Tumbuhan Paku
Berdasarkan jenis sporanya, tumbuhan paku dibedakan menjadi
tumbuhan paku homospora, heterospora dan peralihan homospora
heterospora. Tumbuhan paku homospora menghasilkan spora dengan
ukuran sama yang tidak dapat dibedakan antara spora jantan dan betina,
misalnya Lycopodium sp (paku kawat). Tumbuhan paku heterospora
menghasilkan spora berbeda ukuran. Spora jantan berukuran kecil disebut
mikrospora dan spora betina besar disebut makrospora, misalnya
Selaginella sp (paku rane), Marsilea sp (semanggi) (Simon, 19880)
Tumbuhan paku (pteridophyta) diklasifikasikan menjadi empat
subdivisi, yaitu Psilopsida (paku purba), Lycopsida (paku kawat),
Sphenopsida atau Equisetopsida (paku ekor kuda), dan Pteropsida (paku
sejati).
 Tumbuhan paku mempunyai akar, batang, dan daun yang sebenarnya/sejati
sehingga disebut tumbuhan berkromus.
 Akar dan batangnya (rizoma) terdapat di bawah tanah, daun-daunnya tumbuh
ke atas dari rizoma. Tetapi, ada yang batangnya muncul di atas tanah,
misalnya Cyathea, Psilotum, dan Alsophyla.
 Ciri khas daun pteridophyta muda adalah menggulung, dan dannya ada yang
kecil
(mikrofil), ada pula yang besar (makrofil).
 Mikrofil berbentuk rambut atau sisik, tidak bertangkai, dan tidak bertulang
kecuali pada paku kawat dan paku ekor kuda.
 Makrofil sudah bertangkai, bertulang daun, dan memiliki daging daun
(mesofil) yang terdapat stomata, jaringan tiang, dan bunga karang.
 Ada pteridophyta yang tidak menghasilkan spora yang disebut tropofil/daun
steril. Tropofil berfungsi untuk fotosintesis, Tetapi ada yang menghasilkan
spora yang disebut sporofil/daun fertil.
 Spora terdapat di dalam sporangium, ada sel penutupnya yang berdinding
tebal dan membentuk cincin yang disebut annulus. Sporangium terkumpul
dalam sorus.
 Sorus terletak di helaian daun bagian bawah. Sorus muda terlindungi oleh
indusium.
 Apabila dalam keadaan kekeringan, maka annulus mengerut dan sporangium
akan pecah. Spora tersebut akan tersebar, bila lingkungannya cocok akan
tumbuh menjadi individu baru.
 Bila ada embun yang membeku, maka daun-daunnya akan mati tetapi akar
dan batangnya masih hidup, jadi ada kemungkinan untuk hidup kembali.
2.2.1. Psilopsida (Paku Purba)

Psilopsida (Yunani, psilos =


terbuka) merupakan tumbuhan paku
purba (primitive) yang sebagian besar
anggotanya sudah punah dan ditemukan
sebagai fosil. Tumbuhan ini diduga
hidup pada periode antara zaman
Silurian dan Devonian.Hanya beberapa
spesies yang masih hidup di bumi saat
ini, misalnya Psilotum nudum.
Ciri-cirinya :
 Hidup pada zaman purba.
 Tingginya 30 cm – 1 m.
 Tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati.
 Memiliki rizom yang dikelilingi rizoid.
Namun ada beberapa pengecualian terhadap paku-paku purba yang telah
memiliki daun.
Ciri-cirinya sebagai berikut :
1. daunnya berukuran kecil dan seperti sisik.
2. batangnya bercabang, berklorofil, dan sudah memiliki pembuluh
pengangkut untuk
mengangkut air dan garam mineral.
3. sporangium dibentuk di ketiak ruas batang.
4. gametofit tersusun dari sel-sel yang tidak berklorofil.
Paku purba memiliki struktur tubuh yang relatif masih sangat sederhana,
dengan tinggi sekitar 30 cm – 1 m. Sporofit pada umumnya tidak memiliki daun dan
akar sejati, tetapi memilikirizoma yang dikelilingi rizoid. Pada paku purba yang
memiliki daun, ukuran daun kecil (mikrofil) dan berbentuk seperti sisik. Batang
bercabang-cabang dikotomus, berklorofil, dan sudah memiliki sistem vaskuler
(pembuluh) untuk mengangkut air serta garam mineral. Sporangium dibentuk di
ketiak ruas batang. Sporangium menghasilkan satu jenis spora dengan bentuk dan
ukuran yang sama (homospora). Gametofit (n) tersusun dari sel-sel yang tidak
berklorofil sehingga zat organik didapatkan dan simbiosis dengan jamur.
Jenis paku yang termasuk Psilopsida, antara lain Rhynia (paku tidak berdaun)
yang telah memfosil.Psilopsida yang saat ini masih hidup di bumi, yaitu Tmesipteris,
ditemukan tumbuh di kepulauan Pasifik.Sementara Psilotum tumbuh di daerah tropis
dan subtropis.
2.2.3 Lycopsida (Paku Kawat)
Lycopsida (paku kawat/paku rambut)
disebut juga club moss (lumut gada) atau
ground pine (pinus tanah), tetapi sebenarnya
bukan merupakan lumut atau pinus.Lycopsida
diduga sudah ada di bumi pada masa Devonian
dan tumbuh melimpah selama masa
Karboniferus.Lycopsida yang hidup pada masa
tersebut kini telah menjadi fosil atau endapan
batubara.Pada masa Karboniferus, Lycopsida
berukuran tubuh besar
sekitar 3 m hidup di rawa rawa selama jutaan tahun, tetapi punah ketika rawa-rawa
tersebut mulai mengering Sementara Lycopsida yang berukuran kecil dapat bertahan
hidup hingga sekarang.Lycopsida banyak tumbuh di hutan-hutan daerah tropis,
tumbuh di tanah atau epifit di kulit pohon, tetapi tidak bersifat parasit.
Ciri-ciri paku kawat :

