Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH DENDROLOGI

TAKSONOMI TUMBUHAN / TANAMAN RENDAH

Disusun oleh :

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN KEHUTANAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan Makalah berjudul “Taksonomi
Tumbuhan / Tanaman Rendah” dengan lancar.Makalah ini di susun untuk memenuhi salah
satu mata kuliah Dendrologi.Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan saran atas penyusunan makalah ini :

1. Ibu Reri Yulianti.,S.Hut.,M.Sc Selaku dosen pengampu mata kuliah Dendrologi


2. Semua rekan sekelas jurusan kehutanan Universitas palangkaraya,

Penulis manyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,untuk itu
penulis mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan .Semoga makalah ini bermanfaat
baik bagi penulis maupun para pembaca.

Palangkaraya, Februari 2022


DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................................
B. Rumus Masalah ..................................................................................................
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Taksonomi................................................................................................
B. Pengertian Tumbuh Tingkat Rendah..........................................................................
BAB III
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan memiliki keanekaragaman yang sangat tinggi. Tumbuhan sendiri


berdasarkan kedalam dua kelompok Kelompok yang pertama yaitu tampak jela
Phanerogamae secara terminologi dari bahasa latin (phanos = gamos alat perkembangbiakan).
Tumbuhan Phanerogamae ialah tumbuhan berbunga, karena dalam bunga terdapat putik dan
benang sari sebagai alat kawinnya, sehingga disebut juga Anthophyta. Karena tumbuhan ini
menghasilkan biji, maka disebut juga Spermatophyta (Suroso, 1992: 2).

Kelompok kedua yaitu Cryptogamae (kryptostersembunyi, gamo E perkawinan)


ialah kelompok tumbuhan yang memiliki alat perkawinannya tersembunyi atau tidak jelas
terlihat akibat sangat kecilnya, Tumbuhan ini dikenal dengan tumbuhan tingkat rendah atau
tumbuhan tidak berbunga (Suroso, 1992: 3). Tumbuhan yang sangat kita kenal saat ini
kebanyakan hanya kelompok tumbuhan berbunga atau Phanerogamac. Sudah banyak sekali
peneliti yang mengenal keanekaragamannya dan banyak penelitian yang membahas
mengenai tumbuhan ini. Berbeda untuk kelompok tumbuhan Cryptogamae para ahli belum
banyak mengetahui dan meneliti secara lebih dalam.

Tumbuhan Cryptogamac tidak kalah besarnya dalam segi keanekaragaman dengan


tumbuhan tinggi, tumbuhan Cryptogamae memiliki keanekaragaman jenis yang berlimpah
(Gibson, 2007). Sudah sepatutnya jika menggali kekayaan ini 1 2 dengan cara melakukan
penelitian. Mengetahui dan mengenal asal mula dari hubungan kekerabatan antar jenis dan
divisi kelompok tumbuhan Cryptogamae tersebut. Sebagai suatu kelompok tumbuhan primer
yang hadir sebelum kelompok tumbuhan berbunga muncul.

Tumbuhan Cryptogamae memiliki berbagai kelompok dan divisi yang masing-


masing ke dalam kelompok atau Bryophyta 23/TAS PENDIDIKAN (lumut) Lichenes (Lumut
kerak), dan Pteridophyta (Paku-pakuan) (Campbell et al., 2003 145), Kelompok Algae dan
Fungi merupakan tumbuhan yang tidak bervaskuler (Thallophyta). Kelompok tumbuhan
rendah yang memiliki vaskuler (pembuluh) adalah kelompok Bryophyta (lumut) dan
Pteridophyta (paku). Bryophyta (lumut) merupakan tumbuhan rendah yang mulai hidup di
darat dari segi evolusi dan merupakan tumbuhan peralihan. Disebut tumbuhan peralihan
karena anggotanya memperlihatkan tanda-tanda adanya peralihan dari bentuk thallus ke
bentuk kormus (Suroso, 1992: 122).

