Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA

OBSERVASI DAN PENGAMATAN MUSUH ALAMI ULAT


PENGGULUNG DAUN PISANG (Erionota thrax)

Disusun oleh :
Kelompok 3 Kelas III A

Afifah Putri Ramadhani (2210631090002)


Amalia Syah Rani (2210631090004)
Dimas Perkasa (2210631090008)
Khanaya Regita Pasha (2210631090018)
Naswari Arandyas Sunandar (2210631090022)

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Lutfi Afifah, S.P., M.Si.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan praktikum ini tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya, tentu saja kami tidak akan mampu menyelesaikan laporan
praktikum ini dengan baik. Semoga shalawat dan salam terlimpah kepada Nabi
Muhammad SAW yang kami nanti - nantikan syafaatnya di akhirat kelak.

Kami mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat sehat yang
diberikan-Nya kepada kami, baik itu sehat secara fisik maupun batin, sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan praktikum sebagai tugas dari mata kuliah Teknologi
Pengendalian Hama dengan judul "OBSERVASI DAN PENGAMATAN MUSUH
ALAMI ULAT PENGGULUNG DAUN PISANG (Erionota thrax)". Tujuan kami
menulis laporan praktikum ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Lutfi Afifah, S.P.,
M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi Pengendalian Hama.

Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna dan
masih terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar laporan praktikum
ini dapat diperbaiki dan menjadi lebih baik.

Penulis

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………......i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Tujuan Praktikum ............................................................................................ 2
2.1. Waktu dan Tempat ........................................................................................... 3
2.2. Alat dan Bahan ................................................................................................. 3
2.3. Prosedur Kerja ................................................................................................. 3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 4
3.1. Hasil ................................................................................................................... 4
3.2. Pembahasan .................................................................................................... 21
3.3. Jawaban Pertanyaan ...................................................................................... 29
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 35
4.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 35
4.2. Saran ................................................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 36

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis dengan berbagai macam kehidupan
tumbuhan dan hewan. Pisang merupakan salah satu jenis tanaman yang sangat
beragam di Indonesia. Lebih dari 200 varietas pisang yang berbeda telah diidentifikasi
di Indonesia, salah satu negara penghasil pisang terbesar di dunia. Pisang adalah buah
yang terkenal dalam budaya Indonesia. Alasan mengapa pisang sangat umum di
Indonesia adalah karena pisang memiliki kualitas yang ideal untuk iklim Indonesia (De
Langhe et al., 2009).
Salah satu buah dari keluarga Musaceae yang merupakan buah asli Asia
Tenggara adalah pisang. Tanaman pisang ini cocok untuk iklim tropis dan merupakan
tanaman tahunan yang dapat menghasilkan buah sepanjang tahun. Pisang merupakan
salah satu buah yang digemari oleh semua kalangan karena nilai gizinya yang tinggi,
mampu memberikan energi, rasa yang enak, harga yang terjangkau, dan mudah
didapat. Nilai gizi yang tinggi pada pisang bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan
dan mengurangi rasa lapar. Pisang dapat diolah menjadi berbagai macam produk
olahan selain dikonsumsi sebagai buah segar (Novianti, 2008).
Salah satu produsen utama pisang di Asia adalah Indonesia. Hal ini dikarenakan
Indonesia memproduksi 50% pisang yang dikonsumsi di Asia, dan produksinya terus
meningkat (Satuhu & Supriyadi, 2007). Meskipun produksi pisang terus meningkat,
masih ada sejumlah penyakit dan hama yang menyerang pohon pisang dan
mengakibatkan kerugian yang signifikan.
Erionota thrax L., dikenal sebagai hama penggulung daun (bananas skipper),
adalah salah satu hama yang menyerang pohon pisang. Hama ini merupakan salah satu
hama yang paling signifikan pada tanaman pisang. Larva yang panjangnya sekitar 7
cm ini berwarna hijau muda dan memiliki lapisan tepung berwarna putih. Betina
dewasa meletakkan telur-telur berwarna kuning di pinggiran permukaan bawah daun.
Lamina daun akan diiris mulai dari tepi dan digulung oleh larva yang menetas dari
telur, hama dewasa berwarna coklat aktif pada pagi dan sore hari (Satuhu dan Supriyadi
dalam Abidin, 2016). Musim kemarau merupakan saat yang paling banyak
menimbulkan kerusakan. Daerah yang terlindung dari angin akan menyebabkan
kerusakan yang lebih parah pada perkebunan pisang.
Ulat penggulung daun, Erionata thrax merupakan hama dengan tingkat
serangan dan kepadatan yang cukup tinggi pada tanaman pisang. Hama ini
menyebabkan kerusakan antara 34 hingga 47%. Oleh karena itu, pengendalian
diperlukan untuk mengurangi populasi serangga ini pada tanaman pisang. Hama
dikendalikan dengan menggunakan musuh alami yang terdapat di alam. Musuh hama
parasitoid merupakan salah satu jenis musuh alami yang dapat digunakan untuk
mengendalikan populasi hama. Menurut Direktorat Perlindungan Perkebunan (2002),
parasitoid adalah serangga yang hidup sebagai parasit di dalam atau di atas tubuh
serangga inangnya dan secara perlahan membunuhnya. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendata parasitoid yang menyerang hama penggulung daun pisang
(Erionota thrax L.).

1
1.2. Tujuan Praktikum
1. Mengamati parasitoid pada yang hidup pada beberapa inang (Erionota thrax).
2. Mengetahui jenis parasitoid yang hidup pada beberapa inang (Erionota thrax).
3. Menghitung persentase parasitasi pada inang - inang tersebut.

2
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat


Observasi dan pengamatan ini dilakukan selama 12 hari, dimulai dari tanggal 7
sampai 18 Oktober 2023. Praktikum ini dilakukan di Lab Organisme Pengganggu
Tanaman, Universitas Singaperbangsa Karawang, Jawa Barat, Indonesia.

