Anda di halaman 1dari 20

Makalah

FUNGI / JAMUR

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Rutin Yang Diwajibkan

Dalam Mengikuti Mata Kuliah Botani Cryptogamae

Dosen Pengampu:

Syarifah Widya Ulfa, M.Pd.

Disusun Oleh:

Chodijah Anurja (0310173122)


Dea Putri Yorenza (031017254)
Fatimah Prawita Putri Sambri Tanjung (0310172079)
Neni Afriani Rangkuti (0310171040)
Nova Andriani (0310171006)
Rahmat Penyusunan (0310171114)
Sandra Dewi (0310171002)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
yang telah memberikan kemudahan bagi penulis sebagai penyusun makalah untuk dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Botani Cryptogamae yang mana
dengan tugas ini pembaca sebagai mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh dari materi yang
diberikan dosen pengampu dengan makalah yang berjudul tentang “FUNGI / JAMUR”.
Mengenai penjelasan lebih lanjut dipaparkan dalam bagian pembahasan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat, maka penulis mengucapakan terima kasih
kepada semua pihak yan telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Saran dan kritik yang membangun dengan terbuka kami
terima untuk meningkatkan kualitas makalah ini.

Medan, Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... . i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................................... 2
2.1 Pengertian Fungi/Jamur .............................................................................. 2
2.2 Ciri-ciri Fungi/Jamur .................................................................................. 4
2.3 Struktur Tubuh Fungi/Jamur ....................................................................... 4
2.4 Cara Hidup dan Habitat Fungi/Jamur ....................................................... .. 5
2.5 Klasifikasi Fungi/Jamur ............................................................................ .. 6
2.6 Pertumbuhan dan Reproduksi Fungi/Jamur ............................................ .. .. 9
2.7 Cara Fungi/Jamur Memperoleh Makanan ................................................ 12
2.8 Peran Fungi/Jamur Bagi Manusia ............................................................. 13
2.9 Ayat Alquran yang berhubungan dengan Fungi/Jamur ............................ 14
BAB III. PENUTUP ............................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 11
3.2 Saran ......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jamur atau fungi adalah organism heterotrofik. Mereka memerlukan senyawa organik
untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut, mereka disebut
sporofit. Fungi memiliki berbagai macam penampilan tergantung pada spesiesnya. Saat
musim hujan atau di halaman dan tempat-tempat lain yang lembab dan teduh, kita mungkin
dapat menemukan suatu organisme seperti tumbuhan kecil berbentuk payung berwarna putih.
Organisme seperti itu adalah bagian dari spesies fungi atau jamur. Jamur di alam sangat
beragam dalam bentuk maupun warnanya. Ilmuan mikologi (Yunani, mykes = jamur)
memperkirakan jenis jamur yang sudah teridentifikasi mencapai sekitar 100.000 spesies.
Fungi adalah eukariota, dan sebahagian besar adalah eukariota multiseluler. Meskipun
fungi pernah dikelompokkan kedalam kingdom Plantae, fungi adalah organism unik yang
umumnya berbeda dari eukariota lainnya ditinjau dari cara memperoleh makanan, organisasi
structural serta pertumbuhan dan reproduksinya. Jamur sering dianggap sebagai organism
yang tergolong dalam Plantae, tetapi adapula yang menganggap jamur sebagai golongan
organism yang terpisah dari tumbuhan. Dengan demikian terdapat pula perbedaan tado
terletak pada taksa yang lebih tinggi dari kelas, sedangkan taksa dari kelas kebawah tidak
terdapat perbedaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari fungi/jamur?
2. Apa saja ciri-ciri dari fungi/jamur?
3. Bagaimana struktur tubuh fungi/jamur?
4. Bagaimana cara hidup dan habitat fungi/jamur?
5. Bagaimana klasifikasi fungi/jamur?
6. Bagaimana pertumbuhan dan reproduksi fungi/jamur?
7. Bagaimana cara jamur memperoleh makanan?
8. Bagaimana peran dan manfaat jamur bagi manusia?
9. Adakah ayat Al-Quran yang berhubungan dengan Fungi/Jamur?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dari fungi/jamur
2) Untuk mengetahui ciri-ciri dari fungi/jamur
3) Untuk mengetahui struktur tubuh fungi/jamur
4) Untuk mengetahui cara hidup dan habitat fungi/jamur
5) Untuk mengetahui klasifikasi fungi/jamur
6) Untuk mengetahui pertumbuhan dan reproduksi fungi/jamur
7) Untuk mengetahui cara jamur memperoleh makanan
8) Untuk mengetahui peran dan manfaat jamur bagi manusia
9) Untuk mengetahui ayat Al-Quran yang berhubungan dengan fungi/jamur
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Jamur

