Anda di halaman 1dari 91

Mini Riset

IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN


CRYPTOGAMAE DI KAMPUS II UINSU, UNIMED, DAN UMA
Dosen Pengampu : Syarifah Widya Ulfa, M.Pd

Disusun Oleh :
Adi Hartono : 0310171025
Alda Novia : 0310172088
Eka Septiani Siregar : 0310171031
Hatijah Siagian : 0310173141
Jayanti : 0310173137
Suqya Rahma Rosalvin : 0310172086
Sutria : 0310173130

PENDIDIKAN BIOLOGI 1
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang

dilimpahkan kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah

Mini Riset yang berjudul IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN

TUMBUHAN CRYPTOGAMAE DI KAMPUS II UINSU, UNIMED, DAN

UMA ini tepat waktu. Makalah Mini Riset ini di buat guna memenuhi

penyelesaian tugas pada mata kuliah Botani Cryptogamae, semoga makalah ini

dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.

Makalah ini disusun sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh dosen

pengampu, namun penyusun mengakui bahwa dalam makalah ini masih jauh dari

kata sempurna karena terdapat banyak kekurangan. Oleh kerena itu, penyusun

mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca, khususnya dari

dosen pengampu mata kuliah Botani Cryptogamae untuk perbaikan pada materi

selanjutnya.

Medan, Desember 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
1. 2 Rumusan Masalah ...................................................................................2
1.3 Tujuan Mini Research .............................................................................4
1.4 Manfaat Mini Research...........................................................................4
BAB II KAJIAN TEORITIS
2. 1 Pengertian Schyzophyta........................................................................ 5
2. 2 Klasifikasi Tumbuhan Schyzophyta........................................................5
2. 3 Sistem Reproduksi Divisi Schyzophyta .................................................9
2.4 Pengertian Lumut daun...........................................................................42
2.5 Ciri-ciri Lumut Daun...............................................................................43
2.6 Klasifikasi Lumut Daun...........................................................................44
2.7 Perkembangbiakan Lumut Daun ........................................................... 46
2.8 Peranan Lumut Daun............................................................................. 47
2.9 Pengertian Lumut Hati .......................................................................... 48
2.10 Klasifikasi Lumut Hati ......................................................................... 49
2.11 Peranan Lumut Hati ............................................................................ 56
2.12 Pengertian Tumbuhan Paku....................................................................57
2.13 Ciri- Ciri Tumbuhan Paku .................................................................... 58
2.14 Reproduksi Tumbuhan Paku .................................................................60
2.15 Klasifikasi Tumbuhan Paku ...................................................................61
BAB III METODE MINI RESEARCH
3.1 Hasil dan Pembahasan ..............................................................................70
BAB IV SIMPULAN
4.1 Simpulan ..................................................................................................86

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan memiliki keanekaragaman yang sangat tinggi. Tumbuhan


sendiri berdasarkan pengelompokannya dibagi kedalam dua kelompok. Kelompok
yang pertama yaitu Phanerogamae secara terminologi dari bahasa latin ( phanos =
tampak jelas, gamos = alat perkembangbiakan). Tumbuhan Phanerogamae
ialahtumbuhan berbunga, karena dalam bunga terdapat putik dan benang sari
sebagai alat kawinnya, sehingga disebut juga Anthophyta. Karena tumbuhan ini
menghasilkan biji, maka disebut juga Spermatophyta (Suroso, 1992: 2).
Kelompok kedua yaitu Cryptogamae ( kryptos = tersembunyi, gamos = alat
perkawinan) ialah kelompok tumbuhan yang memiliki alat perkawinannya
tersembunyi atau tidak jelas terlihat akibat sangat kecilnya. Tumbuhan ini dikenal
dengan tumbuhan tingkat rendah atau tumbuhan tidak berbunga (Suroso, 1992: 3).
Tumbuhan yang sangat kita kenal saat ini kebanyakan hanya kelompok tumbuhan
berbunga atau Phanerogamae. Sudah banyak sekali peneliti yang mengenal
keanekaragamannya danbanyakpenelitian yang membahas mengenai tumbuhan
ini. Berbeda untuk kelompok tumbuhan Cryptogamae para ahli belum banyak
mengetahui dan meneliti secara lebih dalam.

Tumbuhan Cryptogamae tidak kalah besarnya dalam segi keanekaragaman


dengan tumbuhan tinggi, tumbuhan Cryptogamae memiliki keanekaragaman jenis
yang berlimpah (Gibson, 2007). Sudah sepatutnya jika menggali kekayaan ini
dengan cara melakukan penelitian. Mengetahui dan mengenal asal mula dari
hubungan kekerabatan antar jenis dan divisi kelompok tumbuhan Cryptogamae
tersebut. Sebagai suatu kelompok tumbuhan primer yang hadir sebelum kelompok
tumbuhan berbunga muncul. Tumbuhan Cryptogamae memiliki berbagai
kelompok dan divisi yang masing-masing memiliki karakter yang berbeda. Ada
yang termasuk ke dalam kelompok Algae (alga), Fungi (jamur atau cendawan dan
kapang), Bryophyta (lumut), Lichenes (Lumutkerak), danPteridophyta (Paku-
pakuan) (Campbell et al., 2003: 145). Kelompok Algae dan Fungi merupakan
tumbuhan yang tidak bervaskuler (Thallophyta). Kelompok tumbuhan rendah

1
yang memiliki vaskuler (pembuluh) adalah kelompok Bryophyta (lumut) dan
Pteridophyta (paku). Bryophyta (lumut) merupakan tumbuhan rendah yang mulai
hidup di darat dari segi evolusi dan merupakan tumbuhan peralihan. Disebut
tumbuhan peralihan karena anggotanya memperlihatkan tanda-tanda adanya
peralihan dari bentuk thallus kebentuk kormus (Suroso, 1992: 122).

Hal tersebut sangat mendasari bahwa proses evolusi tumbuhan berawal


dari munculnya kelompok tumbuhan Cryptogamae (tumbuhan tingkat rendah).
Cyanobakteri amerupakan kelompok awal mula berkembangnya tumbuhan
rendah. Kemudian terbentuklah kelompok Algae yang eukariotik dan diikuti oleh
perkembangan kelompok Fungi, Lichens, Bryophyta, dan kelompok terakhir
adalah Pteridophyta (tumbuhan paku) yang sampai saat ini hidup bertahan di bumi
(Campbell et al., 2003). Keanekaragaman makhluk hidup yang sangat tinggi
khususnya pada kelompok tumbuhan, menyulitkan dalam pengenalan dan
identifikasi (taksonomi), maka dilakukanlah proses klasifikasi (pengelompokkan).
Klasifikasi tumbuhan sendiri merupakan pembentukkan kelompok seluruh
tumbuhan yang ada di bumi hingga dapat disusun takson-takson secara teratur
mengikuti suatu hierarki. Sifat-sifat ataupun karakter yang menjadi dasar
klasifikasi berbeda-beda tergantung tujuan yang hendak dicapai (Cronquist,
1981). Karakter yang dapat digunakan sebagai kriteria dasar klasifikasi tumbuhan
adalah karakter morfologi. Melalui karakter morfologi kita dapat membedakan
suatu individu yang satu dengan individu lainnya secara lebih mudah dan objektif
(Kaplan, 2001: 34).

Dewasa ini, banyak sekali keanekaragaman jenis tumbuhan tingkat rendah


atau juga disebut tumbuhan cryptogamae yang tumbuh liar serta epifit pada
tumbuhan lain. Tumbuhan ini tumbuhnya sangatlah subur dan hidupnya
bergerombol. Tumbuhan ini banyak sekali ditemukan epifit pada pohon sawit
khususnya menempel pada batang pohon sawit. Jenisnya juga sangat beragam,
dalam 1 pohon itu sendiri menurut observasi kami bisa ditumbuhi sampai 4 jenis
paku, yang mana paku ini juga termasuk tumbuhan tingkat rendah. Karena tingkat
keanekaragaman tumbuhan tingkat rendah ini sangat membludak. Yang dianggap
manusia awam sebagai semak yang tidak berguna, kita sebagai generasi muda
yang berpendidikan harus pandai mengatur dan memberdayakan sesuatu yang

2
dianggap sebagai sesuatu yang tidak berguna menjadi sesuatu yang bernilai jual
ekonomis yang mana hal ini akan membantu ekonomi di daerah tersebut.

Menggunakan bahasan tumbuhan misalnya sebagai bahan pengenalan


dalam materi evolusi. Diharapkan orang menjadi lebih tertarik mempelajari
evolusi tumbuhan dan tersampaikannya sumber ilmu pengetahuan (Darmaji,
2005). Dengan melakukan analisis filogenetik pada kelompok tumbuhan
Cryptogamae, diharapkan kita dapat mengetahui sebuah hubungan pada
perjalanan evolusi karakter atau ciri dari setiap anggota suatu kelompok dalam hal
inikelompok tumbuhan Cryptogamae (Topik & Pancoro, 2006). Melalui karakter
morfologi yang sebelumnya dipilih sebagai OTU (Operational Taxonomic Unit)
yang merupakan karakter pembeda dari tumbuhan Cryptogamae. Kita dapat
melihat proses evolusi tumbuhan Cryptogamae.

Hasil analisis diinterpretasikan berupak ladogram (pohon kladistik) yang


dapat dijadikan sebagai acuan. Melalui pohon kladistik, kita dapat mengetahui
dengan pasti asal mula perkembangan evolusi pada kelompok tumbuhan
Cryptogamae dimulai dari divisi terendah sampai yang paling maju secara
eksplisit dan representatif pada saat ini. Pemilihan karakter morfologi yang tepat
dapat mempengaruhi terhadap interpretasi hasil kladogram yang diperoleh.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya keanekaragaman morfologi


kelompok tumbuhan Cryptogamae pada setiap divisinya. Serta sulitnya
menemukan hasil penelitian yang membahas keanekaragaman tumbuhan
cryptogamae yang tumbuh pada substrat-substrat lainnya. Oleh karena itu kami
melakukan penelitian mengenai “Identifikasi Keanekaragaman
TumbuhanCryptogamae di Kampus II UINSU”.

B. RumusanMasalah

- Apasajajenisjenistumbuhancryptogamae yang ada di kampus II UINSU?

- Kenapamelakukanobservasimengenaitumbuhancryptogamae di kampus II
UINSU?

3
C. Tujuan Mini Research

- Untuk mengetahui jenis tumbuhan cryptogamae yang ada di kampus II


UINSU.

- Untuk mengetahui pemberdayaan tumbuhan cryptogamae di kampus II


UINSU.

D. Manfaat Mini Research

Agar mahasiswa atau mahasiswi yang membacanyadapat mengetahui


keanekaragaman tumbuhan cryptogamae apa saja yang ada di sekitaran kampus II
UINSU serta mengetahui bagaimana cara kita untuk memberdayakan tumbuhan
cryptogamae tersebut menjadi tumbuhan yang bernilai ekonomis yang mana hal
ini dapat membantu perekonomian serta mengurangi keberadaan tumbuhan ini
yang komposisinya saat ini di dunia ini sangat membludak.

4
BAB II
KAJIAN TEORITIS

Schizophyta
2.1 Pengertian Schyzophyta
Sesuai dengan rekomendasi dalam Kode Internasional Tata Nama
Tumbuhan, nama ilmiah untuk divisi hendaknya diambil dari kata yang
menunjukkan suatu ciri khas yang berlaku untuk seluruh warganya, ditambah
dengan akhirannya –phyta, maka kelompok ini yang ciri khas warganya adalah
berkembangbiak dengan membelah diri, dinamakan Scyzophyta (dari bahasa
Latin schizere atau Yunani schizein = membelah, dan phyton = tumbuhan).
Schizophyta  atau tumbuhan belah merupakan kelompok yang
mempunyai ciri khusus yaitu berkembang biak dengan membelah diri.
Schizophyta berasal dari bahasa Yunani scizein artinya membelah dan phyton
adalah tumbuhan. Tumbuhan belah dianggap sebagai kelompok tumbuhan dengan
tingkat perkembangan filogenetik yang paling rendah sehingga dari segi evolusi
merupakan kelompok tumbuhan  yang paling tua dan paling primitif.
Pada klasifikasinya, Scyzophyta terbagai pada dua kelas, yaitu kelas
bakteri dan Cyanophycae (Ganggang Biru-Hijau). Namun pada materi ini akan
dibahas hanya proses dari reproduksi dan embriologinya saja dari kedua kelas
tersebut.
Ciri-ciri umum dari kelompok Scyzophyta antara lain::
a. Berkembang biak dengan cara membelah diri.
b. Tubuh terdiri atas satu sel (Uniseluler)
c. Protoplasma belum terdiferensiasi dengan jelas sehngga inti sel dan
plastidanya belum jelas.
2.2 Klasifikasi Tumbuhan Scyzophyta
Divisi Scyzophyta dibagi dalam dua kelass yaitu:
1. Bakteri (Bacteria atau Schizomycetes).
Bakteri merupakan organism yang paling banyak jumlahnya dan tersebar
luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Beakteri memiliki ciri-ciri tertentu.
Bakteri berasal dari kata Bakterion (Yunani) yang artinya batang kecil. Secara

5
umum, bakteri merupakan kelompok makhluk hidup bersel tunggal. Bakteri untuk
pertama kali dilihat.
Ciri-ciri umum dari Bacteria (Schizomycetes) antara lain:
 Tubuh uniseluler (Bersel satu)
 Tidak berklorofil (meskipun ada beberapa jenis bakteri yang memiliki pigmen
seperti klorofil sehingga mampu berfotosintesis).
 Hidupnya bersifat autotrof.
 Reproduksi dengan cara membelah diri(dengan pembelahan Amitosis).
 Habitat bakteri hidup dimana maa atau kosmopolit (tanah, air, udara, makhluk
hidup).

Struktur dari Sel Bakteri bagian luar bakteri terdiri atas kapsul, dinding
sel, membra plasma, flagel dan pili. Kapsul adalah bagian paling luar, berupa
lender yang berfungsi untuk melindungi sel. Bahan imia pembangun kapsul
adalah Polisakarida. Dinding sel bakteri tersusun atas Peptidoglikan, yaitu
polisakarida yang mengikat protein. Fungsi dinding sel adalah member bentuk
dan kekuatan, pelindung sel. Dibagian dalam dinnding sel terdapat membran plasa
yang tersusun atas lemak dan protein (lipoprotein).
 Bentuk bentuk dari sel Bakteri antara lain:
Bentuk dasar bakteri ada tiga macam, yaitu bulat (kokus), batang (basilus),
dan lengkung (spiril).

6
a. Bakteri bentuk bulat (kokus).

Kokus berbentuk seperti bola kecil. Berdasarkan koloninya, bakteri kokus


dibedakan menjadi enam, yaitu sebagai berikut:
1. Monokokus, yaitu kokus yang hidup mandiri atau soliter.
2. Diplokokus, yaitu koloni kokus yang hidup berpasangan dua dua.
3. Tetraokus, yaitu koloni kokus yang hidup berkelompok empat empat.
4. Sarkina, yaitu koloni kokus yang hidup berkelompok dengan bentuk seperti
kubus.
5. Streptokokus, yaitu koloni kokus yang hidup saling bergandengan membentuk
bangunan seperti rantai.
6. Stafilokokus, yaitu koloni kokus yang hidup bergerombol menyerupai buah
anggur.

b. Bakteri bentuk batang (basillus).

Basillus berbentuk seperti batang kecil. Berdasarkan koloninya dibedakan


menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1. Monobasilus, yaitu berupa batang tunggal.

7
2. Diplobasilus, yaitu bentuk batang yang berpasangan dua dua.
3. Streptobasilus, yaitu batang yang saling bergandengan menyerupai rantai

c. Bakteri bentuk spiral

Bakteri bentuk spiral ada tiga macam, yaitu sebagai berikut:


1. Koma, yaitu berbentuk lengkung kurang dari setengah lingkaran.
2. Spiral, berbentuk lengkung lebih dari setengah lingkaran.
3. Spirochaeta, berbentuk pilinan panjang dan tipis.
2. Ganggang Biru, Ganggang belah atau Ganggang lender (Cyanopyceae
atau Myxopyceae).

Cyanobacteria atau ganggang biru-hijau adalah ganggang bersel satu,


berbentuk koloni atau multisel. Selain mempunyai klorofil karoteneid juga
memiliki pigmen yang tergolong fibobilin yaitu fikosianin berwarna biru dan
fikoeritin berwarna merah. Alasan mengapa ganggang ini diberi nama ganggang
biru dikarenakan warna yang dominan berwarna biru. Ganggang hijau biru
mempunyai ciri-ciri seperti bakteri, namun mempunyai klorofil a yang digunakan
untuk fotosintesis. Klorofil ini tidak terletak di dalam kloroplas, tetapi tersebar di
dalam sitoplasma dan disebut bakterioklorofil.

8
Contoh-contoh ganggang hijau-biru adalah sebagai berikut:
1. Anabaena cycadae, hidup bersimbiosis pada akar pakis haji
2. Anabaena azolla, hidup bersimbiosi di akar paku air (Azolla pinnata)
sehingga dapat menyuburkan perairan.
3. Spirulina maxima, dimanfaatkan sebagai sumber makanan berprotein
tinggi yang disebut protein sel tunggal (PST).
4. Oscillatoria, merupakan ganggang biru yang berbentuk filamen.
5. Gloeocapsa, ganggang biru bersel tunggal yang dapat memfiksasi
nitrogen bebas di udara.
2.3 Sistem Reproduksi Divisi Scyzophyta.
a. Bakteri
Pada umumnya bakteri hanya mengenal satu macam pembiakan saja,yaitu
pembiakan secara aseksual atau vegetatif. Pembiakan ini berlangsung cepat, jika
faktor-faktor luar menguntungkan. Pelaksanaan pembiakan yaitu dengan
pembelahan diri atau divisio.
Secara lebih mendalam Reproduksi yang terjadi pada Bakteri terbagi
menjadi 2 macam yaitu ;
 Reproduksi Aseksual
  Reproduksi Seksual
Bakteri berkembang biak secara seksual dan aseksual. Perkembang
biakan aseksual dilakukan dengan pembelahan biner. Setiap sel membelah
secara melintang dan sel hasil pembelahan membentuk koloni bakteri.
Bentuk koloni sangat bervariasi tergantung pada arah pembelahan dan jenis
bakterinya. Pada kondisi yang memungkinkan bakteri akan membelah diri
dengan sangat cepat. Pada keadaan normal bakteri dapat mengadakan
pembelahan setiap 20 menit sekali. Jika pembelahan berlangsung satu jam,
maka akan dihasilkan delapan anakan sel.
Perkembangbiakan secara seksual dilakukan tanpa melibatkan gamet
dan peleburan sel, tetapi berupa pertukaran materi genetic atau DNA.
Materi genetic dapat berpindah dari satu bakteri ke yang lain tanpa
menghasilkan zigot. Proses perpindahan materi genetic ini sering disebut

9
rekombinasi genetic. DNA hasil pertukaran materi genetic yang
mengandung gen kedua induk disebut DNA rekombinan.
 Reproduksi Aseksual              
Yang termasuk di dalam reproduksi secara aseksual ini adalah
pembelahan, pembentukan tunas/ cabang, dan pembentukan filamen.
1. Pembelahan
Pada umumnya bakteri berkembang biak dengan pembelahan
biner, artinya pembelahan terjadi secara langsung, dari satu sel membelah
menjadi dua sel anakan. Masing-masing sel anakan akan membentuk dua
sel anakan lagi, demikian seterusnya.
Proses pembelahan biner diawali dengan proses replikasi DNA
menjadi dua DNA identik, diikuti pembelahan sitoplasma dan akhirnya
terbentuk dinding pemisah di antara kedua sel anak bakteri. Perhatikan
gambar skematik pembelahan biner sel bakteri dibawah.

