FUNGI / JAMUR
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
2018
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
yang telah memberikan kemudahan bagi penulis sebagai penyusun makalah untuk dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Botani Cryptogamae yang mana
dengan tugas ini pembaca sebagai mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh dari materi yang
diberikan dosen pengampu dengan makalah yang berjudul tentang “FUNGI / JAMUR”.
Mengenai penjelasan lebih lanjut dipaparkan dalam bagian pembahasan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat, maka penulis mengucapakan terima kasih
kepada semua pihak yan telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Saran dan kritik yang membangun dengan terbuka kami
terima untuk meningkatkan kualitas makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... . i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................................... 2
2.1 Pengertian Fungi/Jamur .............................................................................. 2
2.2 Ciri-ciri Fungi/Jamur .................................................................................. 4
2.3 Struktur Tubuh Fungi/Jamur ....................................................................... 4
2.4 Cara Hidup dan Habitat Fungi/Jamur ....................................................... .. 5
2.5 Klasifikasi Fungi/Jamur ............................................................................ .. 6
2.6 Pertumbuhan dan Reproduksi Fungi/Jamur ............................................ .. .. 9
2.7 Cara Fungi/Jamur Memperoleh Makanan ................................................ 12
2.8 Peran Fungi/Jamur Bagi Manusia ............................................................. 13
2.9 Ayat Alquran yang berhubungan dengan Fungi/Jamur ............................ 14
BAB III. PENUTUP ............................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 11
3.2 Saran ......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
Jamur atau cendawan tidak mempunyai kormotofora, oleh sebab itu umumnya tidak
berwarna, tetapi pada jamur yang tinggi tingkatannya terdapat bermacam-macam zat warna,
terutama dalam badan buahnya. Zat warna itu umumnya terdiri atas senyawa aromatic yang
1
Tjitrosoepomo, G., 1991. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pterydophyta.
Gadjah Mada University Press
tidak mengandung nitrogen. Jamur hidup sebagai saprofit atau parasit, ada yang didalam air
dan kebanyakan di daratan sedangkan didalam laut jarang sekali ditemukan.2
Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang
lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak
berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-senyawa
organik yang diabsorbsi dari organisme lain.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori
besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir
2
Syarifah Widya Ulfa, 2017. Botani Cryptogamae. Medan: Perdana Publishing., hal 79-80
3
Indah Enjang, 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, hlm 72
dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa
senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan
pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami
modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat;
haustoria dapat menembus jaringan substrat.
2) Oomycetes
Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan pada cara reproduksi seksual pada
jamur air. Beberapa anggota Oomycotina bersifat uniseluler dan tidak memiliki kloroplas.
Jamur air memiliki dinding sel terbuat dari selulosa, yang berbeda dengan dinding sel jamur
sejati yang terbuat dari polisakarida yang disebut kitin. Yang membedakan jamur air dengan
jamur sejati adalah adanya sel biflagellata yang terjadi pada daur hidup jamur air. Sementara
jamur sejati tidak memiliki flagella.
Sebagian besar jamur air hidup secara bebas atau melekat pada sisa-sisa tumbuhan di
kolam, danau, atau aliran air. Meraka hidup sebagai pengurai dan berkoloni. Walaupun
begitu, ada juga yang hidup pada sisik atau insang ikan yang terluka sebagai parasit. Contoh
anggota Oomycotina adalah Saprolegnia, dan Phytoptora infestans. Selain bersifat parasit,
jamur air juga bersifat patogen (dapat menimbulkan penyakit), seperti menyebabkan
pembusukan kayu pada kentang dan tomat.