 Hidup pada zaman purba.


 Paku kawat saat ini sudah menjadi fosil atau endapan batubara.
 Saat zaman purba, paku kawat rata-rata berukuran 3 m dan hidup di rawa-
rawa.
 Paku kawat punah saat rawa-rawa tersebut kering
 Paku kawat yang berukuran kecil masih bisa bertahan hidup sampai sekarang
dan hidup di hutan-hutan tropis, di tanah atau epifit di kulit pohon, tetapi tidak
bersifat parasit.
 Sporofit tersusun dari sel-sel yang mengandung klorofil dan memiliki daun
seperti rambut atau sisik.
 Batang berbentuk seperti kawat.
 Gametofit berukuran kecil dan tidak berklorofil.
 Makanan diperoleh dari hasil bersimbiosis dengan jamur.
Bagian tubuh Lycopsida yang mudah dilihat merupakan generasi sporofitnya
(2n).Sporofit tersusun dari sel-sel yang mengandung klorofil dan memiliki daun
berbentuk seperti rambut atau sisik yang tersusun rapat pada batang.Batang berbentuk
seperti kawat pada ujung cabang-cabang batang terdapat sporofil dengan struktur
berbentuk gada (strobilus) yang mengandung sporangium.Sporangium menghasilkan
spora.Lycopsida ada yang menghasilkan satu jenis spora (homospora), misalnya
Lycopodium sp ada pula yang menghasilkan dua jenis spora (heterospora) misalnya
Selaginella sp.
Gametofit (n) berukuran kecil dan tidak berklorofil sehingga zat organik
diperoleh dengan cara bersimbiosis dengan jamur. Gametofit ada yang menghasilkan
dua jenis alat kelamin (bigeneratif), misalnya Lycopodium sp, ada pula yang
menghasilkan satu jenis alat kelamin (unigeneratif) misalnya Selaginella sp.
2.2.4. Sphenopsida (Paku Ekor Kuda)

Sphenopsida disebut paku ekor


kuda
(horsetail) karena memiliki percabangan
batang yang khas berbentuk ulir atau
lingkaran sehingga menyerupai ekor
kuda.Paku ekor kuda sering tumbuh di
tempat berpasir.Sporofitnya berdaun
kecil (mikrofil) atau berbentuk sisik,
warnanya agak transparan dan tersusun melingkar pada batang.Batang sphenopsida
berongga dan beruas-ruas.Batang tampak keras karena tersusun oleh sel-sel dengan
dinding sel mengandung silika (sehingga dikenal juga sebagai scouring rushes atau
ampelas, yang dapat digunakan sebagai bahan penggosok).Batang memiliki rizoma
pada ujung beberapa batang terdapat strobilus yang di dalamnya terdapat sporangia.
Sporangium menghasilkan spora yang bentuk dan ukurannya sama, tetapi ada yang
berjenis jantan maupun betina, sehingga paku ekor kuda disebut sebagai paku
peralihan.
Ciri-ciri :