Hal tersebut sangat mendasari bahwa proses evolust tumbuhan berawal dari
munculnya kelompok tumbuhan Cryptogamae (tumbuhan tingkat rendah). Penelitian
mengenai evolusi tumbuhan saat ini masih meyakini bahwa proses pogama N evolusi dimulai
dari satu nenek moyang yang kemudian berkembang menjadi suatu kelompok tertentu
(Keeton, 1980: 224) .Cyanobakteria merupakan kelompok awal mula berkembangnya
tumbuhan rendah. Kemudian terbentuklah kelompok Algae yang eukariotik dan diikuti oleh
perkembangan kelompok Fungi, Lichens, Bryophyta, dan kelompok terakhir adalah
Pteridophyta (tumbuhan paku) yang sampai saat ini hidup bertahan di bumi (Campbell et al.,
2003).

Keanekaragaman makhluk hidup yang sangat tinggi khususnya pada kelompok


tumbuhan, menyulitkan dalam pengenalan dan identifikasi (taksonomi), maka dilakukanlah
proses klasifikasi (pengelompokkan). Klasifikasi tumbuhan sendiri merupakan pembentukkan
kelompok seluruh tumbuhan yang ada di bumi hingga dapat disusun takson-takson secara
teratur mengikuti suatu hierarki. Sifat AS PENDID sifat ataupun karakter yang menjadi dasar
klasifikasi berbeda-beda tergantung tujuan yang hendak dicapai (Cronquist, 1981). Karakter
yang dapat digunakan sebagai kriteria dasar klasifikasi tumbuhan adalah karakter morfologi.
Melalui divisinua karakter morfologi kita dapat membedakan suatu individu yang satu
dengan individu lainnya secara lebih mudah dan objektif (Kaplan, 2001: 34).

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya keanekaragaman morfologi kelompok


tumbuhan Cryptogamac pada setiap divisinya. Serta sulitnya menemukan hasil penelitian
yang membahas hubungan kekerabatan antar divisi pada kelompok tumbuhan Cryptogamae
secara menyeluruh Adapun hal yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini adalah masih
sedikitnya penelitian dibidang taksonomi atas dasar filogenetik (Suroso, 2010). Klasifikasi
filogenetik sangat erat hubungannya dengan evolusi. Evolusi itu sendiri merupakan suatu
kajian ilmu yang membahas proses perkembangan mahluk hidup dari masa ke masa dalam
suatu hubungan perjalanan (Campbell et al., 2003).

Pada kenyataannya di tingkat sekolah materi evolusi disampaikan sebagai suatu


sumber pengetahuan. Namun sayangnya dalam penyampaian teori evolusi ini kebanyakan
menyangkut hal yang sentimentil (Suroso, 2010). Misalnya ketika membahas asal-usul
manusia yang berasal dari nenek moyang bangsa kera, yang sampai saat ini selalu menjadi
perdebatan yang mengundang konflik. Berdasarkan hal ini maka sudah seharusnya dicarikan
materi evolusi, yang tidak mengundang perdebatan ataupun bersifat sentimentil sebagai
bahan materi pembelajaran.

Menggunakan bahasan tumbuhan misalnya sebagai bahan pengenalan dalam materi


evolusi. Diharapkan orang menjadi lebih tertarik mempelajari evolusi tumbuhan dan
tersampaikannya sumber ilmu pengetahuan (Darmaji, 2005). Dengan melakukan analisis
filogenetik pada kelompok tumbuhan Cryptogamae, diharapkan kita dapat mengetahui
sebuah hubungan pada perjalanan evolusi karakter atau ciri dari setiap anggota suatu
kelompok dalam hal ini kelompok tumbuhan Cryptogamae (Topik & Pancoro, 2006). Melalui
karakter morfologi yang sebelumnya dipilih sebagai OTU (Operational Taxonomic Unit)
yang merupakan karakter pembeda dari tumbuhan Cryptogamae.

