Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN STUDI LAPANG TAKSONOMI TUMBUHAN

DI KEBUN RAYA PURWODADI


DIVISI PTERYDOPHYTA

Disusun oleh :
Relita Imaniar (130210103093)
Syarifatul Laili (130210103063)
Ida Rusminingsih (130210103041)
Ridlo Firmansyah (130210103078)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam kami sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat Rahmat-Nya laporan ini dapat kami selesaikan sesuai yang
diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas Divisi Pterydophyta yang
bertempat Kebun Raya Purwodadi. Laporan ini dibuat sebagai pemenuhan tugas
akhir praktikum dalam mata kuliah Taksonomi Tumbuhan.
Dalam proses pendalaman materi observasi ini, tentunya kami mendapat
bimbingan, arahan, koreksi dan saran. Untuk itu rasa terima kasih kami sampaikan
kepada :
Dra. Pujiastuti M.Si
Dr. Iis Nur Aisyah. M.Pd
Siti Murdiyah, S.Pd., M.Pd.
Sulifah Apriliani H., S.Pd., M.Pd.
Para asisten praktikum mata kuliah Taksonomi Tumbuhan
Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Biologi Angkatan 2013.

Kami menyadari bahwa dalam menyajikan laporan ini masih banyak


kekuranganya. Oleh karena itu, Mohon kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan laporan ini sangat diharapkan untuk perbaikan mendatang.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi para pembaca.

Jember, 23 Mei 2015

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Karakteristik Pterydophyta........................................................................4
2.2 Penggolongan Tumbuhan Paku.................................................................9
2.3 Peranan Tumbuhan Paku dalam Kehidupan Manusia.............................12
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................13
3.1 Waktu dan Tempat...................................................................................13
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................13
3.3 Skema Kerja............................................................................................13
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN...................................14
4.1 HASIL PENGAMATAN.........................................................................14
4.2 PEMBAHASAN.....................................................................................19
4.2.1 Divisi Pteridophyta................................................................................19
4.2.2 Karakteristik Tumbuhan Dari Setiap Devisi..........................................20
4.2.3 Ciri Khas Yang Dimiliki Oleh Tumbuhan Dari Divisi Pteridophyta.....23
BAB V PENUTUP.................................................................................................37
5.1 Kesimpulan..............................................................................................37
5.2 Saran........................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................38
LAMPIRAN...........................................................................................................39

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebun Raya Purwodadi adalah sebuah wilayah perkebunan yang


digunakan sebagai tempat observasi untuk kepentingan Pertanian Indonesia dari
LIPI atau Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan juga di gunaka sebagai salah
satu obyek wisata di Kabupaten Pasuruan. Kebun Raya Purwodadi merupakan
Kebun botani (atau taman botani) atau suatu lahan yang ditanami berbagai jenis
tumbuhan yang ditujukan untuk keperluan koleksi, penelitian, dan konservasi
exsitu (di luar habitat). Selain untuk penelitian, kebun botani dapat berfungsi
sebagai sarana wisata dan pendidikan bagi pengunjung. Dengan luas 85 Hektar,
Kebun Raya Purwodadi memiliki koleksi tumbuhan sebanyak 10.000 jenis pohon
dan tumbuhan. Kebun Raya ini didirikan sejak 30 Januari 1941 oleh seorang
Belanda Dr. Lourens Gerhard Marinus Baas Becking dan atas prakarsa Dr. Dirk
Fon van Slooten. Kebun Raya Purwodadi merupakan pemekaran dari tiga Kebun
Raya lainnya di Indonesia, yaitu Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas dan
Kebun Raya Eka Karya Bali.
Mula-mula kebun ini dipergunakan untuk kegiatan penelitian tanaman
perkebunan. Kemudian pada tahun 1954 mulai diterapkan dasar-dasar
perkebunrayaan yaitu dengan dimulainya pembuatan petak-petak tanaman
koleksi.sejak tahun 1980 sebagian tanaman ditata kembali menurut kelompok
suku yang menganut klasifikasi system Engler dan Pranti. Perkembangannya
diharapkan Cabang Balai Kebun Raya Purwodadi akan menjadi pusat konservasi
dan penelitian tumbuhan iklim kering di daerah Tropis.
Observasi merupakan kegiatan penting yang dilakukan oleh saintis untuk
memperoleh data dan gambaran lapangan. Observasi ada dua macam yakni
observasi partisipan dan non partisipan. Observasi partisipan yakni peneliti
terlibat dalam objek pengamatan, sedangkan observasi non partisipan merupakan
peneliti tidak terlibat secara langsung, hanya sekedar pengamatan dan pencatatan
pengamatan. Salah satu kegiatan observasi non partisipan adalah kegiatan

1
pengamatan tanaman tanaman yang terdapat di Kebun Raya Purwodadi
Pasuruan, Jawa Timur. Observasi ini dilakukan dalam rangka pelaksanaan studi
lapang mata kuliah Taksonomi Tumbuhan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa itu divisi Pteridophyta?

1.2.2 Bagaimana karakteristik tumbuhan dari divisi yang Pteridophyta?

1.2.3 Apa saja ciri khas yang dimiliki oleh tumbuhan dari divisi
Pteridophyta?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui apa itu divisi Pteridophyta.

1.3.2 Untuk mengetahui karakteristik tumbuhan dari divisi yang diamati.

1.3.3 Untuk mengetahui ciri khas yang dimiliki oleh tumbuhan dari
divisi Pteridophyta.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Di bumi ini, terdapat 350.000 spesies tumbuhan yang sudah diidentifikasi.


Tumbuhan tersebut mencakup tumbuhan biji, lumut, dan tumbuhan paku. Bentuk
dan jenis tumbuhan sangat beraneka ragam. Tumbuhanada yang hidup di tempat
kering, lembab atau basah. Tumbuhan (Plantae) adalah organisme yang memiliki
akar, batang, dan daun. Akar, batang, dan daun merupakan organ hasil diferensiasi
jaringan. Tumbuhan memiliki sel eukariotik dan mempunyai kloroplas. Di dalam
kloroplas terdapat pigmen klorofil sehingga tumbuhan memiliki klorofil a, klorofil
b, dan ada juga yang mengandung karoten. Sel-sel tumbuhan memiliki dinding sel
yang mengandung selulosa, yang mengakibatkan tubuhnya kaku. Dalam
klasifikasi dengan sistem 5 kingdom, organisme yang dimasukkan dalam kingdom
Plantae adalah tumbuhan lumut (Divisi Bryophyta), tumbuhan paku (Divisi
Pteridophyta) dan tumbuhan biji (Divisi Spermatophyta).
Kebun raya Purwodadi didirikan pada tanggal 30 Januari1941 oleh Dr.
L.G.M. Baas Becking atas prakarsa Dr. D.F. Van Slooten. Kebun ini merupakan
salah satu dari tiga cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor) yang
masing-masing memiliki tugas dan fungsi spesifik. Kedua cabang lainnya adalah
Kebun Raya Cibodas dan Kebun Raya Eka Karya Bali. Pengelolaan seluruh
Kebun Raya ini berada di bawah tanggung jawab Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Mula-mula kebun ini dipergunakan untuk kegiatan penelitian tanaman
perkebunan. Kemudian pada tahun 1954 mulai diterapkan dasar-dasar
perkebunrayaan yaitu dengan dimulainya pembuatan petak-petak tanaman
koleksi. Sejak tahun 1980 sebagian tanaman ditata kembali menurut kelompok
suku yang menganut klasifikasi sistem Engler dan Pranti. Dalam
perkembangannya diharapkan Cabang Balai Kebun Raya Purwodadi akan
menjadi pusat konservasi dan penelitihan tumbuhan iklim kering di daerah tropis.
Beberapa tumbuhan yang penting seperti Orchidaceae, Musaceae,
Arecaceae, Fabaceae, Dioscoreaceae, Apocynaceae, Ebenaceae, and other taxa,
telah di konservasi di kebun ini, collected from a wide range of areas in Indonesia.
Beberapa tanaman taksa penting termasuk Orchidaceae, Musaceae, Arecaceae,

3
Fabaceae, Dioscoreaceae, Apocynaceae, Ebenaceae, dan taksa lainnya, telah
dilestarikan dalam taman ini, yang dikumpulkan dari berbagai daerah di
Indonesia. Research programmes have been focusing on plant taxonomy, biology,
ecology, and propagation. Program-program penelitian telah fokus pada
taksonomi tanaman, biologi, ekologi, dan propagasi.
Taman ini memiliki area yang menarik, seperti Bougainville Park,
Meksiko Park, dan Bungur Jalan membuat taman ini sebagai salah satu tujuan
turis populer di Jawa Timur (Eastjava.com).
Lokasi Kebun Raya ini terletak di Desa Purwodadi, Kecamatan
Purwodadi, Kabupaten Pasuruan. Lokasi ini terletak di tepi jalan besar yang
menghubungkan 3 kota, yaitu Malang, Surabaya, dan Pasuruan. Jarak dari kota
Malang adalah 24 km ke arah utara, dan dari kota Pasuruan 30 km ke arah barat
daya dan dari kota Surabaya 65 km ke arah selatan. Luas Kebun Raya Purwodadi
sakitar 85 ha, pada ketinggian 300m dpl dengan topografi datar sampai
bergelombang. Curah hujan rata--rata per tahun 2366 mm dengan bulan basah
antara bulan November dan Maret dengan suhu berkisar antara 22 - 32 C.
Fungsi Kebun Raya Purwodadi antara lain:

a. Melakukan inventarisasi, eksplorasi, dan konservasi tumbuh-tumbuhan


yang mernpunyai nilai ilmu pengetahuan dan ekonomi, langka dan endemik.
Terutama untuk flora Indonesia dari dataran rendah kering,

b. Menyediakan fasilitas penelitian, pendidikan dan pemanduan,


khususnya di bidang botani, dan

c. Menyediakan fasilitas rekreasi di alam terbuka (Widjaja, 2012).