 Memiliki percabangan batang yang khas berbentuk ulir atau lingkaran


sehingga menyerupai ekor kuda.
 Tumbuh di tempat berpasir.
 Sporofitnya berdaun kecil atau berbentuk sisik warnanya transparan dan
tersusun melingkar pada batang.
 Batang berongga dan beruas-ruas
 Menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yangsama, tetapi jenisnya
berbeda.
 Gametofitnya berukuran kecil dan mengandung klorofil.
 Berasal dari genus Equisetum.
 Pada saat zaman purba, tinggi sphenopsida tingginya mencapai 15 m.
 Namun ada beberapa diantara shenopsida yang masih bisa hidup sampai
sekarang.
 Gametofit paku ekor kuda berukuran kecil (hanya beberapa milimeter) dan
mengandung klorofil sehingga dapat berfotosintesis. Gametofit ada yang
menghasilkan alat kelamin jantan (anteridium), ada pula yang menghasilkan
alat kelamin betina (arkegonium). Gametofit jantan tumbuh dan spora jantan
sedangkan gametofit betina tumbuh dari spora betina.
Sphenopsida tumbuh melimpah pada masa Karboniferus, dengan ukuran yang
besar dan tingginya mencapai 15 m. Sphenopsida merupakan pembentuk endapan
batubara.Sphenopsida yang dapat bertahan hidup di bumi hingga saat ini hanya
sekitar 25 spesies. Pada umumnya, Sphenopsida berasal dari genus Equisetum
(sekitar 15 spesies), dengan ukuran tubuh (tinggi) rata-rata 1 m, tetapi ada pula yang
mencapai 4,5 m. Sphenopsida tumbuh di tepian sungai yang lembap dan daerah
subtropis belahan bumi utara. Contoh Sphenopsida antara lainEquisetum
ramosissimum, Equisetum arvense dan Calamites (sudah punah).
2.2.5 Pteropsida (Paku Sejati)
Pteropsida (paku sejati) atau
pakis merupakan kelompok tumbuhan
paku yang sering kita temukan di
berbagai habitat, terutama di tempat
yang lembap.Pteropsida hidup di
tanah, di air, atau epifit di
pohon.Pteropsida yang hidup di hutan
hujan tropis sangat beraneka ragam
jenisnya, namun Pteropsida juga
ditemukan di daerah beriklim sedang (subtropics).
Sporofit Pteropsida memiliki akar, batang, dan daun.Ukuran batang bervariasi
ada yang kecil dan ada pula yang besar seperti pohon.Batangnya berada di bawah
permukaan tanah
(rizom).Daun Pteropsida berukuran lebih besar dibanding kelompok tumbuhan paku
lainnya.Pada umumnya daun berbentuk lembaran, berukuran besar (makrofil), dan
majemuk (terbagi menjadi beberapa lembaran) dengan tulang daun bercabang-
cabang.Daun yang masih muda menggulung (circinate).Pteropsida memiliki sporofil
(daun yang menghasilkan spora) dan tropofil (daun untuk fotosintesis dan tidak
mengandung spora).
Pada sporofil terdapat sporangium yang terkumpul di dalam sorus di bawah
permukaan daun.Pada Pteropsida yang hidup di air, sporangium terkumpul alam
sporokarp. Gametofit Pteropsida memiliki klorofil, dengan ukuran yang bervariasi
(protalium).Gametofit bersifat bigeneratif atau unigeneratif, Terdapat sekitar 12.000
spesies Pteropsida, antara lain Adiantum fimbriatum, Asplenium nidusdan Marsilea
crenata.
2.3 Ciri-Ciri Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku termasuk tumbuhan kormus berspora, artinya dapat
dibedakan antara akar, batang dan daun. Tumbuhan ini disebut Pteridophyta yang
berasal dari bahasa Yunani.Pteridophyta diambil dari kata pteronyang berarti sayap,
bulu dan phyta yang berarti tumbuhan.Di Indonesia tumbuhan ini lebih dikenal
sebagai tumbuhan paku.
Sesuai dengan artinya,pteridophyta mempunyai susunan daun yang umumnya
membentuk bangun sayap (menyirip) dan pada bagian pucuk terdapat bulu-bulu daun
mudanya membentuk gulungan atau melingkar.
Tumbuhan paku memperlihatkan pergiliran keturunan yang jelas dan
menghasilkan spora seperti halnya pada filum bryophyta.Namun pada pteridophyta
fase gametofitnya sangat kecil dan masih berbentuk thallus yang disebut protalium
(berupa lembaran kecil) sehingga tidak terlihat jelas.
Sifat prothallium pada tumbuhan paku tergantung pada sifat sporanya.Selain itu
pada tumbuhan paku, fase gametofitnya lebih singkat daripada fase
sporofitnya.Adapun fase sporofitnya terlihat jelas.Fase inilah yang sering kita lihat
dan kita kenal sebagai tumbuhan paku.