Hasil analisis diinterpretasikan berupa kladegram (pohon kladistik) yang dapat


dijadikan sebagai acuan. Melalui pohon kladistik, kita dapat mengetahui dengan pasti asal
mula perkembangan evolusi pada kelompok tumbuhan Cryptogamae dimulai dari divisi
terendah sampai yang paling maju secara eksplisit dan representatif pada saat ini. Pemilihan
karakter morfologi yang tepat dapat mempengaruhi terhadap interpretasi hasil kladogram
yang diperoleh.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah: "Bagaimanakah tingkat-
tingkat perkembangan morfologi tumbuhan Crypotogamae berdasarkan analisis filogenetik?".
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat dibuat menjadi beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut:

1. Karakter apakah yang menunjukkan tingkat primitif hingga ke tingkat yang lebih
maju secara morfologis diantara divisi-divisi kelompok tumbuhan Cyptogamae?
2. Karakter morfologi apakah yang menjadi kesamaan dan perbedaan ciri tingkat-
tingkat perkembangan morfologis tumbuhan Cryptogamae ?
3. Bagaimanakah urutan tingkat evolusi (urutan kemajuan) tumbuhan Cryptogamae
berdasarkan analisis filogenetik
4. Takson (divisi)manakah yang paling primitif dari seluruh angota divisi pada
kelompok tumbuhan cryptogamae?
5. Takson (divisi) manakah yang paling maju dari seluruh angota divisi pada kelompok
tumbuhan cryptogame?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui karakter morfologi yang menunjukkan sifat primitif dan maju diantara
divisi-divisi pada kelompok tumbuhan Cryptogamae,
2. . Mengetahui karakter morfologi yang menunjukkan kesamaan dan perbedaan ciri
setiap divisi pada kelompok tumbuhan Cryptogamae,
3. Mengetahui urutan tingkat perkembangan tumbuhan Cryptogamae berdasarkan hasil
analisis filogenetik dan implikasinya ke bentuk BDK (Bagan Dikotomi Konsep)
dalam mempermudah pemahaman klasifikasi (taksonomi).

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Hasil analisis filogenetik pada kelompok tumbuhan Cryptogamae ini dapat menjadi
sumber acuan pengetahuan baru, khususnya dalam bidang sistematika tumbuhan
rendah.
2. Menjadi landasan penelitian selanjutnya yang relevan dalam pengembangan
kemajuan ilmu dibidang sistematika tumbuhan rendah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Taksonomi

Taksonomi adalah ilmu pengelompokan suatu hal berdasarkan hal tertentu.


Awalnya, taksonomi hanya mengacu pada kategorisasi makhluk hidup. Namun, dalam
pengertian yang lebih luas dan lebih umum, taksonomi juga bisa merujuk pada kategorisasi
benda atau konsep, serta prinsip-prinsip yang mendasari kategorisasi tersebut. Banyak
taksonomi memiliki struktur hierarki, tetapi ini bukan merupakan persyaratan. Taksonomi
menggunakan unit yang dikenal sebagai takson (bentuk jamak: taksa). Takson yang lebih
tinggi bersifat lebih umum, sedangkan takson yang lebih rendah bersifat lebih spesifik.
Taksonomi berbeda dengan meronomi, yang berhubungan dengan kategorisasi bagian-bagian
dari keseluruhan.

Dalam biologi, taksonomi juga merupakan cabang ilmu tersendiri yang mempelajari
penggolongan atau sistematika makhluk hidup. Sistem yang dipakai adalah penamaan dengan
dua sebutan, yang dikenal sebagai tata nama binomial yang diusulkan oleh Carl von Linne
(Latin: Carolus Linnaeus), seorang naturalis berkebangsaan Swedia. Ia memperkenalkan
tujuh hierarki (tingkatan) untuk mengelompokkan makhluk hidup. Ketujuh hierarki (yang
disebut takson) itu berturut-turut dari tingkatan tertinggi (umum) hingga terendah (spesifik)
adalah:

• Kerajaan

• Filum (untuk hewan) atau divisi (untuk tumbuhan)

• Kelas

• Ordo/bangsa

• Famili/keluarga/suku

• Genus/marga

• Spesies/jenis
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan.
Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif,
dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan
subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang
sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat
diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah. Taksonomi ini
pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956 sehingga
sering pula disebut sebagai taksonomi Bloom.