Skema pembelahan biner pada Streptococcus faecalis


2. Pembentukan tunas atau cabang
Bakteri  membentuk tunas yang akan melepaskan diri dan
membentuk bakteri baru. Reproduksi dengan pembentukan cabang
didahului dengan pembentukan tunas yang tumbuh menjadi cabang dan
akhirnya melepaskan diri. Dapat dijumpai pada bakteri
family Streptomycetaceae.
3. Pembentukan Filamen

10
Pada pembentukan filament, sel mengeluarkan serabut panjang
sebagai filament yang tidak bercabang. Bahan kromosom kemudian masuk
ke dalam filament, kemudian filament terputus-putus menjadi beberapa
bagian. Tiap bagian membentuk bakteri baru. Dijumpai terutama dalam
keadaan abnormal, misalnya bila bakteri Haemophilus influenza dibiakan
pada pembenihan yang basah.1
 Reproduksi Seksual
Bakteri berbeda dengan eukariota dalam hal cara penggabungan
DNA yang datang dari dua individu ke dalam satu sel. Pada eukariota,
proses seksual secara meiosis dan fertilisasi mengkombinasi DNA dari dua
individu ke dalam satu zigot. Akan tetapi, jenis kelamin yang ada pada
ekuariota tidak terdapat pada prokariota. Meiosis dan fertilisasi tidak
terjadi, sebaliknya ada proses lain yang akan mengumpulkan DNA bakteri
yang datang dari individu-individu yang berbeda. Proses-proses ini adalah
pembelahan transformasi, transduksi dan konjugasi.
1. Transformasi

Dalam konteks genetika bakteri, transformasi merupakan


perubahan suatu genotipe sel bakteri dengan cara mengambil DNA asing
dari lingkungan sekitarnya. Misalnya, pada bakteri Streptococcus
pneumoniae yang tidak berbahaya dapat ditransformasi menjadi sel-sel
penyebab pneumonia dengan cara mengambil DNA dari medium yang
mengandung sel-sel strain patogenik yang mati.

                                       Reproduksi bakteri dengan jalan transformasi


2. Transduksi

1
Winarsih, Reproduksi dan Pertumbuhan Mikroorganisme. (Program Studi Pendidikan
Biologi Pascasarjana, Universitas Palangkaraya : 2011) hal : 18

11
Pada proses transfer DNA yang disebut transduksi, faga
membawa gen bakteri dari satu sel inang ke sel inang lainnya. Ada
dua bentuk transduksi yaitu transduksi umum dan transduksi
khusus. Keduanya dihasilkan dari penyimpangan pada siklus
reproduktif faga.

                                      Reproduksi bakteri dengan jalan transduksi


Konjugasi merupakan transfer langsung materi genetik
antara dua sel bakteri yang berhubungan sementara. Proses ini,
telah diteliti secara tuntas pada E. Coli. Transfer DNA adalah
transfer satu arah, yaitu satu sel mendonasi (menyumbang) DNA,
dan “pasangannya” menerima gen. Donor DNA, disebut sebagai
“jantan”, menggunakan alat yang disebut pili seks untuk menempel
pada resipien (penerima) DNA dan disebut sebagai “betina”.
Kemudian sebuah jembatan sitoplasmik sementara akan terbentuk
diantara kedua sel tersebut, menyediakan jalan untuk transfer
DNA.

12
Reproduksi bakteri dengan jalan konjugasi

b. Reproduksi dan Embriologi pada kelas Cyanophycae


Adapun cara perkembang biakan dari cyanophyta yang diketahui ada 3
cara yang ketiga-tiganya termasuk perkembangbiakan secara vegetatif dan
aseksual. Sedangkan perkembangbiakan secara generativ (seksual). Belum
diketahui. Ketiga cara tersebut adalah:2
a.  Pembelahan Sel
Sel membelah dua bagian yang membentuk sel baru. Sel-sel yang
terpisah bisa tetap bergabung membentuk koloni. Contohnya
Gleocapsa.
 

Gambar pembelahan sel pada Gleocapsa


b. Fragmentasi
Fragmentasi adalah pemutusan sebagian anggota tubuh yang dapat
membentuk individu baru. Terjadi pada ganggang yang berbentuk
filamen (benang). Contohnya: Oscillatoria.

2
Istamar Syamsuri. Biologi.( Jakarta , Erlangga : 2007) hlm. 102

13
Proses fragmentasi
c. Spora Vegetatif
Spora vegetatif yang dimaksud disini adalah heteroksit. Pada
keadaan yang tidak menguntungkan heteroksit tetap mampu bertahan
karena dinding selnya tebal dan banyak mengandung bahan makanan.
Setelah lingkungan kembali menguntungkan hetroksit dapat
membentuk filamen baru. Contohnya: Chamaesiphon comfervicolus.3

Gambar spora vegetative

3
N. Indah, Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah, (Jember, IKIP PGRI:2007)hlm. 27

14
Peranan Divisi Scyzophyta dalam kehidupan
a. Bakteri
Bakteri yang menguntungkan :
Di bidang pertanian :
1. Bakteri nitrogen : Mengikat N2.
Contoh: Azotobacter, Rhizobium leguminosarum, Clostridium posteurianum,
Rhodospirilium rubrum
Di bidang pangan :
1. Fermentasi makanan :
 Streptococcus lactis : Pembuatan keju dan mentega
 Lactobacillus bulgaricus : Pembuatan yaghurt
2. Menghasilkan asam
 Streptomyces griseus : Menghasilkan streptomisin
 S. aureofaciens : Menghasilkan aureomisin
Di bidang kedokteran
1. Menghasilkan antibiotik
 Acetobacter acetii : Menghasilkan asam
asetat
  Propionibacterium : Menghasilkan asam
propionat
 Clostridium sp : Menghasilkan asam butirat
b)      Bakteri yang merugikan :
1. Parasit pada manusia
 Salmonella typhosa : penyebab Tipus
 Vibrio coma : penyebab Kolera
2. Parasit pada tumbuhan
 Pseudomonas cattleyae : Penyakit pada
anggrek
 Pseudomonas solanacearum : Penyakit
pada pisang
3. Parasit pada hewan
 Bacillus anthracis Antrak pada hewan

15
 Mycobacterium bovis Penyakit pada lembu.
 M. avium Penyakit pada unggas

b. Ganggang Biru (Cyanophyceae)


 Nostoc : Perendaman sawah selama musim hujan
mengakibatkan nostoc tumbuh subur dan memfiksasi N2
dan udara sehingga membantu penyediaan nitrogen yang
digunakan untuk pertumbuhan padi.
 Anabaena Azollae : Hidup bersimbiosis dengan Azolla
Pinata
 Sebagai kelompok perintis suatu vegetasi (dapat hidup
pada tempat di mana belum ada individu yang
mendiami).4
Contoh interaksi antara divisi Scyzophyta dengan Tumbuhan lain
Bakteri antagonis dapat menginduksi resistensi tanaman terhadap patogen
dengan cara mengaktifkan lintasan sinyal dan melibatkan hormon asam jasmoik
dan etilen tanaman. Selain itu bakteri antagonis khususnya rizobakteria dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman (Van Loon 2000 dalam Nurhayati 2011).
Bakteri antagonis dapat menimbulkan reaksi mekanisme ketahanan terinduksi
pada tanaman jagung sehingga mengurangi keparahan penyakit oleh berbagai
patogen. Bakteri antagonis pada spesies yang sama juga dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Bakteri antagonis mampu memproduksi senyawa
metabolit sekunder sehingga menyebabkan timbulnya mekanisme ketahanan
terinduksi pada tanaman. Keberadaan dan fungsi bakteri antagonis dalam tanah
merupakan langkah awal dalam pengelolaan penyakit pada tanah supresif. Untuk
itu, karakter tanah yang bersifat supresif perlu diketahui, seperti struktur dan
komposisi tanah sebagai salah satu strategi pengendalian patogen tular tanah.5

Thallophyta
4
Pitoyo, Ari, Anis Nurdina. 2013. Biologi. PT. Masmedia Buana Pustaka: Sidoarjo, hal.
91
5
Djaenuddi. 2016. Bakteri Antagonis dan Tanaman Jagung. Sulawesi Selatan,hal.144
-147

16
A. Lichenes
1. PengertianLichen
Lichenes (lumut kerak) merupakan simbiosis antara jamur dari golongan
Ascomycotina atau Basidiomycotina (mikobion) dengan Chlorophyta atau
Cyanobacteria bersel satu (fikobion). Tumbuhan ini tergolong tup mbuhan perintis
yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Lumut kerak bersifat endolitik
karena dapat masuk pada bagian pinggir batu. Jamur pada lichen berfungsi
mengokohkan tubuhnya dan menghisap air atau zat makanan. Sedangkan
ganggang, berfungsi melakukan fotosintesis. Simbiosis antara kedua jenis
tumbuhan tersebut bersifat simbiosis mutualisme.
Dalam hidupnya, Lichen tidak memerlukan syarat yang hidup yang tinggi
dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Lichen yang
hidup pada bebatuan dapat menjadi kering karena teriknya matahari, tetapi
tumbuhan ini tidak mati dan jika turun hujan bisa hidup lagi. Lichen
menghasilkan lebih dari 500 senyawa biokimia yang unik untuk dapat beradaptasi
pada habitat yang ekstrim. Senyawa tersebut berguna untuk mengontrol terik
matahari, mengusir atau menolak herbivora, membunuh mikroba dan mengurangi
kompetisi dengan tumbuhan lainnya. Diantaranya berbagai jenis pigmen dan
antibiotik yang juga membuat Lichen ini berguna bagi manusia pada umumnya
bagi masyarakat tradisional. Tumbuhan ini memiliki warna yang bervariasi seperti
putih, hijau, keabu-abuan, orange, kuning, coklat, merah, dan hitam.
Lichen hidup tidak hanya menjadi tumbuh pada pohon-pohonan, tetapi
juga di atas tanah, terutama pada daerah tundra di sekitar kutub utara. Lokasi
tumbuhnya dapat di atas maupun di dalam batu dan tidak terikat pada tingginya
tempat di atas permukaan laut. Lumut kerak dapat ditemukan dari tepi pantai
sampai di atas gunung-gunung yang tinggi. Lichen yang kering dengan kondisi
yang sangat rapuh, bila terpisah dari thallus utamanya maka potongan thallus
tersebut akan terbawa oleh angin atau air sehingga akan jatuh pada tempat yang
baru. Pada tempat yang baru, potongan thallus tersebut akan tumbuh menjadi
thallus yang baru. Reproduksi seksual mempunyai sifat terbatas untuk pasangan
fungi yang terdapat pada lichen, sebab sebagian besar komponen fungi pada
lichen termasuk dalam golongan Ascomycetes. Reproduksi ini meliputi

17
pembentukan askokarp dalam struktur khusus yang disebut dengan asci, tumbuh
pada apotesium atau peritesium. Banyak jenis fungi pada lichen membentuk
askokarp, tergantung pada golongannya.
Bentuk dari Lichen biasanya dapat dideteminasi dengan melihat sel
jamurnya saja dan sebagian jenis jamur dapat berasosiasi dengan Lichen.
Keanekaragaman dari algae lebih sedikit dan banyak dari tipe Lichen mempunyai
komponen algae yang sama. Beberapa Lichen terdiri dari Cyanobakteri termasuk
ke dalam algae yang berfungsi sebagai komponen fototropik. Algae dan
Cyanobakteri biasanya ada pada lapisan yang berbeda pada struktur Lichen.
Lichen yang umumnya ditemukan terbagi menjadi beberapa tipe yaitu
berbentuk foliose, fruticose dan crustose serta squamulose. Lichen foliose
memiliki karakteristik daunnya seperti lobus. Dapat melebur dengan lichen
lainnya, menutupi substrat yang mereka tinggali.
Lichen foliose (A)Parmelia psysodes, tumbuh pada semak. Diameter lobus
berukuran sekitar 1 cm, berwarna keabuan hingga kehitaman; (B)Peltigera
polydactyla, tumbuh di tanah. Lobus semi tegak dengan diameter sekitar 1 – 2 cm,
memiliki badan buah (ascocarpus) di bagian ujungnya. Thallus berwarna keabuan
yang tampak kering, tapi akan menjadi agak kehijauan ketika terkena percikan air.
Fruticose lichen berciri tumbuh seperti semak. Fruticose yang biasa
dijumpai khususnya. Squamulose memiliki thallus yang tipis mendatar pada kulit
pohon atau batu. Usnea tumbuh pada kulit kayu. Lichen ini memiliki
percabangan, filamen thallus tergantung di bagian ujung. Cladonia pyxidata
tumbuh di tanah. Lichen ini termasuk tipe squamulose, tanda panah menunjukkan
kuncup yang berbentuk seperti cawan yang berdiri tegak yang disebut podetia. C.
coccifera hampir sama dengan C. pyxidata hanya perbedaannya ascocarpus
berwarna kemerahan
Crustose lichen memiliki tubuh seperti crust (seperti lapisan kulit) yang
menempel pada kulit pohon, atau batu (Muzzayinah, 2005). Crustose lichen
seperti pada umumnya tumbuh di permukaan batu dalam beberapa koloni,
umumnya berwarna kehijauan dan putih atau putih keabuan. Thallus berwana
pucat. Kadang berwarna coklat pucat. Thallus memiliki lobus yang kecil memusat
yang disebut dengan crustaceous.

18
2. Ciri – ciri fungi yang membentuk lichen yaitu :
Kebanyakan tidak berhubungan dan memiliki bentuk yang berbeda
termasuk di dalam nya adalah jamur, khususnya jamur piala. Sekitar 98% fungi
lichen adalah jamur piala atau Ascomycetes. Sekitar setengah hingga seluruh
keluarga Ascomycetes membentuk lichen. Pembentukan lichen ini merupakan
strategi ekologi, atau cara pengambilan nutrisi diantara fungi– fungi yang tidak
memiliki hubungan. (Muzzayinah, 2005).
3. Klasifikasi Tumbuhan Lichenes
Klasifikasi dilihat bervariasi mulai dari thallus bagimana bersimbiosis dan tipe
pembentukan tubuh buah. Dilihat dari komponen penyusun :
a. Ascolichenes.
1. Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetes, maka tubuh buah yang
dihasilkan berupa peristesium.
2. Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichenes membentuk
tubuh buah berupa aphothecium yang berumur panjang.
3. Dibangun oleh komponen algae dari familia Mycophyceae dan
Chlorophyceae yang bentuknya berupa gelatin.
4. Meliputi lima ordo, yaitu: Calicales, Graphidales, Cyanophilales,
Leanorales, dan Caloplacales.
b. Basidiolichenes
1. Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophiceae. Basidiomycetes
yaitu dari familia Thelephoraceae, dengan tiga genus Cora, Corella, dan
Dyctionema. Mycophiceae berupa filament yaitu: Scytonema dan tidak
berbentuk filament yaitu Chrococcus.
2. Thalus berbentuk lembaran-lembaran.
3. Pada tubuh buah terbentuk lapisan himenium yang mengandung basidium,
menyerupai tubuh buah Hymenomycetales.
4. Berguna untuk bahan pembuat obat-obatan, pembuatan zat warna, ada yang
dapat dimakan, ada pula yang beracun. Contoh: Cora pavonia,
Rocellatinctoria untuk pembuatan laksmus.
Klasifikasi Lichen berdasarkan alga yang menyusun thallus:
a. Homoimerus

19
Sel alga dan hifa jamur tersebar meratap ada thallus. Komponen alga
mendominasi dengan bentuk seperti gelatin, termasuk dalam Mycophyceae.
Contoh: Ephebe, Collema, Collema coccophorum (contoh homolmerus).

b. Heteromerous
Sel alga berbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur
menyebabkan terbentuknya thallus, alga tidak berupa gelatinChloropycheae.
Contoh: Parmelia.
Klasifikasi Lichen berdasarkan tipe thallus dan kejadiannya:
a. Crustose atau Crustaceous
Merupakan lapisan kerak atau kulit yang tipis di atas tanah, batu atau kulit
pohon. Contoh: Rizhocarpon pada batu.
b. Frusticose atau filamentous
Lichen semak, seperti silinder rata atau seperti pita dengan beberapa bagian
menempel pada bagian dasar atau permukaan. Thallus bervariasi, ada yang
pendek dan panjang, rata, silindris atau seperti janggut atau benang yang
menggantung atau berdiri tegak. Bentuk yang seperti telinga yaitu Ramalina.
Yang panjang menggantung seperti Usnea dan Alectoria. Cladonia adalah
tipe antara kedua bentuk itu.
Ciri-ciri Tumbuhan Lichenes
Tumbuhan Lichenes memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Lichenes di bagian tubuh atau sering disebut thallus yang secara vegetative ini
hampir sama dan mirip dengan alga dan jamur. Pemanjangan secara vegetatif
dari tubuh adalah hifa, kalau kita perhatikan bagian permukaan dari hillus
lichen selalu ditempati oleh alga.
2. Thallus berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan, beberapa jenis spesies ada
yang berwarna kuning, orange, coklat, atau merah dengan habitat yang
bervariasi.
3. Secara garis besar susunan anatomi Lichenes dibedakan menjadi tiga lapisan
yaitu lapisan luar atau korteks (mengandung sel-sel jamur), lapisan gonidium
(lapisan yang mengandung alga), dan lapisan empulur (lapisan yang
mengandung sel-sel jamur yang tidak rapat untuk menyimpan cadangan air
dan tempat perkembangbiakan).

20
4. Menurut bentuk pertumbuhannya terbagi atas empat tipe, yaitu:
- Krustose, jika thallus berbentuk seperti kerak (kulit keras), berukuran
kecil, datardan tipis.
-  Foliose, jika thallus berbentuk seperti daun, thallusnya datar, lebar,
banyak lekukan seperti daun yang berkerut berputar.
- Fructicose, jika talus tegak seperti semak atau menggantung seperti jumbai
atau pita, thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan,
atau cabang pohon.
- Squamulose, memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus disebut squamulus
berukuran kecil saling bertindih dan memiliki struktur tubuh buah disebut
podetia.
5. Siklus hidup dari lichen itu sangat mudah, dia dapat tahan terhadapt
kekeringan dalam kurun waktu yang lama. Lichen menjadi kering disebabkan
panas terik matahari kemudian hidup lagi setelah turunnya hujan.
6. Tubuh buah baru di lichen mulai tumbuh setelah mengalami vegetasi selama
bertahun- tahun hal ini disebabkan karena pertumbuhan thallus itu sendiri
sangat lambat.
7. Pada penampang melimpang thallus Lichen, kelihatan hifa cendawan
membalut sel-sel algae, bahkan ada yang memasukkan haustorium ke dalam
sel-sel algae. Algae tetap dapat hidup tetapi tidak dapat membiak dengan sel-
sel lembaganya sendiri.
8. Ada pula yang miselium cendawannya hanya masuk ke dalam selaput lendir
sel-sel algae, sehingga bentuk algae menentukan bentuk Lichen.
9. Bagian dalam thallus terdiri dari anyaman hifa yang renggang dan merupakan
lapisan teras atau empulus. Dalam lapisan ini, sel-sel algae bergerombol
membentuk lapisan gonidium. Kulit luarnya terdiri atas miselium cendawan
yang teranyam sebagai plektenkim yang rapat.
10. Bagi Lichen yang bentuk thallus yang menyerupai lembaran, biasanya melekat
dengan benang-benang yang menyerupai rizhoid. Sedangkan ujung semak
menyerupai ujung talus yang bebas dalam udara.
11. Lichen hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat juga di atas
tanah, terutama di daerah tundra, digolongkan sebagai tumbuhan perintis yang

21
ikut berperan dalam pembentukan tanah. Beberapa jenis dapat masuk pada
pinggir batuan, disebut endolitik.
4. Reproduksi Dan Mekanisme Penggandaan Diri Pada Lichen
Reproduksi lichen sangat berbeda dengan reproduksi alga dan fungi.
Reproduksi lichen terjadi dalam dua cara yaitu aseksual dan seksual. Reproduksi
aseksual terjadi ketika lichen membentuk suatu badan yang disebut dengan
soredia atau isidia (bagian yang lebih tipis) pada permukaan kulit pohon atau
benda buatan lainnya. Beberapa lichen menghasilkan tubuh jamur yang disebut
dengan apotheca atau peritheca, badan ini yang melaksanakan reproduksi seksual.
Soredium mengandung massa sel – sel alga yang membentuk hifa yang
terdapat pada permukaan thallus. Isidia seperti jari yang tumbuh ke bagian luar
cortex mengandung sel – sel dan jaringan alga dan fungi. Bagian ini mudah pecah
dan menghasilkan badan seragam di bagian permukaan lichen. Lobulus
merupakan pertumbuhan lanjut dari thallus yang berada di bagian tepi lobus.
Kebanyakan reproduksi vegetatif lichen pada tipe fruticose lichen seperti
Cladonia dan Bryoria adalah dengan fragmentasi thallus.
Soredia (propagula simbiotik) mengandung hifa dan sel – sel fotobion,
soredia berkembang dari medulla yang membentuk padatan, butiran – butiran
granul dengan diameter 20 – 50 µm. jika berbentuk secara beraturan disebut
soralia. Soredia pada Punctelia subrudecta dideskripsikan sebagai bagian yang
marginal, laminal, pustulate, granular, farinose, labriform, involute dan lain –
lain. Penyebaran dilakukan oleh angin. Pada Pseudocyphellaria soredia terletak
di bagian marginal (tepi thallus) berwarna kuning.
Isidia merupakan bagian yang sederhana dari suatu badan thalus,
merupakan badan yang mudah pecah dan didistribusikan sebagai fragmen –
fragmen dengan dengan alga ataupun fungi. Beberapa jenis mampu berdegerasi
menjadi soredia isidioid.
Reproduksi seksual pada lichen:
Rekan fungi pada lichen melakukan reproduksi seksual. Reproduksi
seksual ini memungkinkan adanya variasi pada populasi, sehingga inilah alasan
mengapa jamur yang memiliki keanekaragaman tinggi melakukan reproduksi
seksual. Untuk melakukan reproduksi seksual tersebut dibutuhkan dua tipe gen