2.2. Alat dan Bahan


A. Alat
1. Mikroskop
2. Toples
3. Kassa
4. Pinset
5. Plastik Bening
6. Alat Bedah Hewan
B. Bahan
1. Ulat Penggulung Daun Pisang
2. Daun Pisang

2.3. Prosedur Kerja


1. Mencari 5 ekor ulat penggulung daun pisang
2. Memasukkan ulat penggulung daun pisang ke toples yang sudah disediakan
3. Melakukan pengamatan selama 12 hari
a. Membersihkan kotoran ulat penggulung daun pisang setiap hari
b. Mengganti daun pisang setiap hari
c. Mendokumentasikan perkembangan ulat penggulung daun pisang setiap hari
d. Mengamati ulat penggulung daun pisang yang mati dengan mikroskop di hari
ke 4 untuk mengidentifikasi keberadaan parasitoid
4. Mengamati proses metamorfosis ulat penggulung daun pisang dari larva menjadi
pupa
5. Mengamati ulat penggulung daun pisang menggunakan mikroskop di hari terakhir
yaitu hari ke 12 dengan cara membedah tubuh ulat dan mengidentifikasi keberadaan
telur parasitoid di dalam tubuh ulat.

3
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Tabel 1.3. Hasil pengamatan musuh alami pada ulat penggulung daun
pisang (Erionota thrax)
K Pengamat Nama Jumla Deskripsi Dokumentasi
an Spesies h

1 Hari ke-1 - 10 Tidak terjadi


(5 Oktober perubahan.
2023) Ulat
penggulung
daun pisang
tampak segar
dan gemuk saat
pertama kali
diambil dari
pohon pisang.

Hari ke-4 - 12 Ulat


(9 Oktober penggulung
2023) daun pisang
(Erionota
thrax) berubah
warna menjadi
kekuningan,
dan tubuhnya
sedikit sekali
melakukan
pergerakan.

Hari ke-8 Cotesia 10 Ulat berubah


(13 erionotae menjadi pupa.
Oktober
2023)

Hari ke- Cotesia 10 Pupa mulai


15 erionotae menghitam dan
(18 ditemukan
Oktober parasitoid yang
2023) berasal dari
Ordo

4
Hymenoptera,y
aitu Cotesia
erionite.

2 Hari ke-1 - 10 Tidak terjadi


(5 perubahan dari
Oktober masing-masing
2023) ulat
penggulung
daun pisang
(erionata
thrax)

Hari ke-4 Palexorista 10 3 larva


(9 solennis Erionota thrax
Oktober terjadi
2023) perubahan
warna di
bagian
abdomen dari
putih menjadi
sedikit
kekuningan.
Dan masing-
masing larva
tersebut
mengeluarkan
cairan
berwarna
hitam.

Hari ke -6 Palexorista 6 4 larva


(11 solennis Erionota thrax
Oktober mati dengan
2023) ciri 3 larva
berwarna
kuning
kehitaman dan
1 larva
berwarna putih
namun
penyusutan

5
abdomen
sehingga
terlihat kecil
dibanding
ukuran
awalnya.

Hari ke -8 - 6 Ulat
(13 penggulung
Oktober daun pisang
2023) (Erionata
thrax),
tubuhnya mulai
mengalami
sedikit gerakan
pada daun yang
menggulung
dan warnanya
berubah
menjadi putih
pucat

Hari ke - - 6 Erionata thrax,


15 mulai berubah
(18 menjadi pupa
Oktober ditandai dengan
2023) perubahan
warna kuning
pada tubuhnya
dan sudah tidak
ada gerakan
pada tubuhnya.

3 Hari ke-1 - 5 Ulat


(7 Oktober penggulung
2023 ) daun pisang
(Erionata
thrax),
tubuhnya mulai
mengalami
sedikit gerakan
pada daun yang
menggulung
dan warnanya

6
berubah
menjadi putih
pucat

Hari ke-2 5 Masih dalam


(8 Oktober kondisi yang
2023) sama ulat
penggulung
daun
pisangnya.
Namun,
ulatnya mampu
menggulung
daun pisangnya
sendiri

7
Hari ke-3 5 Ada beberapa
(9 Oktober ulat
2023) penggulung
pisang yang
masih normal
dan ada juga
yang mulai
menghitam
badannya; ulat
yang badannya
sedikit
mengeras dan
menguning

Hari ke-4 Brachymer 5 Ulat yang


(10 ia thracis menghitam
Oktober dilihat melalui
2023) mikroskop
untuk diteliti
apakah dia
terinfeksi
parasitoid dan
ternyata benar
ada spesies
parasitoid yang
menyerang
sehingga
menyebabkan
ulat menjadi
hitam dan mati.
Lalu, ulat yang
menguning

8
ternyata sedang
melalui proses
metamorfosis
menjadi pupa

Hari ke-5 4 Ada satu ulat


(11 yang mati
Oktober karena kejepit
2023) oleh tutup
wadahnya dan
masih tersisa 3
ulat yang masih
aktif hidup

9
Hari ke-6 3 Tersisa 3 ulat
(12 yang di
Oktober antaranya 1
2023) masih
menggulung
serta sedikit
ada getaran
ketika dipegang
dan 2 sisanya
masih aktif
hidup

Hari ke-7 3 Mencoba


(13 membuka ulat
Oktober yang sedang
2023) menggulung
dan ternyata
berubah
menjadi pupa

Hari ke-8 3 Ulat yang 1


(14 masih dalam
Oktober keadaan normal
2023) tapi 1 lagi
sedikit lemas.
Dan juga, ulat
yang berubah
menjadi pupa
ternyata sulit
untuk
menggulung
kembali

10
Hari ke-9 3 Ulat masih
(15 dalam keadaan
Oktober aktif
2023)

Hari ke- 3 Ulat masih


10 dalam keadaan
(16 aktif
Oktober
2023)

11
Hari ke- 3 Ulat masih
11 dalam keadaan
(17 aktif dan ulat
Oktober yang satu lagi
2023) sedikit
menghitam

Hari ke- Brachymer 3 Ulat yang


12 ia thracis menghitam
(18 dicoba dilihat
Oktober di mikroskop
2023) apakah ada
parasitoidnya
atau tidak.
Ternyata
terdapat
parasitoid di
dalam
tubuhnya

12
4 Hari ke-1 - 6 Pada
(5 Oktober pengamatan
2023 ) hari pertama
ulat tidak
mengalami
perubahan apa-
apa.