Fungi adalah organisme kemoheterotrof yang memerlukan senyawa organik untuk


nutrisinya (sumber karbon dan energi). Didalam dunia mikroba, jamur termasuk divisi
mycota (fungi). Mycota berasal dari kata mykes (dalam bahasa Yunani), disebut juga fungi
(bahasa Latin). Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang
berarti tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki
tubuh buah serta tumbuh atau muncul diatas tanah atau pepohonan.1
Fungi merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat
heterotrof, tipe sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri
dari benang-benang yang disebut hifa yang dapat membentuk anyaman bercabang-cabang
(miselium). Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung
kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa
yang berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal
(mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Gandjar dkk, 2006).
Fungi pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri fungi berbeda dengan
organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.
Fungi benang terdiri atas massa benang yang bercabang-cabang yang disebut miselium.
Miselium tersusun dari hifa (filamen) yang merupakan benang-benang tunggal. Badan
vegetatif jamur yang tersusun dari filamen-filamen disebut thallus. Berdasarkan fungsinya
dibedakan dua macam hifa, yaitu hifa fertil dan hifa vegetatif. Hifa fertil adalah hifa yang
dapat membentuk sel-sel reproduksi atau spora-spora. Apabila hifa tersebut arah
pertumbuhannya keluar dari media disebut hifa udara. Hifa vegetatif adalah hifa yang
berfungsi untuk menyerap makanan dari substrat.

Jamur atau cendawan tidak mempunyai kormotofora, oleh sebab itu umumnya tidak
berwarna, tetapi pada jamur yang tinggi tingkatannya terdapat bermacam-macam zat warna,
terutama dalam badan buahnya. Zat warna itu umumnya terdiri atas senyawa aromatic yang

1
Tjitrosoepomo, G., 1991. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pterydophyta.
Gadjah Mada University Press
tidak mengandung nitrogen. Jamur hidup sebagai saprofit atau parasit, ada yang didalam air
dan kebanyakan di daratan sedangkan didalam laut jarang sekali ditemukan.2

2.2 Ciri-ciri Jamur


Fungi atau jamur sebagai kelompok organism eukariotik, tidak berpindah tempat
(nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan,
dan kitin, tidak berklorofil, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa organik, serta
berkembang biak secara seksual dan aseksual.3
Di alam ada sekitar 100.000 jenis jamur yang sudah dikenal dan lebih dari 1.000 jenis
baru yang berhasil dideskripsikan oleh para ahli setiap tahunnya. Bahkan mungkin masih ada
sekitar 200.000 jenis lain yang sampai saat ini belum ditemukan atau dideskripsikan.
Sementara itu, kegiatan manusia dalam mengeksploitasi alam berpeluang mengancam
keberlangsungan hidup organisme tersebut. Perusakan hutan hujan tropis yang hampir terjadi
setiap hari atau perusakan habitat jamur yang lain tidak diragukan lagi berpotensi membawa
jenis-jenis organisme berspora tersebut kepada kepunahan, bahkan sebelum mereka sempat
ditemukan dan dipelajari oleh para ahli.

Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang
lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak
berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-senyawa
organik yang diabsorbsi dari organisme lain.

2.3 Struktur Tubuh Jamur


Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo
khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya
mencapai satu meter, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar
yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun
jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang
tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan
sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.

Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori
besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir

2
Syarifah Widya Ulfa, 2017. Botani Cryptogamae. Medan: Perdana Publishing., hal 79-80
3
Indah Enjang, 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, hlm 72
dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa
senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan
pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami
modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat;
haustoria dapat menembus jaringan substrat.

Gambar 1. Struktur Tubuh Jamur

2.4 Cara Hidup dan Habitat Jamur


Adapun cara hidup jamur memiliki sifat diantaranya:
a) Parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya,
sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang
menginfeksi paru-paru penderita AIDS). Parasit fakultatif adalah jamur yang bersifat
parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak
mendapatkan inang yang cocok.
b) Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur
saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan
buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluarkan enzim hidrolase pada substrat
makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana
sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap
bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya.
c) Simbiosis Mutualisme, merupakan jamur yang hidup bersimbiosis. Selain menyerap
makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi
simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza,
yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada lichenes.
Jamur hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar jamur hidup di
tempat yang lembab. Habitat fungi berada di darat (terestrial) dan di tempat lembab.
Meskipun demikian banyak pula fungi yang hidup pada organisme atau sisa-sisa organisme
di laut atau di air tawar. Jamur juga dapat hidup di lingkungan yang asam.

2.5 Klasifikasi Fungi/Jamur


Jamur atau fungi dipelajari secara spesifik di dalam cabang biologi yang disebut
mikologi. Para ahli mikologi (mycologist) mengelompokkan kingdom ini ke dalam 6 divisi.
Dasar yang digunakan dalam klasifikasi ini adalah persamaan ciri-ciri. Salah satu ciri jamur
adalah bereproduksi dengan spora, baik spora berflagela maupun spora tidak berflagela.
Jenis-jenis jamur yang sporanya berflagela dikelompokan dalam Dunia Protista yaitu
Myxomycetes dan Oomycetes. Sedangkan yang memiliki spora tidak berflagela dimasukkan
ke dalam dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu divisi Zygomycetes, Divisi
Ascomycetes, dan Divisi Basidiomycetes. Dasar klasifikasi ketiga divisi tersebut adalah cara
reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang reproduksi seksualnya belum diketahui,
diklasifikasikan ke dalam satu divisi, yang diberi nama divisi Deuteromycetes.
1) Myxomycetes
Myomycetes atau jamur lendir merupakan kelompok fungi yang tidak memiliki
klorofil, yang secara filogenik tergolong kedalam organisme yang sangat sederhana.
Tubuhnya berbentuk lendir sehingga disebut jamur lendir. Jamur lendir terdapat banyak
dihutan basah, batang kayu yang membusuk, tanah lembab, sampah basah dan kayu lapuk.
Contoh dari kelas ini yaitu;