B. Pengertian Tumbuh Tingkat Rendah

Tumbuhan tingkat rendah merupakan kelompok tumbuhan yang berstruktur tubuh


dan perkembangan organ tubuhnya masih sangat sederhana. Meskipun sebagian ada yang
memiliki organ seperti batang, akar, dan daun namun bukan merupakan organ sejati.
Tumbuhan yang tidak memiliki bunga dan jaringan pembuluh bukan termasuk organ sejati.
Tumbuhan tersebut tidak memiliki bunga dan jaringan pembuluh angkut sehingga penyaluran
materi di dalam tubuh dilakukan dengan cara difusi. Termasuk kelompok tumbuhan tingkat
rendah diantaranya ciri-ciri tumbuhan tingkat rendah memiliki ciri khas tumbuhan tingkat
rendah yaitu tumbuhan belah (schizophyta), tumbuhan talus (thallophyta), tumbuhan lumut
(bryophta), serta tumbuhan paku (pteridophyta) sesuai dengan tumbuhan belah merupakan
tumbuhan yang berkembang biak dengan cara membelah diri dan merupakan tumbuhan
bersel satu. Tumbuhan paku disebut juga pterydophyta. Tumbuhan paku memiliki tingkatan
lebih tinggi dari lumut karena memiliki akar, daun, dan batang sejati sehingga disebut
kormofita. Tumbuhan paku memiliki habitat utama ditempat yang lembab, namun tumbuhan
paku juga dapat hidup diberbagai tempat seperti di air, permukaan batu, tanah, serta dapat
juga menempel (epifit) pada pohon. Tumbuhan paku merupakan organisme multiseluler dan
eukariotik.

Yang termasuk kelompok tumbuhan tingkat rendah diantaranya adalah :

1. Tumbuhan belah (Schizophyta)

Schizophyta atau tumbuhan belah ( dari bahasa Latin shizere atau Yunanischzein =
membelah, dan phyton (Yunani) = tumbuhan). Divisi tumbuhan , selain berkembang biak
dengan cara membelah diri juga memiliki ciri, hanya terdiri atas satu sel saja, protoplas
belum terdiferensiasi dengan jelas, sehingga inti belum tampak nyata, demikian pula
plastidanya. Tumbuhan belah dianggap sebagai kelompok dengan tingkat perkembangan
filogenetik yang paling rendah, jadi dari segi evolusi merupakan tumbuhan yang paling tua
dan paling primitif. Salah satu ciri golongan tumbuhan ini adalah sel-selnya bersifat
prokariotik Jadi, berdasarkan klasifikasi moderen schizophyta merupakan golongan
organisme tersendiri yang disebut Monera. Schizophyta terdiri atas dua kelas yaitu kelas
Bakteri dan Kelas Alga.

Schizophita sendiri terbagi menjadi dua kelas yaitu Schizomycetes atau lebih dikenal
dengan nama bakteri, dan kelas cyanophyta atau ganggang biru. Bakteri dan ganggang
memiliki karakteristik yang berbeda, juga dibedakan dari peranan masing –masing ada yang
berdampak positif dan negatifnyta sehingga manusia dapat memanfaatkan untuk membantu
dalam segala bidang, utamanya dibidang industry dan pertanian.