Hari ke-2 - 6 Ulat masih


(6 Oktober dalam kondisi
2023) yang baik dan
tidak terjadi
perubahan apa-
apa. Akan
tetapi ulat
sudah dapat
beradaptasi
dengan

13
lingkungannya
ditunjukan
dengan masing-
masing ulat
tersebut
menggulung
daun pisang
masing-masing.

Hari ke-3 - 6 Pada hari ke-3


(7 Oktober ini terdapat
2023) beberapa
perubahan yang
terjadi pada
ulat. Seperti
pada beberapa
ulat yang
berubah warna
menjadi warna
kuning dan
menjadi pupa
sehingga
tubuhnya
berubah
menjadi
mengeras.

14
Hari ke-4 - 6 Dihari ke-5
(8 Oktober pengamatan
2023) ulat yang
menajadi pupa
berubah
menjadi warna
hitam.
Beberapa ulat
yang hidup
juga berwarna
kehitaman dan
beberapa
diantaranya
berada dalam
keadaan yang
normal.

15
Hari ke-5 - 1 Pupa berwarna
(9 Oktober abu-abu
2023) tersebut
berubah
menjadi warna
hitam pada
pengamatan
hari ke-5 dan di
indikasi mati
karena tidak
merespon
segala
pergerakan
yang
dilakukan.
Beberapa ulat
juga kembali
berubah warna
menjadi kuning
dengan tubuh
mengeras.
Dimana artinya
ulat-ulat
tersebut
berubah
menjadi pupa.
Dan beberapa
lainnya tidak
terjadi
perubahan apa
apa.

Hari ke-6 Ooencyrtus 4 Pada hari ke-6


(10 pallidipes pupa yang mati
Oktober tesebut
2023) mengeluarkan
cairan beserta
bau yang tidak
sedap. Setelah
di teliti
menggunakan
mikroskop
terdapat
parasitoid yang

16
bergerak-gerak
pada pupa yang
menghitam dan
mengeluarkan
cairan tersebut.
Dan beberapa
yang lainnya
tidak ada
perubahan
apapun.

Hari ke- - 4 Pupa yang


10 semula
(14 berwarna
Oktober kuning berubah
2023) menjadi sedikit
kehitaman

Hari ke- - 3 Pupa yang


12 semula
(16 kehitaman
Oktober tersebut
2023) mengeras dan
mati

Hari ke- - 2 ulat diteliti


14 dengan
(18 menggunakan
Oktober mikroskop
2023)

5 Hari ke-1 - 20 Tidak terjadi


perubahan
(5 Oktober
2023)

17
Hari ke-3 - 18 Tidak terjadi
larva perubahan
(7 Oktober
2023) 2 mati

Hari ke-6 - 1 Terjadi


Pupa perubahan
(10 dimana dari
Oktober 17 beberapa ulat
2023) Larva daun
penggulung
2 Mati
daun pisang
mengalami
perubahan
menjadi pupa.

Hari ke-8 Xanthopim 4 Sudah banyak


pla sp. Pupa ulat daun
(12 penggulung
Oktober 14 daun pisang
2023) Larva yang
mengalami
2 Mati
perubahan
menjadi pupa.
Dan ada satu
pupa yang
berubah
warnanya
menjadi
menghitam.

Hari ke-9 Xanthopim 6 Ulat


pla sp. Pupa penggulung
(13 daun pisang
Oktober 10 yang
2023) Larva mengalami
perubahan
4 Mati
menjadi pupa
semakin
bertambah dan

18
pupa yang
sebelumnya
menghitam
pada hari
berikutnya
mengeluarkan
cairan hitam.

Hari ke- - 10 Terjadi


14 Pupa perubahan lagi
dari yang
(18 5 awalnya
Oktober Larva beberapa ulat
2023) mengalami
5 Mati
perubahan
menjadi pupa,
di hari ke-14
ini mengalami
lagi perubahan
hingga menjadi
10 pupa.

6 Hari ke - - 6 Ulat
1 penggulung
(7 Oktober daun pisang
2023) masih
menunjukkan
perilaku yang
normal, aktif
dan tidak ada
perubahan.

Hari ke - - 6 Ulat
2 penggulung
(8 Oktober daun pisang
2023) masih sangat
aktif
berkeliaran di
dalam wadah.

19
Hari ke - - 10 Warna badan
3 dari ulat
(9 Oktober penggulung
2023) daun pisang
berubah
menjadi hijau
ke hitam-
hitaman yang
tadinya
berwarna hijau.

Hari ke - 10 Warna kaki


4 ulat berubah
(10 menjadi warna
Oktober kekuning-
2023) kuningan dan
badanya
mengecil dan
kurus.

Hari ke - 10 Warna badan


5 ulat berubah
(11 menjadi
Oktober kuning, dan ada
2023) ulat yang
sebagiannya
saja menjadi
warna kuning.

Hari ke - 10 Sudah ada ulat


6 yang akan
(10 menjadi pupa
Oktober) dan ada yang
menjadi pupa.

20
Hari ke - 10 Ada dua pupa
7 yang telah
(11 berubah
Oktober) menjadi imago
dan ada
sebagian yang
masih pupa.

Hari ke - Brachymer 10 Telah keluar


8 ia sp. parasitoid dari
(12 pupa dan
Oktober) membuat pupa
menjadi bolong
bolong.

3.2. Pembahasan
A. Pembahasan Kelompok 1
Hasil dari pengamatan kelompok 1. Terdapat satu jenis spesies parasitoid yang
ditemukan yaitu Cotesia erionite.

Identifikasi Parasitoid
a. Klasifikasi Cotesia sp.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Hymenoptera
Family : Braconidae
Sub family : Microgastrinae
Genus : Cotesia
Spesies : Cotesia sp.

b. Morfologi Cotesia sp.