2) Oomycetes
Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan pada cara reproduksi seksual pada
jamur air. Beberapa anggota Oomycotina bersifat uniseluler dan tidak memiliki kloroplas.
Jamur air memiliki dinding sel terbuat dari selulosa, yang berbeda dengan dinding sel jamur
sejati yang terbuat dari polisakarida yang disebut kitin. Yang membedakan jamur air dengan
jamur sejati adalah adanya sel biflagellata yang terjadi pada daur hidup jamur air. Sementara
jamur sejati tidak memiliki flagella.
Sebagian besar jamur air hidup secara bebas atau melekat pada sisa-sisa tumbuhan di
kolam, danau, atau aliran air. Meraka hidup sebagai pengurai dan berkoloni. Walaupun
begitu, ada juga yang hidup pada sisik atau insang ikan yang terluka sebagai parasit. Contoh
anggota Oomycotina adalah Saprolegnia, dan Phytoptora infestans. Selain bersifat parasit,
jamur air juga bersifat patogen (dapat menimbulkan penyakit), seperti menyebabkan
pembusukan kayu pada kentang dan tomat.
Jamur air dapat bereproduksi secara seksual atau aseksual. Secara aseksual, jamur air
menghasilkan sporangium di ujung hifa. Di dalam sporangium tersebut, dihasilkan spora
yang berflagella yang disebut zoospora. Ketika zoospora matang dan jatuh di tempat yang
sesuai, maka akan berkecambah dan tumbuh menjadi mycelium baru. Adapun reproduksi
secara seksual terjadi melalui penyatuan gamet jantan dan gamet betina. Gamet jantan
dihasilkan oleh antheredium dan gamet betina dihasilkan dari oogonium. Penggabungan
gamet jantan dan gamet betina menghasilkan zigot diploid. Zigot ini nantinya akan
berkembang menjadi spora, yang berdinding tebal. Saat spora berkecambah, akan dihasilkan
mycelium baru.
3) Zygomycetes
Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur yang
terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black bread mold) atau Rhizopus sp.
Divisi Zygomycotina memiliki anggota yang hampir semuanya hidup pada habitat darat,
kebanyakan hidup sebagai saprofit. Tubuhnya bersel banyak, berbentuk benang (hifa) yang
tidak bersekat, dan tidak menghasilkan spora yang berflagella.
Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan seksual. Pada reproduksi seksual,
jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi aseksualnya dengan
perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di dalam sporangium (kotak
spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah, sehingga spora menyebar terbawa angin.
Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh menjadi hifa
baru.
Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara konjugasi. Proses ini diawali
ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling berdekatan. Masing-
masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan dan perpanjangan pada bagian-
bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian, kedua gametangium tersebut bertemu dan
kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot kemudian berkembang menjadi zigospora
(diploid). Pada tahapan berikutnya, zigospora tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna
hitam. Inti diploid (2n) mengalami meisosis, menghasilkan inti haploid (n). Pada lingkungan
yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki
struktur penopang yang disebut sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksual
dimulai lagi yaitu ditandai dengan pematangan sporangium hingga sporangium tersebut
pecah dan spora tersebar keluar. Contohnya Mucor mucedo yaitu jamur yang hidup secara
saprofit dan sering dijumpai pada roti, sisa-sisa makanan dan kotoran ternak.
4) Ascomycetes
Golongan jamur ini dicirikan dengan sporanya yang terletak di dalam kantung yang
disebut askus. Askus adalah sel yang membesar, yang di dalamnya terbentuk spora yang
disebut askuspora. Setiap askus biasanya menghasilkan 2-8 askospora.
Kelas ini umumnya memiliki 2 stadium perkembangbiakan yaitu stadium askus atau
stadium aseksual. Perkembangbiakan aseksual ascomycetes berlangsung dengan cara
pembelahan, pertunasan, klamidiospora, dan konidium tergantung kepada spesies dan
keadaan sekitarnya. Contohnya yaitu pada Aspergillus sp. Seperti Aspergillus oryzae dan
Aspergillus wentii.
5) Basidiomycetes
Basidiomycetes dicirikan memproduksi spora seksual yang disebut basidiospora.
Kebanyakan anggota basiodiomycetes adalah cendawan, jamur payung dan cendawan
berbentuk bola yang disebut jamur berdaging, yang spora seksualnya menyebar di udara
dengan cara yang berbeda dari jamur berdaging lainnya.
6) Deuteromycetes
Ada beberapa jenis jamur belum diketahui siklus reproduksi seksualnya (disebut fase
sempurna). Jamur ini “tidak sempurna” karena belum ada spora seksual mereka yang
ditemukan. Anggota kelompok ini berkembang biak dengan klamidospora, arthrospora,
konidiospora, pertunasan juga terjadi. Deuteromycetes juga memiliki hifa yang bersekat.

