Disusun Oleh:
Dina Rizqi Hadiyanti
140210102053
Tujuan Penelitian
Penelitian kuantitatif bertujuan mencari hubungan dan menjelaskan sebab-
sebab perubahan dalam fakta-fakta sosial yang terukur.Penelitian kualitatif
lebih diarahkan untuk memahami fenomena-fenomena social dari perspektif
partisipan.Ini diperoleh melalui pengamatan partisipatif dalam kehidupan
orang-orang yang menjadi partisipan.
Kajian Khas
Penelitian kuantitatif menggunakan rancangan penelitian eksperimental atau
korelasional sebagai kajian khasnya (protypical studies) untuk mengurangi
kekeliruan, bias, variable-variabel untuk memahami keragaman perspektif
dalam situasi yang diteliti, subjektifitas sangat dihindari, sedang dalam
penelitian kualitatif hal-hal subjektif termasuk yang diperhitungkan dalam
pengumpulan dan analisis data.
Peranan Peneliti
Dalam penelitian kualitatif peneliti terlepas dari objek yang diteliti, malah
dicegah jangan sampai ada hubungan atau pengaruh dari peneliti. Dalam
penelitian kualitatif peneliti lebur (immersed) dengan situasi yang diteliti.
Peneliti adalah pengumpul data, orang yang ahli dan memiliki kesiapan penuh
untuk memahami situasi, ia peneliti sekaligus instrumen. Penelitian kualitatif
disebut juga penelitian subjektif (disciplined subjectivity) atau penelitian
reflektif (reflexivity), peneliti melakukan pengujian sendiri secara kritis
(critical self examination) selama proses penelitian.
Pentingnya Konteks dalam Penelitian
Penelitian kuantitatif diarahkan pada menemukan generalisasi universal yang
bebas dari konsep situasi.Penelitian kualitatif sebaliknya meyakini pengaruh
situasi terhadap hal yang diamati. Seorang peneliti sosial tidak akan dapat
memahami perilaku manusia tanpa memahami kerangka kehidupan dari situasi
di mana orang-orang itu berada. Mereka berpikir, berperasaan, dan berbuat
dalam konteks kerangka kehidupannya.Penelitian kualitatif mengembangkan
generalisasi dalam kesatuan konteks.
Penelitian kuantitatif dan kualitatif mempunyai asumsi dan pijakan-pijakan
filosofis dan konsep yang berbeda.Beberapa peneliti memandang keduanya
merupakan dua ekstrim yang sangat popular. Dewasa ini beberapa ahli
mempunyai pandangan lain, bahwa keduanya bukan mustahil untuk
dipertemukan bahkan disatukan. Perbedaan antara dua pendekatan bukan hal
yang absolut.Para peneliti berpengalaman dapat memadukan kedua pendekatan
tersebut, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif untuk meneliti suatu masalah
penelitian.
Penelitian Dasar
Penelitian dasar (basic research) disebut juga penelitian murni (pure research)
atau penelitian pokok (fundamental research), diarahkanpada pengujian teori,
dengan hanya sedikit atau bahkan tanpa menghubungkan hasilnya untuk
kepentingan praktik.Penelitian ini memberikan sumbangan besar terhadap
pengembangan dan pengujian teori-teori.Bertolak dari suatu teori, pronsip
dasar atau generalisasi, penelitian dasar diarahkan untuk mengetahui,
menjelaskan dan memprediksi fenomena-fenomena alam dan sosial.Teori bisa
didukung atau tidak didukung oleh pengalaman.Teori yang didukung oleh
kenyataan-kenyataan empiris disebut hukum ilmiah (scientific law).Hukum
ilmiah merupakan suatu generalisasi yang dapat menjelaskan kasus-kasus
individual.Dalam generalisasi terkandung abstraksi yang merupakan salah satu
kekuatan dari ilmu, dan atraksi ini ditarik kenyataan-kenyataan sehari-hari.
Penelitian dasar tidak diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.Para
ilmuan berperan mengembankan pengetahuan dan tidak perlu selalu memilki
implikasi praktis. Hasil-hasil penelitian dasar mempengaruhi kehidupan praktis
setelah periode waktu tertentu, pengetahuan baru akan memberikan tantangan
terhadap nilai dan dogma-dogma yang telah terbentuk. Pengetahuan baru
secara tidak langsung akan mempengaruhi pemikiran dan presepsi orang, yang
akibatnya bisa mempengaruhi atau tidak mempengaruhi perbuatan. Tujuan
penelitian dasar adalah : pertama menambah pengetahuan kita dengan prinsip-
prinsip dasar dan hukum-hukum ilmiah, dan kdua meningkatkan pencarian dan
metodologi ilmiah.
Penelitian Terapan
Penelitian terapan (applied research) berkenaan dengan kenyataan prakti,
penerapan dan pengembangan pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian
dasar dalam kehidupan nyata.Penelitian dasar berfungsi menghasilkan
pengetahuan untuk mencari solusi tentang masalah-masalah umum, penelitian
terapan berfungsi mencari solusi tentang masalah-masalah dalam bidang
tertentu.