2.4 Morfologi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)


a. Akar
Akar tumbuh dari pangkal batang, membentuk akar serabut, sehingga
itusistem perakaran paku merupakan akar serabut.Berdasarkan poros
bujurnya,embrio tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi kutub atas dan kutub
bawah.Kutub atas berkembang membentuk rimpang dan daun, sedangkan bagian
kutubbawah membentuk akar.Akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh
daririmpang.( Mulyani, 1989)
b. Batang
Umumnya batang tumbuhan paku tumbuh di tanah disebut akar batangatau
rizoma (rimpang).Batang tumbuhan paku dapat berbentuk panjang,merambat atau
memanjat.Rimpang dan daun yang masih muda sering tertutupoleh rambut atau
sisik sebagai pelindungnya (Beberapa tumbuhan paku memiliki batang yang
muncul di atastanah, misalnya pada genus Alsophyla, Cyathea, Psilotum.
c. Daun
Berdasarkan bentuk dan sifat daunnya tumbuhan paku dapat dibedakan atas dua
golongan menurut (Mulyani, 1989) yaitu:
a) Megaphyllus, yaitu paku yang mempunyai daun besar sehingga
mudahdibedakan atas batang dan daun , misalnya pada Asplenium.
b) Macrophyllus, yaitu paku yang memiliki daun kecil dan umumnya berupasisik
sehingga sukar dibedakan bagian-bagiannya, misalnya pada genusLycopodium.
Berdasarkan fungsinya daun paku Megaphyllus dibagi atas 2 kelompokyaitu
tropofil dan sporofil (Tjitrosoepomo, 1994).
a) Tropofil, yaitu daun yang berwarna hijau yang berfungsi sebagaipenyelenggara
asimilasi.
b) Sporofil, yaitu daun yang berfungsi sebagai penghasil spora.
2.4. Daur Hidup Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Tumbuhan paku memiliki kotak spora atau sporangium. Pada sporangium
dihasilkan spora. Banyak sporangium terkumpul dalam satu wadah yang disebut
sorus, yang dilindungioleh suatu selaput indusium.
Fase pembentukan spora dalam daur hidup tumbuhan paku disebut generasi
sporofitdan fase pembentukan gamet disebut generasi gametofit.Tumbuhan paku
mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) dengan dua generasi, yaitu generasi
sporofit dan generasi gametofit.Berdasarkan jenis sporanya, tumbuhan paku
dibedakan menjadi tumbuhan pakuhomospora, heterospora dan peralihan
homosporaheterospora.
Tumbuhan paku homosporamenghasilkan spora dengan ukuran sama yang tidak
dapat dibedakan antara spora jantan dan betina, misalnya Lycopodium sp.(paku
kawat). Tumbuhan paku heterospora menghasilkan spora berbeda ukuran.Spora
jantan berukurankecil disebut mikrospora dan spora betina besar disebut makrospora,
misalnya Selaginellasp(paku rane), Marsilea sp (semanggi).
Tumbuhan paku peralihan menghasilkan spora jantan dan betina yang sama
ukurannya, Misalnya Equisetum debile (paku ekor kuda).Generasi gametofit pada
tumbuhan paku umurnya pendek sedangkan generasi sporofitnyaberumur panjang.
2.5 Peranan Tumbuhan Paku
Menurut Sastrapradja, (1979) Banyak tumbuhan paku memiliki manfaat dan
peranan penting dalam kehidupan manusia, antara lain
 Tanaman hias:Adiantum(suplir), Platycerium(paku tanduk rusa),
Asplenium(paku sarang burung), Nephrolepis, Alsophoila(paku tiang) dan
lain-lain.
 Bahan obat: Equisetum(paku ekor kuda) untuk antidiuretik (lancar seni),
Cyclophorusuntuk obat pusing dan obat luar, Dryopterisuntuk obat cacing
pita,
 Platycerium bifurcata untuk obat tetes telinga luar, dan Lycopodiumuntuk
antidiuretik dan pencahar lemah dari sporanya.
 Bahan sayuran:Marsilea(semanggi), Pteridium aquilinum (paku garuda) dan
lain-lain.
 Kesuburan tanah:Azolla pinnata, karena mampu bersimbiosis dengan
Anabaena (alga biru) sehingga dapat mengikat unsur nitrogen dari udara.
 Gulma pertanian:Salvinia natans(kayambang), pengganggu tanaman padi.
BAB III
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Kegiatan