2. Tumbuhan talus (thallophyta)

Thallophyta atau (Tumbuhan Talus) merupakan kelompok tumbuhan yang belum


memiliki akar, batang, dan daun yang nyata, misalnya lumut (Bryophyta). Tumbuhan lumut
(Bryophyta) belum menampakkan ciri adanya akar sejati, sebagai gantinya terdapat sel-sel
yang menyerupai rambut untuk menggantikan fungsi akar yang belum dimilikinya. Inilah
yang dinamakan rizoid (akar semu) fungsinya menyerap air dan zat hara dari tempatnya
hidup. Rizoid juga berfungsi untuk menambatkan tubuh pada tempat hidupnya. Jika
Tumbuhan talus merupakan tumbuhan yang struktur tubuhnya masih belum bisa dibedakan
antara akar, batang dan daun, maka tumbuhan yang sudah dapat dibedakan antara akar,
batang dan daun disebut dengan tumbuhan kormus.Istilah Thallophyta (tumbuhan talus)
dipakai untuk menggolongkan alga (ganggang), fungi (umum biasa menyebutnya jamur), dan
lumut kerak sebagai satu divisio tersendiri karena mereka pernah dianggap sebagai tumbuhan
yang tersusun dari talus.Perkembangan ilmu dalam taksonomi sekarang telah membuat
pengelompokan ini tidak layak lagi dan sekarang disepakati sepenuhnya bahwa fungi sama
sekali bukan tumbuhan. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan talus, yaitu tumbuhan yang
belum dapat dibedakan antara akar, batang, dan daun secara jelas. Thallopyta dapat
dibedakan atas tiga anak divisi (sub divisi), yaitu : Alga (ganggang), Jamur (fungi), Lumut
kerak ( lichenes).

Meskipun talus adalah sebagian besar tidak dibedakan dari segi anatominya, bisa ada
perbedaan terlihat dan perbedaan fungsional. Sebuah Rumput laut misalnya, mungkin
memiliki talus yang dibagi menjadi tiga wilayah. Bagian-bagian dari talus rumput laut
termasuk pegangan erat (jangkar), Stipe (mendukung pisau) dan pisau (untuk fotosintesis).

Talus pada jamur biasanya disebut miselium.Istilah Talus ini juga sering digunakan
untuk merujuk pada vegetatif tubuh sebuah lichen. Pada rumput laut, talus kadang-kadang
juga disebut ental Talus merupakan istilah yang dipakai untuk dilawankan dengan kormus.

3. Tumbuhan lumut (bryophta)

Pada umumnya, tumbuhan lumut dapat tumbuh dengan mudah di tempat yang basah
dan lembab. Tumbuhan lumut bersifat autotrof karena mempunyai sel-sel dengan plastida
yang menghasilkan klorofil. Tubuh lumut diselubungi oleh kutikula lilin yang dapat
mengurangi penguapan berlebihan pada tubuhnya, sehingga memungkinkannya untuk dapat
beradaptasi di lingkungan yang tak terlalu basah. Tumbuhan lumut tergolong sebagai
kormofita berspora, karena tumbuhan ini menghasilkan spora sebagai alat
perkembangbiakannya, Thallophyta seperti lumut menyukai tempat yang teduh dan lembab
seperti Tembok, Permukaan batuan, Genteng dan kulit pohon untuk hidup. Tumbuhan ini
sudah memiliki daun, batang dan akar yang masih sederhana. Bryophyta terdiri atas dua
kelas, yaitu ; Hepaticeae (belum dibedakan antara daun, batang dan akar) contoh : lumut hati,
dan musci (sudah jelas daun dan batangnya, akar masih.

Lumut (dalam bahasa yunani : bryophyta) adalah sebuah divisi tumbuhan yang
hidup didarat, umumnya berwarna hijau dan berukuran kecil (dapat tidak tampak dengan
bantuan lensa), dan ukuran lumut yang terbesar adalah kurang dari 50 cm. Lumut hidup di
batu, kayu gelondongan, pepohonan, dan ditanah. Lumut tersebar hampir diseluruh belahan
dunia, terkecuali didalam laut.

Lumut mempunyai sel-sel plastid yang dapat menghasilkan klorofil A dan B,


sehingga dapat membuat makanan sendiri dan bersifat autotrof. Lumut termasuk ke dalam
kingdom plantae, yang meliputi semua organisme yang multiseluler dan telah berdiferensiasi,
eukariotik, dengan dinding sel berselulosa. Organisme yang termasuk kedalam plantae ini
hampir seluruhnya bersifat autotrof (dapat membuat makanan sendiri) dengan bantuan cahaya
matahari saat proses fotosintesis.