Penelitian ini menguji manfaat dari teori-teori ilmiah, mengetahui hubungan
empiris dan analitis dalam bidang-bidang tertentu.Implikasi dari penelitian
terapan dinyatakan dalam rumusan yang bersifat umum, bukan rekomendasi,
yang merupakan tindakan langsung.Penelitian terapan seperti halnya penelitian
dasar bersifat absrak dan umum dalam bidang tertentu, mengguanakan bahasa
yang lazim dalam bidang tersebut.Penelitian ini difokuskan pada pengetahuan
teoritis dan praktis dalam bidang tertentu, bukan pengetahuan yang bersifat
universal.Hasil penelitian terapan menambah pengetahuan yang berbasis
penelitian dalam bidang-bidang tertentu.Dampak dari penelitian terapan terasa
setelah periode waktu tertentu. Setelah sejumlah hasil studi dipublikasikan dan
dibicarakan dalam periode waktu tertentu, pengetahuan tersebut akan
mempengaruhi cara berpikir dan presepsi para praktisi. Penelitian terapan
mendorong penelitian lebih lanjut, menyarankan teori dan praktek baru serta
mendorng pengembangan metodologi.
Penelitian Evaluatif
Penelitian evaluatif (evaluation research) difokuskan pada suatu kegiatan dalam
suatu unit (site) tertentu.Kegiatan tersebut dapat berbentuk program, proses
ataupun hasil kerja, sedangkan unit dapat berupa tempat, organisasi, ataupun
lembaga.Penelitian ini dapat menilai manfaat atau kegunaan, sumbangan dan
kelayakan dari suatu kegiatan dalam satu unit.Apakah suatu kegiatan, program
atau pekerjaan memberikan manfaat, sumbangan atau hasil seperti yang
diharapkan?Apakah suatu kegiatan, program atau pekerjaan layak dilihat dari
segi biaya, biaya pengembangan, implementasi dan penyebaran, biaya untuk
bahan-bahan, tempat, pengembangan staf, dukungan masyarakat.
Penelitian evaluatif berbeda dengan evaluasi formal.Evaluasi formal bisa
dilakukan oleh para peneliti atau pelaksana dalam bidangnya, tidak
membtuhkan latihan-latihan khusus.Untuk dapat melakukan penelitian
evaluatif membutuhkan latihan khusus dalam beberapa disiplin ilmu,
metodologi dan ketramplilan berhubungan dan komunikasi secara
interpersonal.Penelitian evaluatif yang bersifat komprehensif membutuhkan
data kuantitatif dan kualitatif dari beberapa studi terkait yang dilaksanakan
dalam beberapa tahapan kegiatan.
Pelaksanaan penelitian evaluatif membutuhkan kemampuan berkomunikasi
dengan bahasa praktis sesuai dengan situasi yang diteliti, tetapi juga terfokus
pada segi-segi yang berarti bagi para penentu kebijakan.Penelitian evaluatif
membantu para pimpinan untuk menentukan kebijakan.Hasil-hasil penelitian
evaluatif kurang bersifat generalisasi, sebab evaluasi lebih terkait dengan
kegiatan yang brlangsung dalam unit tertentu.
Penelitian evaluatif dapat menambah pengetahuan tentang kegiatan tertentu,
dan dapat mendorong penelitian atau pengembangan lebih lanjut.Sejumlah
penelitian evaluatif dalam kegiatan sejenis yang dilaksanakan dalam unti-unit
yang berbeda dapat menambah pengetahuan dalam bidang aplikatif.
Ada dua macam penelitian evaluatif yaitu penelitian tindakan (action research)
dan penelitian kebijakan (policy study).Penelitian tindakan dilakukan oleh para
pelaksana untuk memecahkan masalah yang dihadapi atau memperbaiki suatu
pelaksanaan suatu kegiatan. Guru melakukan penelitian tindakan untuk
memecahkan masalah atau meningkatkan program pengajarannya. Para
petugas pemasaran melakukan penelitian tindakan untuk memecahkan masalah
dan memperbaiki layanan pemasaran.Penelitian tindakanyang dewasa ini
banyak dilakukan adalah penilitian tindakan kolaboratif (collabotative action
research). Dalam penelitian ini para pelaksana bekerja sama dengan konsultan
atau peneliti luar untuk merancang dan melaksanakan penelitiannya. Penelitian
tindakan menekankan baik pada proses maupun hasil dari perubahan-
perubahan strategi dan teknik yang digunakan.
Analisis kebijakan mengevaluasi kebijakan pemerintah untuk membantu para
penentu kebijakan dalam memberikan rekomendasi-rekomendasi yang
praktis.Penelitian kebijakan memfokuskan kekajiannya pada kebijakan yang
lalu atau yang berlaku sekarang, dan diarahkan untuk : (1) meneliti formulasi
kebijakan, sasarannya siapa-siapa saja, (2) menguji pelaksanaan suatu program
terkait dengan sesuatu kebijakan, (3) menguji kefektivan dan keefisienan
kebijakan.
McMillian dan Schumacher (2001) membedakan penelitian dasar, terapan dan
evaluatif berdasarkan bidang penelitian, tujuan, tingkat generalisasi dan
penggunaan hasilnya. Perbedaan-perbedaan tersebut digambarkannya dalam
table 1.2 berikut.
TABEL 1.2.