Kebun Raya adalah tempat pelestarian berbagai macam jenis tumbuhan
yang termasuk dalam jenis pelestarian eksitu. Eksitu adalah suatu pelestarian
hewan atau tumbuhan yang di buatkan tempat secara khusus dan di laksanakan
di luar habitatnya aslinya. Dalam konservasi seperti di kebun Raya yang
diperhatikan adalah iklim dan dataran.
Salah satu kebun Raya yang ada di Indonesia adalah Kebun Raya
Purwodadi, Jawa Timur. Di mana kebun Raya ini beriklim kering, berada di
dataran rendah, dan mempunyai suhu 22-300 C. Fungsi dari kebun Raya
Purwodadi ini adalah sebagai penelitian di bidang botani, pendidikan
lingkungan wisata, atau pun rekreasi, dan sebagai penyumbang oksigen trhadap
lingkungan sekitarnya.
Kebun Raya Purwodadi berada di kecamatan Purwodadi, kabupaten
Pasuruan, Jawa Timur. Kebun Raya Purwodadi di dirikan pada 30 Januari 1941
oleh LGM Baasch Becking. Tempat ini memiliki kurang lebih 11.700 tanaman,
setiap hari tanaman dari kebun Raya Purwodadi diarsipkan oleh unit Registrasi.
Dikebun Raya Purwodadi ini koleksi tanamannya terdokumentasi dan terdata di
susun berdasarkan klasifikasi secara taksonomi, bioregian,dan tematik. Ini
merupakan salah satu gambar Kebun raya purwodadi:
Berdasarkan fieldtrip yang telah dilakukan di Kebun Rya Bogor, telah
dijelaskan beberapa jenis pohon yang dijadikan bahan ajar mahasiswa, diantaranya
yaitu:
Tabel 1. Nama – nama tumbuhan yang terdapat dalam observasi
No. Nama Lokal Nama  Ilmiah Family Author
1. Kempas Koompassia excels Fabaceae Veronika Patrovská
2 Asam londo Pithecellobium Fabaceae Jeffrey Caldwell
dulce
3 Merbau Intsia bijuga Fabaceae J. P. M. Brenan
4 Angsana Pterocarpus Fabaceae Lex A.J. 
indicus Thomson
5 Cercekeran Amherstia nobilis Fabaceae Nathaniel Wallich
6 Sindur Sindora siamensis Fabaceae C. F. Symington.
7 Tapak setan Sindora Fabaceae
bruggemanii
8 Ki hujan Samanea saman Fabaceae Durr, P. ; Rangel, J.
/Trembesi Sourc
9 Asam Keranji Dialium guineense Fabaceae Orhue Ehi Robert
10 Saga pohon Adenanthera Fabaceae Steve Hurst
pavonina
11 Ampupu Eucalyptus alba Myrtaceae B Verdcourt, B.Sc
12 Pedada Sonneratia Sonneratiaceae Francisco Manuel
caseolaris Blanco
13 Pandan pantai Pandanus affinis Pandanaceae Kurz Year
14 Gayam Inocarpus fagiferus Lecythidaceae J. R. Forst. & G. Forst
15 Keben Barringtonia  Fabaceae Herlt, Anthony J.
asiatica
16 Benuang kaki Duabanga Sonneratiaceae Blume, Mus
moluccana
17 Alamanda Allamanda Apocynaceae W.F. Hillebrand
cathartica
18 Sempur Dillenia indica Dilleniaceae J.M.Garg
19 Bisbul Diospyros Ebenaceae C. E. C. Fischer
philippinensis
20 Pohon Salam Syzigium foliantum Myrtaceae
21 Nipah Nypa fruticans Arecaceae Natalie W. Uhl
22 Teratai Victoria amazonica J. C. Sowerby
Raksasa
23 Aren Arenga pinnata Arecaceae Reed L. 
Wadley .
24 Ulin/ Bulian ` Lauraceae Jesse Russell
25 Melur Podocarpus Podocarpaceae Mary S. Young
koordersii
26 Ki putri Podocarpus Podocarpaceae Jan Richtr
neriifolius
27. Jamuju Dacrycarpus Podocarpaceae de Laub.
imbricatus
28. Araukaria Araucaria Araucariaceae Barrs, S-anne
cunninghamii
29 Pinus Pinus insularis Pinaceae Dr Godofredo 
Stuart
30 Pinus Pinus merkusii Pinaceae Junghuhn & de Vriese,
31 Pinus Pinus caribaea Pinaceae Rodolfo Salazar
32 Damar Agathis dammara Araucariaceae (Lambert) Richard
33 Karet kerbau Ficus elastic Moraceae Purves, M.
34 Leci Litchi chinensis Sapindaceae -
35 Matoa Pometia pinnata Sapindaceae J.R. Forster & J.G.
Forster
36 Rambutan Nephelium Sapindaceae J. M'Creery,
lappaceum
37 Pala-palaan Horsfiedia Myristicaceae -
iryagedhi
38 Kopi Coffea canephora Rubiaceae -
39 Sengon Paraserianthes Fabaceae Parrotta John A
falcataria
40 Bintaro Cerbera odollam Apocynaceae Stephan Wulffraat
41 Pulai Alstonia scholaris Apocynaceae
42 Jelutung Dyera costulata Apocynaceae J.D.Hooker
43 Harpulia Harpulia arborea Sapindaceae Peter C. van Welzen
44 Rarak Sapindus rarak Sapindaceae Klaus 
Becker
45 Durian Durio zibethinus Bombacaceae -
46 Nyatoh Payena leerii Sapotaceae Franz Eugen Köhler
47 Sawo kecik Manilkara kauki Sapotaceae F. K. Kupicha
48 Sawo duren Chrysophyllum Sapotaceae
cainito
49 Tanjung Mimusops elengi Sapotaceae Dr. P. D. Patil
50 Kopsia Kopsia arborea Apocynaceae H. Sleumer
51 Cacao Theobroma cacao Sterculiaceae Luisovalles ..
52 Bayur Pterospermum Sterculiaceae
javanicum
53 Cola Cola acuminate Sterculiaceae Franz Eugen Köhler
54 Manggis Garcinia Clusiaceae Yan Diczbalis
mangostana
55 Manggis Garcinia Clusiaceae
hutan sizygiifolia
56 Mammea Mammea siamensis Clusiaceae Kaweetripob W
57 Pohon Bodhi Ficus religiosa Moraceae -
58 Rengas Gluta wallichii Anacardiaceae Nathaniel 
Wallich
59 Meranti Shorea leprosula Dipterocarpaceae J.W. Turnbull
tembaga
60 Meranti merah Shorea pinanga Dipterocarpaceae Ghisalberti
61 Keruing Dipterocarpus Dipterocarpaceae Andre Robyns
trinervis
62 Kamper Dryobalanops Dipterocarpaceae Burck, Ann. Jard. Bot.
tanduk lanceolata Btzg
63 Kamper Dryobalanops Dipterocarpaceae G. G. K. Setten
singkal aromatic
64 Kenari Canarium indicus Burseraceae Joshua Edwards
65 Burahol Stelechocarpus Annonaceae Kepel
burahol
66 Eboni Diospyros celebica Ebenaceae Djuan, Arghatama
67 Nyamplung Calophyllum  Clusiaceae Ashwath, Nanjappa
inophyllum
68 Meranti Shorea multiflora Dipterocarpaceae Kaiser, Jo-
kuning Ann
69 Gaharu Aquilaria Thymelaeaceae Ali, N.A.M.. Forest Res
malaccensis
70 Cemara Aru Casuarina Casuarinaceae L. Johnson
sumatrana
71 Kayu Lasi Adina fagifolia Rubiaceae Teijsm. & Binn. ex Havil