21
Cotesia sp. Merupakan famili dari Braconidae parasitoid ini menyerang larva
E. Tharax. Ciri Cotesia sp. Yaitu panjang tubuhnya 0,3 cm, berwarna hitam, ovipositor
pendek, memiliki antena yang panjang tipe antena filiform berbentuk melengkung
bersegmen 17 atau lebih. Menurut Pracaya (1997) famili Braconidae memiliki tubuh
dengan panjang kurang lebih 2-12 mm, dengan panjang ovipositor umumnya sama
dengan 4 badannya dan femur tidak bergerigi.
Gejala serangan dari Cotesia sp. Yaitu adanya kokon kecil pada bagian tubuh
inang yang terparasit. Larva yang terparasit oleh Cotesia sp. Ini biasanya hidup
kemudian akan mati tidak bisa berkembang ke fase pupa. Parasitoid ini tergolong
parasitoid gregarius dikarenakan berkembang secara normal dan tumbuh dewasa dalam
satu individu inang (Mangoendihardjo dan Mahrud, dalam Jumar. 2000). Kebanyakan
jenis famili Braconidae adalah parasitoid primer dan berbentuk endosparasitoid pada
larva-larva lepidoptera, Diptera, Coleoptera, dan kelompok lainya.

Perhitungan Tingkat Parasitoid


Dari data tersebut dapat dihitung Tingkat Perhitungan tingkat parasitasi
parasitoid dengan rumus :

Tingkat parasitasi = Jumlah Hama TerparasitJumlah Hama Yang diamati ×100%


Tingkat Parasitasi = 1/10 × 100%
= 10%
Tingkat persentase parasitasi yang dihasilkan adalah sebesar 10%.
Faktor Tinggi atau Rendahnya Tingkat Parasitoid
Tinggi rendahnya parasitoid disebabkan oleh faktor Abiotik seperti suhu,
cahaya matahari, kelembaban udara, dan cuaca. kemampuan adaptasi pada iklim dan
lingkungan biologisnya merupakan faktor tinggi atau rendahnya tingkat Parasitoid.
Apabila terganggu dapat menyebabkan kegagalan dalam penggunaan agen hayati
tersebut. Menurut (Hidayat & Sosromarsono 2003) Ketika musim hujan biasanya
tersedia sumber makanan yang cukup Banyak dan lebih mudah parasitoid untuk
berkembang.

B. Pembahasan Kelompok 2
Dari hasil pengamatan pada ulat penggulung daun pisang (Erionata thrax)
ditemukan parasitoid Palexorista solennis,
Identifikasi Parasitoid
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Diptera
Family : Tachinidae
Genus : Palexorista

22
Species : Palexorista solennis
b. Morfologi
Palexorista solennis merupakan spesies lalat famili Tachinidae, yang
ditemukan di Amerika Utara. Famili dari ordo Diptera yang berisi 10.000
spesies parasit. Ciri-ciri Palexorista solennis yaitu ukuran yang sangat kecil
sehingga mampu masuk ke dalam tubuh ulat penggulung daun pisang.
Tachinidae memiliki abdomen mempunyai sejumlah rambut-rambut yang
kasar. Banyak spesies Tachinidae yang digunakan sebagai pengontrol hama
yang menyerang tanaman.

Perhitungan tingkat parasitoid


Menghitung tingkat parasitasi dengan menggunakan rumus sebagai
berikut .
Tingkat parasitasi = Jumlah Hama TerparasitJumlah Hama Yang diamati ×100%
Tingkat Parasitasi = 3/10 ×100%
= 30 %
Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa tingkat parasitasi pada
ulat penggulung daun pisang (Erionata thrax) berada pada tingkat 30 %

Faktor tinggi atau rendahnya tingkat parasitoid


Yang mempengaruhi faktor tinggi atau rendahnya tingkat parasitasi
parasitoid yakni faktor lingkungan dan ketersediaan makanan untuk parasitoid.

C. Pembahasan Kelompok 3
Identifikasi Parasitoid
Jenis musuh alami yang berhasil diidentifikasi dari seluruh koleksi ulat
penggulung daun pisang (Erionota thrax) adalah parasitoid. Spesies parasitoid yang
menginfeksi ulat penggulung daun pisang adalah Brachymeria thracis. Brachymeria
sp. biasanya memarasit ulat penggulung daun pisang saat fase pupa sehingga
menimbulkan pupa menjadi berwarna hitam dan berlubang (Yulian et al., 2016). Ciri-
ciri tubuh parasitoid ini mempunyai warna tubuh hitam mengkilap, abdomen berwarna
hitam, serta panjang tubuh sekitar 5-6 mm. Spesies ini pun memiliki tungkai yang
memiliki rambut halus dengan bagian femurnya yang belakang bergerigi dan
membesar serta berwarna kuning (Lihat gambar 1.3) (Pamuji et al., 2013).

23
Gambar 1.3. Parasitoid Brachymeria thracis (Sumber gambar :
https://th.bing.com/th/id/OIP.3vDT0wDsH5GfpLtfcQBFUAHaE8?pid=ImgDet&rs=1)

Spesies parasitoid ini kebanyakan memang merupakan musuh alami dari


beberapa ordo serangga. Parasitoid Brachymeria thracis memiliki sifat gregarious
yaitu dari satu inang dapat keluar lebih dari satu individu parasitoid. Terlihat di tabel
1.3 bahwa ada beberapa telur parasitoid di dalam tubuh Erionota thrax. Hal ini pun
sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh Wibowo dalam (Susanty & Oksari,
2021), bahwa dari satu ulat penggulung daun pisang dapat keluar 2-5 individu
Brachymeria sp.

Klasifikasi musuh alami


Musuh alami pada penggulung daun yaitu Brachymeria thracis memiliki
klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Chalcididae
Genus : Brachymeria
Spesies : Brachymeria thracis

Perhitungan tingkat parasitasi

Populasi parasitoid dihitung berdasarkan jumlah individu dari parasitoid yang


menjadi parasit dari setiap fase Erionota thrax yang sedang diamati. Tingkat parasitasi
dari parasitoid dihitung dengan menggunakan rumus yaitu Tingkat Parasitasi = [Jumlah
Individu yang Terparasit (fase telur, larva, dan pupa) / Jumlah Individu yang Diamati
(fase telur, larva, dan pupa)] x 100%

Tingkat parasitasi

Tingkat parasitasi dari parasitoid Brachymeria thracis terhadap ulat


penggulung daun pisang dapat dihitung melalui sebuah perhitungan dengan membagi
antara jumlah inang yang terparasit dan jumlah inang yang diamati.