Jamur air dapat bereproduksi secara seksual atau aseksual. Secara aseksual, jamur air
menghasilkan sporangium di ujung hifa. Di dalam sporangium tersebut, dihasilkan spora
yang berflagella yang disebut zoospora. Ketika zoospora matang dan jatuh di tempat yang
sesuai, maka akan berkecambah dan tumbuh menjadi mycelium baru. Adapun reproduksi
secara seksual terjadi melalui penyatuan gamet jantan dan gamet betina. Gamet jantan
dihasilkan oleh antheredium dan gamet betina dihasilkan dari oogonium. Penggabungan
gamet jantan dan gamet betina menghasilkan zigot diploid. Zigot ini nantinya akan
berkembang menjadi spora, yang berdinding tebal. Saat spora berkecambah, akan dihasilkan
mycelium baru.
3) Zygomycetes
Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur yang
terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black bread mold) atau Rhizopus sp.
Divisi Zygomycotina memiliki anggota yang hampir semuanya hidup pada habitat darat,
kebanyakan hidup sebagai saprofit. Tubuhnya bersel banyak, berbentuk benang (hifa) yang
tidak bersekat, dan tidak menghasilkan spora yang berflagella.
Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan seksual. Pada reproduksi seksual,
jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi aseksualnya dengan
perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di dalam sporangium (kotak
spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah, sehingga spora menyebar terbawa angin.
Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh menjadi hifa
baru.
Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara konjugasi. Proses ini diawali
ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling berdekatan. Masing-
masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan dan perpanjangan pada bagian-
bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian, kedua gametangium tersebut bertemu dan
kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot kemudian berkembang menjadi zigospora
(diploid). Pada tahapan berikutnya, zigospora tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna
hitam. Inti diploid (2n) mengalami meisosis, menghasilkan inti haploid (n). Pada lingkungan
yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki
struktur penopang yang disebut sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksual
dimulai lagi yaitu ditandai dengan pematangan sporangium hingga sporangium tersebut
pecah dan spora tersebar keluar. Contohnya Mucor mucedo yaitu jamur yang hidup secara
saprofit dan sering dijumpai pada roti, sisa-sisa makanan dan kotoran ternak.
4) Ascomycetes
Golongan jamur ini dicirikan dengan sporanya yang terletak di dalam kantung yang
disebut askus. Askus adalah sel yang membesar, yang di dalamnya terbentuk spora yang
disebut askuspora. Setiap askus biasanya menghasilkan 2-8 askospora.
Kelas ini umumnya memiliki 2 stadium perkembangbiakan yaitu stadium askus atau
stadium aseksual. Perkembangbiakan aseksual ascomycetes berlangsung dengan cara
pembelahan, pertunasan, klamidiospora, dan konidium tergantung kepada spesies dan
keadaan sekitarnya. Contohnya yaitu pada Aspergillus sp. Seperti Aspergillus oryzae dan
Aspergillus wentii.
5) Basidiomycetes
Basidiomycetes dicirikan memproduksi spora seksual yang disebut basidiospora.
Kebanyakan anggota basiodiomycetes adalah cendawan, jamur payung dan cendawan
berbentuk bola yang disebut jamur berdaging, yang spora seksualnya menyebar di udara
dengan cara yang berbeda dari jamur berdaging lainnya.
6) Deuteromycetes
Ada beberapa jenis jamur belum diketahui siklus reproduksi seksualnya (disebut fase
sempurna). Jamur ini “tidak sempurna” karena belum ada spora seksual mereka yang
ditemukan. Anggota kelompok ini berkembang biak dengan klamidospora, arthrospora,
konidiospora, pertunasan juga terjadi. Deuteromycetes juga memiliki hifa yang bersekat.
1) Pertumbuhan Jamur
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur pada umumnya,
diantaranya dikarenakan oleh faktor berikut: (Gandjar, 2006).
a) Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi fungi. Nutrien-nutrien baru dapat
dimanfaatkan sesudah fungi mengekskresi enzim-enzim ekstraselular yang dapat
mengurai senyawa-senyawa kompleks dari substrat tersebut menjadi senyawa-senyawa
yang lebih sederhana. Misalnya, apabila substratnya nasi, atau singkong, atau kentang,
maka fungi tersebut harus mampu mengekskresikan enzim α-amilase untuk mengubah
amilum menjadi glukosa. Senyawa glukosa tersebut yang kemudian diserap oleh fungi.