22
yang inti haploid (n + n), atau sebuah diploid (2n). Pada kasus 2 inti haploid
mereka harus bergabung terlebih dahulu untuk membentuk inti diploid, melalui
mekanisme pembelahan sel meosis, yang di dalamnya terjadi proses pembelahan
inti sel yang berpotensi membawa variasi dalam progenitas. Proses ini diikuti
dengan pembentukan spora (ascospore), yang pada banyak kasus memiliki
kemampuan bertahan yang tinggi dalam segala kondisi. Thallus lichen
direkonstruksi melalui penggabungan germinasi askospora dan alga (Bhat,
Dudani, & Chandran, xxxx).
Morfologi Struktur Reproduksi
Kebanyakan reproduksi lichen tergolong kedalam askospora yang
menghasilkan spora di dalam kantong yang disebur dengan askus. Askus dibentuk
dalam struktur yang disebut badan buah (askokarpus) yang berbentuk seperti
apothecia, peritechia, atau pseudothecia yang sma dengan lichen non fungi. Ini
dicirikan dengan ascocarp (ascomata) yang mengandung lapisan vuah
(hymenium) spora yang mengandung askus dan bada steril seperti parafisis.
Apotechia.Apothecia merupakan suatu badan yang berbentuk seperti cawan.
Hymenium terdiri dari apikal tanpa parafisi dan askus membentuk lapisan tipis
yang terbentang di bagian dalam permukaan lempengan. Lempengan ini
kebanyakan adalah tipe crustose dengan diameter 0. 5 – 3 mm. Pada foliose lichen
yang berukuran besar ukuran diameter mencapai 10 – 20 mm.
Asksus merupakan kantong yang di dalamnya tempat terbentuk ascospora. Askus
terdiri dari dua lapisan dinding, di bagian luar bersifat inextensible sedangkan di
bagian dalamnya bersifat extendsible. Askal bagian luar dinding transversal dan
longitudinal, berukuran lebiih besar, misal pada Phaeographina, Umbilicaria dan
Lopadium. Spora polarilocular. Memiliki septa yang tebal dan mampu melakukan
penetrasi melalui saluran kecil (pada Caloplaca, Xanthoria). Sejumlah spora biasa
8 tapi dapat pula bervariasi dari spesies Mycoblastus hingga ke dalam ribuan
Acarospora. Pycnidia. Kelompok lain yang tak kalah penting dalam reproduksi
seksual adalah pycnidia. Pycnidia terjadi di dalam seluruh kelompok lichen.
memiliki struktur ramping yang menempel pada thallus lichen (sama bentuk dan
perithecia) yang menghasilkan ratiusan hifa jamur yang disebut conidia. Conidia
dapat berperan sebagai sperma jantan yang ber fusi dengan inti betina dalam

23
askus. Walapun demikiaan conidia dapat berfungsi sebagai spora
fungi(reprodusksi aseksual) yang jatuh ke dalam substratum, lalu berkecambah,
bertemu dengan alga yang cocok lalu membentuk lichen (Bhat, Dudani, &
Chandran, xxxx).

5. Siklus hidup lichen


Siklus hidup lichen terdiri dari dua fase yaitu fase seksual dan aseksual yaitu:

6. Lichen Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara


Menurut Cahyono (1987) diacu dalam Pratiwi (2006), menyatakan bahwa
lichen dapat dijadikan sebagai tumbuhan indikator untuk pencemaran udara dari
kendaraan bermotor, dimana adanya pencemaran udara akan menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan lichen dan penurunan jumlah jenis dengan beberapa
marga. Kelangkaan lumut kerak di wilayah yang terpolusi merupakan suatu
fenomena yang telah diketahui dan secara umum dapat disimpulkan bahwa
kelompok organisme-organisme ini beberapa memiliki kepekaan yang sangat
tinggi terhadap pencemaran udara (Treshow, 1984 diacu dalam Istam, 2007)
Pengaruh kadar masing-masing zat pencemar terhadap talus Lichen secara
khusus belum dapat diketahui, akan tetapi diharapkan respon dari kondisi
lingkungan tersebut dapat terlihat dari morfologi talus yang dapat dilihat secara
makroskopik. Lichen yang memperoleh nutrisi dari udara tanpa menyeleksinya
terlebih dahulu karena lichen tidak terdapat kutikula sehingga memudahkan
polutan untuk masuk ke dalam talus, mengakumulasi berbagai material tanpa

24
menyeleksinya. Oleh karena zat-zat polutan yang tidak dapat diuraikan oleh
lichen akan terganggu keberadaannya, maka untuk mengetahui sejauh mana
tingkat pencemaran udara terhadap suatu wilayah dengan melihat kondisi talus
lichen yang ditemukan. Sehingga lichen dapat dijadikan bioindikator pencemaran
udara berdasarkan kondisi yang ditimbulkan lichen terhadap kualitas udara,
dengan rendahnya kualitas udara di suatu wilayah maka tingkat keanekaragaman
lichen semakin rendah (Hardini, 2010)
Fungi
Defenisi Jamur

Fungi adalah organisme kemoheterotrof yang memerlukan senyawa


organik untuk nutrisinya (sumber karbon dan energi). Didalam dunia mikroba,
jamur termasuk divisi mycota (fungi). Mycota berasal dari kata mykes (dalam
bahasa Yunani), disebut juga fungi (bahasa Latin). Istilah jamur berasal dari
bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti tumbuh dengan subur.
Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki tubuh buah serta
tumbuh atau muncul diatas tanah atau pepohonan.6
Fungi merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga
bersifat heterotrof, tipe sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler.
Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa yang dapat membentuk
anyaman bercabang-cabang (miselium). Organisme yang disebut jamur bersifat
heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin, tidak berplastid, tidak
berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa yang berdinding
yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan
memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Gandjar dkk, 2006).

Jamur atau cendawan tidak mempunyai kormotofora, oleh sebab itu


umumnya tidak berwarna, tetapi pada jamur yang tinggi tingkatannya terdapat
bermacam-macam zat warna, terutama dalam badan buahnya. Zat warna itu
umumnya terdiri atas senyawa aromatic yang tidak mengandung nitrogen. Jamur

Tjitrosoepomo, G., 1991. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,


6

Pterydophyta. Gadjah Mada University Press

25
hidup sebagai saprofit atau parasit, ada yang didalam air dan kebanyakan di
daratan sedangkan didalam laut jarang sekali ditemukan.7

Ciri-ciri Jamur
Kata jamur atau fungi mungkin akan selalu kita maknai sebagai cendawan,
yaitu organisme yang pendek, seperti serbuk atau spons, tubuhnya berwarna-
warni, dan tumbuh di atas tanah seperti tumbuhan. Meskipun cendawan adalah
organisme yang umum kita sebut sebagai jamur (jamur yang sebenarnya), dan
sebagian besar jamur tersebut terlihat hidup di atas tanah, tetapi kata fungi
memiliki makna yang lebih luas. Fungi atau jamur sebagai kelompok organism
eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau
multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak
berklorofil, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa organik, serta
berkembang biak secara seksual dan aseksual.8

Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-
tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari.
Jamur tidak berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup
dari senyawa-senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme lain.

Struktur Tubuh Jamur


Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel,
misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar
yang ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur
tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang
disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk
pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa.
Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.

Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa


mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan

Syarifah Widya Ulfa, 2017. Botani Cryptogamae. Medan: Perdana Publishing., hal 79-80
7

Indah Enjang, 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
8

hlm 72

26
kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang
tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh
pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.
Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi
haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat
menembus jaringan substrat.

Gambar 1. Struktur Tubuh Jamur

2.4 Cara Hidup dan Habitat Jamur


Adapun cara hidup jamur memiliki sifat diantaranya:
a) Parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada
inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya,
Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).
Parasit fakultatif adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang
yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
b) Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang
mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati
seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit
mengeluarkan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi
molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh
hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahanbahan organik
dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya.

27
c) Simbiosis Mutualisme, merupakan jamur yang hidup bersimbiosis. Selain
menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang
bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman
dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-
kacangan atau pada lichenes.

Klasifikasi Fungi/Jamur
Jamur atau fungi dipelajari secara spesifik di dalam cabang biologi yang
disebut mikologi. Para ahli mikologi (mycologist) mengelompokkan kingdom ini
ke dalam 6 divisi. Dasar yang digunakan dalam klasifikasi ini adalah persamaan
ciri-ciri. Salah satu ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora, baik spora
berflagela maupun spora tidak berflagela. Jenis-jenis jamur yang sporanya
berflagela dikelompokan dalam Dunia Protista yaitu Myxomycetes dan
Oomycetes. Sedangkan yang memiliki spora tidak berflagela dimasukkan ke
dalam dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu divisi Zygomycetes, Divisi
Ascomycetes, dan Divisi Basidiomycetes. Dasar klasifikasi ketiga divisi tersebut
adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang reproduksi
seksualnya belum diketahui, diklasifikasikan ke dalam satu divisi, yang diberi
nama divisi Deuteromycetes.
1) Myxomycetes
Myomycetes atau jamur lendir merupakan kelompok fungi yang tidak
memiliki klorofil, yang secara filogenik tergolong kedalam organisme yang sangat
sederhana. Tubuhnya berbentuk lendir sehingga disebut jamur lendir. Jamur lendir
terdapat banyak dihutan basah, batang kayu yang membusuk, tanah lembab,
sampah basah dan kayu lapuk. Contoh dari kelas ini yaitu;
2) Oomycetes
Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan pada cara reproduksi
seksual pada jamur air. Beberapa anggota Oomycotina bersifat uniseluler dan
tidak memiliki kloroplas. Jamur air memiliki dinding sel terbuat dari selulosa,
yang berbeda dengan dinding sel jamur sejati yang terbuat dari polisakarida yang
disebut kitin. Yang membedakan jamur air dengan jamur sejati adalah adanya sel
biflagellata yang terjadi pada daur hidup jamur air. Sementara jamur sejati tidak
memiliki flagella.

28
Jamur air dapat bereproduksi secara seksual atau aseksual. Secara
aseksual, jamur air menghasilkan sporangium di ujung hifa. Di dalam sporangium
tersebut, dihasilkan spora yang berflagella yang disebut zoospora. Ketika
zoospora matang dan jatuh di tempat yang sesuai, maka akan berkecambah dan
tumbuh menjadi mycelium baru. Adapun reproduksi secara seksual terjadi melalui
penyatuan gamet jantan dan gamet betina. Gamet jantan dihasilkan oleh
antheredium dan gamet betina dihasilkan dari oogonium. Penggabungan gamet
jantan dan gamet betina menghasilkan zigot diploid. Zigot ini nantinya akan
berkembang menjadi spora, yang berdinding tebal. Saat spora berkecambah, akan
dihasilkan mycelium baru.
3) Zygomycetes
Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur
yang terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black bread mold)
atau Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki anggota yang hampir semuanya
hidup pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofit. Tubuhnya bersel
banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat, dan tidak menghasilkan
spora yang berflagella.
Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan seksual. Pada
reproduksi seksual, jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi
aseksualnya dengan perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan
di dalam sporangium (kotak spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah,
sehingga spora menyebar terbawa angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat
yang sesuai, maka spora akan tumbuh menjadi hifa baru.
Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara konjugasi. Proses
ini diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling
berdekatan. Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan
dan perpanjangan pada bagian-bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian,
kedua gametangium tersebut bertemu dan kedua intinya melebur membentuk
zigot. Zigot kemudian berkembang menjadi zigospora (diploid). Pada tahapan
berikutnya, zigospora tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna hitam. Inti
diploid (2n) mengalami meisosis, menghasilkan inti haploid (n). Pada lingkungan
yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini

29
memiliki struktur penopang yang disebut sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi
secara aseksual dimulai lagi yaitu ditandai dengan pematangan sporangium hingga
sporangium tersebut pecah dan spora tersebar keluar. Contohnya Mucor mucedo
yaitu jamur yang hidup secara saprofit dan sering dijumpai pada roti, sisa-sisa
makanan dan kotoran ternak.
4) Ascomycetes
Golongan jamur ini dicirikan dengan sporanya yang terletak di dalam
kantung yang disebut askus. Askus adalah sel yang membesar, yang di dalamnya
terbentuk spora yang disebut askuspora. Setiap askus biasanya menghasilkan 2-8
askospora.
Kelas ini umumnya memiliki 2 stadium perkembangbiakan yaitu stadium
askus atau stadium aseksual. Perkembangbiakan aseksual ascomycetes
berlangsung dengan cara pembelahan, pertunasan, klamidiospora, dan konidium
tergantung kepada spesies dan keadaan sekitarnya. Contohnya yaitu pada
Aspergillus sp. Seperti Aspergillus oryzae dan Aspergillus wentii.
5) Basidiomycetes
Basidiomycetes dicirikan memproduksi spora seksual yang disebut
basidiospora. Kebanyakan anggota basiodiomycetes adalah cendawan, jamur
payung dan cendawan berbentuk bola yang disebut jamur berdaging, yang spora
seksualnya menyebar di udara dengan cara yang berbeda dari jamur berdaging
lainnya.
6) Deuteromycetes
Ada beberapa jenis jamur belum diketahui siklus reproduksi seksualnya
(disebut fase sempurna). Jamur ini “tidak sempurna” karena belum ada spora
seksual mereka yang ditemukan. Anggota kelompok ini berkembang biak dengan
klamidospora, arthrospora, konidiospora, pertunasan juga terjadi. Deuteromycetes
juga memiliki hifa yang bersekat.

Pertumbuhan dan Reproduksi Fungi/Jamur.

1) Pertumbuhan Jamur

30
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur pada
umumnya, diantaranya dikarenakan oleh faktor berikut: (Gandjar, 2006).

a) Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi fungi. Nutrien-nutrien baru


dapat dimanfaatkan sesudah fungi mengekskresi enzim-enzim ekstraselular
yang dapat mengurai senyawa-senyawa kompleks dari substrat tersebut
menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Misalnya, apabila
substratnya nasi, atau singkong, atau kentang, maka fungi tersebut harus
mampu mengekskresikan enzim α-amilase untuk mengubah amilum menjadi
glukosa.
b) Intensitas Cahaya
Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap
pembentukan struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun
proes reproduksi memerlukan cahaya, hanya fase tertentu saja yang
memerlukan cahaya, atau secara bergantian struktur berbeda didalam
sporokarp dapat memberi respon berbeda terhadap cahaya. Contoh spesies
Discomycetes Sclerotina sclerotiorum akan terbentuk dalam kondisi gelap,
namun memerlukan cahaya untuk pembentukan pileusnya. Jamur dari family
polyporaceae tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi. Hal ini
dimungkinkan karena kebanyakan jamur family polyporaceae memiliki tubuh
buah yang relative besar. Jamur dari polyporaceae merupakan jamur
pembusuk kayu.

2) Reproduksi Jamur

Fungi yang sudah dewasa akan membentuk struktur-struktur untuk


melakukan reproduksi agar spesiesnya menyebar dan tidak punah. Faktor
lingkungan sangat menentukan struktur reproduksi apa yang akan dibentuk fungi
dan untuk tujuan apakah struktur reproduksi seksual atau struktur reproduksi
aseksual.
Sampai sekarang diketahui bahwa banyak spesies fungi yang hanya
bereproduksi secara aseksual (fase anamorf). Akan tetapi perkembangan ilmu
pengetahuan berhasil menemukan fase seksual (fase teleomorf) pada sejumlah

31
fungi yang sebelumnya diketahui hanya bereproduksi secara aseksual, yaitu
menghasilkan spora aseksual atau konidia.
1. Reproduksi seksual dengan cara oogami yang melibatkan penggabungan satu
oosfer (gamet betina) dengan gamet jantan yang terbentuk dalam anteridium,
menghasilkan oospora.
2. Sedangkan reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk zoospora yang
dihailkan dalam sporangium.
a) Reproduksi Secara Vegetatif
Reproduksi secara vegetatif pada jamur bersel satu dilakukan dengan cara
pembentukan tunas yang akan tumbuh menjadi individu baru. Sementara
reproduksi secara vegetatif pada jamur multiseluler dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
1) Fragmentasi (pemutusan) hifa. Potongan hifa yang terpisah akan tumbuh
menjadi jamur baru.
2) Pembentukan spora vegetatif. Spora vegetatif dapat berupa sporangiospora
atau konidiospora.

Jamur jenis tertentu yang sudah dewasa menghasilkan sporangiofor (tangkai


kotak spora). Pada ujung sporangiofor terdapat sporangium (kotak spora). Di
dalam kotak spora terjadi pembelahan sel secara mitosis dan menghasilkan
banyak sporangiospora dengan kromosom yang haploid (n). Jamur jenis lainnya
yang sudah dewasa dapat menghasilkan konidiofor (tangkaikonidium). Pada
ujung konidiofor terdapat konidium (kotak konidiospora). Di dalam konidium
terjadi pembelahan sel secara mitosis dan menghasilkan banyak konidiospora
dengan kromosom yang haploid (n). Baik sporangiospora maupun konidiospora,
bila jatuh di tempat yang cocok, akan tumbuh menjadi hifa baru yang haploid (n).

b) Reproduksi Secara Generatif

Reproduksi jamur dengan generatif (seksual) dilakukan terlebih dahulu


dengan pembentukan spora seksual yang melalui sebuah peleburan antara hifa
yang mempunyai jenis berbeda. Mekanisme reproduksi secara generative ialah
sebagai berikut :

32
a) Hifa (+) dan Hifa (–) masing-masing akan berkromosom haploid (n) dengan
berdekatan membentuk gametangium. Gametangium ialah organ yang dapat
menghasilkan gamet pada tumbuhan yang mempunyai tingkat rendah.
b) Gametamgium mengalami plasmogami (peleburan sitoplasma) yang
membentuk zigosporangium dikariotik (heterokariotik) dengan pasangan
nukleus yang kromosom haploid yang belum bersatu. Pada zigosporangium
mempunyai lapisan yang dinding selnya tebal dan kasar dalam bertahan pada
kondisi yang buruk atau kering.
c) Bila kondisi lingkungan membaik akan menjadi kariogami (peleburan inti)
sehingga zigosporangium mempunyai inti yang berkromosom diploid (2n).
d) Inti diploid (2n) zigosporangium segera mengalami pembelahan yang secara
mitosis akan menghasilkan zigospora haploid (n) didalam zigosporangium.
e) Zigospora haploid (n) akan berkecambah membentuk sporangium yang
berangkai pendek dengan kromosom haploid (n).
f) Sporangium haploid (n) akan menghasilkan spora-spora yang haploid (n),
spora-spora ini akan mempunyai keanekaragaman genetic.
g) Bila spora-spora haploid (n) jatuh pada tempat yang cocok hal ini akan terjadi
kecambah (germinasi) yang menjadi sebuah hifa jamur yang haploid (n), Hifa
tersebut akan tumbuh dengan membentuk jaringan miselium yang semuanya
haploid (n).

Cara Fungi/Jamur Memperoleh Makanan


Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme
lainnya, jamur tidak memangsa dan mencerna makanan. Untuk memperoleh
makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan
miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena
jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang
menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat
itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat
bersifat parasit obligat, parasite fakultatif, atau saprofit.