24
TP = JIT/JID x 100%

TP = 2/5 x 100%

TP = 0,4 %

TP : Tingkat Parasitasi

JIT : Jumlah Inang yang Terparasitasi

JID : Jumlah Inang yang Diamati

Hasil menunjukan sebuah tingkat parasitasi yang rendah, yaitu hanya 0,4%. Ini
berarti dari setiap 5 ulat penggulung daun pisang yang diamati, hanya ada 2 yang
terparasit oleh spesies Brachymeria thracis. Mungkin ada faktor-faktor lain yang
mempengaruhi tingkat parasitasi ini. Namun, rendahnya tingkat parasitasi adalah
karena masih tingginya fase larva pada Erionota thrax, sehingga parasitoid ini yang
biasanya menyerang pada fase pupa menjadi kurang aktivitasnya. Selain itu, tingkat
parasitasi akan tergolong tinggi jika kelimpahan inang pun tinggi (Putra et al, 2019).
Spesies parasitoid biasanya memiliki tipe reproduksi arrhenotoky yaitu telur yang tidak
dibuahi menjadi jantan sehingga parasitoid menjadi rendah (Susanty & Oksari, 2021).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat parasitasi adalah kondisi lingkungan,
seperti suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya. Kondisi lingkungan yang optimal
dapat mendukung perkembangan dan reproduksi parasitoid. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi tingkat parasitasi adalah perilaku inang dan parasitoid, seperti
kemampuan bertahan hidup, mencari makan, dan menghindari predator. Perilaku ini
dapat mempengaruhi interaksi antara inang dan parasitoid.

D. Pembahasan Kelompok 4

Identifikasi Parasitoid

Berikut merupakan klasifikasi dari Ooencyrtus pallidipes menurut Ashmead


pada tahun 1904:

Phylum : Arthropoda
Subphylum: Hexapoda
Class : Insecta
Order : Hymenoptera
Family : Encyrtidae
Genus : Ooencyrtus
Species : Ooencyrtus pallidipes
Morfologi dari Ooencyrtus pallidipes
Ooencyrtus pallidipes biasanya memiliki tubuh berwarna kuning pucat hingga
coklat pucat dan memiliki panjang sekitar 1,2 – 1,5 mm untuk betina dan untuk Jantan
sekitar 1,0 – 1,2 mm. memiliki sayap dengan sayap depan transparan dengan bulu-bulu

25
halus yang disebut setae dan sayap belakang lebih kecil dan berbentuk memanjang.
Ooencyrtus pallidipes memiliki kepala yang lebih lebar dari dadanya dengan
dilengkapi mata majemuk dan oseli. Kepalanya dilengkapi dengan antena Filiform
yang terdiri dari 11 segmen. Thoraxnya memiliki pronotum yang berkembang dengan
baik dan mesoscutum yang dilapisi oleh bulu-bulu halus. Perut dari Ooencyrtus
pallidipes terdiri dari 7 segmen pada betina dan 8 segmen pada Jantan.
Tingkat Parasitasi
Tingkat parasitasi adalah ukuran persentase atau proporsi inang yang terinfeksi
atau terparasitasi oleh organisme parasit. Parasitasi dapat terjadi karena beberapa faktor
seperti jenis parasit dan inang yang akan diserang, keberadaan parasitnya, resistensi
inangnya, faktor lingkungan, serta interaksi dengan organisme lain.
Pada praktikum kali ini dari 6 inang yang kami miliki hanya 1 inang yang
terserang dan terinfeksi oleh parasit, sehingga:
Tingkat Parasitasi = Jumlah inang terparasit

X 100%

Jumlah total inang

1
Tingkat Parasitasi = X 100%
10
= 10 %
Jadi, tingkat parasitasi yang terjadi pada Erionota Thrax yang diteliti adalah sebesar
10
E. Pembahasan Kelompok 5
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompok kami
menunjukkan bahwa diduga terdapat jenis spesies parasitoid yang menyerang ulat
penggulung daun pisang, yaitu dilihat dari ciri fisik pupa pada pengamatan hari ke-
8 terlihat pupa yang berubah warna menjadi hitam dan pada saat dibelah pupa
tersebut mengeluarkan cairan berwarna hitam. Berdasarkan pengamatan tersebut
maka jenis spesies parasitoid yang menyerang ulat penggulung daun pisang pada
kelompok kami yaitu Xanthopimpla sp.
Identifikasi Parasitoid
a. Klasifikasi Xanthopimpla sp.
Kingdom : Animalia
Divisi : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Ichneumonidae
Genus : Xanthopimpla
Spesies : Xanthopimpla sp.

26
b. Morfologi Xanthopimpla sp
Xanthopimpla sp., merupakan parasit soliter. Biasanya keluarga
Ichneumonidae. Ciri khas Ichneumonidae adalah ukuran tubuhnya sekitar 13 mm,
warnanya hitam. Antena yang panjang mempunyai 16 ruas. Keluarga Ichneumonidae
juga dapat dikenali berdasarkan warna, ukuran, bentuk tubuh dan sayap. Pupa yang
terkena parasit ini akan berwarna hitam. Selain itu, parasitoid ini memiliki ciri-ciri
ukuran tubuh berwarna kuning, dengan bintik-bintik hitam pada bagian abdomen,
pronotum dan tungkai belakang. Clypeus dipisahkan dari tepinya dengan lekuk, serta
tarsi tersegmentasi. Xanthopimpla adalah spesies dalam genus ini termasuk endoparasit
aseksual (parasit yang dengan cepat melumpuhkan inangnya dan mencegah
perkembangannya) nimfa Lepidoptera (Townes dan Chiu 1970, Gauld 1991). Banyak
spesies Xanthopimpla yang melimpah di daerah tropis dan sering ditemukan
bersembunyi di antara tumbuhan. Mudah dikenali di alam liar karena warnanya kuning
lemon dan tubuhnya sangat gemuk. Jika diperhatikan lebih dekat, akan melihat tonjolan
memanjang berbentuk segitiga pada meso scutum di ujung anterior notaulus, tulang
ekor dipisahkan oleh jahitan melintang menjadi pangkal dan puncak, dan rahang bawah
melengkung dengan hanya gigi rahang atas yang terlihat. Spesies Xanthopimpla
terdapat di daerah dengan keanekaragaman kupu-kupu tertinggi di dunia (Robbins dan
Opler, 1997).