Adapun penjelasan dari berbagai family dari jenis tumbuhan yang


dijelaskan di KRB di sempurnakan dengan penjelasan dari  buku diktat sebagai
berikut:
1.Fabaceae
Pohon berdaun majemuk terkecuali marga Inocarpus, berseling,
berdaun penumpu, bunga kecil atau besar, biseks, majemuk, buah
polong(legum),merekah, atau tidak merekah . Spesies yang termasuk ke dalam famili
ini antara lain adalahkempas (Koompassia excelsa) pohon ini memiliki batang yang
silindris, biasanya digunakan sebagai sarang lebah hutan, banirnya seperti papan yang
mengandungsumber nutrisi, angsana (Pterocarpus indicus) memiliki getah yang
berwarna merah yang biasanya digunakan sebagai obat sariawan dan juga disebut
sebagaikayu merah, akasia (Acacia mangium), tapak setan (Sindora
bruggemanii),merbau (Instia bijuga), gayam (Inocarpus fagiferus), asam londo
(Pithecellobiumdulce),asamkeranji(Dialiumguineense).
2.Myrtaceae
Daun tunggal, umumnya berhadapan, berseling, tepi daun rata, tidak berdaun
penumpu. Pada beberapa marga mempunyai pertulangan daun tepi. Benang sari
banyak tangkai sari panjang dan ramping. Contoh jenisnya antara lainAmpupu
(Eucalyptus alba) yang hidup di daerah kering terutama di NTT, Leda (Eucalyptus
deglupta) merupakan kayu perdagangan yang pada umumnyaterdapat di Irian,
Maluku, Sulawesi. Kayu putih (Melaleuca cajuputi) penghasil minyak kayu putih,
salam (Eugenia polyantha).
3.Sonneratiaceae
Pohon dengan daun tunggal, berhadapan, dan stipulate. Bunga di ujung
ranting, jumlah terbatas, sepal berlekatan pada bagian dasar, dan persisten (tidak
rontok).contoh jenisnya antara lain Pedada(Sonneratia caseolaris) biasanya lebih
toleran terhadap air tawar, Beruang laki(Duabanga moluccana) biasanya digunakan
sebagai bahan bangunan, kayu lapis, dan veneer.
4.Arecaceae
Pohon berbatang tegak, atau tumbuhan memanjat, daun kaku, majemuk,
berbentuk kipas, seperti bulu ayam. Buah berupa buah nut, buah batu, bunga
beraturan, kecil, berupa buah malai. Terdiri lebih dari 200 marga, tropika dan
subtropika. Contoh jenisnya antara lain sagu (Metroxylon sagu), aren (Arenga
pinnata), rotan getah (Daemonorops rubra).
5.Lauraceae
             Pohon berdaun tunggal berseling, bunga beraturan, buah batu, bagian-bagian
pohon beraroma, ter diri dari 30 marga, terdapat di daerah tropika. Contoh jenisnya
antara lain ulin (Eusideroxylon zwageri) tumbuh di Kalimantan dan Sumatera dan
merupakan kayu yang sangat awet, kayu manis (Cinnamomum burmanni), kayu limo
(Litsea cubeba).
6.Araucariaceae
Habitus berupa pohon atau semak, pohon biasanya tinggi besar, dan tajuknya
berbentuk kerucut, cabang-cabangnya seringkali berlingkar, kulit batang mengelupas
berbentuk bundar/bulat telur. Beranggotakan 2 marga , yaitu Agathis dan Araucaria.
Contoh jenisnya antara lain araukaria (Araucaria cunninghamii), agathis (Agathis
australis), damar putih (Agathis alba), araukaria (Araucaria hunsteinii).
7.Podocarpaceae
Biasanya berupa semak dan pohon, helai daun berbentuk sisik, memanjang
lanset atau tidak berdaun. Bunga jantan tersusun dalam strobilus, bunga betina soliter
dan mempunyai 1 bakal biji dibungkus epimatium. Terdiri dari 7 marga, namun di
Indonesia hanya ditemukan 3 marga saja. Contoh jenisnya antara lain jamuju
(Podocarpus imbricatus), Ki putri (Podocarpus neriifolius), melur (Podocarpus
koordersii).
8.Pinaceae
Daun berbentuk jarum, bagian pangkal disebut sebagai fesicle. Buah kerucut
dengan sisik kerucut berkayu masing-masing mengandung biji bersayap. Sebagian
besar tumbuh dibelahan bumi utara. Contoh spesiesnya antara lain tusam (Pinus
merkusii) yang menghasilkan resin yang diolah menjadi gondorukem dan terpentin,
Pinus insularis yang berasal dari Filipina, Pinus caribaea berasal dari Honduras.
9.Moraceae
Habitus berupa pohon, perdu yang sering bergetah. Bergetah putih, daun