Apabila substratnya daging, maka fungi tersebut harus mengeluarkan enzim yang
proteolitik untuk dapat menyerap senyawa asam-asam amino hasil uraian protein.
Contoh yang lain lagi, misalnya substratnya berkadar lemak tinggi, maka fungi tersebut
harus mampu menghasilkan lipase agar senyawa asam lemak hasil uraian dapat diserap
ke dalam tubuhnya. Fungi yang tidak dapat menghasilkan enzim sesuai komposisi
substrat dengan sendirinya tidak dapat memanfaatkan nutrien-nutrien dalam substrat
tersebut.
b) Kelembabab dan Suhu
Kelembaban tanah diartikan sebagai aktivitas air didalam tanah. Rasio aktivitas air ini
disebut juga kelembaban relative. Ketersediaan air dilingkungan sekitar jamur dalam
bentuk gas sama pentingnya dengan ketersediaan air dalam bentuk cair. Hal ini
menyebabkan hifa jamur dapat menyebar keatas permukaan yang kering atau muncul di
atas permukaan substrat. Variasi suhu yang rndah dan kelembaban yang relative ini
sangat berkaitan dengan curah hujan yang tinggi.
c) Intensitas Cahaya
Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap pembentukan
struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun proes reproduksi
memerlukan cahaya, hanya fase tertentu saja yang memerlukan cahaya, atau secara
bergantian struktur berbeda didalam sporokarp dapat memberi respon berbeda terhadap
cahaya. Contoh spesies Discomycetes Sclerotina sclerotiorum akan terbentuk dalam
kondisi gelap, namun memerlukan cahaya untuk pembentukan pileusnya. Jamur dari
family polyporaceae tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi. Hal ini
dimungkinkan karena kebanyakan jamur family polyporaceae memiliki tubuh buah yang
relative besar. Jamur dari polyporaceae merupakan jamur pembusuk kayu.
d) konsentrasi pH
Pada substrat bisa mempengaruhi pertumbuhan meskipun tidak langsung tetapi
berpengaruh terhadap ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan atau beraksi langsung pada
permukaan sel. Hal ini memungkinkan nutrisi yang diperlukan jamur untuk tumbuh
dengan baik cukup tersedia. Kebanyakan jamur tumbuh dengan baik pada pH yang asam
sampai netral.
e) Bahan Kimia
Bahan kimia sering digunakan untuk mencegah pertumbuhan fungi. Senyawa formalin
disemprotkan pada tekstil yang akan disimpan untuk waktu tertentu sebelum dijual. Hal
ini terutama untuk mencegah pertumbuhan kapang yang bersifat selulolitik, seperti
Chaetomium globosum, Aspergillus niger, dan Cladosporium cladosporoides yang dapat
merapuhkan tekstil, atau meninggalkan noda-noda hitam akibat sporulasi yang terjadi,
sehingga menurunkan kualitas bahan tersebut. Selama pertumbuhannya fungi
menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak diperlukannya lagi dan dikeluarkan ke
lingkungan. Senyawa-senyawa tersebut merupakan suatu pengaman pada dirinya
terhadap serangan oleh mikroorganisme lain termasuk terhadap sesama mikroorganisme.
Manusia memanfaatkan senyawa-senyawa tersebut, yang kita kenal sebagai antibiotik,
untuk mencegah berbagai penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme.
2) Reproduksi Jamur
Fungi yang sudah dewasa akan membentuk struktur-struktur untuk melakukan
reproduksi agar spesiesnya menyebar dan tidak punah. Faktor lingkungan sangat menentukan
struktur reproduksi apa yang akan dibentuk fungi dan untuk tujuan apakah struktur
reproduksi seksual atau struktur reproduksi aseksual.