Perhitungan Tingkat Parasitoid


Berdasarkan data diatas, dapat dilakukan penghitungan Tingkat parasitasi
dengan rumus:
Tingkat Parasitasi = Jumlah inang yang diparasit/Jumlah inang yang diamatix
100%

Tingkat Parasitasi = 120x 100%


Tingkat Parasitasi = 5%
Jadi berdasarkan perhitungan diatas, persentase tingkat parasitasi yang
dihasilkan yaitu sebesar 5%.
Faktor tinggi rendahnya tingkat parasitoid
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kelompok kami lakukan selama dua
minggu, menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya tingkat parasitoid pada ulat penggulung daun pisang yang kami pelihara.
Faktor lingkungan dan makanan sangat berpengaruh terhadap tingkat tinggi rendahnya
parasitoid. Faktor lingkungan diantaranya suhu, kelembaban, curah hujan, vegetasi
sekitar tanaman pisang, kelimpahan populasi inang serta penyemprotan pestisida pada
tanaman inang merupakan faktor yang diduga mempengaruhi tinggi atau rendahnya
tingkat parasitoid ini, pada pengamatan yang kami lakukan menunjukkan tingkat
parasitasi yang rendah dikarenakan faktor lingkungan yang tidak mendukung untuk
perkembangbiakan parasitoid. Selain itu faktor makanan juga mempengaruhi, karena

27
dengan diberikan makanan yang mencukupi akan membantu ulat untuk berkembang
dengan baik sehingga meminimalkan terjadinya parasitasi oleh parasitoid pada ulat
tersebut.

F. Pembahasan Kelompok 6

Klasifikasi Parasitoid

Kingdom : Animalia
Divisi : Arthropoda
Class : Insect
Ordo : Hymenoptera
Famili : Chalcididae
Genus : Brachymeria
Spesies : Brachymeria lasus

Morfologi
Lama siklus hidup Brachymeria sp. pada inang pupa E. thrax sejak telur
diletakkan sampai menjadi imago dan mati adalah rata-rata 22,60 hari. Telur bertipe
hymenopteraform. Brachymeria sp. banyak ditemukan karena mereka bersifat
gregarious yang artinya mereka dapat keluar dari inangnya lebih dari satu individu
parasitoid, seperti pada penelitian kami bahwa dari satu pupa dapat keluar sepuluh
parasitoid. Brachymeria sp. selalu keluar dari ulat penggulung daun pada masa
pradewasa atau ketika pupa.

Tingkat parasitasi parasitoid


𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖𝑡𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑥100%
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 = = 110 𝑥100% = 10%
Diketahui dari parasitoid yang ditemukan berjumlah 10 individu parasitoid
Brachymeria sp. yang ada pada 1 inang Eriona thrax dari 10 inang yang kami amati.
Dan telah diketahui tingkat parasitasi pada inang tersebut rata-rata 10% (cukup tinggi).

G. Pembahasan kumulatif
Semua hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh semua kelompok memiliki
hasil yang berbeda dengan tempat pengambilan Ereonota thrax yang berbeda juga.
Hasilnya juga akan berbeda, karena tempat pengambilan inangnya beragam sehingga
parasitoid yang keluar juga akan berbeda spesies. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Putra dkk (2019) bahwa banyaknya jumlah parasitoid dipengaruhi oleh
keanekaragaman dan kelimpahan inangnya. Maka dari itu, tingkat parasitasi yang
diakibatkan oleh parasitoid juga rendah di setiap kelompok yang telah diamati. Namun,
keanekaragaman yang didapatkan tinggi. Apabila dihitung secara kumulatif dengan
perhitungan parasitoid akan dihasilkan sebagai berikut :

TP = JIT/JID x 100%

28
TP = 9/65 x 100%

TP = 0,13 %

Hasil yang juga rendah karena banyaknya jumlah hama yang masih belum
terparasit oleh parasitoid. Hal ini menunjukan bahwa masih kurangnya pengendalian
hama Erionota thrax dengan menggunakan musuh alami, karena membutuhkan
kesabaran dan tidak secepat menggunakan bahan kimia.

3.3. Jawaban Pertanyaan


1. Jelaskan hama ulat daun pisang (Erionota thrax)?
Erionota thrax adalah salah satu jenis kupu-kupu besar yang dikenal sebagai
banana skipper. Hama ini menyerang daun pisang dan menyebabkan kerusakan dengan
menggulung dan memakan tepi daun. Hama ini berasal dari Asia Tenggara dan telah
menyebar ke beberapa wilayah lain. Hama ini memiliki beberapa musuh alami,
terutama parasitoid yang menyerang telur, larva, dan pupa. Hama ini juga dipengaruhi
oleh faktor lingkungan seperti curah hujan, angin, dan ketinggian. Erionota thrax dan
E. torus umumnya ditemukan dan terkenal, karena larvanya tinggal di gulungan daun
pisang. Hama ini mempunyai panjang sayap depan sekitar 32 sampai 37 mm (S et al.,
2018). Sayapnya berwarna coklat tua di bagian atas, dan sayap depan mempunyai tiga
bintik hialin kuning yang terpisah dan menonjol di bagian atas serta mempunyai
panjang sayap depan sekitar 28 mm. E. acroleuca jantan mempunyai bercak
lingkungan apikal berwarna putih yang jelas pada sayap depan di atas dan betina
tampaknya dapat dipisahkan dari E. thrax hanya karena ukurannya lebih kecil.