tunggal, alternate,stipule,daun mudah rontok yang biasanya meninggalkan kunat
cincin. Contoh spesiesnya antara lain beringin (Ficus benjamina), karet kerbau (Ficus
elastica) yang biasanya digunakan sebagai makanan ternak, lalab, tali temali,
ampelas, kulit sabagai bahan pakaian. Contoh lainnya yaitu murbei (Morus alba),
nangka (Artocarpus heterophyllus).
10.Sapindaceae
Pohon berdaun majemuk, bunga kecil, tersusun dalam malai, uniseks, buah
bervariasi, buah kotak, batu, dan berarilius. Contoh spesiesnya antara lain matoa
(Pometia pinnata), rambutan (Nephelium lappaceum), leci (Litchi chinensis), rerak
(Sapindus rarak) yang biasanya menghsilkan sabun nabati.
11.Apocynaceae
Pohon, bergetah putih, daun tunggal, berhadapan, daun mahkota membentuk
tabung atau corong, buah bervariasi, umumnya berpasangan. Contoh  jenisnya antara
lain pulai (Alstonia scholaris)digunakan sebagai bahan pembuat wayang golek,
pensil, papan , jelutung (Dyera costulata) yang dijadikan sebagai bahn baku
pembuatan permen karet, bintaro (Cerbera manghas).
12.Sapotaceae
Pohon, bergetah putih, memiliki pola percabangan ketapang, daun tunggal,
berseling, tepi daun rata, bunga biseksual, berumah dua. Contoh jenisnya antara lain
nyatoh (Palaquium rostratum), sawo kecik (Manilkara kauki), sawo duren
(Chrysophyllum cainito), tanjung (Mimusops elengi).
13.Anacardiceae
Pohon mengandung resin, ssat keluar resin berwarna bening, kemudian
berubah menjadi hitam dan mengeras, umumnya beracun. Contoh jenisnya antara lain
rengas (Glutta renghas), mangga (Mangifera indica), jambu mete (Anacardium
occidentale)
14.Dipterocarpaceae
Pohon raksasa, berdamar, kadang-kadang berbanir, serta kulit batang
mengelupas. Suku ini memdominasi hutan hujan dataran rendah dan tersebar di
kawasan tropika asia. Contoh jenisnya antara lain meranti tembaga (Shorea
leprosula), meranti layang (Shorea pinanga) yang memiliki pohon besar, tepi daun
rata, corola merah muda, sayap buah tiga helai besar dan dua helai kecil. Kamper
tanduk (Dryobalanops lanceolata) berupa pohon besar , kulit batang mengelupas,
buah besayap lima helai sama panjang. Keruing (Dipterocarpus trinervis)berupa
pohon besar , berbatang lurus, buahnya bersayap dua helai dengan tiga urat jelas, dan
tumbuh di bawah 1400 mdpl.
15.Bombacaceae
Pohon raksasa, daun berseling, biji beralilius, terdapat lebih dari 20
marga, serta terdapat pada daerah tropika. Contoh jenisnya antara lain kapuk (Ceiba
pentandra), balsa (Ochroma bicolor). Manfaatnya dapat diambil dari buahnya.
16.Burseraceae
Habitus pohon atau perdu yang menggugurkan daun, pohon berukuran sedang
dampai raksasa disertai adanya banir, dan mengeluarkan resin yang aromatis. Contoh
jenisnya antara lain kenari (Canarium indicom).
17.Annonaceae
Habitus berupa pohon, semak atau perdu. Kayu dan daun beraroma aromatis.
Daun tunggal, tidak berdaun penumpu, bunga hermaprodit. Contoh jenisnya antara
lain burahol (Stelechocarpus burahol) merupakan tanaman langka dan memiliki
bunga/buah yang terletak pada batang utama, kenanga (Cananga odorata) merupakan
kayu dengan BJ rendah.
18.Ebenaceae
Pohon dengan kulit batang berwarna hitam, sebagian anggotanya berkayu
warna hitam. Contoh jenisnya antara lain eboni (Diospyros celebica) penghasil kayu
lux atau mewah yang harganya mahal, bisbul (Diospyros discolor) biasanya disebut
sebagai buah mentega.
19.Clusiaceae
Pohon, sebagian bergetah kuning lengket, terdadap sekitar 35 marga, serta
terdapat di daerah tropika. Contoh jenisnya antara lain bintangur (Calophyllum
inophyllum), mundu (Garcinia dulcis), manggis hutan(Garcinia celebica)
20.Rubiaceae
Pohon, semak, atau herba kadang liana. Anggota suku ini tergolong besar
yakni sekitar 400 marga yang hidup dan tersebar di daerah tropika dan subtropika.
Contoh jenisnya antara lain kayu lasi (Adina fagifolia), Kopi (Coffea arabica), jabon
(Anthocephalus cada)
BAB IV
PENUTUP