4. Tumbuhan paku (pteridophyta)


Pengertian Tumbuhan Paku (Pteridophyta )Tumbuhan paku digolongkan tumbuhan
tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas memiliki kormus serta mempunyai
system pembuluh tetapi belum menghasilkan biji dan alat perkembangbiakkan yang utama
dalah spora. Sebagi tumbuhan tingkat rendah, Pteridophyta sudah lebih maju daripada
Bryophyta sebab sudah ada system pembuluh, sporofitnya hidup bebas dan berumur panjang,
sudah ada akar sejati, dan sebagian sudah merupakan tumbuhan heterspor.Pteridophyta juga
terdapat pergiliran keturunan yang menunjukkan adanya dua keturunan yang bergiliran.
Individu yang menghasilkan gamet (gametofit) merupakan generasi yang haploid. Setelah
terjadi fertilisasi akan berbentuk zigot yang merupakan permulaan dari keturunan yang
diploid. Kemudian dari sini lalu terbentuk individu yang diploid (sporofit) karena
menghasilkan spora melalui pembelahan reduksi. Spora inilah yang merupakan permulaan
darigenerasi haploid. Dari spora akan berbentuk protalium melalui perkecambahan spora.
Divisi Pteridophyta terbagi menjadi 4 yaitu : Psilophytinae (paku purba), Lycopodineae (paku
kawat), Equisetineae (paku ekor kuda), dan Filicineae (paku sejati). Pteridophyta (tumbuhan
paku) merupakan tumbuhan yang sudah memiliki pembuluh darah (xylem dan floem), akan
tetapi tumbuhan ini tidak dapat menghasilkan bunga dan biji. Tumbuhan paku dapat
dikatakan tumbuhan vascular yang paling beragam setelah spermatophyta (tumbuhan berbiji).

Tumbuhan paku terdiri dari dua generasi, yaitu generasi sporofit dan gametofit.
Generasi sporofit dan gametofit ini tumbuh bergantian dalam tumbuhan paku. Generasi
sporofit adalah tumbuhan yang menghasilkan spora sedangkan generasi gametofit adalah
tumbuhan yang menghasilkan sel gamet (sel kelamin).Pada tumbuhan paku, sporofit
berukuran lebih besar dan generasi hidupnya lebih lama dibandingakan generasi gametofit.
Oleh karena itu, generasi sporofit tumbuhan paku disebut generasi dominan. Generasi
sporofit inilah yang umumnya kita lihat sebagai tumbuhan paku. Struktur dan fungsi tubuh
tumbuhanpaku generasi sporofit. Tumbuhan paku sporofit pada umumnya memiliki akar,
batang, dan daun sejati.

Morfologi Tumbuhan Paku (Pteridophyta) :

a. Daun

Daun muda pada tumbuhan paku bisanya melingkar dan menggulung, daun
tumbuhan paku biasanya terdiri dari dua bagian yaitu tangkai dan helai daun. Helaian daun
pada umunya majemuk akan tetapi ada yang bentuknya tunggal. Daun memiliki bermacam-
macam bentuk, ukuran dan susunanannya. Jika dilihat dari ukurannya, daun tumbuhan paku
dibedakan menjadi dua, yaitu mikrofil dan makrofil. Pada makrofil, merupakan daun-daun
besar yang sudah dapat dibedakan antara tangkai daun, daging daun yang terdiri atas jaringan
tiang dan bunga karang.

b. Batang

Batang tumbuhan paku pada fase gametofit disebut protalium yang berbentuk seperti
lembaran kecil fungsinya sebagai tempat fotosintesis. Sedangkan tumbuhan paku pada fase
sporofit telah memiliki akar, batang dan daun sejati. Dan telah mempunyai jaringan
pembuluh angkut xylem, namun ada juga yang belum memiliki akar dan daun sejati. Batang
tumbuhan paku memiliki ukuran yang bervariasi, mulai dari yang berukuran seperti pohon.
Batang yang tumbuh diatas tanah ada yang bercabang, menggarpu dan ada juga yang lurus
tidak bercabang.