2.7 Pertumbuhan dan Reproduksi Fungi/Jamur.

1) Pertumbuhan Jamur
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur pada umumnya,
diantaranya dikarenakan oleh faktor berikut: (Gandjar, 2006).
a) Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi fungi. Nutrien-nutrien baru dapat
dimanfaatkan sesudah fungi mengekskresi enzim-enzim ekstraselular yang dapat
mengurai senyawa-senyawa kompleks dari substrat tersebut menjadi senyawa-senyawa
yang lebih sederhana. Misalnya, apabila substratnya nasi, atau singkong, atau kentang,
maka fungi tersebut harus mampu mengekskresikan enzim α-amilase untuk mengubah
amilum menjadi glukosa. Senyawa glukosa tersebut yang kemudian diserap oleh fungi.
Apabila substratnya daging, maka fungi tersebut harus mengeluarkan enzim yang
proteolitik untuk dapat menyerap senyawa asam-asam amino hasil uraian protein.
Contoh yang lain lagi, misalnya substratnya berkadar lemak tinggi, maka fungi tersebut
harus mampu menghasilkan lipase agar senyawa asam lemak hasil uraian dapat diserap
ke dalam tubuhnya. Fungi yang tidak dapat menghasilkan enzim sesuai komposisi
substrat dengan sendirinya tidak dapat memanfaatkan nutrien-nutrien dalam substrat
tersebut.
b) Kelembabab dan Suhu
Kelembaban tanah diartikan sebagai aktivitas air didalam tanah. Rasio aktivitas air ini
disebut juga kelembaban relative. Ketersediaan air dilingkungan sekitar jamur dalam
bentuk gas sama pentingnya dengan ketersediaan air dalam bentuk cair. Hal ini
menyebabkan hifa jamur dapat menyebar keatas permukaan yang kering atau muncul di
atas permukaan substrat. Variasi suhu yang rndah dan kelembaban yang relative ini
sangat berkaitan dengan curah hujan yang tinggi.
c) Intensitas Cahaya
Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap pembentukan
struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun proes reproduksi
memerlukan cahaya, hanya fase tertentu saja yang memerlukan cahaya, atau secara
bergantian struktur berbeda didalam sporokarp dapat memberi respon berbeda terhadap
cahaya. Contoh spesies Discomycetes Sclerotina sclerotiorum akan terbentuk dalam
kondisi gelap, namun memerlukan cahaya untuk pembentukan pileusnya. Jamur dari
family polyporaceae tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi. Hal ini
dimungkinkan karena kebanyakan jamur family polyporaceae memiliki tubuh buah yang
relative besar. Jamur dari polyporaceae merupakan jamur pembusuk kayu.
d) konsentrasi pH
Pada substrat bisa mempengaruhi pertumbuhan meskipun tidak langsung tetapi
berpengaruh terhadap ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan atau beraksi langsung pada
permukaan sel. Hal ini memungkinkan nutrisi yang diperlukan jamur untuk tumbuh
dengan baik cukup tersedia. Kebanyakan jamur tumbuh dengan baik pada pH yang asam
sampai netral.
e) Bahan Kimia
Bahan kimia sering digunakan untuk mencegah pertumbuhan fungi. Senyawa formalin
disemprotkan pada tekstil yang akan disimpan untuk waktu tertentu sebelum dijual. Hal
ini terutama untuk mencegah pertumbuhan kapang yang bersifat selulolitik, seperti
Chaetomium globosum, Aspergillus niger, dan Cladosporium cladosporoides yang dapat
merapuhkan tekstil, atau meninggalkan noda-noda hitam akibat sporulasi yang terjadi,
sehingga menurunkan kualitas bahan tersebut. Selama pertumbuhannya fungi
menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak diperlukannya lagi dan dikeluarkan ke
lingkungan. Senyawa-senyawa tersebut merupakan suatu pengaman pada dirinya
terhadap serangan oleh mikroorganisme lain termasuk terhadap sesama mikroorganisme.
Manusia memanfaatkan senyawa-senyawa tersebut, yang kita kenal sebagai antibiotik,
untuk mencegah berbagai penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme.