2.1 Karakteristik Pterydophyta

Disini kami membahas tentang Tumbuhan paku. Tumbuhan paku


(Pteridophyta) diduga merupakan tumbuhan berkormus tertua yang menghuni
daratan bumi. Fosil tumbuhan paku dijumpai pada batu-batuan zaman karbon,
diperkirakan berasal dari 345 juta tahun yang lalu. Tumbuhan berkormus adalah
tumbuhan yang memiliki batang, akar, dan daun yang sebenarnya. Artinya,

4
batang, akar, dan daunnya sudah memiliki pembuluh angkut xilem dan floem.
Tumbuhan paku ada yang hidup di air (tumbuhan hidrofit); hidup di tempat
lembab (tumbuhan higrofit); hidup menempel pada tumbuhan lain (tumbuhan
epifit); dan ada yang hidup pada sisa-sisa tumbuhan lain atau sampah-sampah
(tumbuhan saprofit). Tumbuhan paku tidak menghasilkan biji, tetapi
menghasilkan spora. Spora dihasilkan oleh daun, biasanya pada permukaan bawah
daun. Daun yang masih muda menggulung.
Pteridophyta adalah tumbuhan paku yang menghasilkan spora dan
umumnya mempunyai susunan daun yang membentuk bangun sayap serta pada
bagian pucuk tumbuhan itu terdapat bulu-bulu. Tumbuhan paku memperlihatkan
pergiliran keturunan yang sangat jelas, dimana fase gametofitnya berumur pendek
dengan ukuran yang kecil dan masih berbentuk thallus yang disebut protalium.
Adapun fase sporofitnya terlihat jelas dan dominan. Fase ini adalah bentuk
tumbuhan yang biasa kita lihat, yaitu tumbuhan paku.
Daun tumbuhan paku ada dua macam, yaitu tropofil dan sporofil. Tropofil
adalah daun yang khusus berfungsi untuk melakukan proses fotosintesis dan tidak
mengandung spora, sedangkan sporofil adalah daun yang berfungsi untuk
menghasilkan spora. Ada juga yang dikenal dengan troposporofil, dimana dalam
satu tangkai daun, anak-anak daun ada yang menghasilkan spora dan ada yang
tidak menghasilkan spora. Bentuk sporofil ini ada yang mirip dengan tropofil dan
ada juga yang sangat berbeda dengan bentuk strobilus. Berdasarkan hal ini
tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi tumbuhan paku homofilum dan
tumbuhan paku heterofilum.
Tumbuhan ini (Pterydophyta) disebut juga sebagai tumbuhan kormus
karena sudah menyerupai tumbuhan tinggi. Hal ini dapat dilihat dari bentuk
tumbuhan ini sendiri, yaitu :

a Batangnya bercabang-cabang, ada yang berkayu serta mempunyai tinggi


hampir 2 meter.

b Sudah memiliki urat-urat daun, ada juga yang tidak berdaun atau daun
serupa sisik.

c Rhizoidnya sudah berkembang menjadi bentuk akar yang sebenarnya.

5
d Sudah memiliki berkas pembuluh (xylem dan floem) dengan tipe radial atau
konsentris.

Bentuk daun pada tumbuhan paku muda dan dewasa berbeda. Pada
tumbuhan paku muda daun akan menggulung, sedangkan pada tumbuhan paku
dewasa daunnya dapat dibedakan menjadi :

a Trofofil: Daun khusus untuk fotosintesis dan tidak mengandung spora.

b Sporofil : Daun penghasil spora.

c Trofosporofil : Dalam satu tangkai daun, anak-anak daun ada yang


menghasilkan spora dan ada yang tidak ada spora.

Bentuk, ukuran, dan susunan daun paku beraneka ragam berdasarkan


ukuranya, daun paku di bedakan atas daun mikrofil dan makrofil.
Mikrofil berupa daun-daun kecil berupa rambut atau sisik tidak
bertangkai,dan tidak bertulang daun kecil pada paku kawat dan paku ekor kuda.
Pada mikrofil belum dapat di bedakan antara epidermis dan daging daun
(mesofil),dan tulang daun.
Makrofil adalah daun-daun besar, bertangkai,bertulang daun yang
bercabang-cabang dengan tang kai daun yang panjang dan telah memiliki daging
dan (mesofil) yang terdiri atas jaringan tiang dan bunga karang. Umumnya
makrofil telah memiliki stomata. Penguapan air berlangsung melalui stomata dan
dinding sel epidermis yang berkutikula tipis ciri khas beberapa jenis tumbuhan
paku yaitu daun masih muda menggulung.

6
Berdasarkan fungsinya daun paku di bedakan atas tropofil yang berfungsi
untuk fotosintesis dan sporofil sebagai penghasil spora gambar berikut
memperlihatkan macam-macam daun tumbuhan paku.

Batang suplir berupa rizom yang bercabang dan beruas pendek. Pada
rizom terdapat akar, seperti rambut yang merupakan akar serabut. Ada pula
tumbuhan paku yang batangnya mirip batang palem, misalnya paku pohon
(Cyathea). Paku pohon ini masih banyak dijumpai di daerah dataran tinggi yang
berhawa dingin. Ada pula tumbuhan paku yang tubuhnya seperti kawat (paku
kawat, Lycopodium). Ada daun paku yang berukuran kecil (mikrofil) dan ada pula
yang berukuran besar(makrofil). Ada daun tumbuhan paku yang khusus
menghasilkan spora, daun ini disebut sporofil dan ada daun yang tidak
menghasilkan spora, disebut tropofil. Akan tetapi, tidak semua tumbuhan paku
memiliki tipe daun yang berfungsi khusus. Misalnya pada suplir, semua daun
dapat menghasilkan spora. Akar, batang dan daun tumbuhan paku memiliki berkas
pengangkut xilem dan floem.
Tumbuhan paku pada umumnya mempunyai daur hidup dengan
perselangan dua generasi: Generasi Aseksual Tumbuhan paku jenis ini dikenal
sebagai sporofit yang berupa tumbuhan paku dan dapat dibedakan antara daun,
akar, dan batang. Generasi aseksual ini disebut generasi diploid. Generasi
SeksualTumbuhan paku ini tergolong gametofit yang berasal dari sporofit,
sehingga gametofit ini bersifat haploid. Gametofit ini akan membentuk gamet
jantan (anterozoid) dan gamet betina (sel telur). Generasi seksual ini disebut
generasi haploid (Siregar, 2013).

7
Tumbuhan paku memiliki kotak spora atau sporangium. Pada sporangium
dihasilkan spora. Banyak sporangium terkumpul dalam satu wadah yang disebut
sorus, yang dilindungi oleh suatu selaput indusium.

Fase pembentukan spora dalam daur hidup tumbuhan paku disebut


generasi sporofit dan fase pembentukan gamet disebut generasi gametofit.
Tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) dengan dua
generasi, yaitu generasi sporofit dan generasi gametofit. Berdasarkan jenis
sporanya, tumbuhan paku dibedakan menjadi tumbuhan paku homospora,
heterospora dan peralihan homosporaheterospora.
Spora tumbuhan paku yang memiliki perbedaan baik bentuk, ukuran,
maupun sifatnya, dibedakan menjadi tumbuhan paku homospora, tumbuhan paku
heterospora, dan tumbuhan paku peralihan (memiliki sifat keduanya, baik
tumbuhan paku homospora maupun heterospora). Pada tumbuhan paku
heterospora akan dihasilkan jenis spora yang disebut makrospora dan mikrospora
yang mempunyai perbedaan sifat. Pada tumbuhan paku homospora hanya
dihasilkan satu jenis spora pada sporangiumnya.
Tumbuhan paku homospora menghasilkan spora dengan ukuran sama yang
tidak dapat dibedakan antara spora jantan dan betina, misalnya Lycopodium sp.
(paku kawat).
Tumbuhan paku heterospora menghasilkan spora berbeda ukuran. Spora
jantan berukuran kecil disebut mikrospora dan spora betina besar disebut
makrospora, misalnya Selaginella sp.(paku rane), Marsilea sp. (semanggi).
Tumbuhan paku peralihan menghasilkan spora jantan dan betina yang sama
ukurannya, misalnya Equisetum debile (paku ekor kuda).
Susunan atau letak sporangium pada tumbuhan paku ada beberapa macam.
Ada yang tersusun dalam sorus, strobilus, dan sporokarpium. Badan-badan
penghasil sporokarpium tersebut ada yang letaknya di ketiak daun atau cabang, di