Perbedaan antara Penelitian Dasar, terapan, dan Evaluatif
Penelitian Deksriptif
Penelitian deskriptif (descriptive research) ditujukan untuk mendeskripsikan
suatu keadaan suatu fenomena-fenomena apa adanya. Dalam studi ini para
penguji tidak melakukan manipulasi atau melakukan perlakuan-perlakuan
tertentu terhadap objek penelitian, semua kegiatan atau peristiwa berjalan
seperti apa adanya.Penelitian deskriptif dapat berkenaan dengan kasus-kasus
tertentu atau sesuatu populasi yang cukup luas.Dalam penelitian deskriptif
dapat menggunakan pendekatan kuantitatif, pengumpulan dan pengukuran
yang berbentuk angka-angka, atau pendekatan kualitatif, penggambaran secara
naratif kualitatif.Penelitian kualitatif dapat dilakukan pada saat ini atau dalam
kurung waktu yang singkat, tetapi dapat dilakukan dalam waktu yang cukup
panjang.Penelitian yang berlangsung saat ini disebut penelitian deskriptif,
sedangkan penelitian yang dilakukan dalam kurung waktu yang cukup panjang
disebut penelitian longitudinal.
Penelitian Prediktif
Penelitian prediktif (predictive research) studi ini ditujukan unutk memprediksi
atau memperkirakan apa yang terjadi atau berlangsung pada saat yang akan
datang berdasarkan hasil analisis keadaan saat ini. Penelitian deskriptif
dilakukan melalui penelitian yang korelasional (correlational studies) dan
kecenderungan (trent studies). Melalui penelitian korelasional, selain dapat
dicari korelasi antara dua atau lebih dari dua variabel dapat dihitung regresinya.
Penelitian Improftif
Penelitian improftif (improvetive research) ditujukan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau menyempurnakan suatu keadaan, kegiatan atau pelaksanaan
suatu program. Banyak program dalam pelaksanaan pendidikan, seperti
pelaksanaan : kurikulum, pembelajaran, evaluasi beberapa mata pelajaran,
program : praktik laboratorium, praktik ketrampilan, bimbingan siswa,
ekstrakulikuler, pengawasan sekolah, layanan perpustakaan, program pelatihan
pemimpin sekolah, guru, staf, administrasi, dll. Untuk memperbaiki atau
menyempurnakan pelaksanaan program atau kegiatan digunakan penelitian
tindakan atau action research, sedang untuk memperbaiki meningkatkan atau
menghasilkan program yang standar atau model digunakan penelitian dan
pengembangan atau research and development.Penelitian ekspeimental sebagai
bagian dari penelitian dan pengembangan atau sebagai metode tersendiri untuk
mengetahui pengaruh dari suatu hal terhadap hal lainnya juga dapat dilakukan
dalam penelitian improftif.
Penelitian Eksplanatif
Penelitian ekspplanatif (explanative research) ditujukan untuk memberikan
penjelasan tentang hubungan antar fenomena atau variabel. Dalam kehidupan
kita menghadapi banyak hal, fakta, kegiatan, peristiwa, perkembangan, konflik,
dsb., yang dalam penelitian kita sebut sebagai variabel. Variabel dalam
pendidikan bisa berupa guru mengajar, membimbing, mengevaluasi, murid
belajar, mengerjakan tugas, bolos, lulus ujian, buku kurang, kelas sempit, dll.
Pada suatu saat mungkin kita memandang variabel-variabel tersebut tidak
punya arti apa-apa, tetapi pada saat yang lainnya kita melihatnya sebgai hal
yang membingungkan, tidak jelas, semrawut.
B. PENELITIAN DESKRIPTIF
Penelitian deskriptif yang baik sebenarnya memiliki proses dan sadar yang
sama seperti penelitian kuantitatif lainnya. Disamping itu, penelitian ini juga
memerlukan tindakan yang teliti pada setiap komponennya agar dapat
menggambarkan subjek atau objek yang diteliti mendekati kebenaranya. Sebagai
contoh, tujuan harus diuraikan secara jelas, permasalahan yang diteliti signifikan,
variabel penelitian dapat diukur, teknik sampling harus ditentukan secara hati-hati,
dan hubungan atau komparasi yang tepat perlu dilaukan untuk mendapatkan
gambaran objek atau subjek yang diteliti secara lengkap dan benar.
Yang perlu diperhatikan oleh para peneliti yang dengan model self-report
adalah bahwa dalam menggunakan metode observasi dalam melakukan
wawancara, para peneliti harus dapat menggunakan secara simultan untuk
memperoleh data yang maksimal. Salah satu contoh penelitian menggunakan self-
report dapat dilihat dalam laporan tentang studi Kelembagaan dan Sistem
Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah.
Studi banding tentang kelembagaan dan sistem pembiayaan usaha kecil menengah
ini mempunyai 5 tujuan penting, yaitu :
Mengidentifikasi faktor-faktor pembangunan usaha mikro kecil dan
menengah melalui sistem kelembagaan.
Memperoleh informasi tentang faktor-faktor pengembangan kelembagaan
bagi koperasi usaha kecil dan menengah.
Meningkatkan kerja sama lembaga pemerintah agar secara komperehensif
mempunyai sistem pembiayaan yang relevan dengan kebutuhan para
pengusaha.
Merumuskan kebijakan, implementasi, dan sistem monitoring yang
relevan dengan kelembagaan dan sistem pembiayaan usaha kecil dan
menengah.
Memperoleh model best practice tentang kelembagaan dan sistem
pembiayaan di Negara Filipina yang mungkin dapat diterapkan sesuai
dengan budaya masyarakat Indonesia.
Studi banding ini mempunyai hasil yang dapat dikelompokan menjadi dua
bagian, yaitu lembaga pengelolaan dan sistem pembiayaan usaha kecil dan
menengah. Yang berkaitan dengan lembaga pengelola UKM diantaranya adalah
termasuk:
Pengembangan usaha kecil dan menengah di pilipina dibawah Department Of
Trade and Industry (DTI), dengan melibatkan beberapa biro yang ada ditingkat
nasional dan regional.
Yang termasuk pengusaha kecil dan menengah di pilipina, adalah para pengusaha
atau entrepreneur ,baik indifidual maupun kelompok warga Negara Filipina yang
memiliki ciriciri seperti berikut : Pengusaha mikro mempunyai asset
<P1,500,001; pengusaha kecil mempuyai asset P 1,500,001-P 15,000,000; dan
pengusaha menengah mempuyai P15,000,001-P60,000,000
Ada enam lembaga tinggi Negara dan beberapa kantor yang relevan dengan
macam-macam kegiatan bisnis sebagai sebagai tempat pendaftaran dan yang akan
membantu perkembangan dan pertumbuhan usaha baru tersebut. Program
pemerintah yang terkait dengan usaha kecil dan menengah di lakanakan oleh
semua lembaga yang relevan termasuk kantor yang berada dibawah tanggung
jawab departemen perdagangan dari industri, depertemen keuangan, anggaran dan
manajemen. Pertanian, reformasi agraria, lingkungan dan sumber daya alam,
tenaga kerja dan perburuhan, transportasi dan komunikasi, pekerjaan dan pubik
jalan raya, pemerintah dan dan pariwisata, sains dan teknologi, ekonomi nasional
dan otoritas pengembangan semua Bank sentral Filipina baik tingkat nasional,
regional, dan provinsi. Pada masing-masing kantor lembaga mempunyai prosedur,
wewenang,dan jumlah pembiayaan pendaftaran yang dicantumkan secara jelas.
Wewenang, prosedur dan jumlah biaya yang jelas tersebut, pada prinsipnya adalah
untuk mempermudah bagi para pengusaha, kita mereka melakukan pendaftaran
usahanya ke kantor lembaga tersebut.
C. PENELITIAN SURVEY
Menurut Aristoteles manusia diciptakan oleh Tuhan dengan mempunyai
rasa ingin tahu, baik suatu peristiwa yang terjadi di dalam dirinya, lingkungan,
maupun di alam yang mereka tempati. Rasa ingin tahu ini mendorong manusia
menciptakan sebuah sistem pengetahuan dalam kerangka beripikir mereka. Semua
pengetahuan ini menampakkan diri dalam bentuk aksi dan reaksi manusia yang
paling elementer. Seluruh bidang inderawi yang ada pada manusia digerakkan dan
diresapi oleh kecenderungan ini. Sistem pengetahuan ini membawa manusia ke
arah penemuan atau kebudayaan baru yang dapat memecahkan masalah yang
dihadapi manusia. Namun demikian sistem pengetahuan yang diciptakan manusia
dilakukan melalui suatu metode yang disebut dengan metode ilmiah, yang berarti
ia tidak hanya dilakukan melalui sebuah rekayasa yang tanpa dasar atau imaginatif
belaka. Metode ini mengharuskan segala rekayasa atas jawaban terhadap masalah
manusia tersebut dilakukan melalui sebuah langkah-langkah ilmiah. Salah satu
bentuk penerapan metode ilmiah ini adalah penelitian (research).
Di dalam dunia ilmiah, kita kenal beberapa metode penelitian yang dipakai
manusia untuk menjawab masalah yang terdapat di dalam alam pikiran manusia,
baik dalam bidang ilmu-ilmu sosial maupun ilmu-ilmu eksakta. Kesemua metode
penelitian ini mempunyai tujuan yang sama, yaitu mencari jawaban dan solusi
terhadap masalah yang ada. Salah satu bentuk metode penelitian ini adalah
metode survai. Sebagai suatu metode penelitian ilmiah yang telah berkembang,
metode penelitian survai memiliki dasar pemikiran, prosedur dan teknik-teknik
khusus yang membedakan dengan metode lainnya.
Metode adalah suatu cara atau jalan. Jika dihubungkan dengan upaya ilmiah,
maka metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Hasan, 1994: 7).
Dalam suatu penelitian maka metode harus disesuaikan atau mempertimbangkan
kesesuaian dengan obyek studi. Penelitian survai adalah suatu penelitian yang
menggunakan sampel dan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Jadi, metode
penelitian survai adalah suatu cara kerja dalam suatu penelitian yang
menggunakan sampel dan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Dengan metode
ini tujuan-tujuan yang akan dicapai harus dapat menggambarkan karakteristik
tertentu dari suatu populasi, apakah berkenaan dengan sikap tingkah laku, atau
aspek sosial lainnya, variabel yang ditelaah sesuai dengan karakteristik yang
menjadi fokus perhatian survai tersebut. Menurut Singarimbun (1989: 3), dalam
suatu penelitian survai langkah-langkah lazim ditempuh adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survai.
2. Menentukan konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan. Adakalanya
hipotesa tidak diperlukan, misalnya pada penelitian operasional.
3. Pengambilan sampel.
4. Pembuatan kuesioner.
5. Pekerjaan lapangan, termasuk memilih dan melatih pewawancara
6. Pengolahan data.
7. Analisa dan pelaporan.
Setelah kita mengetahui langkah-langkah dalam penelitian survai, maka penulis
akan membahasnya satu persatu sesuai dengan skema di atas.
Beberapa Aspek Penting dalam Metode Penelitian Survai
1. Pemilihan Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan (Mantra, 1983: 150).
Dalam hal ini dapat dikemukakan sebuah contoh misalnya, tentang beberapa
siswa sekolah yang rajin dan tekun belajar, tetapi setiap mengikuti
evaluasi/ulangan mendapat nilai yang tidak memuaskan. Contoh lain dari
fenomena yang sederhana namun masalahnya dapat menjadi kompleks adalah
permasalahan anak remaja yang nakal. Banyak anak-anak yang bermasalah ini
berasal dari keluarga terhormat, pengusaha kaya, pejabat, dan lain-lain. Padahal,
seharusnya dari keluarga merekalah dilahirkan anak-anak yang baik dan
berkualitas karena kehidupan mereka ini didukung oleh kekuatan materi yang
besar.
Masalah ini dapat berasal dari berbagai macam sumber. Sumber-sumber masalah
dapat berasal dari teori, pengamatan, pengalaman, atau gabungan antar ketiganya.
Masalah akan jelas jika sebelumnya telah dilakukan telaah terhadap
permasalahan. Dalam telaah masalah ini, kita memerlukan telaah pustaka tentang
teori-teori yang berhubungan dengan masalah, telaah terhadap hasil penelitian
yang berkaitan dengan masalah, pengamatan serta pengalaman yang ada. Teori-
teori, pengalaman dan pengamatan yang telah dilakukan akan dapat digunakan
sebagai dasar dalam menjelaskan dan merinci masalah-masalah yang akan diteliti.
Suatu pertimbangan yang perlu dipertimbangkan dalam melihat masalah
-kaitannya dengan pemilihan masalah - adalah apakah kita ingin mengadakan
penelitian yang bersifat terapan atau penelitian yang bersifat dasar.
2. Penetapan Tujuan Penelitian
Setelah memilih masalah penelitian selanjutnya menentukan tujuan survai. Dalam
penelitian survai, tujuan penelitian adalah untuk menemukan jawaban atas suatu
permasalahan. Jawaban ini dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi terhadap
suatu penyelesaian masalah atau membuat hipotesa baru untuk penelitian yang
lain atau yang sama.
Fornat penulisan tujuan penelitian harus disesuaikan dengan masalah-masalah
penelitian yang diajukan. Apabila terdapat tiga masalah penelitian, maka
hendaknya jumlah point dari tujuan penelitian ini juga tiga buah. Hal ini
menunjukkan adanya kesinambungan antara masalah dengan tujuan yang dicari
dalam penelitian itu. Namun demikian, hal ini tidaklah sebuah harga mutlak yang
tidak dapat diubah. Dapat saja terjadi, dalam penelitian tersebut terdapat tiga
masalah namun tujuan penelitian terdapat empat buah.
3. Perumusan Kerangka Teori / Konsep
Dalam kehidupan sehari-hari, kita memiliki bermacam-macam konsep terhadap
alam sekeliling kita. Konsep-konsep ini mencoba membangun pikiran
berdasarkan ratio sehingga kita dapat menangkap gejala yang sampai kepada kita.
Dalam pikiran kita terbentuk pengelompokan-pengelompokan pikiran dari
sejumlah ciri-ciri fenomena sebagai ide-ide yang abstrak. Dengan demikian,
konsep-konsep ini dapat kita gunakan sebagai simbol-simbol yang kita pelajari
(William, tt: 41; Sufi, 1999: 7). Sesungguhnya konsep-konsep ini berkaitan erat
dengan kata-kata atau bahasa dalam wujud ucapan-ucapan dan tulisan-tulisan
yang ada serta dimiliki oleh setiap manusia. Dengan kata lain, bahwa konsep-
konsep ini merupakan perbendaharaan kata yang memiliki arti yang kita miliki.
Setiap ilmu pengetahuan mempunyai bermacam-macam konsep sesuai dengan
eksistensinya sebagai ilmu. Ilmu pengetahuan pasti (eksak), ia memiliki konsep-
konsep tersendiri. Demikian pula dengan ilmu-ilmu pengetahuan sosial seperti
sejarah, antropologi, dan sebagainya. Konsep adalah abstraksi mengenai suatu
fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik
kejadian, kelompok atau individu tertentu (Efendi, 1989: 32). Misalnya, dalam
ilmu geografi terdapat sebuah konsep yang disebut migrasi. Migrasi, dalam ilmu
geografi adalah suatu konsep yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari
perilaku mobilitas tertentu manusia.
Konsep ada yang sederhana dan ada pula yang sangat rumit. Misalnya, konsep
seperti meja, kursi, kuda, mudah diterangkan; cukup dengan menunjukkan saja
benda atau hewan yang dimaksudkan. Lain halnya, dengan konsep yang tidak
dapat dilihat, karena merupakan pengertian abstrak. Konsep demikian yang
dinamakan constructs, adalah sangat rumit, dan artinya hanya dapat diperoleh
secara tidak langsung, dengan pengamatan dari gejala yang dapat dilihat
berhubungan dengan konsep-konsep itu. Dalam ilmu sosial konsep macam
constructs ini lah yang merupakan unsur utama dalam penelitian. Misalnya,
konsep migrasi (seperti yang disebutkan di atas), kedudukan, peranan, kesadaran
politik, nilai-nilai budaya, kebudayaan, dan sebagainya.
Pemilihan konsep-konsep yang tepat adalah sangat penting, tetapi rumit karena
adanya sekian banyak konsep yang dapat dipilih. Karenanya, perlulah ditentukan
ruang lingkup dan batas persoalan sehingga jumlah konsep yang bersangkut paut
dengan persoalan juga dapat dibatasi. Dalam hal ini dapat diatasi dengan adanya
kerangka teoritis dapat membantu dan meringankan pekerjaan peneliti.
Suatu kesukaran yang khas bagi ilmu sosial, dalam kaitannya dengan konsep ini
adalah konsep yang digunakan merupakan istilah umum dipakai dalam bahasa
sehari-hari dan adanya perbedaan tanggapan antara satu ahli dengan ahli yang
lain. Karenanya, peneliti harus memberikan penegasan arti dari konsep yang
digunakan, dengan memberikan arti definisi dari konsep yang digunakan peneliti
(sesuai dengan tujuan penelitian).
Pemilihan, perincian, dan penegasan konsep masih merupakan taraf permulaan
dari suatu penelitian; konsep itu masih bergerak di alam abstrak. Sekarang perlu
diubah dalam bentuk yang dapat diukur secara empiris. Dengan kata lain, konsep
itu harus diubah menjadi definisi operasional. Misalnya, konsep kedudukan
sosial ekonomis. Dalam ilmu sosial sudah lumrah konsep ini mencakup tiga
faktor, yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pertanyaan-pertanyaan yang
diperlukan untuk memperoleh keterangan mengenai ketiga faktor tidak lah sukar
lagi. Tiap jawaban diberi angka penilaian dan jumlah angka itu merupakan score
yang menentukan dalam kategori mana si penjawab digolongkan. Kita dapat juga
menggunakan kategori kedudukan sosio ekonomis, tinggi, sedang dan rendah.
Apabila telah tercapai pengertian konsep, maka konsep mempunyai peranan yang
besar dalam penelitian karena konsep inilah yang menghubungkan dunia teori dan
dunia observasi, antara abstraksi dan realitas.
4. Pengajuan Hipotesa
Setelah kita tentukan konsep-konsep yang tepat, langkah selanjutnya adalah
mencari hubungan antara gejala-gejala dan fakta-fakta, yang tercermin dalam
konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian karena dalam penelitian survai
tujuan yang akan dicapai adalah untuk menjelaskan suatu fenomena sosial atau
alam tertentu. Rumusan yang menyatakan harapan adanya hubungan tertentu
antara dua fakta atau lebih merupakan suatu hipotesa. Hipotesa ini dapat bersifat
sementara, yang berarti suatu hipotesa dapat diubah atau diganti dengan hipotesa
lain yang lebih tepat. Hal ini mungkin karena tergantung dari masalah yang diteliti
dan konsep-konsep yang digunakan, berbagai hipotesa dapat diperoleh dari suatu
teori.
Hipotesa ini dinyatakan dalam wujud hubungan antarvariabel1 (konsep yang telah
diuraikan/didefinisikan). Suatu penelitian survai selalu ingin mencari jawaban atas
keadaan tertentu atau mencari hubungan antar variabel-variabel yang ada. Jadi,
dalam penelitian survai hipotesis sangat diperlukan untuk mencari jawaban dari
tujuan penelitian. Seperti diungkapkan oleh Faisal (1992: 102), bahwa hipotesis
penelitian baru diperlukan jika peneliti mempersoalkan hubungan antar variabel.
Hipotesa adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak dapat
ditinggalkan karena merupakan instrumen kerja dari teori. Sebagai hasil deduksi
dari teori atau proposisi, hipotesa lebih spesifik sifatnya sehingga lebih siap untuk
diuji secara empiris. Misalnya, jika ingin menerangkan mengapa perbedaan hasil
belajar diantara siswa yang aktif dalam kegiatan OSIS dengan yang tidak, maka
hipotesa itu dapat disusun seperti Siswa yang aktif dalam kegiatan OSIS
memperoleh hasil belajar yang lebih rendah dibanding siswa yang tidak aktif
dalam kegiatan OSIS. Untuk itu, kita memerlukan teori yang menyatakan bahwa
siswa yang kurang waktu belajarnya memperoleh hasil belajar yang kurang juga.
Suatu hipotesa selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan
antara dua variabel atau lebih dan juga dinyatakan secara deklaratif. Pernyataan
deklaratif yang dimaksud di sini adalah pernyataan yang dapat menyatakan arah
hubungan di antara variabel-variabel yang dimasalahkan keterhubungannya
(directional hyphotesis). Misalnya, para siswa yang aktif dalam kegiatan OSIS
mempunyai hasil belajar yang lebih rendah dibanding siswa yang tidak aktif
dalam kegiatan OSIS. Pernyataan deklaratif dalam rumusan suatu hipotesis
penelitian juga dapat dilakukan dengan tidak menyatakan arah hubungan di
antara variabel yang dipermasalahkan keterhubungannya (non-directional
hyphotesis), misalnya ada perbedaan hasil belajar siswa yang aktif dalam kegiatan
OSIS dengan yang tidak aktif. Hubungan tersebut dapat dirumuskan baik secara
eksplisit maupun implisit. Pada contoh di atas, hipotesa tersebut menunjukkan
hubungan antara dua variabel, yakni 1. variabel terpengaruh, hasil belajar; dan 2.
variabel pengaruh, siswa aktif di OSIS sibuk.
Ciri utama dari variabel yang baik dalah kesederhanaan dalam perumusan,
penggunaan variabel-variabel yang tegas, berbentuk sedemikian sehingga
kebenarannya dapat diuji oleh peneliti lain. Adapun sumber dari hipotesa ini dapat
diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan dugaan peneliti itu sendiri, hasil-hasil
dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, serta teori-teori yang sudah
terbentuk.
Hipotesa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hipotesa kerja dam hipotesa penguji.
Hipotesa kerja adalah suatu ide atau tanggapan mengenai langkah-langkah
kemudian yang bermanfaat untuk dilakukan. Hipotesa kerja merumuskan suatu
tanggapan mengenai arah penelitian dan bukan mengenai hasil penelitian. Kalau
penelitian suatu sudah lebih maju, tanggapan yang lebih tegas dapat muncul
mengenai penyelesaian masalah yang diteliti. Tanggapan inilah yang kita sangka
mungkin memberi jawaban yang tepat mengenai persoalan kita dan kita
menentukan langkah-langkah yang dapat dapat menguji tanggapan itu (Kaplan,
1964: 88-89; Tan, 1994: 24-25). Hal inilah yang dinamakan hipotesa penguji.
5. Pengumpulan Data
Data yang dicari dalam penelitian survai dikumpulkan melalui kuesioner. Dalam
hal ini, kita tidaklah perlu untuk meneliti semua individu dalam populasi2 , karena
di samping memakan biaya yang sangat besar juga membutuhkan waktu yang
lama. Dengan meneliti sebagian dari populasi diharapkan bahwa hasil yang
diperoleh akan dapat menggambarkan seperti sifat populasi dari objek penelitian
bersangkutan. Misalnya, jika mengambil rumah tangga sebagai sampel sedangkan
yang diteliti adalah anggota rumah tangga yang bekerja sebagai petani, maka
seluruh rumah tangga dalam wilayah penelitian disebut populasi sampling dan
seluruh petani dalam wilayah penelitian disebut populasi sasaran (Palte, 1978;
Mantra dan Kasto, 1989). Untuk dapat mencapai tujuan ini, maka cara-cara
pengambilan sampel harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Namun demikian,
yang perlu diperhatikan adalah masalah efisiensi dalam memilih metode
pengambilan sampel.3 Menurut Teken (Mantra dan Kasto, 1989), metode A
dikatakan lebih efisien daripada metode B apabila untuk sejumlah biaya, tenaga
dan waktu yang lebih rendah.
Dalam menentukan berapa besarnya sampel yang diambil untuk mendapatkan
data yang representatif didasarkan pada empat faktor. Pertama, derajat
keseragaman dari populasi. Makin seragam populasi, makin kecil sampel yang
dapat diambil. Kedua, presisi yang dikehendaki dari penelitian. Makin tinggi
tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar jumlah sampel yang harus diambil.
Ketiga, rencana analisa. Ada kalanya besarnya sampel sudah mencukupi sesuai
dengan presisi yang dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisa,
maka jumlah sampel tersebut kurang mencukupi. Kempat, tenaga, biaya dan
waktu. Kalau mengingat presisi yang tinggi maka jumlah sampel harus besar.
Namun apabila dana, tanaga dan waktu terbatas, maka tidaklah mungkin untuk
mengambil sampel yang besar, dan ini berarti presisinya akan menurun.
6. Pembuatan Kuesioner
Pada penelitian survai, penggunaan kuesioner merupakan hal yang pokok untuk
pengumpulan data. Hasil kuesioner tersebut akan terjelma dalam angka-angka,
tabel-tabel, analisa statistik dan uraian serta kesimpulan dari penelitian
(Singarimbun dan Handayani, 1989: 175). Analisa data kuantitatif didasarkan
kepada hasil kuesioner itu.
Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang
relevan dengan tujuan survai, dan memperoleh informasi dengan realiabilitas 4
dan validitas5 setinggi mungkin. Mengingat terbatasnya masalah yang dapat
ditanyakan dalam kuesioner, maka peneliti hendaknya senantiasa perlu mengingat
bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan memang langsung berkaitan dengan
hipotesa dan tujuan penelitian.