2) Reproduksi Jamur
Fungi yang sudah dewasa akan membentuk struktur-struktur untuk melakukan
reproduksi agar spesiesnya menyebar dan tidak punah. Faktor lingkungan sangat menentukan
struktur reproduksi apa yang akan dibentuk fungi dan untuk tujuan apakah struktur
reproduksi seksual atau struktur reproduksi aseksual.
Sampai sekarang diketahui bahwa banyak spesies fungi yang hanya bereproduksi
secara aseksual (fase anamorf). Akan tetapi perkembangan ilmu pengetahuan berhasil
menemukan fase seksual (fase teleomorf) pada sejumlah fungi yang sebelumnya diketahui
hanya bereproduksi secara aseksual, yaitu menghasilkan spora aseksual atau konidia.
1. Reproduksi seksual dengan cara oogami yang melibatkan penggabungan satu oosfer
(gamet betina) dengan gamet jantan yang terbentuk dalam anteridium, menghasilkan
oospora.
2. Sedangkan reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk zoospora yang dihasilkan
dalam sporangium.
a) Reproduksi Secara Vegetatif
Reproduksi secara vegetatif pada jamur bersel satu dilakukan dengan cara
pembentukan tunas yang akan tumbuh menjadi individu baru. Sementara reproduksi secara
vegetatif pada jamur multiseluler dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1) Fragmentasi (pemutusan) hifa. Potongan hifa yang terpisah akan tumbuh menjadi jamur
baru.
2) Pembentukan spora vegetatif. Spora vegetatif dapat berupa sporangiospora atau
konidiospora.

Jamur jenis tertentu yang sudah dewasa menghasilkan sporangiofor (tangkai kotak
spora). Pada ujung sporangiofor terdapat sporangium (kotak spora). Di dalam kotak spora
terjadi pembelahan sel secara mitosis dan menghasilkan banyak sporangiospora
dengan kromosom yang haploid (n). Jamur jenis lainnya yang sudah dewasa dapat
menghasilkan konidiofor (tangkaikonidium). Pada ujung konidiofor terdapat konidium (kotak
konidiospora). Di dalam konidium terjadi pembelahan sel secara mitosis dan menghasilkan
banyak konidiospora dengan kromosom yang haploid (n). Baik sporangiospora maupun
konidiospora, bila jatuh di tempat yang cocok, akan tumbuh menjadi hifa baru yang haploid
(n).
b) Reproduksi Secara Generatif
Reproduksi jamur dengan generatif (seksual) dilakukan terlebih dahulu dengan
pembentukan spora seksual yang melalui sebuah peleburan antara hifa yang mempunyai jenis
berbeda. Mekanisme reproduksi secara generative ialah sebagai berikut :

a) Hifa (+) dan Hifa (–) masing-masing akan berkromosom haploid (n) dengan berdekatan
membentuk gametangium. Gametangium ialah organ yang dapat menghasilkan gamet
pada tumbuhan yang mempunyai tingkat rendah.
b) Gametamgium mengalami plasmogami (peleburan sitoplasma) yang membentuk
zigosporangium dikariotik (heterokariotik) dengan pasangan nukleus yang kromosom
haploid yang belum bersatu. Pada zigosporangium mempunyai lapisan yang dinding
selnya tebal dan kasar dalam bertahan pada kondisi yang buruk atau kering.
c) Bila kondisi lingkungan membaik akan menjadi kariogami (peleburan inti) sehingga
zigosporangium mempunyai inti yang berkromosom diploid (2n).
d) Inti diploid (2n) zigosporangium segera mengalami pembelahan yang secara mitosis
akan menghasilkan zigospora haploid (n) didalam zigosporangium.
e) Zigospora haploid (n) akan berkecambah membentuk sporangium yang berangkai
pendek dengan kromosom haploid (n).
f) Sporangium haploid (n) akan menghasilkan spora-spora yang haploid (n), spora-spora ini
akan mempunyai keanekaragaman genetic.
g) Bila spora-spora haploid (n) jatuh pada tempat yang cocok hal ini akan terjadi kecambah
(germinasi) yang menjadi sebuah hifa jamur yang haploid (n), Hifa tersebut akan tumbuh
dengan membentuk jaringan miselium yang semuanya haploid (n).
2.8 Cara Fungi/Jamur Memperoleh Makanan
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya,
jamur tidak memangsa dan mencerna makanan. Untuk memperoleh makanan, jamur
menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian
menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur
bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa
kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof,
jamur dapat bersifat parasit obligat, parasite fakultatif, atau saprofit.