c. Akar

Sistem perakaran tumbuhan paku adalah serabut, biasanya terjadi karena akar yang
keluar pertama kali tidak bersifat dominan sehingga akar lain yang keluar dari batang
menyusul dan menjadi akar serabut . Fungsi rambut-rambut akar tumbuhan paku biasanya
untuk menyerap air dan garam mineral yang berada dalam tanahRhizome paku bercabang
baik pada tipe irregular atau dikotomi. Rhizoid tumbuhan paku banyak berkembang kearah
akar untuk kepentingan hidupnya.Rambut-rambut akar tersebut akan menyerap air dan garam
mineral terlarut. Kelompok lain dari mempunyai akar yang berupa benang yang tumbuh dari
batang misalnya Selaginella sp.

d. Spora

Alat perkembangbiakkan paku secara generative disebut spora, sedangkan alat


perkembangbiakkan secara vegetative disebut rhizome. Spora tersebut terletak didalam kotak
spora yang disebut sporangia/ sporangium, didalam sporangia berisi ribuan sel, kemudia
sporangia akan berkumpul membentuk sorus, sorus berbentuk titik-titik hitam dan terlihat
seperti menggumpal pada daun.Sporangium bisa terdapat pada strobilus , pada sorus , dan
pada sinagium .
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Taksonomi merupakan kelompok ilmu dasar yang berarti ilmu kajian dasar dari ilmu
biologi dengan tidak membatasi hanya satu atau objek tertentu saja. Taksonomi tumbuhan
tidak hanya mempelajari tentang pencirian, klasifikasi, pendeskripsian (pertelaan), dan
penamaan saja. Tetapi juga mempelajari fungsi-fungsi ekologisnya di alam. Taksonomi
merupakan bagian dari sistematika (Rifai,1976). Sistematika cakupannya lebih luas yaitu
meliputi taksonomi, studi evolusi dan filogeni.

Sifat dan ciri taksonomi sangat penting sebagai sumber bukti taksonomi untuk
memecahkan berbagai permasalahan taksonomi. Berikut ini akan diungkapkan beberapa
cabang biologi yang dapat dijadikan sebagai sumber bukti taksonomi diantaranya :
Morfologi, Anatomi Sitologi,Filogenl, Embriologi, Palinologi, Fisiologi dan Fitokimia.

B. Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah Ini .
untuk itu, penulis dengan terbuka menerima saran atau kritikan dari rekan-rekan serta
pembaca yang membangun guna kesempurnaan makalah ini dan menambah wawasan baru
untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Adi Yudianto dan Suroso. 1992. Pengantar Botany Cryptogamae (sistemik Tumbuhan
Rendah). Tarsito. Bandung.
Schroeder, B., & Gibson, G. A. (2007, July). Understanding failures in petascale computers.
In Journal of Physics: Conference Series (Vol. 78, No. 1, p. 012022). IOP Publishing.

N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. (2003). Biologi. Jilid 2. Edisi Kelima. Alih Bahasa:
Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Cronquist, A., 1981, An Integrated System of Classification of Flowering Plants, New York,
Columbia University Press, 477.

Effendi, R. (2017). Konsep revisi taksonomi Bloom dan implementasinya pada pelajaran
matematika SMP. JIPMat, 2(1).

Siregar, M. Pengaruh Penggunaan Metode Kuliah Lapangan (Field Trip) Terhadap Hasil
Belajar Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah.

Muamar, M. R., & Rahmi, R. (2017). Analisis keterampilan proses sains dan keterampilan
kognitif siswa melalui metode praktikum biologi pada sub materi schizophyta dan
thallophyta. Jurnal Pendidikan Almuslim, 5(1).

Arini, D. I. D., & Kinho, J. (2012). Keragaman Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Cagar
Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara. Info BPK Manado, 2(1), 17-40.

Darmaji. 2005. Kimia Fiksika I. Jambi: Universitas Jambi.

Anda mungkin juga menyukai