2. Jelaskan yang dimaksud musuh alami?


Musuh alami adalah organisme yang membunuh, menurunkan potensi
reproduksi, atau mengurangi jumlah organisme lain. Musuh alami yang membatasi
hama merupakan komponen kunci dari program pengelolaan hama terpadu. Musuh
alami dibagi menjadi dua kelompok utama : predator dan parasit
(Ahmad,Intan;maramis,redsway;sastrodiharjo,soelaksono, 2013). Seorang predator
hidup dengan menangkap dan memakan spesies lain. Predator biasanya lebih besar dan
lebih kuat dibandingkan mangsanya. Banyak predator yang paling umum dalam sistem
produksi buah-buahan menyerang berbagai spesies hama dan membantu mengatur
kepadatan populasi hama.

3. Apa saja peran parasitoid?


Menurut LaSalle dalam (Pebrianti et al., 2016), parasitoid merupakan musuh
alami yang penting bagi sebagian besar hama tanaman dan berperan sebagai spesies
kunci dalam beberapa ekosistem. Spesies parasit mempunyai kemampuan unik dalam
mengendalikan hama dan populasinya di lapangan yang relatif tinggi (Godfray,
1994). Parasitoid berperan penting pada pengendalian hama secara hayati. hal tersebut
dikarenakan secara alamiah dapat mengendalikan hama pemakan daun. Parasitoid
mempunyai beberapa keuntungan, salah satunya yaitu relatif aman bagi
lingkungan. Parasitoid mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengendalian

29
hayati karena secara alami dapat mengendalikan serangga hama yang memakan
tanaman. Secara umum parasit merupakan serangga kecil, terdapat 86 famili yang
termasuk dalam 6 ordo serangga seperti Hymenoptera, Diptera, Coleoptera,
Lepidoptera, Neuroptera dan Streptera. Ordo Diptera dan Hymenoptera merupakan
serangga parasit terpenting karena banyak famili dari kedua ordo ini yang berperan
sebagai parasitoid

4. Apa saja jenis parasitoid?


Berdasarkan Perkembangan di luar atau dalam tubuh inang
Menurut Sandjaja, B. (2007) spesies parasitoid dibagi menjadi:
1. Ektoparasitoid adalah parasit yang siklus hidupnya berlangsung di luar tubuh
inang, yaitu menempel pada tubuh inang. Contohnya: Compsometris sp, yang
memerasit Exopholis sp.

Gambar 2.3. Exopholis sp.


(Sumber: https://entnemdept.ulf.edu, diakses 10 November 2021.)

2. Endoparasitoid adalah parasit yang siklus hidupnya berlangsung di dalam


tubuh inangnya. Contohnya: Leefmansia bicolor yang memerasit telur Sexava sp.

Gambar 3.3. Leefmansia bicolor yang memarasit telur Sexava sp.


(Sumber : https://slideplayer.info, diakses 1 November 2021.)

Berdasarkan Fase Tumbuh Inang diserang


Menurut Jumar (2000) parasitoid dibedakan menjadi :

30
1. Parasitoid telur (oviparasit), yaitu parasitoid yang meletakkan telur pada telur
inang, akibatnya telur inang tidak menetas. Parasit menyerang inang selama
tahap telur dan bersifat endoparasit. Jadi, parasitisme telur adalah parasit yang
memparasit inangnya ketika masih dalam tahap telur. . Contoh: Anagrus
optabilis - wereng coklat.

Gambar 4.3. Anagrus optabilis yang memparasit telur wereng coklat.


(Sumber : https://docplayer.info, diakses 1 November 2021.)

2. Parasitoid telur – larva, Secara khusus, parasitoid bertelur di dalam telur


inangnya, telur inang menetas tetapi larvanya tidak menjadi kepompong. Parasitoid
berkembang dari telur menjadi larva. Contoh: Chelonus sp, penggerek mayang
kelapa.

Gambar 5.3. Chelonus sp. penggerek mayang kelapa.


(Sumber : https://biodiversidad.virtual, diakses 10 November 2021)

3. Parasitoid larva, yaitu parasitoid yang meletakkan telur pada larva inang,
sehingga larva inang tidak dapat menjadi kepompong (pupa). Parasit menyerang
inangnya pada tahap larva atau ulat. Contoh : Apanteles erionotae - larva penggulung
daun pisang.

31
Gambar 6.3. Parasit yang menyerang inang yang berada pada fase ulat. (Apanteles
erionotae).
(Sumber: https://docplayer.info/, diakses 1 November 2021.)

4. Parasitoid larva – pupa, yaitu parasitoid yang meletakkan telur pada larva
inang, dan setelah menetas, menjadi parasit pada larva inang ,sehingga pupa gagal
menjadi imago. Parasit berkembang dari larva menjadi pupa. Contoh : Tetrastichus
brontispae - Brontispa longissimi.

Gambar 7.3. Brontispa longissima hama pada kelapa yang terserang parasit
Tetrastichus brontispae.
(Sumber : DocPlayer.info, diakses 1 November 2021.)

5. Parasitoid pupa, yaitu parasit yang bertelur pada pupa inang, sehingga pupa
inang tidak dapat menjadi gambar. Parasit menyerang inangnya pada tahap pupa atau
kepompong. Contoh : Opius sp, kepompong lalat buah.

32
Gambar 8.3. Opius sp, kepompong lalat buah.
(Sumber : https://www.google.com, diakses 10 November 2021.)
6. Parasitoid imago, Parasit menyerang inangnya pada tahap imago atau
serangga dewasa. Contoh: Aphytis chrysomphali memparasitir Aspidiotus destructor.

Gambar 9.3. Aphytis chrysomphali memparasitir Aspidiotus destructor.


(Sumber : Arbico.organics.com, diakses 10 November 2021.)

Berdasarkan Spesies Prasitoid Lain


Menurut Herlinda, S. dan Chandra, I. (2015), parasitoid dibedakan menjadi:
1. Parasitoid primer, merupakan serangga parasitoid yang hidup di dalam/pada
dan memarasit serangga bukan parasitoid.
2. Parasitoid skunder, adalah parasitoid yang hidup dalam/pada dan memarasit
serangga parasitoid. Biasa juga disebut dengan hiperparasitoid.

Berdasarkan banyaknya parasitoid pradewasa per individu inang.