Jamur mendapatkan nutrisi mereka dengan menyerap senyawa organik dari


lingkungan. Jamur adalah heterotrofik: mereka hanya mengandalkan karbon yang diperoleh
dari organisme lain untuk metabolisme dan makanan mereka. Jamur telah berevolusi dengan
cara yang memungkinkan mereka menggunakan berbagai macam substrat organik untuk
pertumbuhan, termasuk senyawa sederhana seperti nitrat, ammonia, asetat, atau etanol.

Cara mereka mendapatkan makanan mendefinisikan peran jamur di lingkungan


mereka. Jamur memperoleh nutrisi dalam tiga cara yang berbeda:4

1. Mereka menguraikan bahan organik mati. Saprotrof adalah organisme yang memperoleh
nutrisi yang dari bahan organik non-hidup, biasanya tumbuhan atau hewan mati dan
membusuk, dengan menyerap senyawa organik terlarut-larut. Jamur Saprotrof
memainkan peran yang sangat penting dengan mendaur ulang dalam aliran energi
ekosistem dan siklus biogeokimia. Jamur saprofit, seperti shiitake (Lentinula edodes) dan
jamur tiram (Pleurotus ostreatus), menguraikan tanaman mati dan jaringan hewan dengan
melepaskan enzim dari hifa yang tipis. Dengan cara ini mereka mendaur ulang bahan
organik kembali ke lingkungan sekitarnya. Karena kemampuan ini, jamur adalah
pengurai utama di hutan (lihat Gambar di bawah).
2. Mereka memakan inang hidup. Sebagai parasit, jamur hidup di atau pada organisme lain
dan mendapatkan nutrisi dari tuan rumah mereka. Jamur parasit menggunakan enzim
untuk memecah jaringan hidup, yang mungkin menyebabkan penyakit pada host.
Penyebab penyakit jamur yang parasit. Ingat parasitisme yang merupakan jenis
hubungan simbiosis antara organisme dari spesies yang berbeda yang salah satu yaitu
parasit, mendapat manfaat dari hubungan dekat dengan yang lain, tuan rumah, yang
dirugikan.
3. Mereka tinggal secara mutualisme dengan organisme lain. Jamur mutualistik hidup tanpa
bahaya dengan organisme hidup lainnya. Ingat mutualisme yang merupakan interaksi

4
Soenarjo Sastrodinoto., 1980. Biologi Umum 1: Biosfer dan Aneka Makhluk Hidup. Jakarta: PT
Gramedia., hlm
antara individu dari dua spesies yang berbeda, di mana kedua individu memperoleh
keuntungan.

2.9 Peran Fungi/Jamur Bagi Kehidupan

Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang merugikan
maupun yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan meliputi berbagai jenis, antara
lain sebagai berikut :
a. Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan berprotein tinggi.
b. Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu dalam pembuatan
tempe dan oncom.
c. Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri keju, roti, dan bir.
d. Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik.
e. Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai decomposer.
Di samping peranan yang menguntungkan, beberapa jamur juga mempunyai peranan
yang merugikan, antara lain sebagai berikut :
a. Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit rebah semai.
b. Phythophthora inf'estan menyebabkan penyakit pada daun tanaman kentang.
c. Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air.
d. Albugo merupakan parasit pada tanaman pertanian.
e. Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paru-paru manusia.
f. Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.

2.10 Ayat Al-Quran yang Berhubungan dengan Jamur

Jamur adalah organisme yang sifat hidupnya parasitik atau saprofitik yang berperan sebagai
pengurai/dekomposer bahan organik. Berkaitan dengan dekomposisi bahan organik, dalam
Al-Quran pada surat Az-Zumar ayat 21 Allah SWT berfirman:

Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air
dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air dibumi kemudian ditumbuhkan-Nya
dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadikan kering
lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berdera-derai.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal.” (QS. Az-Zumar: 21).5