33
Cara mereka mendapatkan makanan mendefinisikan peran jamur di
lingkungan mereka. Jamur memperoleh nutrisi dalam tiga cara yang berbeda:9

1. Mereka menguraikan bahan organik mati. Saprotrof adalah organisme yang


memperoleh nutrisi yang dari bahan organik non-hidup, biasanya tumbuhan
atau hewan mati dan membusuk, dengan menyerap senyawa organik terlarut-
larut. Jamur Saprotrof memainkan peran yang sangat penting dengan
mendaur ulang dalam aliran energi ekosistem dan siklus biogeokimia. Jamur
saprofit, seperti shiitake (Lentinula edodes) dan jamur tiram (Pleurotus
ostreatus), menguraikan tanaman mati dan jaringan hewan dengan
melepaskan enzim dari hifa yang tipis.
2. Mereka memakan inang hidup. Sebagai parasit, jamur hidup di atau pada
organisme lain dan mendapatkan nutrisi dari tuan rumah mereka. Jamur
parasit menggunakan enzim untuk memecah jaringan hidup, yang mungkin
menyebabkan penyakit pada host. Penyebab penyakit jamur yang parasit.
Ingat parasitisme yang merupakan jenis hubungan simbiosis antara organisme
dari spesies yang berbeda yang salah satu yaitu parasit, mendapat manfaat
dari hubungan dekat dengan yang lain, tuan rumah, yang dirugikan.
3. Mereka tinggal secara mutualisme dengan organisme lain. Jamur mutualistik
hidup tanpa bahaya dengan organisme hidup lainnya. Ingat mutualisme yang
merupakan interaksi antara individu dari dua spesies yang berbeda, di mana
kedua individu memperoleh keuntungan.

Peran Fungi/Jamur Bagi Kehidupan

Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang
merugikan maupun yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan meliputi
berbagai jenis, antara lain sebagai berikut :
a. Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan
berprotein tinggi.
b. Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu dalam
pembuatan tempe dan oncom.

9
Soenarjo Sastrodinoto., 1980. Biologi Umum 1: Biosfer dan Aneka Makhluk Hidup.
Jakarta: PT Gramedia., hlm

34
Di samping peranan yang menguntungkan, beberapa jamur juga
mempunyai peranan yang merugikan, antara lain sebagai berikut :

a. Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit rebah semai.
b. Phythophthora inf'estan menyebabkan penyakit pada daun tanaman kentang.
c. Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air.

Teori sains menyatakan hancurnya tumbuhan atau bahan organik yang


mati atau tubuh hewan yang mati disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme,
terutama oleh bakteri penghancur dan jamur yang mendekomposisi. Keberadaan
jamur tidak sering lagi bagi kita karena sudah bisa kita lihat. Jamur berwarna
mulai dari warna yang kontras merah-kuning, warna cerah putih kekuningan
sampai warna gelap kehitaman. Semua itu merupakan tubuh buah berbagai jamur
yang berbeda-beda, tergantung spesienya.10

Algae
1. Defenisi
Algae atau ganggangtermasuktumbuhanbertalus, tidakmemilikiakar,
batang, dandaunsejati.Alga adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak
memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap
tidak memiliki organ seperti yang dimiliki tumbuhan. Karena itu alga pernah
digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus (Wikipedia, 2108).
2. Ciri Umum Algae (ganggang)
1. Organisme eukariotik
Beberapa alga bersifat uniseluer dan beberapa alga pula bersifat
multiseluler
2. Mempunyai klorofil dan pigmen fotosintesis
Alga memilki klorofil sehingga bersifat autotrof (dapat menyusun
makanannya sendiri). Selain klorofil alga juga mempunyai pigmen lain
yaitu fikosianin (warna biru), fikoeritrin (warna merah), fikosantin (warna
coklat), xantofil (warna kuning), dan karotena (warna keemasan).
Beberapa jenis alga fotosintetik mengandunng CO sebagai sumber karbon,

10
H.M Subandi, Mikrobiologi Perkembangan Kajian dan Pengamatan Dalam Perspektif
Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm 90-91

35
3. Tumbuhan talus, yaitu tidak dapat dibedakan antar akar, batang dan daun
4. Habitatnya di perairan, baik itu air tawar maupun air laut
5. Menyimpan cadangan makanan
6. Ada yang bergerak dan ada yang tidak bergerak
7. Bereproduksi secara aseksual yaitu membelah diri, fragmentasi dan
membentuk spora vegetatif. Reproduksi secara seksual yaitu konjugasi,
singami dan anisogami.
3. Pergantian Keturunan Algae
Pergantian keturunan algae terdiri dari:
1) Pergantian keturunan haplobintik terdiri dari pergantian keturunan yang
haplontik dan diplontik
2) Pergantian keturunan yang isomorfik dan heteromorfik
4. Habitat Algae
Algae dapat hidup di permukaan atau dalam perairan (aquatik) maupun
daratan (terestrial) yang terkena sinar matahari, namun kebanyakan hidup di
perairan. Algae laut mempunyai peranan yang sangat penting di dalam siklus
unsur-unsur di bumi, mengingat jumlah massanya yang sangat banyak yang
kemungkinan lebih besar dari jumlah tumbuhan di daratan. Beberapa algae laut
bersel satu bersimbiosis dengan hewan invertebrate tertentu yang hidup di laut,
misalnya spon, koral, cacing laut. Algae terestrial dapat hidup di permukaan
tanah, batang kayu, dan lain-lain.
5. Jenis-jenis Algae
Algae terdiri darialga hijau biru (Cyanophyceae), alga hijau (Clorophyceae),
alga keemasan (Chrysophyceae), alga coklat (Phaeophyceae), dan alga merah
(Rhodophyceae).
1. Alga Hijau Biru (Cyanophyceae)
Alga hijau biru termasuk kedalam monera, karena struktur selnya
sama dengan struktur sel bakteri. Alga hijau biru merupakan ganggan bersel
tunggal atau berbentuk benang dengan struktur tubuh yang masih sederhana.
Warna biru-kehijauan, autotrof. Inti dan kromotofora tidak ditemukan.
A. Perkembangbiakan Alga Hijau Biru
Reproduksi ganggang biru dapat dilakukan dengan tiga cara :

36
1. Pembelahan sel
Sel membelah diri, kemudian sel dapat langsung terpisah atau tetap
bergabung membentuk koloni.
2. Fragmentasi
Fragmentasi adalah cara memutuskan bagian tubuh tumbuhan yang
kemudian membentuk individu baru. Pda filamen yang panjang, nila
salah satu selnya mati, maka sel mati itu membagi filamen menjadi dua
bagian atau lebih. Masing-masing bagian disebut hormogonum.
3. Spora
Pada keadaan yang kurang menguntungkan akan terbentuk spora yang
sebenarnya merupakan sel vegetatif. Spora membesar dan tebal karena
penimbunan zat makanan.11
Habitat Alga Hijau Biru
Umumnya alga ini membentuk selaput lendir pada cadas atau tembok yang
basah. Ganggang hijau berukuran mikroskopis, keberadaanya tersebar luas di
seluruh dunia sebagai massa lendir atau benang-benang halus, hidup di daam air,
bahkan ada tang dalam sumber-sumber air panas. Sebagian juga dalam tanah yang
basah dan pada kulit-kulit pohon. Ganggang ini merupakan perintis dan
menyiapkan batu-batu atau cadas-cadas untuk tumbuh-tumbuhan lain yang lebih
tinggi. Beberapab jenis ganggan ini dapat melarut batu kapur. Ada pula
diantaranya yang iku menyusun Lichenes.12
Peran Alga Hijau Biru
Organisme dari alga hijau birumemiliki peran sebagai produsen dan
penghasil senyawa nitrogen di perairan. Alga hijau biru juga diketahui dapat
memproduksi toksin (racun)., tetapi juga bermanfaat bagi makhluk hidup yaitu
protein dan senyawa lain seperti obat-obatan.
1. Nostoc
Perendaman sawah selama musim hujan mengakibatkan Nostoc
tumbuh subur dan memfiksasi N2 dan udara sehingga dapat membantu
penyediaan nitrogen yang digunakan untuk pertumbuhan padi,
11
Syarifah Widya Ulfa,. Botani Cryptogamae. (Medan : Perdana Publishing, 2017
), hlm. 69-71
12
Tjitrosoepomo, G., Taksonomi Tumbuhan Schyzophyta, Thallophyta,
Bryophyta, Ptheridophyta. (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2005.), hlm. 27

37
2. Anabaena azollae
Hidup bersimbiosis dengan Azolla pinata (paku air). Paku air
mendapat keuntungan berupa amonia hasil fiksasi nitrogen oleh
Anabaena azollae
3. Spirullina
Ganggang ini mengandung kkadar protein yang tinggi, sehingga
dijadikan sumber makanan dan juga cocok dalam perawatan wajah.13
2. Alga Hijau (Clorophyceae)
Alga hijau Ganggang hijau / Chlorohyta adalah salah satu klas dari ganggang
berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Ganggang hijau ada yang bersel
tunggal dan ada pula yang bersel banyak berupa benang, lembaran atau
membentuk koloni spesies ganggang hijau yang bersel tunggal ada yang dapat
berpindah tempat, tetapi ada pula yang menetap.
Algae hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi algae. Algae hijau
berbeda dengan devisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti
tumbuhan tingkat tnggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih
dominan dibandingkan karoten dan xantofit.
A. Perkembangbiakan Alga Hijau
Perkembangbiakan pada Chlorophyta terjadi dengan 3 cara yaitu:
1) Secara vegetatif
Pada ini dengan fragmentasi dan pembelahan sel.
2) Secara seksual
a) Konjugasi yaitu perkembangbiakan secara kawin contohnya Spirogyra sp
b) Isogami yaitu peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama,
contohnya Chlorococcum, Chlamydomonos, Hydrodictyon
c) Anisogami yaitu peleburan dua gamet yang ukurannya tidak sama,
contohnya Chlamydomonas, Ulva
d) Oogami yaitu peleburan dua gamet yang satu kecil dan bergerak (sebagai
sperma) yang lain besar tidak bergerak (sebagai sel telur), contohnya
Chlamydomonas, Valva, Spirogya, Aedogonium
3) Secara aseksual

13
Ibid, hlm. 72

38
Perkembanganbiakan secara aseksual dapat terjadi dengan
pembentukan:
a) Zoospora yaitu sel berflagel 2 contohnya Chlamydomonos
b) Aplanospora yaitu spora yang tidak bergerak contohnya Chlorococcum
c) Autospora yaitu aplanospora yang mirip dengan sel induk contohnya
Chlorella
B. Habitat Alga Hijau
Alga hijau hidup di air laut, payau, air tawar. Jenis yang hidup diair tawar,
bersifat kosmopolit, terutama hidup di tempat yang cahayanya cukup
seperti kolam, danau, genangan air, Alga hijau ditemukan pula pada
lingkungan semi akuatik yaitu pada batu-batuan, tanah lembab dan kulit
batang pohon yang lembab. Beberapa anggotanya hidup di air mengapung
atau melayang, sebagian hidup sebagai plankton. Ini yang membedakan
sedikit dengan chlorophyta uniseluler dia jenis ini ada yang hidup melekat
pada tumbuhan atau hewan.
C. Siklus Hidup Alga Hijau
siklus hidup yang dijumpai pada gangang ialah yang generasi diploidnya
yang merupakan fase menyolok dalam siklus hidupnya, sedang generasi
haploid menjadi terdesak dan ada kemungkinan sangat tereduksi. Siklus
hidup semacam itu, yang mendekati daur hidup tumbuhan biji, alga hijau
juga mempunyai siklus hidup semacam ini.
Pola Daur Hidup
Ada 2 macam pola daur hidup, yaitu :
Haplobiontik yaitu selama pergiliran keturunannya golongan tumbuhan ini
hanya mempunyai satu macam tumbuhan yaitu tumbuhan yang bersifat
haploid.
Diplobiontik yaitu tumbuhan yang di dalam pergiliran keturunannya
mempunyai 2 macam tumbuhan yaitu tumbuhan yang bersifat haploid dan
tumbuhan yang bersifat diploid.
D. Peran Alga Hijau
1) Sebagai sumber protein sel tunggal contoh Chlorela sp
2) Sebagai bahan makan contoh Volvox sp sebagai sayuran

39
3. Alga Keemasan (Chrysophyceae)
Alga keemasan ( Chrysophyta) berasal dari bahasa yunani yaitu Chyros emas
dan phyta tumbuhan.Chrysophyta adalah salah satu kelas dari ganggang
berdasarkan zat warna atau pigmennya.Chrysophyceae memiliki pigmen dominan
karoten berupa xantofil yang memeberi warna keemasan dan pigmennya adalah
fukoxantin, klorofil a dan klorofil c. Bentuk tubuh alga emas ada yang uniseluler
misalnya Ocromonas ada juga yang multiseluler misalnya Vaucheria.
Alga ini memiliki jumlah sekitar 850 spesies.Chrysophyta disebut alga
keemasan sesuai dengan namanya alga ini memiliki warna keemasan.
Ciri-Ciri Umum alga keemasan adalah Dinding sel sebagian tbesar tersusun
dari silikat.
Sel terdiri dari dua bagian, tutup (epithea) dan wadah (hypotheca), yang
pinggir dari tutupnya agak melebihi ukuran pinggiran wadahnya 9Overlaping).
Pigmen-pigmen terdiri dari chloropil a,c,b,caroten,xabthofil, yang warnanya
agak kuning keemasan shingga sering di sebut alga keemasan.
Macam-macam cadangan makanan sama terdiri dari leukosin (karbohidrat),
dan minyak (lemak) yang agak kuning warnanya.Pada umumnya berflagel yang
tidak sama panjang dan bentuk sehingga kadang-kadang di sebut Heterokontae
(Alga yang flagelnya tidak sama panjang).
Berperan sebagai plankton dan merupakan produsen utama di laut.
Klasifikasi Chrysophyta di bagi menjadi 3 kelas yaitu;
1. Kelas xantosophyceae atau alga hijau kuning
Gaanggang ini banyak ditemukan hidup di air tawar, air laut dan tanah.
Susunan tubuhnya mempunyai tiga bentuk yaitu berbentuk sel tunggal contohnya
botrydiopsis, berbentuk filament contohnya tribonema dan yang terakhir
berbentuk tubular contohnya vaucheria. Umumnya ganggang ini tidak memiliki
dinding sel. Bila mempunyai dinding sel biasanya terdiri dari pectin dan silica.
Terdiri dari 2 bagian yang saling menutupi.seperti halnya pada tribonema sp.alga
ini mempunyai jenis alat gerak berupa 2 buah flagel yang tidak sama
panjangnya .satu bagian terletak pada ujung apical dan bagian yang lain terletak
pada anteriornya.
Perkembangbiakan secara vegetatif dan generatif

40
Perkembangbiakan vegetatif vaucheria berlangsung dengan pembentukan
zoospora yang berkumpul dalam spongarium pada ujung filamint.selanjutnya inti
di dalam spongarium membelah secara meiosis dan menghasilkan
zoospora.zoospora tersebut berinti banyak dan mempunyai flagel yang umbuh di
seluruh permukaannya.setelah spongarium masak,zoospora akan keluar dan
tumbuh menjadi vaucheria baru.
Perkembangan generatif vaucheria berlangsung drngan pembuahan ovum dan
spermatozoid.ovum dibentuk di dalam oogonium,sedang spermatozoid dibentuk
dalam anterediu,keduanya terdapat pada benang yang sama tau
homatalus.zigospora hasil pembuahannya akan membelah secara meiosis dan
menghasilkan spora yang selanjutnya terlepas dari induknya dan kemudian
tumbuh menjadi ganggang yang baru.
2. Kelas chrysophyceae atau alga coklat keemasan.
Ganggang ini kebanyakan hidup di air laut atau air tawar,susunan tubuhnya
ada yang berbentuk sel tungal contohnya ochromonas dan ada yang berbentuk
koloni contohnya synura.umumnya ganggang ini tidak mempunyai dinding
sel.bila mempunyai dinding sel biasanya terdiri dari lorika atau bisa juga tersusun
dari lempengan silicon atau bisa juga dari cakram kalsium karbonat.ganggang
jenis ini mempunyai alat gerak berupa flagella yang tidak sama jumlahnya tiap
marga. Alga ini mempunyai pigmen keemasan yang sering disebut karotin,klorofil
a,b dan c,brta karotin,xantofil berupa lutein contohnya ochromonas.
3. Kelas Bacillariophyceae atau alga diatomae.
Ganggang ini banyak ditemukan hidup di air tawar,air laut dan tanah –tanah
yang lembab.susunan tubuhnya ada yang berbentuk sel tunggal dan ada juga yang
berbentuk koloni dengan bentuk simetri bilateral dan simetri radial. Terdapat
dindng sel yang disebut.
A. Perkembangbiakan Alga Keemasan
Secara umum perkembangbiakan pada chrysophyta terjadi secara generatif
dan vegetatif. Dengan membelah secara longitudinal dan fragmentasi
terjadi menjadi 2 macam yaitu :
1. Koloni memisah menjadi 2 atau lebih sel tunggal melen diri dari
koloni kemudian membentuk koloni yang baru.

41
2. Sporik dengan membentuk 2 oospora 9 untuk sel yang tidak berflogel)
dan statospora ( tipe spora yang unik yang di temukan pada
chrysophyta dengan bentuk speris dan bulat, dinding spora bersilia
tersusun tas 2 bagian yang saling tumpah tindih , mempunyai lubang
yang mengandung gelatin).
Reproduksi generatif dilakukan dengan peleburan gamet.
B. Habitat Alga Keemasan
Habitat Chrysophyta biasanya terdapat di tempat-tempat yang basah, air
laut, air tawar dan tanah yang lembab. Untuk xantopyceae di air tawar,air
laut dan tanah dan Chrysophyceae hidupnya di air laut dan air tawar,
ataupun pada tanah-tanah yang lembab.
C. Peran Alga Keemasan
Peranan alga Chrysophyta adalah sebagai bahan penggosok, bahan
pembuat isolasi, penyekat, dinamit, membuat saringan, bahan alat
penyadap suara, bahan pembuat cat,pernis,dan piringan hitam.

Bryophyta
Lumut Daun (Musci)
2. 4 Pengertian Lumut Daun (Musci)
Lumut daun atau lumut sejati merupakan lumut yang sering kita jumpai
karena tempat hidupnya yang lebih terbuka disbanding lumut lain, bentuknya
pun lebih menarik. Lumut sejati atau lumut daun atau bryophyte dan anama
lain dari music adalah anggota tumbuhan tidak berpembuluh dan tumbuhan
berspora yang termasuk dalam superdivisi tumbuhan lumut atau bryophyta.
Lumut ini disebut sebagai lumut sejati karena bentuk tubuhnya seperti
tumbuhan kecil yang memiliki bagian akar (rizoid), batang, dan daun. Lumut
ini merupakan kelompok lumut terbanyak dibandingkan lumut lainnya, yaitu
sekitar10ribu spesies. Lumut daun merupakan tumbuhan kecil yang
mempeunyai batang semu dan tumbuhnya tegak. Lumut ini tidak melekat pada
substratnya, tetapi mempunyai rizoid yang melekat pada tumbuhnya. Bentuk
daunnya yang tersusun spiral. Lumut daun memiliki perbedaan dengan lumut
hati yaitu dari segi daunnya yang tumbuh pada sisi sumbu utama, daunnya
berasal dari pusat tengah lumut tersebut (simetri readial). Daunnya ini

42
mempunyai rusuk pada bagian tengahnya dan rusuk tersebut tersusun pada
batang dengan mengikuti garis spiral, panjangnya dapat bervariasi. Pada rusuk
tengah ini mengandung sel yang memanjang, fungsinya untuk mengangkut air
dan zat-zat hara.14
2.5 Ciri – Ciri Umum Lumut Daun (Musci)

Ciri-ciri karakteristik/sifat umum Lumut Daun adalah:


a. Gametofit tumbuh tegak atau merayap.
b. Berkembang dari protonema.
c. Mempunyai daun, batang dan rhizoid multiseluler.
d. Daun hanya terdiri dari satu lapis sel dengan rusuk tengah, tersusun
spiral atas melingkari batang.
e. Arkegonium membentuk kalipra yang menempel diatas kapsul.
f. Kapsul bagian bawah fotosintetik dan mempunyai stomata.
g. Kapsul mempunyai kolumela, pecah dengan gigi-gigi peristom,
tidak dijumpai adanya elater.
h. Tangkai (seta) bertambah panjang secara perlahan selama
perkembangan kapsul. Kuat dan biasanya berwarna.
i. Tubuhnya masih berupa talus.
j. Warna hijau, mempunyai klorofil a dan b tetapi tidak ada variasi
dalam bentuk plastidanya.
k. Lumut yang masih primitif tubuhnya berupa lembaran yang
merayap, tetapi untuk yang lebih maju, talusnya menyerupai
tumbuhan tingkat tinggi.
l. Daun-daun (filoid) terdiri atas satu lapis sel dan mempunyai rusuk
tengah.
m. Dibagian tengah terutama dekat rusuk tengah daun selalu terdiri
atas lebih dari satu lapis sel, tetapi belum ada daging daun
(mesofil).
n. Terdapat pembagian pekerjaan dalam talusnya, ada seperti jaringan
asimilasi dan jaringan penyimpan cadangan makanan.
o. Mempunyai liang udara yang berfungsi seperti stomata.
14
John W kimbal, Biologi Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2005) hal. 51.