Sampai sekarang diketahui bahwa banyak spesies fungi yang hanya bereproduksi
secara aseksual (fase anamorf). Akan tetapi perkembangan ilmu pengetahuan berhasil
menemukan fase seksual (fase teleomorf) pada sejumlah fungi yang sebelumnya diketahui
hanya bereproduksi secara aseksual, yaitu menghasilkan spora aseksual atau konidia.
1. Reproduksi seksual dengan cara oogami yang melibatkan penggabungan satu oosfer
(gamet betina) dengan gamet jantan yang terbentuk dalam anteridium, menghasilkan
oospora.
2. Sedangkan reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk zoospora yang dihasilkan
dalam sporangium.
a) Reproduksi Secara Vegetatif
Reproduksi secara vegetatif pada jamur bersel satu dilakukan dengan cara
pembentukan tunas yang akan tumbuh menjadi individu baru. Sementara reproduksi secara
vegetatif pada jamur multiseluler dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1) Fragmentasi (pemutusan) hifa. Potongan hifa yang terpisah akan tumbuh menjadi jamur
baru.
2) Pembentukan spora vegetatif. Spora vegetatif dapat berupa sporangiospora atau
konidiospora.
Jamur jenis tertentu yang sudah dewasa menghasilkan sporangiofor (tangkai kotak
spora). Pada ujung sporangiofor terdapat sporangium (kotak spora). Di dalam kotak spora
terjadi pembelahan sel secara mitosis dan menghasilkan banyak sporangiospora
dengan kromosom yang haploid (n). Jamur jenis lainnya yang sudah dewasa dapat
menghasilkan konidiofor (tangkaikonidium). Pada ujung konidiofor terdapat konidium (kotak
konidiospora). Di dalam konidium terjadi pembelahan sel secara mitosis dan menghasilkan
banyak konidiospora dengan kromosom yang haploid (n). Baik sporangiospora maupun
konidiospora, bila jatuh di tempat yang cocok, akan tumbuh menjadi hifa baru yang haploid
(n).
b) Reproduksi Secara Generatif
Reproduksi jamur dengan generatif (seksual) dilakukan terlebih dahulu dengan
pembentukan spora seksual yang melalui sebuah peleburan antara hifa yang mempunyai jenis
berbeda. Mekanisme reproduksi secara generative ialah sebagai berikut :
a) Hifa (+) dan Hifa (–) masing-masing akan berkromosom haploid (n) dengan berdekatan
membentuk gametangium. Gametangium ialah organ yang dapat menghasilkan gamet
pada tumbuhan yang mempunyai tingkat rendah.
b) Gametamgium mengalami plasmogami (peleburan sitoplasma) yang membentuk
zigosporangium dikariotik (heterokariotik) dengan pasangan nukleus yang kromosom
haploid yang belum bersatu. Pada zigosporangium mempunyai lapisan yang dinding
selnya tebal dan kasar dalam bertahan pada kondisi yang buruk atau kering.
c) Bila kondisi lingkungan membaik akan menjadi kariogami (peleburan inti) sehingga
zigosporangium mempunyai inti yang berkromosom diploid (2n).
d) Inti diploid (2n) zigosporangium segera mengalami pembelahan yang secara mitosis
akan menghasilkan zigospora haploid (n) didalam zigosporangium.
e) Zigospora haploid (n) akan berkecambah membentuk sporangium yang berangkai
pendek dengan kromosom haploid (n).
f) Sporangium haploid (n) akan menghasilkan spora-spora yang haploid (n), spora-spora ini
akan mempunyai keanekaragaman genetic.
g) Bila spora-spora haploid (n) jatuh pada tempat yang cocok hal ini akan terjadi kecambah
(germinasi) yang menjadi sebuah hifa jamur yang haploid (n), Hifa tersebut akan tumbuh
dengan membentuk jaringan miselium yang semuanya haploid (n).