8
ujung cabang, atau di helaian daunnya. Sporangium yang berkumpul menjadi satu
membentuk sorus. Sorus yang masih muda ditutupi selaput pelindung yang
disebut indusium. Bentuk indusium berbeda sesuai dengan jenisnya. Sporangium
berukuran sangat kecil, sejumlah sel penutupnya berdinding tebal dan membentuk
cincin yang disebut anulus.
Bila sporangium kering, anulus membuka dan terlemparlah spora-spora.
Spora jatuh pada tempat yang lembab dan kemudian akan tumbuh menjadi
protalium. Selanjutnya protalium akan tumbuh dan berkembang kemudian
menghasilkan anteridium dan arkegonium. Anteridium akan menghasilkan
spermatozoid dan arkagonium akan menghasilkan ovum. Selanjutnya perkawinan
antara spermatozoid dan ovum akan menghasilkan zigot. Zigot akan tumbuh
menjadi tumbuhan paku muda. Proses pembuahan ovum oleh sel telur umumnya
dibantu oleh air. Zigot yang dihasilkan berkutub satu, sehingga akarnya tidak
berkembang seperti tumbuhan biji.
Spora pada tumbuhan paku dihasilkan oleh sporangium. Sporangium
pada tumbuhan paku umumnya membentuk suatu kumpulan. Berkumpulnya
sporangium pada tumbuhan paku bermacam-macam, antara lain adalah sebagai
berikut :

a Sorus: Sporangia dalam kotak sporangia terbuka atau berpenutup


(insidium). Letak sori pada setiap bangsa tumbuhan paku berbeda.

b Strobilus: Sporangia membentuk suatu karangan bangun kerucut bersama


sporofilnya (Nuraeni, 2012).

Berdasarkan tempat hidupnya, tumbuhan paku ditemukan tersebar luas


mulai daerah tropis hingga dekat kutub utara dan selatan. Mulai dari hutan primer,
hutan sekunder, alam terbuka, dataran rendah hingga dataran tinggi, lingkungan
yang lembab, basah, rindang, kebun tanaman, pinggir jalan paku dapat dijumpai
(Arini dan Julianus, 2012).

2.2 Penggolongan Tumbuhan Paku

Menurut Tjitrosoepomo (1994) divisi Pteridophyta dapat dikelompokkan


ke dalam empat kelas yaitu Psilophytinae, Lycopodiinae, Equisetinae dan

9
Filiciane; dan menurut Steennis (1988), tumbuhan pakupakuan dapat dibagi ke
dalam 11 famili yaitu Salviniceae, Marsileaceae, Equicetaceae, Selagillaceae,
Lycopodiaceae, Ophiglossaceae ,Schizaeaceae, Gleicheniaceae, Cyatheaceae,
Ceratopteridaceae, dan Polypodiaceae.
Kedudukan tumbuhan paku adalah pada tingkat takso Divisi Pteridophyta,
dengan pembagian kelas sebagai berikut :

a Kelas Psilophytinae sering disebut sebagai paku telanjang, psilos yang


berarti telanjang. Hal ini disebabkan karena tumbuhan paku ini masih
tergolong tumbuhan primitif dan tidak memiliki daun/ daunnya kecil atau
tumbuhan paku yang paling sederhana. Sebagian anggota dari tumbuhan
paku ini sudah punah karean kebanyakan hidup di jaman purba dalam
bentuk fosil. Pada batang tumbuh daun-daun kecil berbentuk sisik. Kelas ini
mempunyai sporangium yang dibentuk diketiak buku yang disebut
sinangium. Contohnya adalah Psilotum sp.

b Kelas Lycopodinae (paku kawat) mempunyai daun yang serupa rambut atau
sisik dan duduk daunnya tersebar. Paku ini juga memiliki batang yang
seperti kawat. Karena itulah paku ini sering disebut sebagai paku kawat.
Sporangium pada Lycopodinae tersusun dalam strobilus dan dibentuk
diujung cabang. Contohnya Lycopodium sp. dan Selaginella sp. Biasanya di
tanam di taman sebagai tanaman hias. Dan Lycopodium clavatum dapat
digunakan sebagai bahan obat-obatan.

10
c Kelas Equisetinae/Sphenophyta (paku ekor kuda) berasal dari kata Equus
yang berarti kuda dan seta yang berarti tangkai. Anggota paku Equisetinae
memiliki daun yang serupa sisik dan transparan yang susunannya berkarang
(dalam satu lingkaran). Biasanya tumbuh di dataran tinggi. Batangnya
berongga dan berbuku-buku atau beruas. Kelas Eqisetinae memiliki
sporangium yang tersusun dalam stobilus dan mempunyai bentuk seperti
ekor kuda. Sporanya memiliki elater sebanyak 4 buah. Contohnya adalah
Equisetum sp.

d Kelas Filicinae (paku sejati) berasal dari kata Filix yang berarti tumbuhan
paku sejati. Banyak dijumpai disekitar kita, umumnya disebut pakis.
Tumbuhan paku ini mempunyai daun yang berukuran besar dan duduk
daunnya menyirip. Tumbuhan paku pada kelas ini ada yang hidup di air dan
ada yang hidup di darat. Tumbuhan paku yang hidup di darat
sporangiumnya terbentuk dalam sorus, sedangkan yang hidup di air
sporangiumnya terbentuk dalam sporokarpium. Tumbuhan paku pada kelas
ini juga mempunyai daun muda yang menggulung dan sorus dibentuk
dibawah permukaan daun. Contoh: Alsophilla glauca (paku tiang), banyak
ditemukan di daerah pegunungan berhawa dingin, batangnya hitam
digunakan untuk menanam anggrek. Adiantum cuneatum (suplir),
Platycerium coronarium (simbar menjangan), dan Asplenium nidus (paku

11
sarang burung), ditanam sebagai tanaman hias. Marsilea crenata (semanggi),
hidup di rawa atau tanah berair, digunakan untuk sayur.

2.3 Peranan Tumbuhan Paku dalam Kehidupan Manusia

Banyak tumbuhan paku memiliki manfaat dan peranan penting dalam


kehidupan manusia, antara lain :

a. Tanaman hias : Adiantum sp.(suplir), Platycerium sp.(paku tanduk rusa),


Asplenium sp.(paku sarang burung), Nephrolepis sp., Alsophoila sp.(paku
tiang) dan lainnya.

b. Bahan obat : Equisetum sp.(paku ekor kuda) untuk antidiuretik (lancar seni),
Cyclophorus sp., untuk obat pusing dan obat luar, Dryopteris sp. untuk obat
cacing pita, Platycerium bifurcata untuk obat tetes telinga luar, dan
Lycopodium sp., untuk antidiuretik dan pencahar lemah dari sporanya.

c. Bahan sayuran : Marsilea crenata(semanggi), Pteridium aquilinum(paku


garuda), dan lain-lain.

d. Kesuburan tanah : Azolla pinnata, karena mampu bersimbiosis dengan


Anabaena (alga biru) sehingga dapat mengikat unsur nitrogen dari udara.

e. Gulma pertanian : Salvinia natans(kayambang), pengganggu tanaman padi


(Nuraeni, 2012).

Selain itu, Tumbuhan Paku (Pteridophyta) sebagai bagian dari


keanekaragaman hayati merupakan komunitas tumbuhan yang memiliki fungsi
ekologis yang cukup penting di dalam ekosistem hutan, seperti sebagai vegetasi

12
penutup tanah, pencampur serasah bagi pembentukan hara tanah, dan produsen
dalam rantai makanan, Disamping itu berperan sebagai sumber plasma nutfah juga
berpotensi sebagai sumber pangan, dan obat-obatan (Suraida, dkk, 2013).

13
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan kegiatan studi lapangan, dilaksanakan pada :

3.1.1 Hari/Tanggal : Jumat, 8 mei 2015

3.1.2 Waktu : 08.30- 13.30 WIB

3.1.3 Tempat : Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan-Malang

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat : alat tulis, buku kerja, kamera.

3.2.2 Bahan : spesies tanaman paku di Kebun Raya Purwodadi.

3.3 Skema Kerja


Pembagian kelompok terdiri dari 3 kelas yang berbeda

Menuju lokasi tumbuhan paku (Pterydophyta)

Melakukan pengamatan

Mencatat deskripsi tumbuhan pada buku kerja.

14
Mengambil gambar tanaman.

Mengumpulkan buku kerja.