4.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembasan pada praktikum yang telah dilaksanakan,
kami dapat menyimpulkan bahwa di kebun Raya Purwodadi memiliki banyak
memiliki tumbuhan paku dari berbagai macam jenis. Adapun jenis-jenis tumbuhan
paku tersebut diklasifikasikan dalam beberapa subdivisi yaitu Psilopsida (paku
purba), Lycopsida (paku kawat), Sphenopsida atau Equisetopsida (paku ekor kuda),
dan Pteropsida (paku sejati).
Tumbuhan Paku juga memiliki manfaat dan peranan penting dalam kehidupan
manusia, diantaranya Tanaman hias: Adiantum(suplir), Platycerium(paku tanduk
rusa), Asplenium(paku sarang burung), Equisetum(paku ekor kuda) untuk antidiuretik
(lancar seni), Cyclophorusuntuk obat pusing dan obat luar,Platycerium bifurcata
untuk obat tetes telinga luar, dan Lycopodiumuntuk antidiuretik dan pencahar lemah
dari sporanya. Bahan sayuran:Marsilea(semanggi), Pteridium aquilinum (paku
garuda).
4.2 SARAN
Demikian laporan ini kami buat. Penulis sadar akan banyaknya kekurangan
dan jauh dari hal sempurna. Masih banyak kesalahan dari laporan ini. Penulis juga
membutuhkan kritik dan saran agar bisa menjadikan motivasi bagi penulis agar ke
depan bisa lebih baik lagi. Terima kasih juga kami ucapkan kepada segala pihak yang
telah membantu hingga laporan ini dapat kami selesaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Simon, 1988, Pengantar Ilmu Kehutanan, Yogyakarta : Gadjah


Mada University Press.

Kimball, John. W., 1991, The Botanical Review, New York : The new
York Botanical Garden.

Loveless. A.R., 1989, Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah


Tropika, Jakarta: PT. Gramedia.

Sastrapradja, 1979, Jenis Tumbuhan di Indonesia, Bogor : Lembaga


Biologi Nasional LIPI.

Sutejo, Mulyani, 1989, Tumbuhan dan Organ Tumbuhan, Jakarta, Bina


Aksara.

Tjitrosoepomo, Gembong, 1993, Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta),


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai