Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

INSEKTARIUM
Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi

Dosen Pengampu
Ir. Yan Yozef AS.MP

Disusun Oleh:
Nama : Yurida Mayang Sari
NIM : 22542430004
Prodi : Budidaya Perairan

YAYASAN PENDIDIKAN HAJI MUHAMMAD ROESLI

KALIMANTAN SELATAN

UNIVERSITAS ACHMAD YANI BANJARMASIN

FAKULTAS PERTANIAN

BANJARBARU

2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah

serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan “Insektarium”

Sholawat serta salam yang tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW,

yang dengan jiwa sucinya penuh pengorbanan dan keikhlasan telah membimbing dan menuntun

umatnya kejalan penuh dengan cahaya ilmu yang di Ridhoi oleh Allah SWT.

Laporan ini di susun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi. Penyusun

juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir Yan Yozef AS.MP Selaku Dosen mata kuliah

Biologi yang telah menyerahkan kepercayaan kepada saya guna menyelesaikan laporan ini.

Saya juga sadar bahwa pada laporan ini terdapat banyak kekurangan serta jauh dari

kesempurnaan. Dengan demikian kami benar-benar mengharapkan adanya saran dan kritik untuk

perbaikan laporan yang hendak saya tulis dilain kesempatan. Kami berharap laporan sederhana

ini bisa dimengerti oleh setiap pihak terutama untuk para pembaca. Kami mohon maaf yang

sebesar-besarnya jika ada perkataan yang tidak berkenan di hati.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Banjarbaru, 25 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………ii
DAFTAR ISI ............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Tujuan Pratikum........................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................2
2.1 Spesimen Pengawetan...............................................................2
2.2 Pengawetan Serangga...............................................................4
2.3 Pengawetan Kering...................................................................4
BAB III METODE PRATIKUM..............................................................5
3.1 Waktu dan Tempat.....................................................................5
3.2 Alat Dan Bahan..........................................................................5
3.3 Cara Kerja .................................................................................5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 7
4.1 Hasil...........................................................................................7
4.2 Pembahasan...............................................................................8
BAB V PENUTUP....................................................................................14
5.1 Kesimpulan..............................................................................14
5.2 Saran........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................16
LAMPIRAN .............................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Serangga disebut insecta atau dibaca “insekta” karena berasal dari bahasa latin insectum

yaitu sebuah kata serapan dari bahasa Yunani evrouv (entomon), terpotong menjadi

beberapa bagian. Serangga adalah salah satu kelas avertebrata didalam filum arthropoda

yang memiliki exoskeleton berkitin, tubuh yangt terbagi tiga bagian ( kepala, thorax, dan

abdomen). Tiga pasang kaki yang pangkal nya menyatu. Mata majemuk, dan sepasang

antena. Serangga juga termasuk salah satu kelompok hewan yang paling beragam yang

mencakup lebih dari satu juta spesies dan menggambarkan lebih dari setengah organisme

hidup yang telah diketahui.

Pengawetan serangga sangat diperlukan terutama untuk memenuhi kebutuhan pada

masa yang akan datang, dalam membantu perkembangan ilmu. Tanpa diawetkan serangga-

serangga tersebut mungkin hanya dapat dipakai satu kali dalam proses pembelajaran, dengan

mengawetkan serangga yang telah dikoleksi kita tidak perlu sering membuat insektarium

yang bisa mengganggu keseimbangan alam. Oleh karena itu dilaksanakan praktikum

insectarium untuk mengetahui bagaimana cara membuat insectarium dengan awetan basah

dan juga awetan kering.

1.2 Tujuan Pratikum

Adapun tujuan Pratikum ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan memahami macam-macam awetan serangga( kupu-kupu,

belalang, kumbang)

iv
2. Untuk mengetahui dan memahami cara pembuatan awetan serangga serangga( kupu-

kupu, belalang, kumbang).

3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah biologi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Spesimen Pengawetan

Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara

praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru, terutama untuk spesimen-spesimen

yang sulit di temukan di alam. Spesimen adalah contoh binatang atau tumbuhan atau

mikroba utuh (misal serangga dan ikan), bagian dari tubuh binatang atau tumbuhan

(misal tengkorak mamalia, tulang burung, daun yang diserang hama dan bunga) atau

organ (hati dan pucuk akar serabut) atau darah (untuk material DNA) yang dikumpulkan

dan disimpan untuk jangka waktu tertentu (Suhardjono, 1999).

Menurut Tjakrawidjaya (1999), koleksi spesimen yaitu pengawetan yang

digunakan dalam mempertahankan organ spesimen. Teknik koleksi dibedakan menjadi

dua yaitu koleksi basah dan koleksi kering. Koleksi kering dilakukan untuk hewan

seperti kelas Mamalia, Amphibi dan Aves, sedangkan koleksi basah digunakan untuk

kelas Reptil dan Pisces. Persiapan koleksi spesimen yaitu mematikan objek, fiksasi, dan

pengawetan. Objek yang akan dijadikan spesimen harus dimatikan terlebih dahulu, hal

v
ini dilakukan bertujuan untuk memudahkan dalam melakukan pengawetan, kemudian

dilakukan fiksasi yang bertujuan mempertahankan ukuran dan bentuk sel tubuh,

dilanjutkan pengawetan spesimen agar spesimen tersebut tidak rusak sehingga dapat

dijadikan koleksi rujukan dalam identifikasi hewan. Cara koleksi tergantung pada taksa

suatu spesies (Sinaga, 2008).

Spesimen dari bermacam-macam hewan sering dibutuhkan untuk keperluan

penelitian maupaun alat peraga dalam dunia pendidikan. Ahli pengetahuan alam, tidak

dapat mengambil manfaat pada spesimen yang tidak diawetkan, dalam kegiatan koleksi

hewan perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya jangan sampai menggangu

keberadaan satwa langka atau merusak sisa-sisa peninggalan dalam gua yang sudah

ditingalkan manusia purba. Hewan yang dikoleksi adalah hewan-hewan yang

dibutuhkan untuk pengawetan dengan tujuan pengujian di kemudian hari. Semua

spesimen koleksi harus diberi label yang berisi keterangan tantang nama spesies. lokasi

penemuan tanggal koleksi dan data lain yang diperlukan. Label harus ditulis ketika

spesimen diawetkan agar tidak terjadi kesalahan informasi mengenai spesies awetan

(Jasin, 1989).

kegiatan analisis sampel merupakan pekerjaan yang membutuhkan waktu lama,

sehingga sampel perlu diawetkan. Pengawetan objek dilakukan agar menjadi awet,

jaringanya tidak rusak dan terhindar dari serangan bakteri maupun jamur. Ikan,

Moluska, Reptil dan Mamalia air dapat dilakukan dengan pengawetan basah.

Pengawetan kering dilakukan dengan mengeringkan obyek biologi hingga kadar air

yang sangat rendah, sehingga organisme perusak atau penghancur tidak bekerja

(Suhardjono, 1999). Spesimen awetan yang dibuat harus dibersihkan dari rambut dan

vi
kulit dengan cara dikerok hal ini digunakan untuk isolasi dari bakteri patogen dan jamur

(Dermici, 2012). Terdapat dua macam tipe koleksi spesimen, yaitu koleksi basah dan

koleksi kering. Koleksi basah adalah koleksi yang disimpan dalam larutan pengawet

ethanol 70%, sedangkan koleksi kering berupa tulang dan kulit yang diawetkan dengan

bahan kimia formalin.

3.2 Pengawetan Serangga

Pembuatan awetan serangga di lakukan terlebih dahulu mematikan serangga

dengan cara serangga di masukkan kedalam botol atau toples. Setelah mati, bagian

tubuh serangga di suntikkan formalin lalu ditusuk dengan jarum pentol , di tancapkan

pada sterofoam.

Menurut Afifah (2014), insektarium adalah awetan serangga dengan bahan

pengawet alkohol 70% dan formalin 5% yang dikemas dalam bentuk koleksi media

pembelajaran. Herbarium dan insektarium sebelum digunakan penelitian terlebih dahulu

telah divalidasi oleh pakar media, sehingga diketahui layak atau tidak digunakan dalam

penelitian (Prijono, 1999).

3.3 Pengawetan Kering

Pengawetan kering dilkukan pada hewan yang memiliki kerangka luar keras dan

tidak mudah rusak akibat prises pengeringan. Pengeringan dilkukan dengan dijemur di

bawah terik sinar matahari hingga kadar airnya sangat rendah(Suhardjono, 1999).

Pengawetan kering untuk organisme yang berukuran relatif besar biasanya

dilakukan dengan cara mengeringkan dengan sianr matahari dan selanjutnya agar lebih

awet dapat disimpan dalam media resin (bioplastik). Obnjek yang dapat dijadikan

vii
sebagai spesimen utama dalam pengawetan kering merupakan objek biologi yang

berukuran kecil hingga yang berukuran besar (Budiyanto, 2003).