Ayat diatas memberikan suatu pelajaran, ketika Allah menciptakan tumbuhan yang
bermacam-macam warnanya, kemudian menjadikannya kering dan hancur berdera-derai. Hal
tersebut ada penyebabnya dan salah satunya adalah jamur, yang mana jamur tersebut juga
akan menjadi manfaat bagi orang yang mengetahuinya. Ada banyak peran jamur salah
satunya juga dapat berperan sebagai pengurai organisme mati atau decomposer. Perannya
sebagai dekomposer ini mampu mempertahankan persediaan nutrien organik yang sangat
penting bagi pertumbuhan tanaman. Tanpa adanya dekomposer, elemen-elemen penting bagi
tumbuhan seperti karbon, nitrogen, dan elemen lainnya yang terakumulasi didalam bangkai
dan sampah organik sehingga tidak akan tersedia nutrient organik bagi tumbuhan untuk
tumbuh. Contoh jamur yang berperan sebagai decomposer adalah Pilobolus sp. yang
menguraikan sampah organik berupa kotoran hewan dan jamur kuping yang hidup dikayu.

Teori sains menyatakan hancurnya tumbuhan atau bahan organik yang mati atau
tubuh hewan yang mati disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme, terutama oleh bakteri
penghancur dan jamur yang mendekomposisi. Keberadaan jamur tidak sering lagi bagi kita
karena sudah bisa kita lihat. Jamur berwarna mulai dari warna yang kontras merah-kuning,
warna cerah putih kekuningan sampai warna gelap kehitaman. Semua itu merupakan tubuh
buah berbagai jamur yang berbeda-beda, tergantung spesienya.6

5
Al-Quranul Karim.
6
H.M Subandi, Mikrobiologi Perkembangan Kajian dan Pengamatan Dalam Perspektif Islam, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm 90-91
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan materi jamur/ fungi ini adalah:
a) Jamur merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang tidak berklorofil,
tumbuhan ini umumnya bersifat sebagai saprofit atau parasit untuk memenuhi
kebutuhan pangannya.
b) Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang
lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak
berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-
senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme lain.
c) Struktur tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa
membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan
semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari
dinding berbentuk pipa.
d) Cara hidup jamur terdiri dari tiga jenis, yaitu adalah jamur yang bersifat parasit,
saprofit, dan simbiosis mutualisme.
e) Jamur dibagi kedalam 6 divisi yaitu mysomycetes, oomycetes, zygomycetes,
ascomycetes, basidiomycetes, dan deuteromycetes.
f) Cara jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya,
kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan
konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat,
protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari
lingkungannya.
g) Jamur Berkembang biak secara seksual dan aseksual, Secara aseksual jamur
menghasilkan spora, sedangkan seksual terjadi melalui kontak gametangium dan
konjugasi
h) Peran jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, ada yang merugikan da nada
yang menguntungkan. Salah satu yang menguntungkan adalah jamur Saccharomyces
yang berguna sebagai fermentor dalam pembuatan keju. Sedangkan contoh jamur
yang merugikan adalah Phythophthora inf'estan menyebabkan penyakit pada daun
tanaman kentang.
3.2 Saran
Kiranya pada pembuatan makalah ini, mahasiswa/i bisa lebih mengetahui dalam
pemahaman sekaligus tambahan wawasan tentang Fungi/Jamur. Serta mampu mengenali dan
menjabarkan kembali pengertian, beserta pembagian-pembagian dari setiap sub judul pada
materi yang telah dipaparkan.
Pemakalah berharap kepada para pembaca, agar kiranya memberikan saran dan kritik
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami juga para pembaca. Sekian penutup dari pemakalah semoga dapat
diterima dihati dan kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, dkk. 2011. Panduan lengkap jamur. Depok : Penebar Swadaya.
Al-Quranul Karim.
Enjang, Indah. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Gandjar, Indrawati dan wellydjar sjamsurridzal. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Sastrodinoto, Soenarjo. 1980. Biologi Umum 1: Biosfer dan Aneka Makhluk Hidup. Jakarta:
PT Gramedia.
Subandi. 2010. Mikrobiologi Perkembangan Kajian dan Pengamatan Dalam Perspektif
Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tjitrosoepomo, G. 1991. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pterydophyta. Bandung: Gadjah Mada University Press.
Ulfa, Syarifah Widya. 2017. Botani Cryptogamae. Medan: Perdana Publishing.

Anda mungkin juga menyukai