43
p. Dinding sel terdiri atas selulosa.
q. Alat kelamin terdiri atas anteridium (jantan) dan arkegonium
(betina).15
2.6 Klasifikasi Lumut Daun (Musci)
a) Bangsa Andreales
Bangsa ini hanya memuat satu suku, yaitu suku Andreaceae , dengan
satu marga Andrea. Protonema berbentuk pita yang bercabang. Kapsul spora
mula-mula diselubungi oleh kaliptra yang bentuknya seperti kopyah bayi.
Jika sudah masak pecah dengan 4 katup-katup. Kolumela diselubungi oleh
jaringan sporogen . Contoh: Andrea pethrophilia dan Andrea rupestris.
Klasifikasi Ilmiah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Bryophyta
Kelas : Andreaopsida
Ordo : Andreales
Famili : Andreaceae
Andreaceae adalah keluarga lumut daun yang memiliki genus yaitu
Andreaea yang terdiri dari sekitar 100 spesies dan Acroschima.
Andreacheae menyukai habitat yang berbatu.
Ciri-cirinya:
 Protonema berbentuk seperti batang/ pita yang bercabang
 Daun-daun tersusun spiral rapat dan menutupi batang
 Gametangium terdapat pada ujung cabang terdiri anteridium dan
arkegonium terdapat cabang yang berbeda.
 Sporangium terdiri dari kaki dan kapsul
 Kolumula diselubungi oleh jaringan sporogen.16

b) Bangsa Sphagnales

15
Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1989) hal.60.
16
Syarifah Widya Ulfa, Botani Cryptogamae, (Medan: Perdana Publishing, 2017)
Hal.144.

44
Merupakan sub kelas yang paling primitive dalam kelas Bryophyta,
Bangsa ini terdiri atas satu suku Sphagnales dan satu marga Sphagnum.
Marga ini meliputi sejumlah besar jenis lumut yang kebanyakan hidup
ditempat-tempat yang berawa-rawa dan membentuk rumput atau bantalan
yang dari atas tiap-tiap tahun tampak bertambah luas, sedang bagian-bagian
bawah yang ada dalam air mati dan berubah menjadi gambut.
Ciri – cirinya yaitu:
1) Protonema tidak berbentuk benang, melainkan merupakan suatu badan
berbentuk daun kecil, tepinya bertoleh-toleh dan hanya terdiri atas selapis
saja.
2) Batangnya banyak bercabang-cabang, cabang-cabang yang muda tumbuh
tegak dan membentuk roset pada ujungnya.
3) Sporangium mempunyai kaki yang lebar, seta hanya berupa lekukan
antara kaki dari kapsul.
4) Daun-daun yang sudah tua terkulai dan menjadi pembalut bagian bawah
batang. Suatu cabang di bawah puncak tumbuh sama cepat dengan induk
batang, sehingga kelihatan seperti batang lumut itu bercabang
menggarpu. Karena batang dari bawah mati sedikit, maka cabang-cabang
akhirnya merupakan tumbuhan yang terpisah-pisah. Contoh Sphagnum
actifolium, Sphaghnum squarrosum dan Sphagnum fibriatum. 17
c) Bangsa Bryales
Bangsa bryales sebagian besar berupa lumut daun.Kapsul spora telah
mengalami diferensiasi yang maju. Sporangiumnya memiliki tangkai yang
elastis yang dinamakan seta dimana pangkalnya tertanam dalam jaringan
tumbuhan gametofitnya. Bagian atas seta dinamakan apofisis.Didalam
kapsul spora terdapat ruang – ruang spora yang dipisahkan oleh jaringan
kolumela.Bagian atas dinding kapsul spora terdapat tutup (operculum) yang
tepinya terdapat lingkaran sempit disebut cincin.Sel – sel cincin ini
mengandung lendir sehingga dapat mengembang dan terbukanya
operculum.Bangsa bryales meliputi beberapa family, diantaranya family

17
Ibid, Hal.144-115.

45
polytritrichaceae. Contoh spesiesnya yaitu: Polytrichum communae,
Pogonatum cirrhatum, Funaria hygrometrica, dan Eubryales pleurocarpi.
Klasifikasi bangsa bryales:
 Kindom: Plantae
 Divisi : Bryophyta
 Klas : Bryopsida
 Ordo : Bryales
 Family : Bryaceae
 Genus : Bryum18

2.7 Perkembangbiakkan Lumut Daun (Musci)


perkembangbiakkannya dapat melalui vegetatife dan generative:
a) Secara vegetatif, yaitu melalui pembentukan spora yang dibentuk dalam
spongarium. Dari spora akan tumbuh individu baru.
b) Secara generatif, yaitu melalui peleburan gamet – gamet, berupa
anteridium dan arkegonium.
Perkembangan pada lumut melalui pergiliran sistem reproduksi dari
aseksual dan seksual yang disebut metagenesis. 19
Pada lumut daun, alat – alat kelaminnya terkumpul pada ujung batang
atau ujung cabang – cabangnya, dan dikelilingi oleh daun – daun yang
letaknya paling atas. Apabila anteridium ini sudah masak, maka akan
membuka pada ujungnya, hal ini terjadi karena sel – sel dinding yang
letaknya paling ujung menjadi berlendir dan mengembang sehingga
kutikulanya pecah. Hal tersebut juga terjadi pada arkegonium yang sel
telurnya siap dibuahi. Pada arkegonium, tepi bagian dindingnyaterbuka dan
akan membengkok keluar dan berbentuk seperti corong. Apabila ada hujan,
air hujan ini sangat membantu spermatozoid menuju sel telur, dan
menggunakan gerak kemotaksis. Setelah terjadi pembuahan, akan
membentuk zigot, selanjutnya akan berkembang menjadi embrio, kemudian

18
Ibid, Hal.115.
19
Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2003) hal.65.

46
berkembang menjadi sprofit. Pada tempat yang sesuai, spora akan
berkecambah membentuk protonema.
Gambar siklus reproduksi lumut daun (musci):

2.8 Peranan Lumut Daun (Musci) bagi Kehidupan


Peranan lumut daun (musci) bagi kehidupan adalah:
a. Dapat membantu penyerapan air dan menjaga kelembapan tanah,
juga dapat digunakan sebagai pembalut/pengganti kapas
(sphagnum)
b. Sebagai makanan rusa kutub
c. Mengandung senyawa berguna dalam mengobati penyakit jantung
pada tumbuhan lumut Crateneuron filicinum
d. Digunakan untuk obat dalam pertumbuhan rambut pada tumbuhan
lumut Fissidens japonicum
e. Memiliki manfaat yang berguna untuk mengobati tekanan darah
tinggi dan juga sebagai obat bius pada tumbuhan lumut
Rhodobryum giganteum.20
20
Suharno, dkk, Biologi Untuk SMA Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2007) Hal.48.

47
Lumut Hati (Hepaticeae)
2.9 Pengertian Lumut Hati (Hepaticeae)
Lumut hati merupakan lumut yang mempunyai bentuk khas yaitu lekukan-
lekukan yang menyerupai bentuk hati dan juga terbagi atas dua lobus, sama
seperti hati. lunut ini tumbuh dan menempel di bebatuan, tanah, daun- daun
pepohonan dalam rimba di daerah tropika dan dinding- dinding pada bangunan
tua yang lembab. Lumut hati dapat melakukan fotosontesis untuk makanannya
sendiri (aototrof). Sruktur tubuhnya meliputi akar, batang, dan daun. (Syarifah:
2017).
Berdasarkan Struktur tubuhnya ada dua macam bentuk lumut hati , ada yang
memiliki daun dan ada yang memiliki talus. Kelompok yang memiliki daun
disebut lumut hati berdaun, sedangkan kelompok dengan struktur talus disebut
lumut hati bertalus (Damayanti: 2006). Umumnya lumut hati tumbuh merayap,
tegak atau ada beberapa jenis yang menggantung. Lumut hati melekat pada
substrat dengan struktur menyerupai akar disebut rhizoid. Rhizoid ini hanya
terdiri satu sel, jarang sekali bersel banyak (Hasan dan Ariyanti, 2004).
Lumut hati berkembang biak dengan oogami secara generatif, dan dengan
fragmentasi, tunas, dan kuncup eram secara vegetatif. Di dalam spongaria
terdapat sel yang berbentuk gulunngan dan disebut elatera, elatera ini akan
terlepas saat kapsul terbuka, sehingga akan membantu memancarkan spora.
Lumut ini juga bereproduksi secara aseksual dengan menggunakan sel yang
disebut dangan gemma, yang berbentuk mangkok dan terletak di permukaan
sporofit.

Ciri – Ciri Umum Hepaticae


 Tubuhnya masih berupa talus dan berakar rhizoid.
 Ditemukan di tempat-tempat lembap.
 Gametofitnya membentuk anteredium dan arkegonium yang berbentuk
seperti payung.

48
 Berkembangbiak secara generativ (oogami) dan secara vegetativ
(fragmentasi, tunas, kuncup eram).
 Tidak memiliki jaringan meristematik, sehingga sporofit pertumbuhannya
terbata karena tidak mempunyai jaringan meristem.

Metagenesis lumut berlangsung di antara fase haploid (gametofit)


dan fase diploid (sporofit). Pada fase gametofit tumbuhan lumut sangat
dominan serta memiliki masa hidup yang lebih panjang bila dibandingkan
dengan fase sporofit lumut. Bentuk gametofit tanaman lumut berupa
protonema, sedang bentuk sporofina berupa sporogonium. Metagenesis
lumut diawali dengan berkecambahnya spora ketika jatuh di daerah yang
cocok dengan habitat hidupnya, kemudian tumbuh menjadi protalium
(protonema). Protonema ada yang berhasil tumbuh besar dan terdapat juga
yang tidak berhasil tumbuh, hal ini terjadi karena beberapa faktor.
Protonema ada yang berhasil tumbuh besar dan terdapat juga yang tidak
berhasil tumbuh, hal ini terjadi karena beberapa faktor. Pada protonema
(lumut muda) ada kuncup yang tumbuh berkembang menjadi tumbuhan
lumut dewasa (tumbuhan gametofi).

2.10 Klasifiksi Lumut Hati (Hepaticeae)


Lumut hati dibedakan kedalam tiga bangsa, yaitu:
5) Bangsa Lumut Tanduk (Anthocerotales)

Klasifikasi lumut tanduk


kingdom : Plantae
Division : Antheceroptophyta
Kelas : Antheceroptopsida
Ordo : Antheceroptoceales
Family : Antheceroptoceae
Genus : Antheceroptopsida
Spesies : Antheceroptopsida.sp (Campbell: 2008)
Bangsa ini hanya memuat beberapa marga yang biasanya dimasuki
dalam satu suku, yaitu suku Anthocerotaceae. Susunan talusnya masih

49
sederhana.Sel-sel hanya mempunyai satu kloroplas sel-sel
ganggang.Sporogonium tidak bertangkai, mempunyai bentuk seperti buah
polongan.Lumut tanduk atau disebut juga Anthocerotopsida adalah
anggota tumbuhan tidak berpembuluh dan tumbuhan berspora yang
termasuk dalam superdivisitumbuhan lumut atau Bryophyta.
Tumbuhan ini biasa hidup melekat di atas tanah dengan perantara
rizoidnya.Lumut tanduk mempunyai talus yang sederhana dan hanya
memiliki satu kloroplas pada tiap selnya.Pada bagian bawah talus terdapat
stoma dengan dua sel penutup.Lumut tanduk sering dijumpai hidup di tepi
danau, sungai atau di sepanjang selokan.Perbedaan lumut tanduk dengan
lumut hati adalah sporofitnya yang membentuk kapsul memanjang dengan
hamparan gametofit seperti karpet yang lebar.Lumut tanduk berdasarkan
asam nukleatnya memiliki kekerabatan hubungan yang dekat dengan
tumbuhan berpembuluh (trakeofita/tumbuhan vaskuler). (Gembong:
2011)

Pergiliran keturunan lumut tanduk, ketika fase sporofit dan fase


gametofit terjadi secara bergiliran. Susunan sporogonium lumut tanduk
lebih rumit jika dibandingkan dengan lumut hati lainnya. Gametofitnya
mempunyai cakram dan tepi bertoreh. Sepanjang poros bujurnya terdapat
sederetan sel mandul yang disebut kolumela. Kulomela dilindungi oleh
arkespora penghasil spora. Dalam askespora, selain spora, juga dihasilkan
sel mandul yang disebut elatera. Tidak seperti lumut hati lainnya,
masaknya kapsul spora pada sporogonium lumut tanduk tidak bersamaan,
tetapi berurutan dari bagian atas sampai pada bagian bawah. Pada sisi
bawah talus terdapat stoma dengan dua sel penutup berbentuk ginjal.
Sporofit umumnya berupa kapsul yang berbentuk silinder dengan panjang
antara 5-6 cm. pangkal sporofitnya dibungkus dengan selubung dari
jaringan gametofit. Perkembangbiakan lumut tanduk secara seksual,
dengan membentuk anteridium dan arkhegonium. Anteridium terkumpul
pada suatu lekukan sisi atas pada talus, arkegonium juga terkumpul pada
suatu lekukan pada sisi atas talus. Sporangium tidak bertangkai, berbentuk
seperti tanduk dengan Panjang 10 hingga 15 cm. Zigot mula-mula

50
membelah menjadi dua sel dengan suatu dinding pisah melintang. Sel
diatas terus membelah yang merupakan sporogenium diikuti oleh sel
bagian bawah yang membelah terus-menerus membentuk kaki yang
berfungsi sebagai alat penghisap, bila sporogenium masak maka akan
pecah seperti buah polongan, menghasilakan jaringan yang terdiri dari
beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumula, kolumula ini
diselubungi oleh sel jaringan yang kemudian menghasilkan spora, yang
disebut arkespora.

6) Bangsa Marchantiales
Sebagian lumut hati yang tergolong Marchantiales memiliki susunan
talus yang sedikit rumit, Pada sisi bawah talusnya terdapat selapis sel-sel
yang menyerupai daun yang dinamakan sisik daun atau sisik ventral,
selain itu pada sisi bawah talus terdapat rhizoid-rhizoid yang bersifat
fototrof negative dan dinding selnya mempunyai penebalan ke dalam yang
bentuknya seperti sekat-sekat yang tidak sempurna. Permukaan atas talus
mempunyai lapisan kutikula, oleh sebab itu hampir tidak mungkin dilalui
oleh air. Jika dilihat dari atas, talus terlihat berpetak-petak, dibawah petak
didalam talus tersebut terdapat suatu ruang udara, dan di tengah petak
terdapat suatu liang udara yang menghubungkan ruang udara tadi dengan
dunia luar. Contoh: Marchantia stremanii, dan Marchantia polymorpha.
(Syarifah: 2017)
Talus ini berbentuk seperti pita, berdaging, berwarna hijau dan lebar
sekitar 2 cm, berbentuk bercabang menggarpu dengan rusuk tengah yang
tidak begitu jelas.Tubuhnya tersusun dari talus dorsi ventral yang
berwarna hijau, kecil pipih, bercabang.Pada bidang ventral muncul banyak
sekali rhizoid yang merupakan perpanjangan sel epidermis bawah, ada dua
macam rhizoid bersekat tidak sempurna dan rhizoid berdinding halus,
selain itu juga tumbuh sisik.Bagian tengah lobus adalah bagian yang palig
tebal, dan semkain pipih ke bagian tepi, bagian tengah yang tebal tersebut
merupakan bagian rusuk. Pada ujung talus terdapat yang didasarkan
terletak titik tumbuh. Disisi atas talus terdapat kuncup, yang merupakan
sebagai alat untuk pembiak vegetative.Gametangium di dukung oleh

51
tagkai yang tumbuh tegak, berumah dua, jadi arkegonium dan anteredium
tedapat pada talus terpisah.Pada tangkai pendukung arkegonium
dinamakan arkegoniofor dan tangkai pendukung anteredium dinamakan
anterediofor.Arkegonium menghasilkan sel telur, sedangkan anteredium
menghasilkan spermatozoid.Dengan perantara air, spermatozoid
membuahi ovum yang membentuk zigot.Jadi pembuahan lumut
kebanyakan terjadi saat musim penghujan.
Awal tahap sporofit dimulai dari pembentukan zigot hasil fertilisasi
dengan kromosom diploid, zigot mulai membelah kurang lebih selama 48
jam setengah fertilasasi. Pembelahan 1: epibasal dan hipobasal.
Pembelahan 2:4 sel tahap kuadran dan tahap berikutnya: 4-8 sel lagi
dibagian dalam. Pada 4 sel pada bagian dalam ada yang membentuk
seta.Pada bagian luar menjadi kapsula kemudian membelah menjadi
jaringan sporogen padat menghasilkan sel alater dan sel induk spora tadi
mengalami pembelahan meiosis menghasilkan 4 meiospora.
Klasifikasi Marchantiales
Kingdom : Plantae
Divisi : Marchantiopyta
Kelas : Marchantiopsida
Ordo : Marchantiales
Family : Marchanticeae
Genus : Marcantia. sp

Suku di Marchantiales

 Aytoniaceae
 Cleveaceae
 Conocephalaceae
 Corsiniaceae
 Exormothecaceae
 Lunulariaceae
 Marchantiaceae

52
 Monosoleniaceae
 Oxymitraceae
 Ricciaceae
 Targioniaceae
 Wiesnerellaceae

7) Bangsa Jungermaniales
Jungermaniales adalah ordo terbesar tumbuhan lumut hati, ordo ini
memiliki ciri khas berupa daun dibagian kana dan kiri batangnya.
Sebagian besar lumut hati lain umumnya tida brtalus dan tidak memilki
daun. Lumut hati yang kebanyakan kecil hidup di atas tanah atau batang-
batang pohon, di daerah tropika juga sebagai efifit pada daun pohon-
pohonan dalam hutan.Bangsa ini meliputi 90 % dari semua Hepaticae.
Bentuk-bentuk tubuh yang masih sederhana sangat menyerupai
Marchantia, talus berbentuk pita, sempit dan bercabang-cabang
mennggarpu.Kebanyakan Jungermaniales telah mempunyai semacam
batang yang bercabang-cabang banyak dan tumbuh dorsivental.Bagian-
bagian serupa daun kecil itu telah mempunyai ibu tulang, tetapi bagian
yang serupa batang belum mempunyai berkas pembuluh
pengangkutan.Selain dua baris bagian-bagian serupa daun-daun yang
kesamping tadi, seingkali terdapat sederetan bagian-bagian semacam daun
lagi yang terletak pada sisi bawah, dan dinamakan daun perut atau
amfigastrium.
Perkembangan anteridium dan perkembangan permulaan
embrionya sedikit menyimpang dari cara-cara yang telah kita kenal pada
hepaticae.Pada jurgermaniales yang tubuhnya bersifat talus,
arkegoniumnya diliputi oleh periketium yang dikelilingi oleh bagin-bagian
yang mempunyai bentuk yang khusus, seperti pada bunga tumbuhan tinggi
(Angiospermae) bagian itu disini juga dinamakan periantium.Protonema
Jungermaniales hanya terdiri atas beberapa sel saja, tetapi ada pula yang
protonemanya pipih dan menjadi bagian tubuhnya yang vegetative.
Seperti biasanya dari kedua sel anakan sebagai hasil pemebalahan
zigot yang pertama kali, sel yang dibawah kemudian menjadi

53
sporogonium, sedang sel yang diatas menjadi kapsul spora.Berbeda
dengan Marchantia, pada Jungermaniales ini kapsul spora mempunyai
tangkai.Sporogonium telah selesai terbentuk sebelum tangkai memanjang
dan menembus dinding arkegonium.Sisa dinding akhirnya tinggal pada
pangkal sporogonium sebagai satu selubung.Kapsul spora yang terdapat
pada ujung tangkai berbentuk bulat, dan jika sudah masak membuka
dengan empat katup.Kapsul spora mempunyai dinding yang terdiri atas
beberapa lapis sel, tidak mempunyai kolumela.Yang dikeluarkan tidak
hanya spora saja, tetapi juga elatera.Sel-sel dinding kapsul spora
mempunyai penebalan berupa rigi-rigi, atau seluruh dinding sel menebal,
kecuali dinding yang luar.Pecahnya kapsul spora disebabkan oleh daya
kohesi air dalam sel-sel yang menguap dengan disertai berkerutnya
dinding yang tidak menebal. (Tjitrosoepomo: 2009)
Menurut duduknya sporangium, Jungermniales dibedakan dalam
tiga suku: Suku anacrogynaceae ujung talus tidak ikut mengambil bagian
dalam pembetukan arkegonium; sporogonium terdapat pada sisi
punggung, dan pada beberapa jenis diliputi oleh periketium yang tergolong
di sini antara lain:
-  Pelia epiphilla, talus menyerupai marchantia, hidup di atas tanah yang
basah.
-  Metzgeria furcata, talus berbentuk pita sempit , bercabang-cabang
menggarpu, hidup pada batang pohon atau juga batu padas.
-  Metzgeria conjugate.
- Blasia pusilla, talus lebar, mempunyai rusuk tengah, pada tepi talusnya
mulai tampak terbentuknya alat-alat seperti daun
Klasifikasi Jungermanniales
Kingdom : Plantae
Divisi : Marchantiophyta
Kelas : Jungermanniopsida
Ordo : Jungermanniales

54
Family : Jungermanniaceae
Genus : Jungermanniopsida
Spesies : Jungermannia.sp

Fase perkembangan Anteridium dan Arkegonium


Anteridium lumut hati ini terjadi sebagai berikut.
Salah satu sel pada permukaan membelah menjadi beberapa
segmen dengan perantaraan sekat-sekat melintang.Masing-masing segmen
membelah lagi menjadi 4 sel oleh sekat-sekat yang lurus oleh sekat-sekat
yang dibuat pertama-tama.Sel-sel yang letaknya dibagian dalam
merupakan sel-sel spermatogen yang kemudian menghasilkan
spermatozoid.Jika anteridium telah masak, sel-sel dindingnya menjadi
lendir dan mengembang hinga spermatozoid-spermatozoid dapat keluar
dan berkumpul dalam suatu tetes air hujan yang terdapat diatas cakram
pendukung Gametangium tadi.Pendukung Gametangium berakhir dengan
suatu badan berbentuk bintang.Kaki-kaki bintang itu biasanya berjumlah
9, tepinya melipat kebawa, sehingga sisi atas bagian yang mendukung sisi
bawah badan yang berbentuk bintang tadi.Letak Arkegonium pada
pendukungnya berderetan, Setiap baris diselubungi oleh selaput yang
bergigi yang dinamakan periketium.
Pada pembentukan Arkegonium suatu sel pada permukaan
membelah menjadi dua. Sel yang bawah akan menjadi tangkai dan yang
atas akan membelah lagi membujur hingga menjadi 4 sel. 3 sel terdapat di
pinggir, sedang yang 1 ditengah-tengah lalu membelah lagi melintang,
membentuk sel tutup dan sel dalam. Ketiga sel yang dipinggir itula yang
selanjutnya membelah-belah menjadi dinding perut dan leher
Arkegonium.Dari sel dalam akhirnya terbentuk sel telur, sel saluran perut
dan sel-sel saluran leher.Pembuatan berlangsung dalam cuaca hujan.Oleh
percekan air hujan cairan yang mengandung spermatozoid terlempar dari
anterediofor ke arkegionofor.Sel-sel epidermis badan pendukung
arkegonium mempunyai papilla dan membentuk suatu sistem kapilar pada
permukaan alat tersebut yang memudahkan tergelincirnya spermatozoid

55
masuk kedalam arkegonium.Spermatozoid itu beraksi kemotaksis terhadap
zat putih telur.
Pada Marchantia kapsul spora itu mempunyai dinding terdiri dari
selapis sel, dengan penebalan-penebalan seperti serabut pada ujung kapsul
dinding terdiri dari 2 lapis sel. Ditempat itu kapsul pada waktu masak
mulai robek, tutup terpecah, dan dinding berkerut membentuk gigi-gigi.
Kapsul spora mula-mula masih diselubungi oleh bekas dinding
Arkegonium yang ikut terangkat pada perkembangan sporogonium, yaitu
pada pembentangan tangkai sporogonium kapsul marchantiales dapat
menghasilkan beberapa ratus ribu spora. Spora itu jika jatuh ditempat yang
cocok akan berkecambah menjadi protonema yang berupa benang pendek
yang mengandung klorofil, dan selanjutnya berkembang membentuk talus.
(Tjitrosoepomo: 2009)

2.11 Peran Hepaticae dalam kehidupan


Beberapa peranan lumut hati di dalam kehidupan adalah sebagai tumbuhan
perintis yang mampu merombak struktur batu menjadi tanah, dan juga
berperan dalam menjaga ketersediaan air dan mampu mencegah banjir dalam
ekosistem hutan, lumut ini juga dapat digunakan sebagai pelindung tanah dari
erosi dan kekeringan pada musim kemarau. (Gembong: 2011)
Lumut Marchantia merupakan salah satu dari jenis lumut atau tumbuhan
bertalus bisa dibuat sebagai obat anti kanker, Marchantia mengandung zat
bioaktif yang dapat menunjukan aktivitas sitotoksik (anti kanker). (Istamar:
2004)
Lumut ini sendiri mempunyai beberapaa senyawa aktif seperti
isoflavonoid, bioflavonoid, flavonoid, triterpenoid dan steroid yang berfungsi
sebagai:
o Memebantu pertumbuhan tanaman di sekitanya.
o Menunjang proses fotosintesis.
o Sebagai bahan antivirus, anti mikroba dan anti serangga.
o Dapat digunakan sebagai penawar jika terkena racun oleh gigitan ular.
o Sebagai obat anti jamur pada perabotan.

56
o Sebagai obat terapi dan refleksi.
o Bahan obat antiseptik.
o Dapat digunakan sebagai bahan penumbuh rambut.

Tumbuhan Paku (Pteridophyta )


2.13 Pengertian Tumbuhan Paku
Dunia tumbuhan secara umum dibagi mejadi 5 kelompok besar dalam
divisio. Kelima divisio tersebut dari yang paling sederhana ke yang paling
komplek yaitu Divisio Schyzophyta yaitu tumbuhan belah; yang menjadi anggota
Schizophyta adalah semua tumbuhan yang cara reproduksinya dengan membelah
diri, inti sel belum berdinding dan secara umum bersifat uniseluler. Contoh dari
Diviso Schizophyta adalah bakteri dan alga biru. Divisio berikutnya adalah
Divisio Thallophyta, yaitu kelompok tumbuhan yang dapat multiseluler ataupun
uniseluler namun sudah memiliki inti yang sesungguhnya. Contoh dari Divisio
Thallophyta adalah alga dan jamur. Meningkat pada kelompok tumbuhan lain
yang struktur akar dan batangnya belum ada, namun sel telah mengalami
diferensiasi dan spesialisasi adalah kelompok Bryophyta. Pteridophyta adalah
divisio yang semua anggotanya telah memiliki akar, batang dan daun yang sudah
jelas. Perkembangbiakan secara generatif dilakukan dengan menggunakan spora.
(Gembong Tjitrosoepomo.1988)
Divisio tertinggi dalam dunia tumbuhan, adalah Divisio Spermatophyta;
divisio ini telah memiliki biji untuk perkembangan biakan generatifnya. Divisio
ada juga yang membaginya menjadi 4 saja dikarenakan Divisio Schizophyta yaitu
tumbuhan belah; karena memiliki ciri inti sel belum berdinding maka
dikelompokkan pada kelompok tersendiri di luar kelompok tumbuhan yaitu
Kingdom Monera (Ray,J.1984).
Pada beberapa jenis paku yang hidup di tanah, batang tumbuhan paku
sejajar dengan tanah. Karena tumbuhnya menyerupai akar maka batang tersebut
dinamakan rizoma. Batang ini sering tertutup oleh rambut atau sisik berfungsi
sebagai pelindungnya. Dari rizoma ini pula tumbuh akar – akar yang lembut.
Daun paku ada yang berbentuk tunggal, majemuk ataupun menyirip ganda.
Helaian daun secara menyeluruh disebut ental, terkadang tumbuh dua macam

57
ental, yaitu yang subur dan mandul. Pada ental yang subur tumbuh sporangia pada
permukaan daun bagian bawah. Kumpulan dari sporangia disebut sorus
sedangkan sekumpulan sorus itu sendiri disebut dengan sori. Spora terletak pada
kotak spora (sporangium) dan tidak jarang sorus tersebut dilindungi oleh suatu
lapisan penutup yang disebut indusium yang umumnya berbentuk ginjal. (Setijati
Sastrapradja, dkk.1979:8)
2.14 Ciri-ciri Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Ciri tumbuhan paku meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh
yang memiliki ukuran bervariasi dari yang tingginya sekitar 2 cm, misalnya pada
tumbuhan paku yang hidup mengapung di air, sampai tumbuhan paku yang hidup
di darat yang tingginya mencapai 5 m, misalnya paku tiang (Sphaeropteris).
Tumbuhan paku purba yang telah menjadi fosil diperkirakan ada yang mencapai
tinggi 15 m. Bentuk tumbuhan paku yang hidup saat ini bervariasi, ada yang
berbentuk lembaran, perdu atau pohon, dan ada yang seperti tanduk rusa.
Tumbuhan paku terdiri dari dua generasi, yaitu generasi sporofit dan
generasi gametofit. Generasi sporofit dan generasi gametofit ini tumbuh
bergantian dalam siklus tumbuhan paku. Generasi sporofit adalah tumbuhan yang
menghasilkan spora sedangkan generasi gametofit adalah tumbuhan yang
menghasilkan sel gamet (sel kelamin). Pada tumbuhan paku, sporofit berukuran
lebih besar dan generasi hidupnya lebih lama dibandingkan generasi gametofit.
Oleh karena itu, generasi sporofit tumbuhan paku disebut generasi dominan.
Generasi sporofit inilah yang umumnya kita lihat sebagai tumbuhan paku.
Struktur dan fungsi tubuh tumbuhan paku generasi sporofit. Tumbuhan paku
sporofit pada umumnya memiliki akar, batang, dan daun sejati. Namun, ada
beberapa jenis yang tidak memiliki akar dan daun sejati. Batang tumbuhan paku
ada yang tumbuh di bawah tanah disebut rizom dan ada yang tumbuh di atas
permukaan tanah. Batang yang yang tumbuh di atas tanah ada yang bercabang
menggarpu dan ada yang lurus tidak bercabang. Tumbuhan paku yang tidak
memiliki akar sejati memiliki akar berupa rizoid yang terdapat pada rizom atau
pangkal batang. Tumbuhan paku ada yang berdaun kecil (mikrofil) dan ada yang
berdaun besar (makrofil). Tumbuhan paku yang berdaun kecil, daunnya berupa
sisik. Daun tumbuhan paku memiliki klorofil untuk fotosintesis. Klorofil

58
tumbuhan paku yang tak berdaun atau berdaun kecil terdapat pada batang.
Tumbuhan paku sporofit memiliki sporangium yang menghasilkan spora

Pada jenis tumbuhan paku sporofit yang tidak berdaun, sporangiumnya


terletak di sepanjang batang. Pada tumbuhan paku yang berdaun, sporangiumnya
terletak pada daun yang fertil (sporofil). Daun yang tidak mengandung
sporangium disebut daun steril (tropofil). Sporofil ada yang berupa helaian dan
ada yang berbentuk strobilus. Strobilus adalah gabungan beberapa sporofil yang
membentuk struktur seperti kerucut pada ujung cabang. Pada sporofil yang
berbentuk helaian, sporangium berkelompok membentuk sorus. Sorus dilindungi
oleh suatu selaput yang disebut indusium. Sebagian besar tumbuhan paku
memiliki pembuluh pengangkut berupa floem dan xilem. Floem adalah pembuluh
pengangkut nutrien organik hasil fotosintesis. Xilem adalah pembuluh pengangkut
senyawa anorganik berupa air dan mineral dari akar ke seluruh bagian tumbuhan.
Spora yang menghasilkan sporofit akan tumbuh membentuk struktur gametofit
berbentuk hati yang disebut protalus atau protalium. Gametofit tumbuhan paku
hanya berukuran beberapa milimeter dan dari sebagian besar tumbuhan paku
memiliki gametofit berbentuk hati yang disebut protalus. Protalus berupa
lembaran, memiliki rizoid pada bagian bawahnya, serta memiliki klorofil untuk
fotosintesis. Protalus hidup bebas tanpa bergantung pada sporofit untuk kebutuhan
nutrisinya. Gametofit jenis tumbuhan paku tertentu tidak memiliki klorofil
sehingga tidak dapat berfotosintesis. Makanan tumbuhan paku tanpa klorofil
diperoleh dengan cara bersimbiosis dengan jamur.
Gametofit memiliki alat reproduksi seksual yaitu jantan adalah anteridium
yang menghasilkan spermatozoid berflagelum sedangkan alat reproduksi betina
adalah arkegonium yang menghasilkan ovum. Gametofit tumbuhan paku jenis
tertentu memiliki dua jenis alat reproduksi pada satu individu. Gametofit dengan
dua jenis alat reproduksi disebut gametofit biseksual. Gametofit yang hanya
memiliki anteridium saja atau arkegonium saja disebut disebut gametofit
uniseksual. Gametofit biseksual dihasilkan oleh paku heterospora (paku yang
menghasilkan dua jenis spora yang berbeda).
2.14 Reproduksi Tumbuhan Paku Homospora (Pteridophyta)

59
Tumbuhan paku berkembang biak secara aseksual dan seksual. Reproduksi
aseksual dan seksual pada tumbuhan paku terjadi seperti pada lumut. Reproduksi
tumbuhan paku menunjukkan adanya pergiliran antara generasi gametofit dan
generasi sporofit (metagenesis). Pada tumbuhan paku, generasi sporofit
merupakan generasi yang dominan dalam daur hidupnya. Generasi gametofit
dihasilkan oleh reproduksi aseksual dengan spora. Spora dihasilkan oleh
pembelahan sel induk spora yang terjadi di dalam sporangium. Sporangium
terdapat pada sporofit (sporogonium) yang terletak di daun atau di batang. Spora
haploid (n) yaitu protalium, sedangkan sporofitnya adalah generasi diploid yaitu
tumbuhan paku. Proses pergiliran keturunan tumbuhan paku adalah sebagai
berikut : Bila spora jatuh di tempat yang sesuai maka akan menghasilkan alat
kelamin jantan (anteridium) dan alat kelamin betina (arkegonium). Masing –11
masing alat kelamin akan menghasilkan spermatozoid dan ovum. Bila
terjadi pembuahan ovum oleh spermatozoid maka akan dihasilkan zigot.
Selanjutnya
zigot akan tumbuh menjadi embrio dan akhirnya menjadi tanaman paku.
Setelah dewasa, sporofil dari sporofit akan menghasilkan spora yang terdapat di
dalam kotak spora. Kotak spora ini akan berkumpul di dalam sorus. Daur hidup
tumbuhan paku homospora disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Daur Hidup Tumbuhan Paku


Sumber : Prawirohartono,S. 2004:171
2. 15 Klasifikasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakan
menjadi tiga, yaitu :
a. Paku Homospora

60
Paku Homospora yaitu jenis tumbuhan paku yang menghasilkan satu jenis spora
yang sama besar. Contohnya adalah paku kawat (Lycopodium).
b. Paku Heterospora

Paku heterospora merupakan jenis tumbuhan paku yang menghasilkan dua jenis
spora yang berbeda ukuran. Spora yang besar disebut makrospora (gamet betina)
sedangkan spora yang kecil disebut mikrospora (gamet jantan). Contohnya adalah
paku rane (Selaginella) dan Semanggi (Marsilea).
c. Paku Peralihan

Paku peralihan merupakan jenis tumbuhan paku yang menghasilkan spora dengan
bentuk dan ukuran yang sama, serta diketahui gamet jantan dan betinanya. Contoh
tumbuhan paku peralihan adalah paku ekor kuda (Equisetum). Berdasarkan
struktur morfologinya, tumbuhan paku diklasifikasikan menjadi empat subdivisi,
yaitu paku purba (Psilopsida), paku kawat (Lycopsida), Paku ekor kuda
(Sphenopsida), dan paku sejati (Pteropsida).
1) Paku Purba (Psilopsida)

Tumbuhan paku purba yang masih hidup saat ini diperkirakan hanya tinggal 10
spesies sampai 13 spesies dari dua genus. Paku purba hidup di daerah tropis dan
subtropis. Sporofit paku purba ada yang tidak memiliki akar sejati dan tidak
memiliki daun sejati. Paku purba yang memiliki daun pada umumnya berukuran
kecil (mikrofil) dan berbentuk sisik. Batang paku purba bercabang dikotomi
dengan tinggi mencapai 30 cm hingga 1 m. Paku purba juga tidak memiliki
pembuluh pengangkut. Batang paku purba mengandung klorofil sehingga dapat
melakukan fotosintesis. Cabang batang mengandung mikrofil dan sekumpulan
sporangium yang terdapat di sepanjang cabang batang. Sporofil paku purba
menghasilkan satu jenis spora (homospora). Gametofitnya tidak memiliki klorofil
dan mengandung anteridium dan arkegonium. Gametofit paku purba bersimbiosis
dengan jamur untuk memperoleh nutrisi. Contoh tumbuhan paku purba yaitu paku
purba tidak berdaun (Rhynia) dan paku purba berdaun kecil (Psilotum).
2) Paku Kawat (Lycopsida)

61
Paku kawat mencakup 1.000 spesies tumbuhan paku, terutama dari genus
Lycopodium dan Selaginella. Paku kawat banyak tumbuh di hutan-hutan daerah
tropis dan subtropis. Paku kawat menempel di pohon atau hidup bebas di tanah.
Anggota paku kawat memiliki akar, batang, dan daun sejati. Daun tumbuhan paku
kawat berukuran kecil dan tersusun rapat. Sporangium terdapat pada sporofil yang
tersusun membentuk strobilus pada ujung batang. Strobilus berbentuk kerucut
seperti konus pada pinus. Oleh karena itu paku kawat disebut juga pinus tanah.
Pada paku rane (Selaginella) sporangium terdiri dari dua jenis, yaitu
mikrosporangium dan megasporangium. Mikrosporangium terdapat pada
mikrosporofil (daun yang mengandung mikrosporangium). Mikrosporangium
menghasilkan mikrospora yang akan tumbuh menjadi gametofit jantan.
Megasporangium terdapat pada megasporofil (daun yang mengandung
megasporangium). Megasporangium menghasilkan megaspora yang akan tumbuh
menjadi gametofit betina. Gametofit paku kawat berukuran kecil dan tidak
berklorofil. Gametofit memperoleh makanan dari jamur yang bersimbiosis
dengannya. Gemetofit paku kawat ada yang uniseksual, yaitu mengandung
anteridium saja atau arkegonium saja. Gametofit paku kawat juga ada yang
biseksual, yaitu mengandung anteridium dan arkegonium. Gametofit uniseksual
terdapat pada Selaginella. Selaginella merupakan tumbuhan paku heterospora
sedangkan gametofit biseksual terdapat pada Lycopodium.

3) Paku Ekor Kuda (Sphenopsida)

Paku ekor kuda saat ini hanya tinggal sekitar 25 spesies dari satu genus, yaitu
Equisetum. Habitat utama tumbuhan ini hidup pada habitat lembab di daerah
subtropis. Equisetum yang tertinggi hanya mencapai 4,5 m sedangkan rata-rata
tinggi Equisetum kurang dari 1 m. Equisetum memiliki akar, batang, dan daun
sejati. Batangnya beruas dan pada setiap ruasnya dikelilingi daun kecil seperti
sisik. Equisetum disebut paku ekor kuda karena bentuk batangnya seperti ekor
kuda. Batangnya yang keras disebabkan dinding selnya mengandung silika.
Sporangium terdapat pada strobilus. Sporangium menghasilkan satu jenis spora,
sehingga Equisetum digolongkan pada tumbuhan paku peralihan. Gametofit
Equisetum hanya berukuran beberapa milimeter tetapi dapat melakukan

62
fotosintesis. Gametofitnya mengandung anteridium dan arkegonium sehingga
merupakan gametofit biseksual.
4) Paku Sejati (Pteropsida)

Paku sejati mencakup jenis tumbuhan paku yang paling sering kita lihat. Tempat
tumbuh paku sejati sebagian besar di darat pada daerah tropis dan subtropis. Paku
sejati diperkirakan berjumlah 12.000 jenis dari kelas Filicinae. Filicinae memiliki
akar, batang, dan daun sejati. Batang dapat berupa batang dalam (rizom) atau
batang di atas permukaan tanah. Daun Filicinae umumnya berukuran besar dan
memiliki tulang daun bercabang. Daun mudanya memiliki ciri khas yaitu tumbuh
menggulung (circinnatus). Jenis paku yang termasuk paku sejati yaitu Semanggi
(Marsilea crenata), Paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum), paku sarang
burung (Asplenium nidus), suplir (Adiantum cuneatum), Paku sawah (Azolla
pinnata), dan Dicksonia antarctica.
5) Distribusi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Dalam persebaran atau distribusi tumbuhan paku, dari beberapa jenis tumbuhan
paku dapat tumbuh dan berkembang dalam wilayah geografis yang luas, mulai
dari tepi pantai sampai ke pegunungan. Akan tetapi ada juga yang jenis-jenis yang
hanya tersebar dalam kawasan yang sangat terbatas. Pada masa jutaan tahun yang
lalu vegetasi hutan-hutan di bumi terutama tersusun dari jenis tumbuhan paku
yang berupa pohonpohon yang tinggi dan besar. Jenis-jenis tumbuhan paku yang
masih ada jumlahnya relatif kecil (dibandingkan dengan jenis-jenis dari divisi
lainnya) dan dianggap sebagai peninggalan dari kelompok tumbuhan yang pernah
mendominasi bumi ini (Smith,1979). Jenis-jenis yang masih ada sekarang ini
sebagian besar bersifat higrofit yang menyukai tempat teduh dengan tingkat
kelembaban yang tinggi, akan tetapi pada umumnya kebanyakan adalah jenis
tumbuhan paku terrestrial. Tumbuhan paku yang paling besar dan tinggi ditemui
pada marga Cyathea (paku pohon), sedangkan tumbuhan paku dari suku
Gleichenioceae pada umumnya merupakan tumbuhan perintis di daerah terbuka
Penyebaran tumbuhan paku dilakukan melalui spora yang terdapat di dalam kotak
sporangium. Organ ini sangat efisien untuk kepentingan penyebaran karena dapat
mencapai tempat-tempat yang jauh dengan bantuan angin, serta dapat diproduksi

63
dengan jumlah yang banyak. Dengan cara demikian sebagian dari spora tersebut
dapat menemukan tempat yang cocok untuk pertumbuhannya. Seperti halnya pola
penyebaran tumbuhan pada umumnya, pola penyebaran tumbuhan paku juga
tergantung pada sifat fisika kimia lingkungan maupun keistimewaan biologis
masing-masing individu. Pola penyebaran dikelompokkan menjadi tiga kategori
yaitu a. penyebaran teratur atau seragam: individuindividu terdapat pada tempat-
tempat tertentu dalam komunitas,
1. penyebaran acak: individu-individu menyebar dalam beberapa tempat dan
mengelompok pada tempat-tempat lainnya,
2. penyebaran berumpun: individu-individu selalu ada dalam kelompok-
kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri atau terpisah.
a. Ekologi Pteridophyta

Tumbuhan paku dapat hidup pada keadaan yang bersuhu lembap dan suhu kering,
sehingga tidak jarang dijumpai paku dapat hidup di manamana, diantaranya di
daerah lembab, di bawah pohon, di pinggiran sungai, di lereng-lereng terjal, di
pegunungan bahkan banyak yang sifatnya menempel di batang pohon, batu atau
tumbuh di atas tanah. Jenis-jenis paku epifit yang berbeda, juga akan berbeda
kebutuhannya terhadap cahaya. Ada yang menyenangi tempat terlindung dan ada
sebagian pada tempat tertutup. Kondisi lingkungan di hutan tertutup ditandai
dengan sedikitnya jumlah sinar yang menembus kanopi hingga mencapai
permukaan tanah dan kelembaban udaranya sangat tinggi. Dengan demikian paku
hutan memiliki kondisi hidup yang seragam dan lebih terlindung dari panas.
Kondisi ini dapat terlihat dari jumlah paku yang dapat beradaptasi dengan cahaya
matahari penuh tidak pernah dijumpai di hutan yang benar-benar tertutup.
Beberapa paku hutan tidak dapat tumbuh di tempat yang dikenai cahaya matahari
Paku yang menyenangi sinar matahari .sun-fern. selain ada yang membentuk
belukar dan ada juga yang memanjat. Sebagian kecil .sun-fern. tumbuh di tempat
yang benar-benar terbuka. Namun demikan memerlukan juga lindungan dari sinar
matahari. Sehingga sering ditemukan tumbuh di antara tumbuhan lain, tidak
terisolasi. Paku yang berbentuk belukar membuat sendiri naungannya dengan cara
membuat rimbunan yang terdiri dari daun-daunan.
b. Faktor Klimatik Pteridophyta

64
Faktor klimatik yaitu faktor iklim yang meliputi suhu, sinar matahari,
kelembapan, angin, dan curah hujan.
1) Suhu dan Sinar Matahari

Sumber panas bagi bumi dan planet-planet lainnya dalam system tata surya (solar
system) adalah energi matahari. Tinggi rendahnya intensitas penyinaran matahari
bergantung pada sudut datang sinar matahari, letak lintang, jarak atau lokasi
daratan terhadap laut, ketinggian tempat, dan penutupan lahan oleh vegetasi.
Intensitas penyinaran matahari di suatu wilayah dengan wilayah lain lainnya
berbeda- beda. Hal ini mengakibatkan suhu udara di setiap wilayah berbeda-beda.
Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan dan hewan.
Jenis spesies tertentu memiliki persyaratan terhadap suhu lingkungan yang ideal
atau suhu optimum bagi kehidupannya. Batas suhu maksimum dan minimum bagi
persyaratan tumbuh tanaman dan hewan dinamakan toleransi spesies terhadap
suhu. Bagi tumbuh-tumbuhan, suhu merupakan faktor pengontrol persebarannya
sesuai dengan letak lintang dan ketinggian tempat. Oleh karena itu, penamaan
habitat tumbuhan biasanya sama dengan nama wilayah lintang bumi, seperti
vegetasi hutan hujan tropis dan vegetasi lintang sedang. Wilayah-wilayah yang
memiliki suhu udara yang tidak terlalu dingin atau tidak terlalu panas merupakan
habitat yang sangat sesuai bagi kehidupan sebagian besar organisme, baik
tumbuhan, hewan, maupun manusia. Kondisi suhu yang terlalu tinggi maupun
terlalu rendah merupakan salah satu penghalang dalam kehidupan makhluk hidup.
2) Kelembapan Udara

Kelembapan udara menunjukkan banyaknya uap air yang terkandung dalam


udara. Kelembapan berpengaruh langsung terhadap kehidupan tumbuhan (flora).
Ada tumbuhan yang sangat sesuai hidup di daerah kering, di daerah lembap,
bahkan terdapat pula jenis tumbuhan yang hanya hidup di wilayah-wilayah yang
sangat basah. Berdasarkan tingkat kelembapan lingkungannya, tumbuhan dapat
dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut.
a) Xerophyta, yaitu jenis-jenis tumbuhan yang sangat tahan terhadap
lingkungan kering atau dengan kondisi kelembapan udara yang sangat
rendah, seperti kaktus.

65
b) Mesophyta, yaitu jenis-jenis tumbuhan yang sangat sesuai hidup di
lingkungan yang lembap tetapi tidak basah, seperti anggrek dan
cendawan.
c) Hygrophyta, yaitu jenis-jenis tumbuhan yang sangat sesuai hidup di
daerah yang basah, seperti teratai, eceng gondok, dan selada air.
d) Tropophyta, yaitu jenis-jenis tumbuhan yang dapat beradaptasi
terhadap daerah yang mengalami perubahan musim hujan dan musim
kemarau.Tropophyta merupakan flora khas wilayah iklim musim
tropis, seperti pohon jati dan ekaliptus.
3) Angin

Angin merupakan udara yang bergerak. Angin sangat berpengaruh terhadap


kelangsungan hidup dunia tumbuhan. Di daerah terbuka hanya tumbuhan berakar
dan berbatang kuat yang dapat bertahan hidup dari hembusan angin yang sangat
kencang. Dalam proses alami yang terjadi di atmosfer, angin berfungsi sebagai
alat transportasi yang memindahkan uap air dan kelembapan dari suatu tempat ke
tempat yang lainnya. Dengan adanya angin, curah hujan dapat tersebar di atas
permukaan bumi sehingga kelangsungan hidup organisme di berbagai tempat di
permukaan bumi dapat terus berlangsung. Angin sangat membantu proses
penyerbukan atau pembuahan beberapa jenis tumbuhan sehingga proses
regenerasi tumbuhan dapat berlangsung. Tumbuh-tumbuhan tertentu penyebaran
benihnya dilakukan oleh kekuatan angin, seperti spora yang diterbangkan oleh
angin pada tumbuhan paku-pakuan (Pteridophyta).
4) Curah Hujan

Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi kehidupan makhluk hidup. Tanpa
adanya air mustahil terdapat berbagai bentuk kehidupan di muka bumi. Bagi
lingkungan kehidupan di daratan, sumber air yang utama bagi pemenuhan
kebutuhan hidup organisme adalah hujan. Untuk memenuhi kebutuhan akan air,
tumbuhan sangat bergantung pada kelembapan udara yang lembab dengan curah
hujan rata-rata 1488 mm3/tahun sangat baik bagi pertumbuhan paku. Intensitas
curah hujan di suatu tempat akan membentuk karakter khas bagi formasi-formasi
vegetasi di muka bumi. Kekhasan jenis-jenis vegetasi ini dapat menimbulkan

66
adanya fenomena fauna yang khas di lingkungan vegetasi tertentu. Hal ini
dikarenakan tumbuh-tumbuhan merupakan produsen yang menyediakan makanan
bagi hewan. Sebagai contoh, di wilayah vegetasi padang rumput terdapat hewan
khas, seperti rusa, biribiri, dan sapi.
5) Faktor Edafik

Selain kondisi iklim, faktor lain yang juga berpengaruh bagi kehidupan makhluk
hidup di permukaan bumi adalah faktor edafik atau tanah. Tanah merupakan
media utama khususnya bagi pertumbuhan jenis vegetasi. Kebutuhan-kebutuhan
untuk pertumbuhan dan perkembangan vegetasi, seperti mineral (unsur hara),
kebutuhan bahan organik (humus), air, dan udara keberadaannya disediakan oleh
tanah. Oleh karena itu, faktor edafik sangat memengaruhi pertumbuhan jenis
vegetasi dalam suatu wilayah. Faktor-faktor fisik tanah yang memengaruhi
pertumbuhan vegetasi, antara lain sebagai berikut.
1) Tekstur (Ukuran Butiran Tanah)

Tanah-tanah yang butirannya terlalu kasar, seperti kerikil dan pasir kasar, atau
yang butirannya terlalu halus, seperti lempung kurang sesuai bagi pertumbuhan
vegetasi. Tanah yang baik bagi media pertumbuhan vegetasi adalah tanah dengan
komposisi perbandingan butiran pasir, debu, dan lempungnya seimbang. Pasir
adalah jenis butiran tanah yang kasar, debu butirannya agak halus, sedangkan
lempung merupakan butiran tanah yang sangat halus.
2) Tingkat Kegemburan

Tanah-tanah yang gembur jauh lebih baik jika dibandingkan dengan tanah-tanah
yang padat. Tanah yang gembur memudahkan akar tumbuhan untuk menembus
tanah dan menyerap mineral-mineral yang terkandung dalam tanah. Oleh karena
itu, para petani sering membajak tanahnya dengan tujuan agar tanah tetap gembur
dan tingkat kesuburannya dapat tetap terjaga.
3) Mineral Organik

Humus merupakan salah satu mineral organik yang berasal dari jasad renik
makhluk hidup yang dapat terurai menjadi tanah yang subur dan sangat
diperlukan bagi pertumbuhan suatu vegetasi.

67
4) Mineral Anorganik (Unsur Hara)

Mineral anorganik adalah mineral yang berasal dari hasil pelapukan batuan yang
terurai dan terkandung di dalam tanah yang dibutuhkan tumbuhan, seperti Karbon
(C), Hidrogen (H), Oksigen (O2), Nitrogen (N), Belerang (S), Fosfor (P), dan
Kalsium (K).
5) Kandungan Air Tanah

Air yang terdapat di dalam tanah terutama air tanah permukaan dan air tanah
dangkal merupakan salah satu unsur pokok bagi pertumbuhan dan perkembangan
vegetasi. Air sangat membantu dalam melarutkan dan mengangkut mineral-
mineral yang terkandung dalam tanah sehingga mudah diserap oleh sistem
perakaran pada tumbuhan.
6) Kandungan Udara Tanah

Kandungan udara di dalam tanah antara tanah di lahan tertentu dengan lahan
lainnya berbeda-beda. Hal tersebut terjadi karena adanya tingkat kegemburan
tanah yang berbeda-beda. Semakin tinggi tingkat kegemburan suatu tanah,
semakin besar kandungan udara di dalam tanah. Kandungan udara di dalam tanah
diperlukan tumbuhan dalam respirasi melalui sistem perakaran pada tumbuhan.
6. Keanekaragaman Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Tumbuhan paku dalam dunia tumbuh-tumbuhan termasuk golongan besar


atau Divisi Pteridophyta (pteris = bulu burung; phyta = tumbuhan), yang
diterjemahkan secara bebas berarti tumbuhan yang berdaun seperti bulu burung.
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan
tumbuhan berkormus, sebab paku mempunyai campuran sifat dan bentuk antara
lumut dengan tumbuhan tingkat tinggi. Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat
keanekaragaman hayati yang utama di dunia. Walaupun luasnya hanya meliputi
1,3% permukaan bumi namun kawasan ini mengandung berbagai jenis makhluk
hidup. Ditinjau dari keanekaragaman tumbuhan ditemukan 225-300 jenis bakteri
dan alga biru, 4.280-12.000 jenis jamur (Fungi), 1.000-18.000 jenis ganggang
(Alga), 1500 jenis lumut (Bryophyta), 1.250-1.500 jenis paku-pakuan

68
(Pteridophyta), 100 jenis Gymnospermae dan 2500-30.000 jenis tumbuhan
berbunga (Angiospermae) dengan 100-150 suku tumbuhan .

BAB III METODE MINI RESEARCH


3.1. Hasil dan Pembahasan

69
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka tumbuhan cryptogamae yang
telah diamati adalah sebagai berikut:

1. Daun Semanggi

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : pteridopsida
Ordo : Salvinales
Famili : Marsileaceae
Genus : Marsilea
Spesies : Marsilea crenata

b. Morfologi
Tanaman semanggi memiliki perakaran tunggang, dengan serabut
yang menjalar di permukaan tanah. Perakaran tersebut mencapai
kedalaman 60 cm bahkan lebih tergantung pertumbuhan tanaman. Selain
itu, memiliki perbatangan tegak, dan halus dengan tiggi mencapai 8-20
inci. Dengan diimbangi percabangan-percabangan berwarna kemerahan
mengkilat dan dikelilingi dengan serabut halus berwarna keputihan.
Daun pada tanaman ini memiliki bentuk bulat meruncing disetiap
bagiannya dengan tiga daun dalam satu tangkai. Daun tersebut memiliki
warna hijau muda hingga kekuningan dengan diameter 1-1,5 cm bahkan
kurang. Selain itu, daun pada tanaman ini saling berhadapan dengan
bentuk yang sama disebut klover.

70
c. Anataomi
Daun tersusun atas jaringan epidermis, palisade, bunga karang,
parenkim, dan jaringan pengangkut. Jaringan epidermis pada daun
bentuknya tidak beraturan dan terdiri dari satu lapis sel terletak di bagian
terluar. Jaringan epidermis terdapat di kedua sisi. Stomata hanya
ditemukan pada epidermis atas. Jaringan pengangkut tersusun atas floem
yang terletak di luar xilem dan mengelilingi kedua sisinya.
Bagian tangkai terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis,
dan jaringan pengangkut. Jaringan epidermis tersusun lebih rapih
dibandingkan pada daun. Ruang interseluler banyak terdapat pada tangkai.
Rongga-rongga ini membut tangkai dapat mengapung di permukaan.
Jaringan pengangkut tersusun atas floem yang mengelilingi xilem di
tengah. Batang terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan
jaringan pengangkut. Jaringan parenkim yang menyusun korteks pada
batang banyak terdapat pati.
Akar terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan
jaringan pengangkut. Bentuk jaringan epidermis pada akar tidak beraturan,
yang dapat disebabkan bentuk akar yang serabut. Jaringan pengangkut
tersusun atas floem yang mengelilingi xilem, dengan ukuran xilem yang
lebih besar.

d. Reproduksi
Seperti tanaman paku lainnya, semanggi bereproduksi secara seksual
dengan menggunakan spora.
Setiap tanaman semanggi menghasilkan dua jenis spora yaitu spora
jantan dan betina. Karena itu tanaman semanggi disebut tanaman
heterospor. Spora umumnya diproduksi pada saat kering seperti saat air
turun karena curah hujan rendah.
Spora dihasilkan kotak spora yang berbentuk mirip biji kacang, yang
berukuran 3-8 mm panjangnya. Ketika kotak spora ini terbuka maka spora
semanggi akan lepas ke udara.

71
Spora yang dimiliki semanggi berkembang pada kotak spora, yang
biasanua berambut tipis yang timbul pada tangkai semanggi sekitar 25 mm
dari dasar daun. Karena termasuk tanaman paki maka semanggi tidak
memiliki bunga.
Selain menggunakan spora, semanggi juga dapat berreproduksi secara
aseksual dengan menggunakan rizoma. Semanggi yang dihasilkan dengan
reproduksi aseksual ini akan memilili sifat dan genetis sama dengan
semanggi induknya.

e. Manfaat
Selain dimanfaatkkan sebagai bahan pangan, tanaman ini juga dapat
dimanfaatkan untuk kesehatan. Adapun pemanfaatannya tanaman
semanggi seperti:
 Dimanfaatkan untuk mengobati penyakit flu dan demam.
 Berguna untuk menyembuhkan penyakit diare.
 Berkhasiat untuk mengobati penyakit radang hati (hepatitis).
 Berguna untuk mengobati penyakit radang tenggorokan.
 Tanaman semanggi digunakan sebagai obat penyakit infeksi
saluran kencing
 Mengobati terlambat datang bulan (haid).
 Mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi).
 Mengobati penyakit lesu dan lelah berlebihan (neurasthenia).