15
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN

N NAMA DAN DESKRIPSI KLASIFIKASI


O GAMBAR

Akar :
1 Nephrolepis cordifolia Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Akar adventicious/tambahan, Subkingdom : Viridiplantae
tidak pada tempatnya Infrakingdom : Steptophyta
Superdivision : Embryophyta
Batang : Division : Tracheophyta
Subdivision : Polypodiophytina
Tipe batang pendek (caudex) Class : Polypodiopsida
Subclass : Polypodiidae
Order : Polypodiales
Daun :
Family :Lomariopsidaceae
Genus : Nephrolepis
Daun tunggal, bentuk daun
memanjang, warna hijau
Species : Nephrolepis
Alat Reproduksi : cordifolia

Generatif : Spora atau kuncup


runner seperti ginjal atau
stolon, vegetatif : stolon

Ciri Khusus : spora berbentuk


ginjal

Manfaat : tanaman hiasan

Akar :
2 Tectaria polimorpha Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Adventious (tidak tumbuh Subkingdom : Viridiplantae
pada tempatnya) Infrakingdom : Steptophyta
Superdivision : Embryophyta
Batang : Division : Tracheophyta
Subdivision : Polypodiophytina

16
Batang pendek (caudex)
Class : Polypodiopsida
Subclass : Polypodiidae
Daun :
Order : Polypodiales
Family : Tectariaceae
Tunggal,bentuk daun menyirip Genus : Tectaria

Alat Reproduksi :
Species : Tectaria
polimorpha
Generatif (spora, tetapi diujung
terdapat tambahan, spora
menyebar di permukaan)

Ciri Khusus :

Spora menyebar merata


dibawah permukaan

Manfaat :

Tanaman hiasan

Akar :
3 Angiopteris evecta Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Adventious (tidaktumbuh pada Subkingdom : Viridiplantae
tempatnya) Infrakingdom : Steptophyta
Superdivision : Embryophyta
Batang : Division : Tracheophyta
Subdivision : Polypodiophytina
Panjang stipe 75 cm, batang Class : Polypodiopsida
pendek Subclass : Marattiidae
Order : Marattiales
Family : Marattiaceae
Daun : Genus : Angiopteris

Majemuk ganda (bipinae),


Species : Angiopteris
memiliki pelepah (vagina)
evecta
pada pangkal stipe

Alat Reproduksi :

Spora berjajar ditepi

Ciri Khusus :

17
Letak spora berada di bawah
daun ditepi, stipula berada
ditepi

Manfaat :

Tanaman hiasan

Akar :
4 Bolbitis quoyana Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Adventiv Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Steptophyta
Batang : Superdivision : Embryophyta
Division : Tracheophyta
Jenis batang pendek Subdivision : Polypodiophytina
Class : Polypodiopsida
Daun : Subclass : Polypodiidae
Order : Polypodiales
Family : Dryopteridaceae
Tunggal
Genus : Bolbitis

Alat Reproduksi :
Species : Bolbitis quoyana
Diujung tepi daun terdapat
bulb (kuncup eram), Generatif
menggunakan spora

Ciri Khusus :

Spora rata di seluruh


permukaan

Manfaat : tanaman hiasan

Akar :
5 Bulbitis apendiculata Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Akar adventif, akar baru Subkingdom : Viridiplantae
seperti kawat Infrakingdom : Steptophyta
Superdivision : Embryophyta
Batang : Division : Tracheophyta
Subdivision : Polypodiophytina
Jenis batang pendek Class : Polypodiopsida
Subclass : Polypodiidae
Order : Polypodiales

18
Daun :
Family : Dryopteridaceae
Genus : Bolbitis
Terdapat daun fertil dan steril,
daun steril berukuran besar
Species : Bolbitis
Alat Reproduksi : apendiculata

Generatif menggunakan spora,


spora dihasilkan pada daun
fertil, vegetatif menggunakan
bulbil (kuncup eram)

Ciri Khusus :

Lebih kecil dari Bulbitis


guagana

Manfaat : tanaman hiasan

Akar :
6 Asplenium nudis Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Adventiv Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Steptophyta
Batang : Superdivision : Embryophyta
Division : Tracheophyta
Batang sangat pendek Subdivision : Polypodiophytina
Class : Polypodiopsida
Daun : Subclass : Polypodiidae
Order : Polypodiales
Family : Aspleniaceae
Tunggal, bentuk pita
Genus : Asplenium

Alat Reproduksi :
Species : Asplenium nidus
Generatif (spora)

Ciri Khusus :

Menangkap serasah untuk


diambil nutrisinya, spora
tersusun dibawah bagian daun,
struktur seperti sarang burung

19
Manfaat :

Tanaman hias

Akar :
7 Shelaginela plana Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Kaku seperti kawat, adventif Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Steptophyta
Batang : Superdivision : Embryophyta
Division : Tracheophyta
Pendek Subdivision : Lycopodiophytina
Class : Lycopodiopsida
Daun : Subclass : Lycopodiidae
Order : Selaginellales
Family : Selaginellaceae
Sisik
Genus : Selaginella
Species : Selaginella
Alat Reproduksi :
plama
Strobilus diujung daun atau
terminal, akar kayu seperti
kawat, fotosintesis dengan
batang

Ciri Khusus :

Manfaat :

Tanaman hias

Akar :
8 Equisetum Klasifikasi :
Kingdom : plantae
ramosissimum Adventisius Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Steptophyta
Batang : Superdivision : Embryophyta
Division : Tracheophyta
Menjalar, batang Subdivision : Polypodiophytina
berfotosintesis Class : Polypodiopsida
Subclass : Equisetidae
Order : Equisetales
Daun :
Family : Equisetaceae
Genus : Equisetum
Beberapa sisik dinodus Species : Equisetum

20
Alat Reproduksi :
ramosissimum
Spora ada diujung tepi daun,
strobilus diujung tepi daun

Ciri Khusus : karena daun


tereduksi sehingga berfotosin-
tesis dengan batang

Manfaat :

Obat penyakit

Akar :
9 Davallia tricomanoides Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Adventisius Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Steptophyta
Batang : Superdivision : Embryophyta
Division : Tracheophyta
Batangnya menjalar, rhizom Subdivision : Polypodiophytina
Class : Polypodiopsida
Daun : Subclass : Polypodiidae
Order : Polypodiales
Family : Davalliaceae
Diujung tepi daun ada spora,
Genus : Davallia
tunggal, daun bergerigi Species : Davallia

Alat Reproduksi : tricomonoides

Spora dan rhizoma untuk


fragmentasi

Ciri Khusus :

Jika rhizoma ditanam bisa


menghasilkan individu baru

Manfaat :

Tanaman hiasan

Akar :
10 Cyatea sp. Klasifikasi :
Kingdom : plantae

21
Adventisius
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Steptophyta
Batang :
Superdivision : Embryophyta
Division : Tracheophyta
Batang pohon (trunk) Subdivision : Polypodiophytina
Class : Polypodiopsida
Daun : Subclass : Polypodiidae
Order : Polypodiales
Majemuk ganda Family : Cyatheacea
Genus : Cyathea
Species : Cyathea sp.
Alat Reproduksi :

Spora daun kuncup di ketiak


atau tangkai daun berupa
bulbil, termasuk paku soliter

Ciri Khusus :

Tangkai daun berduri

Manfaat :

Penyubur rambut, hiasan

4.2 PEMBAHASAN

Pada studi lapang yang kami lakukan di kebun raya Purwodadi, kami
mengamati 10 macam tumbuhan Paku (Pterydophyta) antara lain : Nephrolepis
cordifolia, Tectaria polymorpha, Angiopteris evecta, Bolbitis quoyana, Bolbitis
appendiculata, Asplenium nidus, Selaginella plana, Equisetum ramosissimum,
Davallia trichomanoides dan Cyathea sp.
4.2.1 Divisi Pteridophyta.

Tumbuhan ini benar-benar telah berupa kormus, jadi telah jelas adanya
akar, batang dan daun. Ada yang hidup sebagai saprofit dan ada pula sebagi epifit.

22
Paku menyukai tempat lembab (higrofit), tumbuhnya mulai dari pantai (paku laut)
sampai sekitar kawah-kawah (paku kawah).
Akar tumbuhan paku berupa akar serabut. Pada akar paku, xilem terdapat
di tengah dikelilingi floem membentuk berkas pembuluh angkut yang konsentris.
Batangnya jarang tumbuh tegak di atas tanah, kecuali pada paku tiang (Alsopila
sp. dan Cyathea sp.). Batang tersebut kebanyakan berupa akar tongkat (Rhizoma).
Tipe berkas pembuluh angkut batang sama dengan akar, yaitu tipe konsentris.
Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku
pohon, biasanya tidak bercabang), epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi
biasanya berupa terna dengan rizoma yang menjalar di tanah atau humus dan ental
(bahasa Inggris frond) yang menyangga daun dengan ukuran yang bervariasi
(sampai 6 m). Ental yang masih muda selalu menggulung (seperti gagang biola)
dan menjadi satu ciri khas tumbuhan paku. Daun pakis hampir selalu daun
majemuk. Sering dijumpai tumbuhan paku mendominasi vegetasi suatu tempat
sehingga membentuk belukar yang luas dan menekan tumbuhan yang lain.
Daur hidup Pterydophyta
Daur hidup tumbuhan paku dikenal dengan pergiliran keturunan, yakni
terdiri dari dua fase utama: gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah
kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Sedangkan
bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau protalium
(prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau,
mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya),
tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di
tempat yang lembab.