BAB III

METODE PRATIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Pratikum insectarium dilaksanakan pada hari hari jum’at- kamis, 17-23 Maret 2023 pukul

15.30-17.15 WIB bertempat di rumah masing-masing, yaitu di Desa Mali-Mali kecamatan

Karang Intan, Kabupaten Banjar.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah:

- Penjepit - Kain Planel

- Sterofom/gabus - Figura/Bingkai

- Double tipe - Kapur Barus/ Kapur Ajaib

- Lakban - Suntikan

- Formalin - Peniti/Jarum Pentol

- 2 ekor kupu-kupu - 2 ekor belalang

- 2 ekor kumbang

3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja dalam pratikum ini adalah sebagai berikut:

 Kupu-kupu, Belalang, Kumbang

viii
1.Penangkapan kupu-kupu, Belalang, Kumbang

 Siapkan jaring kupu-kupu, Belalang, Kumbang

 Cari kupu-kupu, Belalang, Kumbang yang sedang hinggap maupun sedang terbang

 Hampiri kupu-kupu, Belalang, Kumbang secara perlahan, jika bisa dari arah belakang

 Ayunkan jaring ke arah kupu-kupu, Belalang, Kumbang

 Tahan kupu-kupu di dalam jaring dengan cara dipegang bagian thoraks/dada, kemudian

ditekan untuk mematikan kupu-kupu

 Simpan kupu-kupu, belalang, kumbang di dalam toples,diberi kapur barus agar

spesimen terjaga dari gangguan jamur

2. Pengawetan kupu-kupu, belalang, kumbang

 Siapkan styrofoam

 Potong bagian tengah styrofoan dengan menggunakan cutter

 Siapkan kertas sesuai dengan ukuran styrofoam ( untuk papan spreading )

 Rentangkan sayap kupu-kupu secara perlahan dengan jari

 Letakkan tubuh kupu-kupu di celah spreading board lalu rentangkan sayap kupu-kupu

dan ditahan dengan kertas dan jarum pentul.

 Untuk belalang dan kumbang taruh di atas styrofoam lalu kakinya di tahan dengan jarum

pentul.

 Setelah itu suntik kupu-kupu, belalang, dan kumbang menggunakan formalin

 Diamkan kupu-kupu pada posisi tersebut selama 4 hari.

 Untuk kumbang diamkan selama 9 hari untuk proses pengeringan, sedangakan belalang 4

hari proses pengeringan.

ix
3. Penataan Kupu-Kupu, belalang, dan kumbang ( Display )

 Letakkan kupu-kupu, belalang, dan kumbang yang sudah terentang pada figura

 Bagian dalam figura dilapisi dengan kain planel

 figura di kasih dengan beberapa butir kapur barus dan di lakban untuk mencegah adanya

jamur dan serangga lain yang dapat merusak kupu-kupu , belalang, dan kumbang

 Kupu-kupu, bealang, dan kumbang yang telah dipajang harus dijauhkan dari sinar

matahari agar warnanya tidak memudar.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Gambar Keterangan

1.
Jenis awetan:Awetan kering
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : serangga
Ordo : Lepidoptera
Family : Nymhalidea
Kupu-kupu harimau biru Genus : Tirumala
(tirumala limniace) Spesies : T. limniace

2.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidotera
Family : Nymphalidae
Genus : Hypolimnas
Kupu-kupu Hitam corak Spesies : Hypolimnas Bolina
(hypomlimnas bolina)

3.
Kingdom : Animalia
x
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Curculionidae
Genus : Rhynchophorus
Spesies : R. ferrugineus
Kumbang Sagu
(Rhynchophorus Ferrugineus)

4.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthroptera
Family : Acrididae
belalang Kayu Genus : Valanga
(valanga Nigricornis) Spesies : Valanga nigricornis

5.
Kingdom : Animilia
Filum : Arthropoda
Kelas : Serangga
Ordo : Orthoptera
Family : Tettigoniidae
Genus : Mecopoda
Belalang Kaki Panjang Spesies : Mecopoda nipponensis
(Mecopoda Nipponensis)

4.2 Pembahasan

Pratikum insectarium dilaksanakan dengan tujuan mengawetkan berbagai jenis serangga

agar lebih mudah diamati. Pengawetan serangga di lakukan dengan metode pengawetan kering.