2.8 Cara Fungi/Jamur Memperoleh Makanan
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya,
jamur tidak memangsa dan mencerna makanan. Untuk memperoleh makanan, jamur
menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian
menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur
bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa
kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof,
jamur dapat bersifat parasit obligat, parasite fakultatif, atau saprofit.
1. Mereka menguraikan bahan organik mati. Saprotrof adalah organisme yang memperoleh
nutrisi yang dari bahan organik non-hidup, biasanya tumbuhan atau hewan mati dan
membusuk, dengan menyerap senyawa organik terlarut-larut. Jamur Saprotrof
memainkan peran yang sangat penting dengan mendaur ulang dalam aliran energi
ekosistem dan siklus biogeokimia. Jamur saprofit, seperti shiitake (Lentinula edodes) dan
jamur tiram (Pleurotus ostreatus), menguraikan tanaman mati dan jaringan hewan dengan
melepaskan enzim dari hifa yang tipis. Dengan cara ini mereka mendaur ulang bahan
organik kembali ke lingkungan sekitarnya. Karena kemampuan ini, jamur adalah
pengurai utama di hutan (lihat Gambar di bawah).
2. Mereka memakan inang hidup. Sebagai parasit, jamur hidup di atau pada organisme lain
dan mendapatkan nutrisi dari tuan rumah mereka. Jamur parasit menggunakan enzim
untuk memecah jaringan hidup, yang mungkin menyebabkan penyakit pada host.
Penyebab penyakit jamur yang parasit. Ingat parasitisme yang merupakan jenis
hubungan simbiosis antara organisme dari spesies yang berbeda yang salah satu yaitu
parasit, mendapat manfaat dari hubungan dekat dengan yang lain, tuan rumah, yang
dirugikan.
3. Mereka tinggal secara mutualisme dengan organisme lain. Jamur mutualistik hidup tanpa
bahaya dengan organisme hidup lainnya. Ingat mutualisme yang merupakan interaksi
4
Soenarjo Sastrodinoto., 1980. Biologi Umum 1: Biosfer dan Aneka Makhluk Hidup. Jakarta: PT
Gramedia., hlm
antara individu dari dua spesies yang berbeda, di mana kedua individu memperoleh
keuntungan.
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang merugikan
maupun yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan meliputi berbagai jenis, antara
lain sebagai berikut :
a. Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan berprotein tinggi.
b. Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu dalam pembuatan
tempe dan oncom.
c. Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri keju, roti, dan bir.
d. Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik.
e. Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai decomposer.
Di samping peranan yang menguntungkan, beberapa jamur juga mempunyai peranan
yang merugikan, antara lain sebagai berikut :
a. Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit rebah semai.
b. Phythophthora inf'estan menyebabkan penyakit pada daun tanaman kentang.
c. Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air.
d. Albugo merupakan parasit pada tanaman pertanian.
e. Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paru-paru manusia.
f. Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.
Jamur adalah organisme yang sifat hidupnya parasitik atau saprofitik yang berperan sebagai
pengurai/dekomposer bahan organik. Berkaitan dengan dekomposisi bahan organik, dalam
Al-Quran pada surat Az-Zumar ayat 21 Allah SWT berfirman:
Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air
dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air dibumi kemudian ditumbuhkan-Nya
dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadikan kering
lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berdera-derai.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal.” (QS. Az-Zumar: 21).5
Ayat diatas memberikan suatu pelajaran, ketika Allah menciptakan tumbuhan yang
bermacam-macam warnanya, kemudian menjadikannya kering dan hancur berdera-derai. Hal
tersebut ada penyebabnya dan salah satunya adalah jamur, yang mana jamur tersebut juga
akan menjadi manfaat bagi orang yang mengetahuinya. Ada banyak peran jamur salah
satunya juga dapat berperan sebagai pengurai organisme mati atau decomposer. Perannya
sebagai dekomposer ini mampu mempertahankan persediaan nutrien organik yang sangat
penting bagi pertumbuhan tanaman. Tanpa adanya dekomposer, elemen-elemen penting bagi
tumbuhan seperti karbon, nitrogen, dan elemen lainnya yang terakumulasi didalam bangkai
dan sampah organik sehingga tidak akan tersedia nutrient organik bagi tumbuhan untuk
tumbuh. Contoh jamur yang berperan sebagai decomposer adalah Pilobolus sp. yang
menguraikan sampah organik berupa kotoran hewan dan jamur kuping yang hidup dikayu.