23
Dari prothallium berkembang menjadi anteridium (antheridium, organ
penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium,
organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahannya memerlukan bantuan air
sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi
berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku
baru. Tumbuhan berbiji (Spermatophyta) juga memiliki daur seperti ini tetapi
telah berevolusi lebih jauh sehingga tahap gametofit tidak mandiri. Spora yang
dihasilkan langsung tumbuh menjadi benang sari atau kantung embrio.
4.2.2 Karakteristik Tumbuhan Dari Setiap Devisi

Tumbuhan paku termasuk Cormophyta, berbentuk seperti tumbuhan


tingkat tinggi, dengan ukuran tubuh yang bervariasi. Ada yang berukuran hanya
beberapa sentimeter, misalnya paku air Azolla caroliniana. Ada pula yang
berbentuk seperti pohon dengan tinggi sekitar 5 meter, misalnya paku tiang
Alsophila glauca. Para ahli menduga tumbuhan paku di masa Karboniferus ada
yang tingginya mencapai 15 m 40 m.
Karakteristik tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah sebagai berikut:
a. Berbeda dengan tumbuhan lumut, tumbuhan paku sudah memiliki akar,
batang, dan daun sejati. Oleh karena itu, tumbuhan paku termasuk
kormophyta berspora.
b. Memiliki berkas pembuluh angkut. Baik pada akar, batang, dan daun,
secara anatomi sudah memiliki berkas pembuluh angkut, yaitu xilem yang

24
berfungsi mengangkut air dan garam mineral dari akar menuju daun untuk
proses fotosintesis, dan floem yang berfungsi mengedarkan hasil
fotosintesis ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.
c. Terdiri atas dua fase generasi, yaitu sporofit (menghasilkan spora) dan
gametofit (menghasilkan sel kela-min).
d. Fase sporofit memiliki sifat lebih dominan dari fase gametofit.
e. Berdasarkan fungsinya, daun tumbuhan paku dibedakan menjadi daun
tropofil (untuk fotosintesis) dan daun sporofil (penghasil spora).
f. Berdasarkan bentuknya, daun tumbuhan paku dibedakan menjadi daun
mikofil (daun kecil) dan daun makrofil (daun besar).
g. Habitat tumbuhan paku ada yang di darat dan ada pula yang di perairan
serta ada yang hidupnya menempel.
h. Pada waktu masih muda, biasanya daun tumbuhan paku menggulung dan
bersisik.
i. Tumbuhan paku dalam hidupnya dapat bereproduksi secara aseksual
dengan pembentukan gemmae dan reproduksi seksual dengan peleburan
gamet jantan dan gamet betina.
j. Dalam siklus hidup (metagenesis) terdapat fase sporofit, yaitu tumbuhan
paku sendiri.
k. Fase sporofit pada metagenesis tumbuhan paku memiliki sifat lebih
dominan daripada fase gametofitnya.
l. Memiliki klorofil sehingga cara hidupnya hidupnya fotoautotrof.
Tumbuhan paku juga mengalami pergantian bentuk gametofit dan sporofit.
Sporofit mudah dibedakan karena memiliki ukuran yang lebih besar dan memiliki
bentuk yang lebih kompleks daripada gametofit.
Sporofit memiliki bagian-bagian tubuh, yaitu akar, batang, dan daun.
Rizoidnya sudah berkembang ke bentuk akar. Sel-sel penyusun batang dan daun
memiliki klorofil sehingga tampak berwarna hijau. Batang tumbuhan paku
bercabang-cabang dan ada yang berkayu. Ada juga batang yang memiliki rambut-
rambut halus (berbulu). Tumbuhan paku memiliki batang yang tumbuh di bawah
permukaan tanah (rizom). Tumbuhan paku memiliki susunan pembuluh angkut
bertipe radial, bila xilem dan floem tersusun menjari, misalnya pada Lycopodium.
Berkas pembuluh bertipe konsentris bila xilem terletak di tengah dan dikelilingi
oleh floem, misalnya pada Selaginella. Pembuluh xilem berfungsi untuk
mengangkut air dan garam-garam mineral dari akar ke daun, sedangkan pembuluh

25
floem berfungsi mengangkut zat organik hasil fotosintesis dari daun ke seluruh
bagian tubuh.
Tumbuhan paku pada umumnya berdaun, dan daunnya memiliki urat-urat
daun. Daun tumbuhan paku ada yang berukuran besar, disebut makrofil. Ada pula
daun yang berukuran kecil, disebut mikrofil. Mikrofil berbentuk sisik, misalnya
pada Equisetum (paku ekor kuda). Tumbuhan paku yang tidak berdaun disebut
paku telanjang, misalnya Psilotum. Daun tumbuhan paku muda yang menggulung
disebut fiddlehead (circinnate, sirsinat). Gulungan akan terbuka ketika daun muda
tumbuh menjadi daun dewasa.
Gametofit pada tumbuhan paku berupa talus; ada yang berukuran kecil
(beberapa milimeter) dan ada yang berukuran besar. Pada umumnya gametofit
berbentuk lembaran seperti hati atau daun waru yang disebut protalium (protalus).
Gametofit melekat pada substrat dengan menggunakan rizoid. Gametofit
berukuran kecil, misalnya pada Equisetum dan Lycopodium, sedangkan gametofit
berukuran besar, misalnya pada Platycerium bifurcatum (paku tanduk rusa). Pada
umumnya sel-sel gametofit mengandung klorofil dan dapat berfotosintesis. Pada
jenis tumbuhan paku tertentu, misalnya yang bersimbiosis dengan jamur, zat
organik diperoleh dan jamur simbion karena gametofitnya tidak memiliki klorofil
sehingga tidak dapat berfotosintesis.
Gametofit akan membentuk alat kelamin jantan (anteridium) dan alat
kelamin betina (arkegonium). Anteridium akan menghasilkan spermatozoid
berflagel, sedangkan arkegonium menghasilkan ovum (sel telur). Tumbuhan paku
berumah satu memiliki gametofit biseksual yang dapat membentuk dua macam
alat kelamin, baik anteridium maupun arkegonium, misalnya paku homospora.
Tumbuhan paku berumah dua memiliki gametofit uniseksual yang hanya
membentuk salah satu alat kelamin (anteridium atau arkegonium saja), misalnya
paku heterospora dan paku peralihan.
4.2.3 Ciri Khas Yang Dimiliki Oleh Tumbuhan Dari Divisi Pteridophyta

a Nephrolepis cordifolia (Paku Padang)

Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Division : Tracheophyta
Class : Polypodiopsida

26
Order : Polypodiales
Family : Lomariopsidaceae
Genus : Nephrolepis
Species : Nephrolepis cordifolia
Deskripsi :
Dari hasil pengamatan yang diperoleh, tanaman paku ini memiliki akar
adventif, artinya akar yang tidak tumbuh pada tempatnya dan seperti akar serabut.
Batang termasuk batang pendek / caudex dan berada di permukaan tanah. Daun
tunggal, permukaannya halus berbentuk helaian, jika dilihat secara keseluruhan
daunnya berbentuk memanjang, helaian daun berwarna hijau. Alat reproduksi
brupa spora, secara vegetatif terdapat benjolan pada akar yang nantinya akan
tumbuh menjadi individu baru yang disebut runner. Ciri khusus yang dimiliki oleh
tanaman paku ini adalah sporanya berbentuk ginjal dan terdapat dibawah
permukaan daun. Secara umum tumbuhan paku memerlukan area yang teduh
sebagai tempat hidupnya.
Manfaat dari tanaman paku ini sebagai hiasan, selain itu juga d Secara
umum Nephrolepis memilki manfaat sebagai berikut: Sebagai bahan pembuatan
obat cacing. Dapat mengobati kanker perut. Digunakan sebagai bahan bangunan
di derah-daerah tropis. Sebagai sayur-sayuran. Nephrolepis cordifolia sebagai
Obat disentri, infeksi saluran kemih, penurun panas atau demam dan anti bakteri.
Semua bagian tanaman paku Nepholepis mengandung saponin, kardenolin,
flavonoid dan tanin.

b Tectaria polimorpha (Aspid)

Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Division : Tracheophyta
Class : Polypodiopsida
Order : Polypodiales
Family : Tectariaceae
Genus : Tectaria
Species : Tectaria polimorpha
Deskripsi :
Akar termasuk adventif, artinya tidak tumbuh pada tempatnya dan
menyerupai serabut. Batanya termasuk batang pendek / caudex. Daun tunggal dan
menyirip. Alat reproduksi dengan spora. Ciri khusus yang dimiliki adalah, spora
menyebar teratur dibagian bawah daun. Tectaria termasuk jenis paku tanah.

27
Tangkainya keluar dari atas permukaan tanah dan panjang tangkainya sekitar 1-2
m. Pada Tectaria terdapat dua macam tipe daun atau dimorfisme yaitu steril pada
bagian atas dan fertil pada bagian bawah. Spora paku ini terdapat pada tepi bawah
permukaan daun.
Jenis paku ini mempunyai rimpang yang ramping dan panjang, berakar
dalam tanah, memanjat pohon tetapi tidak epifit, atau ada sebagian yang
rimpangnya menjalar pada permukaan bebatuan, menyukai keteduhan. Bentuk
daun lanset yaitu semakin ke ujung semakin mengecil atau bisa dikatakan
ujungnya runcing. Warnanya hijau tapi tidak hijau pekat karena habitatnya yang
dibawah dan tidak begitu tinggi sehingga cukup terhalang oleh spesies lain yang
lebih tinggi untuk memperoleh sinar matahari dalam berfotosintesis. Urat daunnya
menyirip, tetapi urat daunnya tersebut tidak bercabang-cabang. Daun spesies ini
termasuk daun tunggal karena pada tangkai yang keluar hanya terdapat 1 helaian
daun saja, tidak bercabang atau tidak majemuk. Manfaat dari Tectaria
polymorpha adalah untuk hiasan.