2. Sisik Naga

72
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiceae
Genus : Drymoglossum
Spesies : Drymoglossum piloselloides

b. Morfologi dan Anatomi


Tanaman paku sisik naga merupakan tumbuhan epifit (tumbuhan yang
menumpang pada pohon lain), tetapi bukan parasit karena dapat membuat
makanan sendiri. Tanaman paku sisik naga ini termasuk tanaman terna
yang tumbuh pada batang dan dahan pohon.
Akar rimpang tanaman paku sisik naga ini ukurannya memanjang dan
diamerternya kecil. Tanaman paku sisik naga ini pertumbuhannya
merayap, dengan panjang 5-22 cm. Akar tanaman paku sisik naga ini
melekat kuat pada batang dan tangkai pohon lain.
Daun tanaman paku sisik naga jarak antara daun yang satu dengan
yang lain dekat. Daun paku sisik naga ini bertangkai pendek, dengan
tekstur yang tebal berdaging. Daun tanaman paku sisik naga berbentuk
bulat, dengan ujung yang tumpul atau membundar, pangkal daun
meruncing, tepi daun rata. Permukaan daun tanaman paku sisik naga yang

73
muda terdapat rambut-rambut kecil pada permukaan bawah sedangkan
yang sudah tua rambut pada permukaan bawah daunnya akan menghilang.
Daun tanaman paku sisik naga berwarna hijau kecoklatan. Daun
tanaman paku sisik naga ini terdapat spora namun terkadang juga tidak
ada. Daun tanaman paku sisik naga yang fertil bertangkai pendek atau
duduk, oval memanjang, dengan ukuran panjang 1-5 cm, lebar 1-2 cm.

c. Reproduksi
Memiliki akar rimpang panjang, kecil, merayap, bersisik, panjang 5-
22 cm, dan akar melekat kuat pada inangnya. Bersifat homospora /
isospora (hanya menghasilkan satu macam spora),terletak pada sorrus di
bawah daun. spora yang jatuh berkembang menjadi prothalus yang
mengandung organ kelamin jantan atau betina, sehingga dalam
fertilisasinya perlu air (lingkungan yang basah), agar sperma bersilia dapat
berenang menuju sel telur, karena itu tumbuhan paku banyak hidup di
habitat basah. penyebaran spora ke tempat-tempat baru dengan bantuan
angin. punya batang di bawah tanah (rhizome) yang berakar dan batang di
atas tanah.

d. Manfaat
Daun sisik naga dimanfaatkan untuk pengobatan, seperti :
 Gondongan (parotitis),
 TBC kulit dengan pembesaran kelenjar getah bening
(skrofuloderma),
 Sakit kuning (jaundice), sukar buang air besar (sembelit), sakit
perut, disentri,
 Kencing nanah (gonore), batuk, abses paru-paru, TB paru
disertai batuk darah,
 Perdarahan, seperti luka berdarah, mimisan, berak darah,
 Muntah darah, perdarahan pada perempuan,
 Rematik, keputihan (leukore), dan kanker payudara.
3. Lumut Daun

74
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Byophyta
Kelas : Bryopsida
Ordo : Bryopceales
Famili : Bryopceae
Genus : Bryopsida
Spesies : Bryopsida sp.

b. Morfologi dan Anatomi


Lumut daun memiliki bentuk tubuh yang relatif kecil baik pada bagian
akar, batang dan daun. Lumut ini tidak melekat pada substratnya
melainkan pada bagian akar yang melekat pada tempat tumbuhnya.
Bentuk daun pada lumut daun ini berupa lembaran yang terssusun
spiral, berwarna hijau muda hingga kecoklatan jika sudah mati atau
mengering.
Batang tumbuhan ini melekat langsung dengan daun dan akar
sehingga sangat sulit menentukan bagian akar, batang dan daun. Batang
berwarna hijau muda, hijau tua dan kecoklatan ketika kering atau mati.
Bagian akar berrwarna kecoklatan yang hanya menempel dipermukaan
tanah, batang pohon, bebatuan lembab dan sebagainya, akar tersebut
berfungsi sebagai penyerap unsur air didalam permukaan tanah.
c. Reproduksi

75
Pada lumut daun, alat-alat kelaminnya terkumpul pada ujung batang
atau ujung cabang-cabangnya, dan dikelilingi oleh daun-daun yang
letaknya paling atas. Ada lumut daun berumah satu, yaitu jika terdapat
anteridium dan arkegonium, sedangkan yang bersifat berumah dua jika
kumpulan anteridium dan arkegonium terpisah tempatnya. Apabila
anteridium ini sudah masak, maka akan membuka pada ujungnya, hal ini
terjadi karena sel-sel dinding yang letaknya di ujung menjadi berlendir dan
mengembang sehingga kutikulanya pecah. Hal tersebut juga terjadi pada
arkegonium yang sel telurnya telah siap untuk dibuahi. Pada arkegonium,
tepi bagian dindingnya terbuka dan akan membengkok ke luar dan
berbentuk seperti corong. Apabila ada hujan, air ini sangat membantu
spermatozoid menuju sel telur, dan sel telur ini menghasilkan sakarose
untuk menarik spermatozoid dan gerakannya disebut sebagai gerak
kemotaksis. Setelah terjadi pembuahan, akan terbentuk zigot, selanjutnya
akan berkembang menjadi embrio kemudian berkembang menjadi
sporofit.

d. Manfaat

Adapun manfaat lumut daun yaitu:


 Dapat membantu penyerapan air dan menjaga kelembapan
tanah, juga dpt digunakan sbg pembalut/pengganti kapas
(sphagnum)
 Sebagai makanan rusa kutub
 Mengandung senyawa berguna dalam mengobati penyakit
jantung pada tumbuhan lumut Crateneuron filicinum
 Digunakan untuk obat dalam pertumbuhan rambut pada
tumbuhan lumut Fissidens japonicum
 Memiliki manfaat yang berguna untuk mengobati tekanan
darah tinggi dan juga sebagai obat bius pada tumbuhan lumut
Rhodobryum giganteum.

4. Paku Sarang Burung

76
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Polypodiopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Aspleniaceae
Genus : Aspelenium
Spesies : Aspelenium nidus

b. Morfologi dan Anatomi


 Daun
Daun tunggal tersusun pada batang sangat pendek melingkar
membentuk keranjang. Daun yang kecil berukuran panjang 7 -150 cm,
lebar 3 – 30 cm. perlahan-lahan menyempit sampai bagian ujung. Ujung
meruncing atau membulat, tepi rata dengan permukaan yang berombak
dan mengkilat. Daun bagian bawah warnanya lebih pucat dengan garis-
garis coklat sepanjang anak tulang, daun bentuk lanset, tersusun
melingkar, ujung meruncing, warna daun bagian atas hijau terang, bagian
bawah hijau pucat. Peruratan daun menyirip tunggal. Warna helai daun
hijau cerah, dan menguning bila terkena cahaya matahari langsung.
Tangkai daun kokoh, hitam, panjang sekitar 5 cm. Tulang daun
menonjol di permukaan atas daun, biasanya hampir rata ke bawah,
berwarna coklat tua pada daun tua. Urat daun bercabang tunggal, kadang

77
bercabang dua, cabang pertama dekat bagian tengah sampai ±0, 5 mm dari
tepi daun. Tekstur daun seperti kertas.
 Batang
Rhizome yang pendek ditutupi oleh sisik (berwarna coklat) yang
halus dan lebat.
 Akar
Paku epifit dengan akar rimpang kokoh, tegak, bagian ujung
mendukung daun-daun yang tersusun roset, di bagian bawahnya terdapat
kumpulan akar yang besar dan rambut berwarna coklat, bagian ujung
ditutupi sisik-sisik sepanjang sampai 2 cm, berwarna coklat hitam.
 Sorus/sori
Sorus terletak di permukaan bawah daun, tersusun mengikuti venasi
atau tulang daun, bentuk garis, warna coklat tua. Sori sempit, terdapat di
atas tiap urat daun dan cabang-cabangnya mulai dari dekat bagian tengah
daun sampai bagian tepi, hanya sampai bagian tengah lebar daun. dengan
sori tertutup semacam kantung memanjang (biasa pada Aspleniaceae).
Sorus berbentuk garis, tersusun rapat di permukaan bawah daun fertil
dekat ibu tulang daun, berwarna coklat. Spora terletak di sisi bawah helai,
pada urat-urat daun, entalnya dapat mencapai panjang 150cm dan lebar
20cm, menyerupai daun pisang. Ental-ental yang mengering akan
membentuk semacam “sarang” yang menumpang pada cabang-cabang
pohon. “Sarang” ini bersifat menyimpan air dan dapat ditumbuhi
tumbuhan epifit lainnya.

c. Manfaat
Adapun manfaat dari paku sarang burung ini, adalah:
o Sebagai obat penyubur rambut
o Demam, sakit kepala
o mengobati gigitan atau sengatan hewan berbisa
o Anti radang dan pelancar peredaran darah.

78
5. Paku Sepat

a. Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Pteridophyta
Kelas: Pteridopsida
Ordo: Polypodiales
Famili: Dryopteridaceae
Genus: Nephrolepis
Spesies: Nephrolepis biserrata

b. Habitat
Di alam paku ini tumbuh di tempat yang terbuka, kadang-kadang
tumbuh di tempat yang terlindung, di dataran rendah yang tidak terlalu
kering. Selain hidup di tanah, dijumpai pula di pohon-pohon palem secara
epifit, dapat pula tumbuh di sela-sela bebatuan apabila terisi dengan
humus. Orang Sunda menyebutnya paku harupat, mungkin karena suka
tumbuh di pohon-pohon palem, kata harupat sebenarnya berarti lidi aren.
Mungkin juga nama tersebut berasal dari tangkai daunnya yang tegak dan
kaku seperti lidi. Nephrolepis dapat ditemukan pada dataran tinggi, daerah
kering seperti padang pasir, daerah berair atau area-area terbuka. Selain itu
dapat ditemukan 4 tipe habitat Nephrolepis yaitu, hutan rindang yang

79
memiliki celah permukaan berkarang, khususnya yang terlindung dari
sinar matahari, terdapat di daerah rawa dan tergenang air, dan tumbuh
sebagai epifit pada pohon-pohon tropik.
c. Reproduksi
Nephrolepis memilki fase gametofit yang hidupnya bebas. Beberapa
ciri reproduksi Nephrolepis:
o Fase sporofit (diploid) yang menghasilkan spora haploid melalui
pembelahan miosis.
o Spora tersebut tumbuh melalui bagian selnya menjadi gametofit,
untuk fotosistesis protalus.
o Gametofit tersebut menghasilkan gamet (sel sperma dan sel telur)
melalui pembelahan mitosis.
o Selanjutnya sperma membuahi sel telur dengan cara
manggabungkan diri pada protalus.
o Pembuahan sel telur menghasilkan zigot yang diploid dan
berkembang melalui pembelahan miosis sehingga menjadi sporofit
(tumbuhan Nephrolepis).
d. Manfaat
Adapun manfaat dari tanaman ini, yaitu:
o Daun mudanya dapat dibuat sayur
o Dapat dijadikan sebagai tanaman hias dan baik sekali sebagai
penutup tanah atau hiasan batas.

6. Adiantumhispidulum

80
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Pteridaceae
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum hispidulum

b. Manfaat
Adiantum hispidulum biasanya digunakan sebagai tanaman hias.
Selain itu paku ini juga mengandung bhan organi yang baik untuk menjaga
kelembaban tanah. Dapat juga mencegah kekeringan.

7. Paku Kalici

81
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicinae
Ordo : Davalliales
Family : Polypodiceae
Genus : Davallia
Spesies : Davallia solida
b. Morfologi dan Anatomi
 Daun
Daun berbentuk segitiga 60 – 100 kali 40 – 70, seperti kulit, menyirip
rangkap, tangkai 15 – 60 cm, anak daun bulat telur memanjang, beringgit,
bergerigi dengan urat-urat yang bebas. Helaian daun berbentuk segitiga
dan tepi yang bergerigi atau beringgit serta daun yang kaku. Daun-daun
ini kaku dan kuat. Permukaan daunnya licin mengkilat, sehingga mudah
sekali terlihat dengan jelas. Warna daun hijau sampai hijau tua .
 Batang
Davallia solida mempunyai batang yang berbentuk rimpang.
Tangkai atau batangnya berwarna coklat kehitaman taruntai halus dengan
ukuran ± 0.2 cm dengan percabangan monopodial. Rimpangnya merayap
dan memperlihatkan batang yang nyata. Spesiens ini merupakan epifit
dan termasuk paku tanah yang isospor Rimpangnya kuat, berdaging kuat,
berdaging dan agak menjalar. Bila tumbuhan ini masih muda, rimpang-
rimpangnya ditutupi oleh sisik-sisik yang padat, warnanya coklat terang.
Bila tumbuhan ini masi muda rimpangnya ditutupi sisik-sisik padat.
 Akar ( Rhizoma )
Davallia solida mempunyai ciri rimpang panjang – merayap,
berdiameter 6-12 mm. seluruh permukaanya bersisik. Secara bertahap
mengalami penyempitan menuju puncak dengan ukuran panjang 4-5 mm.
Bagian apikal tipis, berwarna coklat muda, dengan sisik padat sekitar 1
mm, caducous, pada bagian dasar berwarna coklat gelap hampir hitam.
Pada rimpang yang sudah tua mempunyai ukuran kurang lebih 3 mm

82
Davallia ini merupakan tumbuhan epifit yang memilki nilai kerapatan
relative terbesar diabanding tumbuhan paku lainnya yaitu 52,521 %.
Banyaknya tumbuhan Davallia ini diebabkan Karena rhizome yang
dimiliki jenis ini panjang dan menjalar pada tumbuhan yang
ditumpanginya.

 Ental
Selain batang dan daun, yang dapat dilihat secara nyata yaitu,
tumbuhan ini mempunytai entalpi. Entalpi berbentuk panjang dan
berjumbai serta menyirip. Pada tangkai entalpi ini berwarna coklat gelap
dan mengkilap. Mempunyai indusial berbentuk corong, Panjang dan
lebarnya ± 1 mm.
 Spora
Davallia solida memiliki sorus yang bulat atau memanjang, dimana
sorus ini terletak pada sisi bawah daun, atau disepanjang tepi daun, dan
terpisah-pisah. Indisium dari Davallia ini terdapat pada pangkal dan
kanan kiri spesies ini. Dimana indusium berlekatan pada permukaan
daun sehingga bentuknya kurang lebih seperti piala dan terbuka pada
arah ketepi daun
c. Habitat
Davallia solida termasuk jenis paku yang umumnya menumpang
pada tumbuhan lain. Paku ini dapat pula tumbuh pada tanah-tanah cadas,
karang atau batu-batu. Biasanya banyak dijumpai tumbuh pada batang
jenis palem. Tumbuh bersama-sama dengan paku cecerenean, paku
sarang burung atau jenis-jenis paku lainnya. Penyebaran meliputi Asia
tropika, Polinesia dan Australia. Tumbuh pada dataran rendah terutama
pada daerah-daerah disekitar pantai.
d. Reproduksi
Tumbuhan paku terdiri dari dua generasi, yaitu generasi sporofit dan
generasi gametofit. Generasi sporofit dan generasi gametofit ini tumbuh

83
bergantian dalam siklus tumbuahan paku. Generasi sporofit adalah
tumbuhan yang menghasilkan spora sedangkan generasi gametofit adalah
tumbuhan yang menghasilkan sel gamet (sel kelamin). Pada tumbuhan
paku, sporofit berukuran lebih besar dan generasi hidupnya lebih lama
dibandingkan generasi gametofit. Oleh karena itu, generasi sporofit
tumbuhan paku disebut generasi dominan. Generasi sporofit inilah yang
umumnya kita lihat sebagai tumbuhan paku.
e. Manfaat
Davallia mempunyai bentuk yang cukup menarik sehingga banyak
diamnfaatkan sebagai tanaman hias, dapat digunakan sebagai unsur
pendukung dalam karangan bunga. Selain itu tumbuhan ini dapat ditanam
ditempat-tempat yang terlindung maupun tempat-tempat yang terbuka.
Dalam suatu penelitian, telah diketahui bahwa tanaman ini mengandung
asam hidrosianik.

8. Jamur Ganoderma

a. Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Polyporales
Famili : Ganodermataceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganoderma lucidum

84
b. Morfologi
Secara makroskopis, organisme jamur sejati ini menghasilkan tubuh
buah. Mula-mula tampak sebagai salah satu bonggol kecil berwarna putih
dan berkembang menjadi berbentuk seperti kipas,tebal dan keras.
Terkadang tubuh buah seperti mempunyai tangkai. Letaknya sendiri
berdekatan, saling menutup atau saling bersambungan sehingga menjadi
sebuah susunan besar.
Warna permukaan atas tubuh buah bervariasi. Mulai dari cokelat
muda sampai cokelat tua, biasanya tampak mengkilat, khususnya pada
waktu masih muda. Pada permukaan paling luar berwarna putih
kekuningan, permukaan bawahnya berwarna putih.

c. Reproduksi
Reproduksi jamur ini ada dua cara, yaitu:
o Reproduksi aseksual yaitu dengan cara membentuk konidiospora,
dan
o Reproduksi seksual terjadi melalui perkawinan antara hifa yang
berbeda jenis menghasilkan spora seksual (spora generatif), yaitu
spora basidium (basidiospora).

d. Manfaat
Jamur ganoderma yang dapat di konsumsi, salah satu manfaat terbaik
jamur ganoderma adalah memperkuat sistem kekebalan tubuh. Uji
laboratorium menunjukkan bahwa jamur ganoderma dapat memberi
pengaruh baik terhadap sel darah putih yang menjadi bagian penting dalam
sistem kekebalan tubuh untuk memerangi infeksi.

Masing-masing tumbuhan cryptogamae yang ditemukan pada ketiga lokasi


pengamatan menunukkan keanekaragaman tumbuhan cryptogamae yang cukup
signifikan. Namun, berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa tumbuhan paku dan lichense merupakan tumbuhan cryptogamae yang
paling sering ditemukan. Secara teoritis, hal disebabakan karena ketiga lokasi
pengamatan belum tercemar oleh polutan dan juga karena ketiga lokasi tersebut

85
banyak ditumbuhi oleh pohon besar seperti sawit yang meupakan tumbuhan yang
dapat ditumpangi oleh tumbuhan paku karena sifatnya yang epifit. Selain itu,
kondisi ketiga lokasi juga memiliki tingkat kelembapan yang tinggi yang
memungkinkan spora dapat tumbuh menjadi individu baru, sehingga ketiga lokasi
tersebut banyak ditumbuhi oleh tumbuhan cryptogamae.

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Schizophyta  atau tumbuhan belah merupakan kelompok yang mempunyai
ciri khusus yaitu berkembang biak dengan membelah diri.
2. Thallophyta adalah tumbuhan yang belum dapat dibedakan akar, batang
dan daun sehingga dikatakan dengan tumbuhna talus.
3. Briophyta adalah tumbuhan yang hidup di darat yang umumnya berwarna
hijau dan berukuran kecil.
4. Pteridophyta (Tumbuhan Paku) adalah sekelompok tumbuhan denga
sistem pembuluh sejati tetapi tidak pernah menghasilkan biji untuk
reproduksi seksualnya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai keanekaragaman


tumbuhan cryptogamae di Kampus II UINSU, UNIMED dan UMA, maka hasil
pengamatan yang kami dapat, antara lain:
1. Jamur Ganoderma
2. Sisik Naga
3. Lumut Daun
4. Paku Sarang Burung
5. Adiantumhispidulum
6. Paku Sepat
7. Paku Kalici
8. Daun Semanggi

86
DAFTAR PUSTAKA

Winarsih, Reproduksi dan Pertumbuhan Mikroorganisme. Program Studi


Pendidikan Biologi Pascasarjana, Universitas Palangkaraya : 2011

Istamar Syamsuri. Biologi. Jakarta , Erlangga : 2007

N. Indah, Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah, Jember, IKIP PGRI:2007

Pitoyo, Ari, Anis Nurdina. 2013. Biologi. PT. Masmedia Buana Pustaka: Sidoarjo,

Djaenuddi. 2016. Bakteri Antagonis dan Tanaman Jagung. Sulawesi Selatan,

Tjitrosoepomo, G., 1991. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta,


Bryophyta, Pterydophyta. Gadjah Mada University Press

Syarifah Widya Ulfa, 2017. Botani Cryptogamae. Medan: Perdana Publishing


.
Indah Enjang, 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung: PT Citra Aditya
Bakti,

Soenarjo Sastrodinoto., 1980. Biologi Umum 1: Biosfer dan Aneka Makhluk


Hidup. Jakarta: PT Gramedia.,

H.M Subandi, Mikrobiologi Perkembangan Kajian dan Pengamatan Dalam


Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010,

Syarifah Widya Ulfa,. Botani Cryptogamae. Medan : Perdana Publishing, 2017

Tjitrosoepomo, G., Taksonomi Tumbuhan Schyzophyta, Thallophyta, Bryophyta,


Ptheridophyta. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2005.

John W kimbal, Biologi Jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2005

Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan, (Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press, 1989

Syarifah Widya Ulfa, Botani Cryptogamae, Medan: Perdana Publishing, 2017

87
Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2003

Suharno, dkk, Biologi Untuk SMA Kelas X, Jakarta: Erlangga, 2007

88

Anda mungkin juga menyukai