Teori sains menyatakan hancurnya tumbuhan atau bahan organik yang mati atau
tubuh hewan yang mati disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme, terutama oleh bakteri
penghancur dan jamur yang mendekomposisi. Keberadaan jamur tidak sering lagi bagi kita
karena sudah bisa kita lihat. Jamur berwarna mulai dari warna yang kontras merah-kuning,
warna cerah putih kekuningan sampai warna gelap kehitaman. Semua itu merupakan tubuh
buah berbagai jamur yang berbeda-beda, tergantung spesienya.6
5
Al-Quranul Karim.
6
H.M Subandi, Mikrobiologi Perkembangan Kajian dan Pengamatan Dalam Perspektif Islam, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm 90-91
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan materi jamur/ fungi ini adalah:
a) Jamur merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang tidak berklorofil,
tumbuhan ini umumnya bersifat sebagai saprofit atau parasit untuk memenuhi
kebutuhan pangannya.
b) Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang
lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak
berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-
senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme lain.
c) Struktur tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa
membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan
semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari
dinding berbentuk pipa.
d) Cara hidup jamur terdiri dari tiga jenis, yaitu adalah jamur yang bersifat parasit,
saprofit, dan simbiosis mutualisme.
e) Jamur dibagi kedalam 6 divisi yaitu mysomycetes, oomycetes, zygomycetes,
ascomycetes, basidiomycetes, dan deuteromycetes.
f) Cara jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya,
kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan
konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat,
protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari
lingkungannya.
g) Jamur Berkembang biak secara seksual dan aseksual, Secara aseksual jamur
menghasilkan spora, sedangkan seksual terjadi melalui kontak gametangium dan
konjugasi
h) Peran jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, ada yang merugikan da nada
yang menguntungkan. Salah satu yang menguntungkan adalah jamur Saccharomyces
yang berguna sebagai fermentor dalam pembuatan keju. Sedangkan contoh jamur
yang merugikan adalah Phythophthora inf'estan menyebabkan penyakit pada daun
tanaman kentang.
3.2 Saran
Kiranya pada pembuatan makalah ini, mahasiswa/i bisa lebih mengetahui dalam
pemahaman sekaligus tambahan wawasan tentang Fungi/Jamur. Serta mampu mengenali dan
menjabarkan kembali pengertian, beserta pembagian-pembagian dari setiap sub judul pada
materi yang telah dipaparkan.
Pemakalah berharap kepada para pembaca, agar kiranya memberikan saran dan kritik
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami juga para pembaca. Sekian penutup dari pemakalah semoga dapat
diterima dihati dan kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, dkk. 2011. Panduan lengkap jamur. Depok : Penebar Swadaya.
Al-Quranul Karim.
Enjang, Indah. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Gandjar, Indrawati dan wellydjar sjamsurridzal. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Sastrodinoto, Soenarjo. 1980. Biologi Umum 1: Biosfer dan Aneka Makhluk Hidup. Jakarta:
PT Gramedia.
Subandi. 2010. Mikrobiologi Perkembangan Kajian dan Pengamatan Dalam Perspektif
Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tjitrosoepomo, G. 1991. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pterydophyta. Bandung: Gadjah Mada University Press.
Ulfa, Syarifah Widya. 2017. Botani Cryptogamae. Medan: Perdana Publishing.