c Angiopteris evecta

Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Division : Tracheophyta
Class : Polypodiopsida
Order : Marattiales
Family : Marattiaceae
Genus : Angiopteris
Species : Angiopteris evecta
Deskripsi :
Akar termasuk adventif. Akar Angiopteris evecta berupa akar rimpang
pendek, berdaging, besar, tegak, membentuk rumpun sampai tinggi 1 m dan
diameter 0,5-1 m. Angiopteris evecta merupakan tumbuhan paku terestrial yang
sangat besar dengan morfologi batang tegak dan kokoh.. Batang pendek,
sedangkan stipe panjang dan besar dengan ukuran mencapai 75 cm.
Daun majemuk ganda. Angiopteras evecta berdaun majemuk ganda 2,
panjang sampai 6 m, tersusun rapat di ujung akar rimpang. Tangkai daun 1/2 dari
panjang daun, bagian pangkal membengkak dengan sepasang stipula yang
bentuknya membundar, panjang stipula 5 cm, lebar 7 cm. Bentuk daun secara

28
keseluruan memanjang. Bentuk ujung meruncing, dan bentuk tepinya bergerigi.
Ukuran; isofil, yaitu daun-daun yang mempunyai ukuran sama atau serupa Warna;
pada umunya daun paku-pakuan berwarna hijau. Tekstur; pada Angiopteris evecta
ini bertekstur helaian.
Permukaan; pada daun Angiopteris evecta permukaanya kasar. Alat
reproduksi berupa spora, secara vegetatif menggunakan stipula. Stipula terletak di
pangkal stipe, apabila stipula dipotong dan ditanam, maka akan tumbuh menjadi
individu baru. Angiopteris termasuk tumbuhan paku yang besar, daunnya sampai
2-5 meter, menyirip ganda 2-4 anak daun menyerupai daun kedondong, sorus
memanjang, sporangium di dalamnya bebas.
Habitat Angiopteris evecta adalah hutan primer-sekunder di daerah tropis
dan sub tropis. Jenis ini sering terdapat di dekat sungai yang ternaung, tempat
miring, sepanjang jalan kecil di tempat terbuka di hutan, ditemukan mulai 0-1.200
m dpl., tersebar luas di daerah tropis mulai Madagaskar dan Asia tropis, sepanjang
Asia Tenggara, sampai Australia dan Polinesia. Pemanfaatannya: Di Ambon daun
mudanya dimakan, selain itu juga dapat digunakan sebagai obat tradisional seperti
menghentikan pendarahan setelah melahirkan, obat beri-beri, batuk, demam, sakit
maag, obat bisul. Selain digunakan sebagai obat penggunaannya sebagai tanaman
hias juga telah dilakukan.

d Bolbitis quoyana

Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Division : Tracheophyta
Class : Polypodiopsida
Order : Polypodiales
Family : Dryopteridaceae
Genus : Bolbitis
Species : Bolbitis quoyana
Deskripsi :
Akar Bulbitis guyana memiliki akar adventifv yaitu akar yang tumbuh
tidak pada tempatnya. Akar adventif di sebut juga akar modifikasi. Akar memiliki
bentuk seperti serabut. Rimpang pendek menjalar.Sedangkan jenis batang adalah
batang pendek. Penampang yang terlihat panjang sebenarnya adalah bukan batang
tetapi tangkai atau stipe. Daunnya adalah tunggal sisik tipis dan oval dengan apeks

29
tajam. Daun tegak, berwarna hijau gelap ke gelap hijau kebiruan, bersisik. Di
terminal daun yang posisinya paling ujung terdapat bulb yang berfungsi sebagai
alat perkembangan vegetatif. Alat Reproduksi paku ini terdapat bulb (kuncup
eram) diujung tepi Daun, tetapi alat reproduksi generatif menggunakan spora.
Spora terletak pada abaxial daun. Ciri khusus paku ini adalah pda alat reproduksi
generatif yaitu spora, paku ini memiliki spora yang tersusun rata di seluruh
permukaan. Manfaat Bulbitis guyana adalah sebagai tanaman hiasan.

e Bolbitis apendiculare

Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Division : Tracheophyta
Class : Polypodiopsida
Order : Polypodiales
Family : Dryopteridaceae
Genus : Bolbitis
Species : Bolbitis apendiculare
Deskripsi :
Akar pada spesies ini adalah akar adventif, akar adventif adalah akar yang
tumbuh tidak pada tempatnya. Akar adventif di sebut juga akar modifikasi. akar
baru seperti kawat. Rimpang merambat. Paku ini memiliki batang pendek dan
sebenarnya yang terlihat panjang adalah tangkai (stipe). Bolbitis quoyana
memiliki dua macam daun. Terdapat daun fertil dan steril, daun steril berukuran
besar, sedangkan pada daun fertil ukuranya lebih kecil dan menghasilkan spora.
Daun fertil dan daun steril berada pada tangkai yang berbeda tetapi dalam satu
tanaman. Pada tangkai yang menyongkong daun fertil terdapat kuncup eram atau
bulbil pada bagian ujung.
Paku ini memiliki alat reproduksi Generatif menggunakan spora, spora
dihasilkan pada daun fertil, vegetatif menggunakan bulbil (kuncup eram) Sorus
berbentuk bulat dan mengumpul pada seluruh permukaan daun fertil. Ciri khusus
dari paku ini adalah ukuranya yang lebih kecil jika dibandingkan dengan paku
Bulbitis guayana. Ciri yang paling membedakan adalah adanya dua jenis daun
yaitu daun steril dan daun fertil. Berbeda dengan Bulbitis guayana yang hanya
memiliki satu jenis daun saja. Manfaat spesies paku ini saat ini diketahui hanya
sebagai tanaman hiasan.

30
f Asplenium nidus (Sarang Burung)

Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Division : Tracheophyta
Class : Polypodiopsida
Order : Polypodiales
Family : Aspleniaceae
Genus : Asplenium
Species : Asplenium nidus
Deskripsi :
Merupakan jenis tumbuhan paku populer sebagai tanama hias halaman.
Orang sunda menyebutnya kadaka, sementara dalam bahasa Jawa dikenal
dengan kedakah. Penyebaran alaminya adalah di sabuk tropis Dunia Lama (Afrika
Timur, India tropis, indocina, malaysia, hingga pulau-pulau di Samudra
pasifik. Walaupun dalam artikel ini paku sarang burung disamakan dengan A.
nidus hasil penelitian terakhir menunjukkan kemungkinan revisi, bahwa paku
sarang burung mencakup beberapa jenis berkerabat dekat namun
berbeda. australasiaticum juga sering dianggap sebagai paku sarang burung.
Paku ini mudah dikenal karena tajuknya yang besar, entalnya dapat
mencapai panjang 150cm dan lebar 20cm, menyerupai daun pisang. Peruratan
daun menyirip tunggal. Warna helai daun hijau cerah, dan menguning bila terkena
cahaya matahari langsung. sprora terletak di sisi bawah helai, pada urat-urat daun,
dengan sori tertutup semacam kantung memanjang (biasa pada Aspleace). Ental-
ental yang mengering akan membentuk semacam "sarang" yang menumpang pada
cabang-cabang pohon. "Sarang" ini bersifat menyimpan air dan dapat ditumbuhi
tumbuhan epifit lainnya.
Paku ini kebanyakan epifit, namun sebetulnya dapat tumbuh di mana saja
asalkan terdapat bahan organik yang menyediakan hara. Karena merupakan
tumbuhan bawah tajuk, ia menyukai naungan.
Habitat paku ini adalah terestrial, paku epifit pada pohon tinggi, Tumbuh
tersebar di seluruh kawasan yang diamati mulai 1.060-1.240 m dpl. Tumbuh epifit
di batang pohon yang telah ditebang sampai di ranting pohon besar. Secara umum
tumbuhan ini banyak ditemukan baik di dataran rendah maupun daerah
pegunungan sampai ketinggian 2.500 m dpl., sering menumpang di batang pohon

31
tinggi, dan menyukai daerah yang agak lembab dan tahan terhadap sinar matahari
langsung. Tanaman ini tersebar di seluruh daerah tropis.
Morfologi paku ini berupa akar, batang dan daun adalah daun spesies ini
adalah daun tunggal, bentuk pita. Berdasarkan tulang daunnya termasuk daun
makrofil, daunnya memiliki tulang daun dengan sistem percabangan baik berupa
terbuka atau tertutup. Berdasarkan fungsinya, merupakan daun Sporofil (daun
fertil) yang fungsi utamanya adalah menghasilkan sporangium. Daun ini juga
dapat melakukan fotosintesis sehingga disebut pula sebagai troposporofil.
Daun pada spesies ini termasuk daun majemuk menyirip dengan anak
daun yang menyirip disebut sirip (pinna) dan poros tempat sirip disebut rakis
(rachis). Bentuk atau bangun daunnya delta, bentuk ujung daunnya meruncing dan
tepi daunnya bergerigi. Ukuran daunnya termasuk anisofil karena daun-daun
terdiri dari dua ukuran yaitu yang satu lebih besar dari yang lainnya.Warna
daunnya hijau tua.Peruratan (venasi) nya tidak sejajar tetapi. Tekstur daunnya
seperti selaput atau helaian dan memiliki permukaan yang halus.
Pada spesies ini bentuk batangnya Batang sangat pendek berupa rimpang
batang yang panjanng dan ramping. Permukaan batangnya tidak halus melainkan
memiliki ramenta atau bentukan seperti rambut yang berwarna coklat kehitaman.
Ramenta pada spesies ini tergolong banyak, dari ujung akar hingga seluruh
batang. Ukuran diameter batangnya 1-2 cm dan tingginya kurang lebih 60cm
1m. Warna batang coklat kehitaman dan tidak memiliki percabangan.
Akar paku ini adalah akar adventiv. Akar adventif adalah akar yang
tumbuh tidak pada tempatnya. Akar adventif di sebut juga akar modifikasi. Akar
pada spesies ini termasuk akar serabut yang dikotom. Letak akarnya ada pada
sepanjang bagian bawah rimpang, berbentuk tipis keras dan agak kasar berwarna
coklat tua.
Pada spesies ini alat reproduksi generatifnya menggunakan spora.
Tumbuhan pakunya memiliki daun, sporanyangiumnya terletak pada daun yang
fertil (sporofil) dan daun yang tidak mengandung sporangium disebut daun steril
(tropofil). Sporofilny membentuk helaian, sporangium berkelompok mmbentuk
sorus. Sorus dikelilingi oleh suatu selaput yang disebut insidium. Paku ini
memiliki beberapa ciri khusus seperti dapat menangkap serasah untuk diambil
nutrisinya, spora tersusun dibawah bagian daun, struktur seperti sarang.