Pada pratikum insectarium ini, praktikkan ini menggunakan formalin sebagai pengawet.

Adapun enam serangga yang didapatakan oleh pratikkan ini adalah kupu- kupu 2 ekor,

kumbang 2 ekor, dan belalang 2 ekor.

 Kupu Kupu

xi
Dalam penangkapan kupu-kupu dilakukan dengan cara menggunakan jaring. Penangkapan

kupu-kupu di cari di;lakukan di samping rumah . Pada hari pertama di lakukan penyuntikan

sampai hari keempat kupu-kupu sudah mulai kering. Lokasi penangkapannya di samping rumah.

A. Kupu-Kupu harimau biru (tirumala limniace)


Kupu-kupu Tirumala limniace termasuk kedalam family Nymhalidea yang mempunyai

warna hitam, biru dan putih serta badan yang dilengkapi dengan dua pasang sayap. Badan itu

terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, toraks (bagian tengah) dan abdomen. Tubuhnya dilapisi

bulu-bulu kecil sebagai sensor, dan sayapnya memiliki sisik, yang dapat berperan sebagai

hormon selama proses perkawinan.

B. Kupu-kupu Hitam corak (Hypolimnas Bolina)

Kupu-kupu Hypolimnas bolina termasuk ke dalam family Nymphalidae yang

memiliki warna hitam putih dan biru, namun pada family ini juga terdapat warna cokelat,

orange, dan kuning(Rahayuningsih et al., 2012). Family ini memiliki jenis yang beragam

dengan variasi dan warna sayap. Pada family ini terdapat fakta yang menarik bahwa

tungkai-tungkai depan pada kupu-kupu betina dan jantan sangat menyusut atau tereduksi

dan tidak ada cakar. Tungkai tengah dan belakangnya digunakan untuk berjalan. Kupu-

kupu jantan biasanya memiliki pasangan tungkai depan yang tertutup oleh kumpulan

sisik yang padat dan menyerupai sikat, sehingga dikenal dengan kupu berkaki sikat

(Lestari. Deby,2015).

Dapat ditemukan pada habitat hutan basah, taman, kebun, wilayah irigasi, dan

sungai. Kupu-kupu ini biasanya akan mengunjungi bunga tembelekan, putri malu dan

bunga sepatu untuk menghisap nectar sehingga dapat juga berperan sebagai agen

penyerbukan.

xii
 Kumbang

penangkapan kumbang di cari di pohon enau yang sudah di tebang, ketika pohon enau sudah

mulai busuk di sana terdapat jenis kumbang enau yang berada di dalam nya. Pencarian kumbang

enau di lakukan dengan mengkerok isi pohon tersebut maka di temukanlah kumbang tersebut.

Lokasi penangkapannya di belakang rumah. Pada hari pertama di lakukan penyuntikan sampai

hari ke sembilan kumbang sudah mulai kering.

A. Kumbang Sagu (Rhynchophorus Ferrugineus)

Kumbang sagu( Rhynchophorus ferrugineus, larvanya disebut ulat sagu) termasuk

kedalam ordo Coleoptera adalah jenis kumbang yang tersebar luas, mengikuti penyebaran

inangnya. Tubuh berwarna coklat kemerahan atau hitam,sebesar kenari. Moncong panjang

meruncing kemuka dan kebelakang. kumbang Sagu nama ini diberikan karena hama ini banyak

menyerang tanaman sagu, dahulu hama ini banyak dijumpai di daerah kepulauan Sumatera,

Kalimantan, Maluku dan Papua karena daerah-daerah tersebut merupakan sentra tanaman sagu,

hama ini selain menyerang tanaman sagu juga menyerang pada tanaman golongan palmae tak

terkecuali pada tanaman kelapa dan enau.

Tanda Serangan:

 Bila menyerang tajuk, gerekan pada pucuk dapat mengakibatkan patah pucuk.

 Jika larva mencapai titik tumbuh, tanaman tidak dapat menghasilkan daun baru.

 Gerekan pada batang menyebabkan tanaman tidak sehat, dari liang gerekan keluar

sisa-sisa serat dan kotorannya.

 Dari liang gerekan pada tanaman muda sering keluar lendir merah coklat.

Pengendalian:

xiii
 Sanitasi: serangan kumbang sagu seringkali merupakan kelanjutan serangan O.

rhinoceros, oleh karena itu serangan O. rhinoceros harus dihindari. Membersihkan

kebun dan memotong serta memusnahkan pohon kelapa yang sudah mati agar tidak

menjadi sumber infeksi.