Menurut Nurindah dan IG.A.A. Indrayani. (2003) parasitoid dibagi menjadi:
1. Parasitoid soliter. Pasitoid soliter dapat dikatakan apabila dari satu inang
hanya keluar satu imago parasitoid.
2. Parasoid gregorius, dapat dikatakan apabila dari satu inang keluar lebih dari
satu imago parasitoid (satu spesies), karena telur yang diletakkan lebih dari
satu atau bersifat polyembrioni.

33
Berdasarkan kompetisi antar parasitoid pradewasa.
Menurut Sopialena (2018) parasitoid dibedakan menjadi:
1. Parasitoid ganda (multiple parasitoid), artinya jika lebih dari satu spesies
parasitoid berkembang dalam/pada satu inang. Dalam hal ini terjadi
persaingan antar parasitoid.
2. Superparasitisme, yaitu apabila dalam inang terdapat lebih dari satu individu
parasit, namun pada akhirnya hanya terdapat satu individu parasit, karena
yang lain mati (kalah). Hal ini terjadi jika populasi inang rendah, populasi
parasit tinggi, dan tidak tersedia makanan tambahan.

34
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Erionota thrax L., dikenal sebagai hama penggulung daun (bananas skipper),
adalah salah satu hama yang menyerang pohon pisang. Hama ini menyebabkan
kerusakan antara 34 hingga 47%. Oleh karena itu, pengendalian diperlukan untuk
mengurangi populasi serangga ini pada tanaman pisang. Hama dikendalikan dengan
menggunakan musuh alami yang terdapat di alam. Jenis musuh alami yang
teridentifikasi dari seluruh ulat penggulung daun adalah parasitoid.
Hasil menunjukan sebuah tingkat parasitasi yang rendah, yaitu hanya 0,4%. Ini
berarti dari setiap 5 ulat penggulung daun pisang yang diamati, hanya ada 2 yang
terparasit oleh spesies Brachymeria thracis. Mungkin ada faktor-faktor lain yang
mempengaruhi tingkat parasitasi ini. Namun, rendahnya tingkat parasitasi adalah
karena masih tingginya fase larva pada Erionota thrax, sehingga parasitoid ini yang
biasanya menyerang pada fase pupa menjadi kurang aktivitasnya.

4.2. Saran
Hasil praktikum ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam hal
intensitas serangan Erionota thrax untuk kedepannya. Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai musuh alami, baik dari jenis predator atau jenis parasitoid. Supaya
dilakukan perbanyakan parasitoid yang berfungsi untuk menekan perkembangan dari
hama Erionata thrax.

35
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2016). Intensitas Serangan Hama Ulat Daun Pisang Erionota Thrax L Pada
Tanaman Pisang kabupaten Jember. Skripsi, 1(1), 1–29.
Ahmad,Intan;maramis,redsway;sastrodiharjo,soelaksono, and agus D. (2013).
Abundant parasitoids of. Parasitoids of Orionota Thrax
(Lepidoptera ;Hesperidae) Infour Banana Plantations around Bandung Areas. in:
International Converence of Mathematics and Natural Sciences (Icmns) Institusi
Teknologi Bandung, 28–30.
Direktorat Perlindungan Perkebunan dan Direktorat Jenderal Bina Produksi
Perkebunan Departemen Pertanian. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit
Tanaman Lada. Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat. Jakarta
Godfray HCJ. 1994. Parasitoid: Behavioral and Evolutionary Ecology. Pricenton
University Press, New Jersey
Herlinda.S., & Chandra.I., 2015. Pengendalian Hayati Hama Tumbuhan. Dicetak oleh
Unsri Press ISBN 979-587-568-
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Novianti, F. 2008. Hama Penggulung Daun Pisang Erionota Thrax Linnaeus
(Lepidoptera: Hesperidae) dan Musuh Alaminya di Tempat-Tempat dengan
Ketinggian Berbeda. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 43 hal.
Nurindah dan IG.A.A. Indrayani. 2003. Musuh Alami Serangga Hama Kapas.
Database PUI Tanaman Serat.
Pebrianti, H. D., Maryana, N., & Winasa, I. W. (2016). Pertanaman Kelapa Sawit Dan
Padi Sawah Di Cindali , Kabupaten Bogor. Jurnal HPT Tropika, 16(2), 138–146.
S, I., Manivannan, M., & Kumar, A. R. (2018). Bioecology and management of the
banana skipper (Erionota thrax) (Hesperiidae: Lepidoptera). Journal of
Entomology and Zoology Studies, 6(2), 262–265.
https://www.researchgate.net/profile/Houda_Kawas/post/How_a_best_way_to_c
ontrol_leaf_roller_at_banana_leaves_by_Erionota_thrax/attachment/59d63c477
9197b8077999404/AS:414577218080771@1475854319653/download/TFSB_4
%28SI1%2922-31o.pdf
Sandjaja, B. 2007. Parasitologi Kedokteran Buku I: Protozoologi Kedokteran,Prestasi
Pustaka Publisher, Jakarta.
Satuhu, S. dan A. Supriyadi. 2007. Pisang: Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Pasar.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Sopialena., 2018. Pengendalian Hayati dengan Memberdayakan Potensi Mikroba
ISBN: 978-602-6834- XX-X © 2018. Mulawarman University Press

36
Susanty, D., & Oksari, A. A. (2021). JBIO : JURNAL BIOSAINS ( The Journal of
Biosciences ). Pertumbuhan Dan Metabolit Sekunder Chlorella Sorokiniana Yang
Dikultur Pada Limbah Cair Tahu, 7(3), 121–126.
https://doi.org/10.24114/jbio.v7i3.26875
Yulian, Y. Des, Wibowo, L., & Indriyati, I. (2016). INVENTARISASI PARASITOID
HAMA PENGGULUNG DAUN PISANG (Erionota thrax L.) DI KOTA METRO
DAN SEKITARNYA PROVINSI LAMPUNG. Jurnal Agrotek Tropika, 4(1),
11–15. https://doi.org/10.23960/jat.v4i1.1871

37
LAMPIRAN

38

Anda mungkin juga menyukai