32
Manfaat paku ini sebagai obat penyubur, demam, sakit, kontrasepsi,
gigitan atau sengatan hewan berbisa. Daunnya ditumbuk dan dicampur dengan
parutan kelapa kemudian dioleskan pada rambut. Anti radang dan pelancar
peredaran darah. Khasiat dan pemanfaatan lainya yaitu sebagai obat bengkak;
daun paku sarang burung segar sebanyak segar sebanyak 15 gram, dicuci,
ditumbuk halus dan ditambah sedikit anggur kemudian diborehkan ke bagian yang
sakit, sebagai obat luka memar: daun paku sarang burung segar sebanyak 15
gram, dicuci dan direbus dengan 200 nil air sanipai mendidih selama 15 menit,
dinginkan dan saring. Hasil saringan diminum sekaligus dan lakukan pengobatan
sebanyak 2 kali sehari, pagi dan sore.

g Selaginella plama

Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Division : Tracheophyta
Class : Lycopodiopsida
Order : Selaginellales
Family : Selaginellaceae
Genus : Selaginella
Species : Selaginella plama
Deskripsi :
Selaginella diperkirakan telah hadir di bumi sejak lebih dari 320 juta tahun
yang lalu, sebagian besar jenisnya telah punah, yang tersisa tereduksi menjadi
herba. Karakter khasnya adanya percabangan menggarpu dan sebagian besar
spesies memiliki daun-daun kecil menyerupai sisik, dengan dua ukuran yang
berbeda. Selaginella ini memiliki banyak nama lokal seperti rumput Solo, cemara
kipas gunung, cakar ayam (Jawa), paku rane (Sunda), menter (Jakarta), tai lantuan
(Madura), Usia (ambon), sikili batu, lingonai (Minangkabau), dan shi shang be
atau juan bai (Cina). Dalam bahasa Indonesia tumbuhan ini biasa disebut cakar
ayam atau paku rane, Tapak doro, dan Ta lantuan.
Habitat Selaginella plana Hieron ini merupakan jenis paku tanah yang
mana tumbuhan paku jenis ini tumbuh pada batu-batuan atau tebing sungai.
Menyukai kelembapan. Rimpangnya menjalar pada permukaan batuan dan akar-
akarnya masuk ke celah-celah batu. Habitus pada selaginella ini yaitu perdu yang

33
mana mempunyai ciri-ciri pendek, berkayu, mempunyai percabangan langsung
dan biasanya tinggi di atas permukaan tanah sekitar 1 m.
Morfologi akar, batang, daun paku ini adalah paku ini memiliki akar yang
kaku seperti kawat dan akarnya adventif. Akar adventif adalah akar yang tumbuh
tidak pada tempatnya. Akar adventif di sebut juga akar modifikasi. Selaginella
plana ini berdaun Daun adalah daun sisik, kecil, berbentuk lanset, tersusun
melingkari batangnya dan berselang-seling, berwarna hijau. Panjang daun kira-
kira 2 mm dan lebar 1 mm. Merupakan daun isofil karena mempunyai ukuran
daun yang sama antara yang satu dengan yang lain. Bentuk ujung daunnya
meruncing, tepi daunnya bergerigi. Tekstur daun pada tumbuhan ini berupa
selaput atau helaian. Permukaan daun selaginella ini halus, berambut. Daun-daun
suburnya tersusun di dalam karangan menyerupai bulir. Karangan atau bulir ini
disebut strobilus. Strobilus terletak di ujung percabangan.
Jika dilihat berdasarkan tulang daunnya tumbuhan ini termasuk Mikrofil
yaitu daun yang mempunyai tulang daun tunggal tak bercabang dari pangkal ke
ujung. Berdasarkan fungsinya tumbuhan ini dibedakan atas daun tropofil (daun
steril) yang hanya berfungsi untuk fotosintesis dan sporofil (daun fertil) yang
menghasilkan sporangium. tumbuhan ini memiliki ligula pada bagian bawah daun
yang berfungsi sebagai penghisap air
Batang tumbuhan ini batang pendek, terletak di permukaan tanah dan
kadang-kadang berakar membentuk tumbuhan baru. Warna batang hijau dan
biasanya bercabang dua dan tiap cabang bercabang dua lagi. Di daerah yang
cocok tumbuhan ini dapat mencapai 1 m. Semua batang paku-pakuan kerap
berupa rimpang karena pada umumnya arah tumbuhnya menjalar. Disamping
mempunyai rimpang juga mempunyai cabang dengan arah tumbuh tegak. Batang
berkayu dan juga terlihat adanya ramenta yaitu bentukan seperti rambut atau sisik.
Yang berwarna merah kecoklatan terletak pada tepi daun fertil. Akar pada
selaginella ini yaitu serabut yang bercabang monopodial. Bentuk akar tipis, halus,
dan keras. Warna cokelat muda kehijauan
Alat reproduksinya adalah strobilus. Strobilus diujung daun atau terminal,
akar kayu seperti kawat, fotosintesis dengan batang. Memiliki sporangium yang
terletak di ujung daun sporofil (daun fertil) dengan bentuk agak bulat atau bulat
telur terbalik atau seperti terompet. Sporangium muncul dari suatu penonjolan
jaringan daun yang disebut plasenta atau reseptakulum. Susunan dan penyebaran

34
sporangium pada sporofil tumbuhan ini tidak berkelompok satu sporofil terdapat
satu sporangium.
Selaginella bersifat heterospora protaliumnya amat kecil, jadi telah
mengalami reduksi yang jauh. Spora pada tumbuhan paku heterospora
berkembang secara endosporik. Disini terbentuk dua macam spora: mikrospora
yang dibentuk dalam mikrosporangia dan megaspora dalam megasporangia. Tiap
megasporangium mengandung empat megaspora yang besar, yang dibentuk dari
satu sel induk spora. Sebenarnya sejumlah sel induk spora terbentuk semuanya,
kecuali hilang sebelum terjadi meiosis
Selaginella telah dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan juga sebagai
peradaban di dunia sebagai tumbuhan obat sejak dahulu kala. Tumbuhan ini telah
dikenal dalam pengobatan Cina maupun India sejak ribuan tahun yang lalu.
Pemanfaatan Selaginella relatif merata di seluruh dunia. Di banyak daerah di
Indonesia, tumbuhan ini digunakan untuk perawatan pasca persalinan atau
mengobati luka. Tunas muda Selaginella plana (Desv. ex Poir.) Hieron. dapat
dimakan sebagai lalapan dan untuk pengobatan.
Masyarakat Dayak di sekitar TN Kayan Mentarang, Kalimantan Timur
menggunakan Selaginella plana untuk mengobati pendarahan. Masyarakat Sunda
dan Kasepuhan di sekitar TN Gunung Halimun-Salak, Jawa Barat menggunakan
berbagai spesies Selaginella untuk mengobati luka, pasca persalinan dan
gangguan menstruasi. Daun Selaginella plana yang direbus diminum sebagai
tonik untuk perawatan pasca persalinan. Tumbuhan ini dikenal juga sebagai obat
penasak darah dan obat ulu hati, tanaman obat rane biru.

h Equisetum ramosissimum (Paku Ekor Kuda)

Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Division : Tracheophyta
Class : Polypodiopsida
Order : Equisetales
Family : Equisetaceae
Genus : Equisetum
Species : Equisetum ramosissimum
Deskripsi :
Nama paku ekor kuda merujuk pada segolongan kecil tumbuhan (sekitar
20 spesies) yang umumnya herba kecil dan semua masuk dalam genus Equisetum