 Pemanfaatan musuh alami: Parasitoid larva (Scolia erratica), Nematoda

entomopatogen pada stadia larva dan imago (Heterorhabditis indicus, Steinernema

riobrave, dan carpocapsae) Menggunakan perangkap feromon.

 Belalang

Pada hari pertama di lakukan penyuntikan sampai hari keempat belalang sudah

mulai kering. pencarian belalang untuk kegiatan insectarium ini di dapatkan di pohon

tetapi di bawah pohon nya ditumbuhi rerumputan, lokasi peanggkapannya di samping

rumah.

A. belalang kayu (valanga Nigricornis)

Valanga nigricornis atau yang sering disebut sebagai Belalang Kayu

merupakan serangga dari ordo Orthoptera dan famili Acrididae. Serangga ini

memiliki fase hidup telur, nimfa, dan dewasa (Metamorfosis tidak sempurna). Telur

biasanya diletakkan pada tanah sedalam 5-8 cm yang dibungkus dengan massa busa

yang mengeras. Umumnya telur menetas pada awal musim hujan (Oktober –

November) (Setiawan 2008: 4). Telur berbentuk silindris dengan ujung anterior

meruncing dan membulat pada ujung sisi lainnya (Kok 1971: 439).

Memiliki morfologi berwarna kecoklatan, pada paha belakang terdapat bercak-

bercak, tulang betis belakang berwarna kuning dan merah, alat tambahan antara lain dua

xiv
buah (sepasang) mata facet, sepasang antena, tarsis beruas tiga buah, fermur kaki depan

membesar, dan ovositur pendek.

Valanga nigricornis umumnya berkembang biak pada hutan jati, namun apabila

tidak ada pohon jati serangga ini akan berpindah ke tanaman yang ada di sekelilingnya

(Setiawan 2008: 4). Komoditas pertanian yang juga diserang antara lain seperti kopi,

kakao, kelapa, jagung, pisang, mangga, kapuk, kapas, tebu, singkong, dan lain-lain

sehingga Valanga nigricornis termasuk ke dalam kategori hama polifag (Zulfahmi

2013:1).

Pengendalian hama Valanga nigricornis dapat dilakukan salah satunya dengan cara

pemberian Agens Pengendali Hayati (APH) Beauveria bassiana, APH efektif untuk

menekan pertumbuhan populasi Valanga nigricornis. Setiawan (2008: 23) dalam

penelitiannya, menyatakan bahwa Beauveria bassiana menjadi agensia yang memliki

kemampuan untuk menekan serangan Valanga nigricornis pada daun Tembakau Deli.

Konsentrasi yang tepat untuk menekan serangan Valanga nigricornis adalah 200

gram/liter air. Pengaplikasian Beauveria bassiana dilakukan dengan cara melarutkan

dengan 1 (satu) liter air dan selanjutnya disemprotkan langsung pada tanaman yang

dilakukan pada sore hari dengan interval waktu 10 (sepuluh) hari. Penelitian tersebut

dilakukan pada bulan November 2007 atau pada saat musim hujan di Indonesia.

B. Belalang Kaki Panjang (Mecopoda Nipponensis)

xv
Mecopodinae dicirikan oleh bentuknya yang seperti daun, tetapi terkadang

disebut "tonggeret berkaki panjang". Ini adalah pengelompokan paraphyletic yang

merupakan bagian dari clade Phaneropteroid: saudara untuk Phaneropterinae dan

Pseudophyllinae. Meskipun pada Desember 2018 , File Spesies Orthoptera

menempatkan Mecopodinae dalam keluarga Tettigoniidae , keluarga Phaneropteridae

telah direkomendasikan untuk pemulihan, dengan subfamili Mecopodinae,

Pseudophyllinae, Phyllophorinae , dan Phaneropterinae.

Mecopoda Nipponensis merupakan hama utama yang menyerang tanaman kelapa, pinang,

sagu, dll. Hama Mecopoda Nipponensis menyerang daun, bunga dan buah muda kelapa yang

secara langsung menurunkan produksi kelapa. Serangan berat dapat mengakibatkan kematian

tanaman kelapa. Berikut pengendalian hama belalang:

1. Pengendalian secara kultur teknis

Melakukan pengolahan tanah dengan membajak lahan, agar telur belalang terpapar sinar

matahari dan mati. Melakukan sanitasi gulma dan membakar sampah.