7. Pengolahan Data
Kuesioner yang merupakan salah satu cara mengumpulkan data dalam penelitian
survai belumlah dikatakan sebagai hasil penelitian, ia perlu diolah terlebih dulu.
Dalam pengolahan data, jawaban yang terdapat di kuesioner, sebelumya perlu
diberi simbol, berupa angka. Simbol ini selanjutnya disebut kode. Tahap-tahap
pertama dalam mengkode adalah mempelajari jawaban responden, memutuskan
perlu tidaknya jawaban tersebut dikategorikan terlebih dahulu dan memberikan
kode kepada jawaban yang ada. Setelah itu kode-kode tersebut dimasukkan dalam
buku kode6 . Selanjutnya, data yang sudah dimasukkan dalam buku kode
digunakan untuk mengolah data secara komputer maupun manual. Untuk
pengolahan data melalui komputer, kita dapat menggunakan program SPSS. Hasil
pengolahan data selanjutnya digunakan untuk analisa data.
8. Analisis Data
Suatu penelitian dilaksanakan didasarkan atas dasar keinginan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian atau untuk mengungkapkan fenomena sosial
atau fenomena alami tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti harus
terlebih dahulu merumuskan hipotesa, mengumpulkan data, memproses data,
membuat analisa dan interpretasi. Analisa data adalah proses penyederhanaan data
ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Efendi dan
Manning, 1989: 263).
Dalam proses pengolahan data hasil kuesioner biasanya digunakan statistik. Salah
satu fungsi pokok statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang amat
besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah
dipahami. Selain itu, statistik dapat membandingkan hasil yang diperoleh dengan
hasil yang terjadi secara kebetulan (by chance), sehingga memungkinkan peneliti
untuk menguji apakah hubungan sistematis antara variabel-variabel yang diteliti,
atau hanya terjadi secara kebetulan. Setelah data dianalisa dan informasi yang
lebih sederhana diperoleh, hasil-hasilnya harus diinterpretasi untuk mencari
makna dan implikasi yang lebih luas dari hasil-hasil penelitian. Analisa data yang
paling sederhana dalam statistik adalah analisa satu variabel (tabel frekuensi) dan
analisa dua variabel (tabulasi silang).
Pada analisa satu variabel hanya dapat dipelajari satu sisi/dimesi dari perilaku
umum yang berkaitan subjek penelitian, sedangkan pada analisis dua variabel
(tabulasi silang) dapat dipelajari dua dimensi hubungan dua variabel. Pola
antarvariabel di dalam analisa data mempunyai beberapa variasi. Dari segi arah
hubungan dapat dibedakan antara hubungan positif dengan hubungan negatif. Dari
segi bentuknya, hubungan dapat dibedakan antara hubungan lurus (linear) dan
hubungan tidak lurus (curvilinear) dan hubungan antara hubungan satu arah
(hubungan asimetris) dan hubungan dua arah (hubungan simetris).
9. Penarikan Generalisasi/Kesimpulan
Langkah terakhir dalam proses penelitian adalah generalisasi. Dari hasil
pengolahan data dan analisis data dapat diketahui jawaban dari tujuan penelitian.
Hasil analisis data digeneralisir untuk memperoleh kesimpulan atas usaha
penyederhanaan data serta mempermudah pembacaan hasil untuk menjawab
tujuan penelitian. Setelah proses generalisasi langkah selanjutnya adalah penulisan
laporan.
10. Penulisan Laporan
Penulisan laporan penelitian merupakan tahap akhir dari setiap pekerjaan
penelitian. Betapapun baiknya suatu penelitian yang telah dilaksanakan tidaklah
akan banyak gunanya apabila hasilnya tidak dapat diketahui dan dinikmati oleh
orang lain dalam bentuk apapun. Orang lain, hanya akan dapat menikmati hasil
dari suatu penelitian apabila hasil itu disajikan kepada masyarakat umum.
Penyajian itu pada umumnya dalam bentuk penulisan laporan penelitian. Namun
dalam penulisan laporan ini perlu diingat bahwa penulisan laporan penelitian
tidaklah sembarangan, tetapi dituntut aturan-aturan atau prosedur-prosedur
tertentu agar hasilnya dapat dijadikan sebagai sebuah laporan ilmiah.
Seorang peneliti biasanya dalam membuat laporan hasil penelitian memperinci
laporan itu dalam empat bagian utama, yaitu bagian pendahuluan, bagian
menemukenali (identifikasi) lokasi penelitian, bagian isi karangan/tubuh karangan
dan bagian penutup (Sufi, 1998: 2). Selain keempat bagian itu, ada juga peneliti
yang mencantumkan lampiran-lampiran yang dianggap penting untuk menunjang
hasil penelitian. Sebagai sebuah laporan ilmiah, untuk mempertanggungjawabkan
penulisannya itu juga perlu pada bagian akhir laporan memberikan sejumlah
bahan rujukan (daftar pustaka) yang telah digunakan untuk penelitian.
Dalam penulisan laporan penelitian perlu pula diperhatikan agar bagian-bagian
yang disusun harus ada keseimbangan antara satu bagian dengan bagian lainnya.
Misalnya, bagian yang tidak menjadi tujuan atau sasaran utama penelitian seperti
bagian identifikasi, jangan lebih banyak uraiannya dari pada bagian inti
karangan/tubuh karangan.