35
(dari equus yang berarti "kuda" dan setum yang berarti "rambut tebal" dalam
bahasa Latin). Anggota-anggotanya dapat dijumpai di seluruh dunia kecuali
Antartika. Di kawasan Malesia (Indonesia termasuk di dalamnya) hanya dijumpai
satu spesies saja, Equisetum debile Roxb. (Melayu: rumput betung, Sunda:
"tataropongan", Jawa: "petongan"). Kalangan taksonomi masih memperdebatkan
apakah ekor kuda merupakan divisio tersendiri, Equisetophyta (atau
Sphenophyta), atau suatu kelas dari Pteridophyta, Equisetopsida (atau
Sphenopsida).
Semua anggota paku ekor kuda bersifat tahunan, terna berukuran kecil
(tinggi 0.2-1.5 m), meskipun beberapa anggotanya (hidup di Amerika Tropik) ada
yang bisa tumbuh mencapai 6-8 m (Equisetum giganteum dan Equisetum
myriochaetum).
Batang tumbuhan ini berwarna hijau, beruas-ruas, berlubang di tengahnya,
berperan sebagai organ fotosintetik menggantikan daun. Batangnya dapat
bercabang. Cabang duduk mengitari batang utama. Batang ini banyak
mengandung silika. Ada kelompok yang batangnya bercabang-cabang dalam
posisi berkarang dan ada yang bercabang tunggal.
Daun pada semua anggota tumbuhan ini tidak berkembang baik, hanya
menyerupai sisik yang duduk berkarang menutupi ruas. Spora tersimpan pada
struktur berbentuk gada yang disebut strobilus (jamak strobili) yang terletak pada
ujung batang (apical). Spora yang dihasilkan paku ekor kuda umumnya hanya satu
macam (homospor) meskipun spora yang lebih kecil pada Equisetum arvense
tumbuh menjadi protalium jantan. Spora keluar dari sporangium yang tersusun
pada strobilus. Sporanya berbeda dengan spora paku-pakuan karena memiliki
empat "rambut" yang disebut elater. Elater berfungsi sebagai pegas untuk
membantu pemencaran spora.
Paku ekor kuda menyukai tanah yang basah, baik berpasir maupun
berlempung, beberapa bahkan tumbuh di air (batang yang berongga membantu
adaptasi pada lingkungan ini). Equisetum arvense dapat tumbuh menjadi gulma di
ladang karena rimpangnya yang sangat dalam dan menyebar luas di tanah.
Herbisida pun sering tidak berhasil mematikannya.

i Davallia tricomanoides (Paku Kaki Tupai)

36
Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Division : Tracheophyta
Class : Polypodiopsida
Order : Polypodiales
Family : Davalliaceae
Genus : Davallia
Species : Davallia tricomonoides
Deskripsi :
Sering disebut sebagai paku kaki tupai. Banyak ditemukan di Malaysia.
Tinggi sekitar 15 sampai 45 cm. The Davallia genus Paku. Paku ini tumbuh dari
rimpang merayap yang kabur dan ditutupi dengan tikar bulu. Rimpang kabur ini
telah menerima spesies Davallia. Tumbuhan ini yang umum: Paku Kaki rusa,
Paku Kaki Tupai dan Paku Kaki Kelinci dll. Kenapa demikian karena terjadi
fuzzy, rimpang permukaan tanah menyerupai kaki hewan.
Dalam habitat asli mereka, Paku ini sering epifit, yang menjelaskan
rimpang merayap. Dalam budidaya dalam ruangan, mereka sering ditanam
sebagai tanaman gantung atau pot tanaman jangka panjang. Meskipun rimpang
yang memperpanjang bawah permukaan tanah, Tanaman ini tidak boleh
dikubur. Akar ini berfungsi sama seperti akar anggrek. Paku ini melekat ke
permukaan dan menarik kelembaban dan nutrisi dari udara dan
lingkungan. Sebaliknya, rimpang tumbuh tidak terkendali.
Tanaman ini sangat sensitif terhadap akumulasi garam pupuk, sebagian
karena rimpang mereka. Davallia rentan terhadap hama termasuk kutu daun dan
lalat putih.
Davallia adalah genus dari sebagian besar epifit (mereka tumbuh di pohon)
pakis asli selatan dan Asia timur. Davallia trichomanoides adalah asli Malaysia,
New Guinea, Jawa dan Indonesia.

j Cyatea sp.

Klasifikasi :
Kingdom : plantae
Division : Tracheophyta
Class : Polypodiopsida
Order : Polypodiales
Family : Cyatheacea
Genus : Cyathea
Species : Cyathea sp.

37
Cyathea adalah genus dari pohon paku. Tanaman Paku sebagian besar
terestrial, biasanya dengan batang tinggi tunggal. Jarang, dapat bercabang atau
merayap. Banyak spesies juga mengembangkan akar di dasar. Genus
memiliki pantropical distribusi, dengan lebih dari 470 spesies. Mereka tumbuh di
habitat mulai dari hutan hujan tropis untuk hutan beriklim .
Sorus banyak mengandung sporangium, tidak pada tepi daun melainkan
pada permukaan bawah, bentuk bola, indisium tidak ada atau jika ada berbentuk
bola, piala atau mangkuk, seringkali amat kecil. Daun tersusun sebagai rozet
batang, menyirip ganda yang masih muda tegak atau serong, akhirnya daun yang
telah kering bergantung. Sorus agak jauh dari tepi daun yang muda diliputi oleh
indisium bentuk bola. Akar tanaman Paku ini mempunyai akar berserabut dan
dilindungi kaliptra. Batang atau stipe tumbuhan Paku ini mempunyai batang yang
kuat, maka sering digunakan sebagai bahan bagunan. Tinggi batang dapat
mencapai 15 meter dengan diameter antara 25-50 cm. Pada paku tiang (Alsopila
sp. dan Cyathea sp.). Batang tersebut kebanyakan berupa akar tongkat (Rhizoma).
Tipe berkas pembuluh angkut batang sama dengan akar, yaitu tipe konsentris.
Lamina atau Daun besar dan panjangnya dapat sampai beberapa meter,
biasanya berupa daun majemuk menyirip ganda. Sporangium terdapat didalam
sorus yang terletak di permukaan bawah daun. Sorus berbentuk bola, termasuk
tipe gradatae, tetapi beberapa jenis menunjukkan peralihan tipe mixtae.
Sorus dapat dilindungi oleh indusium atau tidak.
Nama Cyathea genus ini berasal dari kyatheion Yunani, yang berarti
cangkir kecil, dan mengacu pada cangkir berbentuk sori pada bagian bawah
daun. Manfaat Tumbuhan ini antara lain batangnya banyak digunakan untuk
bahan patung, tiang-tiang dekorasi rumah mewah atau hotel-hotel, vas bunga,
maupun sebagai media tanam anggrek, jenisjenis Anthurium, Piper, Platycerium,
Adiantum dan jenisjenis tumbuhan paku lain. Daun yang masih menggulung
digunakan sebagai bahan sayur. Bulu-bulu halus digunakan untuk ramuan obat
rebus.

38
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Devisi Pterydophyta adalah Tumbuhan ini benar-benar telah


berupa kormus, jadi telah jelas adanya akar, batang dan daun.

5.1.2 Memiliki berkas pembuluh angkut. Baik pada akar, batang, dan
daun, secara anatomi sudah memiliki berkas pembuluh angkut. Terdiri
atas dua fase generasi, yaitu sporofit (menghasilkan spora) dan
gametofit (menghasilkan sel kelamin).

5.1.3 Umumnya akar adventitious. Batang caudex. Daun ada yang


tunggal ada juga memanjang, berwarna hijau. Alat reproduksi spora
adan umumnya bermanfaat sebagai tanaman hias.

5.2 Saran

Akan lebih baik jika penjelasan akan tumbuhan dijelaskan dengan detail dan
tidak terburu-buru. Semoga praktikum tahun depan lebih baik dari tahun ini.

39
DAFTAR PUSTAKA

Arini, Diah Irawan Dwi dan Julianus Kinho. 2012. Keragaman Jenis Tumbuhan
Paku (Pterydophyta) di Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara. Jurnal
info BPK Manado 2(1) : 17-40.

Eastjava. Tourism Pasuruan Purwodadi. Purwodadi Botanical garden. Online:


http://www.eastjava.com/tourism/pasuruan/purwodadi.html diakses pada 23
Mei 2015.

Nuraeni, Eni. 2012. Panduan Praktikum Pteridophyta Mata Kuliah Botany


Cryptogamae. Online: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR.PEND.
BIOLOGI/197606052001122-ENI-NURAENI-/BAHANAJAR/PTERIDO-
PHYTA.pdf diakses pada 23 Mei 2015.

Siregar, Ika. 2013. Inovasi Pembelajaran IPA. Online:http://inovasipembelajaran


ipa.net/pmkbnew/imgnews/MODUL%20%28PLANTAE%29%20IKA
%20SIREGAR.pdf diakses pada 23 Mei 2015.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1994. Taksonomi tumbuhan pterydophyta. Yogyakarta:


Universtias Gadjah Mada Press.

Widjaya,Wahyu. 2012. Kebun Raya Purwodadi. Online: http://richmountain.


wordpress.com/pelestarian/kebun-raya-purwodadi/diakses pada 23 Mei 2015.

40
LAMPIRAN

1. Nephiolepis cordifolia

2. Tectalia polimorpha

3. Angiopteris evecta

41
4. Bolbitis quoyana

5. Bolbitis appendiculata

42
6. Asplenium nidus

7. Shelaginella plana

43
8. Equisetum ramosissimum

9. Davallia trichomanoides

44
10. Cyathea sp.

45

Anda mungkin juga menyukai