2. Pengendalian hayati

Pengendalian hayati belalang dengan memanfaatkan predator alami (tawon, semut, burung,

katak, laba-laba, dll), yang efektif memangsa kantung telur belalang yang ada di dalam tanah.

Patogen  (Metarhizium acridum, Metarhizium anisoplae, Beauvatia bassiana, Leefmansia

bicolor, dll )

3. Pengendalian kimiawi

xvi
Pengendalian kimiawi dengan cara menggunakan insektisida berbahan aktif asepat, diazinon,

karbosulfan untuk mengendalikan belalang.  

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Serangga disebut insecta atau dibaca “insekta” karena berasal dari bahasa latin insectum

yaitu sebuah kata serapan dari bahasa Yunani evrouv (entomon), terpotong menjadi beberapa

bagian. Serangga adalah salah satu kelas avertebrata didalam filum arthropoda yang memiliki

exoskeleton berkitin, tubuh yangt terbagi tiga bagian ( kepala, thorax, dan abdomen). Tiga

pasang kaki yang pangkal nya menyatu. Mata majemuk, dan sepasang antena.

Menurut Tjakrawidjaya (1999), koleksi spesimen yaitu pengawetan yang digunakan dalam

mempertahankan organ spesimen. Teknik koleksi dibedakan menjadi dua yaitu koleksi basah dan

koleksi kering. Koleksi kering dilakukan untuk hewan seperti kelas Mamalia, Amphibi dan

Aves, sedangkan koleksi basah digunakan untuk kelas Reptil dan Pisces.

Pengawetan kering dilkukan pada hewan yang memiliki kerangka luar keras dan tidak

mudah rusak akibat prises pengeringan. Pengeringan dilkukan dengan dijemur di bawah terik

sinar matahari hingga kadar airnya sangat rendah(Suhardjono, 1999).

Kupu-kupu Tirumala limniace termasuk kedalam family Nymhalidea yang mempunyai

warna hitam, biru dan putih serta badan yang dilengkapi dengan dua pasang sayap. Badan itu

xvii
terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, toraks (bagian tengah) dan abdomen. Tubuhnya dilapisi

bulu-bulu kecil sebagai sensor, dan sayapnya memiliki sisik, yang dapat berperan sebagai

hormon selama proses perkawinan.

Kupu-kupu Hypolimnas bolina termasuk ke dalam family Nymphalidae yang memiliki

warna hitam putih dan biru, namun pada family ini juga terdapat warna cokelat, orange, dan

kuning(Rahayuningsih et al., 2012).

Kumbang sagu( Rhynchophorus ferrugineus, larvanya disebut ulat sagu) termasuk

kedalam ordo Coleoptera adalah jenis kumbang yang tersebar luas, mengikuti penyebaran

inangnya. Tubuh berwarna coklat kemerahan atau hitam,sebesar kenari. Moncong panjang

meruncing kemuka dan kebelakang.

Valanga nigricornis atau yang sering disebut sebagai Belalang Kayu merupakan serangga

dari ordo Orthoptera dan famili Acrididae. Mecopodinae dicirikan oleh bentuknya yang seperti

daun, tetapi terkadang disebut "tonggeret berkaki panjang". Ini adalah pengelompokan

paraphyletic yang merupakan bagian dari clade Phaneropteroid: saudara untuk Phaneropterinae

dan Pseudophyllinae.

5.2 Saran

Semoga untuk praktikum yang selanjutnya, bisa memberikan yang lebih baik lagidalam

mnengerjakan

DAFTAR PUSTAKA

Fauziyah Asti.2020.Dasar-dasar perlindungan Insektarium.Pandeglang

xviii
https://butterflycircle.blogspot.com/2012/02/life-history-of-blue-glassy-tiger.html?m=1

https://ditjenbun.pertanian.go.id/ancaman-serangga-valanga-nigricornis-belalang-kayu-pada-

tanaman-perkebunan/

https://www.hextarfertilizerindonesia.com/3-cara-mudah-mengendalikan-hama-belalang/

https://inta.ditjenbun.pertanian.go.id/rhynchophorus-ferrugineus-kumbang-sagu/

LAMPIRAN

xix
Gambar 1.1 proses penyuntikan kupu-kupu harimau biru dan hitam corak

Gambar 1.2 proses penyuntikan Gmbar 1.3 proses p;enyuntikan belalang kayu dan belalang panjang
kumbang sagu

 Gambar proses penataan kupu-kupu, belalang dan kumbang di pigura

xx

Anda mungkin juga menyukai