Anda di halaman 1dari 24

UNIT-UNIT KLASIFIKASI

DISUSUN OLEH :

1.

2. MORISON YOSEP MOA BOLONG

3.

4.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIFERSITAS FLORES

2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, sebagai syukur atas berkat dan bimbingannya sehingga makalah ini
dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan salah satu makalah dari mata kuliah
botani tumbuhan rendah yang merupakan tugas wajib yang harus diselesaikan
oleh mahasiswa pada program studi pendidikan biologi.

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Veronika P. Sinta


Mbia Wea, S.Si, M. Pd yang merupakan dosen pangampuh pada mata kuliah
botani tumbuhan rendah. Terimakasih untuk semua motifasi dan dukungannya
kepada penulis dalam penyelesaian makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bisa membantu menjelaskan tentang


unit-unit klasifikasi dan tidak lupa penulis mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca guna melengkapi makalah ini.

Ende, 20 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ….………………………… i

KATA PENGANTAR ….………………………… ii

DAFTAR ISI ….………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ….………………………… 1

B. Rumusan Masalah ….………………………… 2

C. Tujuan Penulisan ….………………………… 2


BAB II PEMBAHASAN

A. SISTEM KLASIFIKASI ….………………………… 3

B. PERIODE PERKEMBANGAN ….………………………… 9


KLASIFIKASI

C. PERKEMBANGAN KLASIFIKASI ….………………………… 13

D. PENGELOMPOKAN MAKHLUK ….………………………… 15


HIDUP

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ….………………………… 17

B. Saran ….………………………… 17

DAFTAR PUSTAKA ….………………………… 18

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alam semesta terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik
jumlahnya sangat banyak dan sangat beraneka ragam. Mulai dari laut, dataran
rendah, sampai di pegunungan, terdapat makhluk hidup yang jumlahnya banyak
dan sangat beraneka ragam. Karena jumlahnya banyak dan beraneka ragam, maka
kita akan mengalami kesulitan dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup.
Untuk mempermudah dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup maka
dibutuhkan suatu cara. Cara untuk mempermudah dalam mengenali dan
mempelajari makhluk hidup disebut Sistem Klasifikasi (penggolongan /
pengelompokan).
Adapun ilmu yang secara khusus mempelajari tentang klasifikasi makhluk
hidup dinamakan ilmu taksonomi. Ilmu taksonomi ini bertujuan untuk
mempermudah pengenalan dan pembelajaran terhadap makhluk hidup serta
mempermudah dalam mengkomunikasikannya kepada orang lain. Ilmu taksonomi
ini selalu berkembang dari masa ke masa, sehingga muncul tokoh – tokoh dalam
taksonomi dengan pendapat – pendapat serta teori – teori tentang taksonomi itu
sendiri. Ilmu taksonomi ini melahirkan berbagai sistem klasifikasi yang berbeda –
beda sesuai dengan dasar yang digunakan dalam kegiatan tersebut.
Hal inilah yang kemudian menarik untuk diketahui lebih lanjut tentang
bagaimana sistem klasifikasi makhluk hidup. Lewat makalah yang berjudul
“unit-unit klasifikas” penulis ingin menyajikan tentang hal tersebut. Semoga
makalah ini dapat membantu dalam memahami tentang klasifikasi makhluk
hidup.
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

a) Apa itu klasifikasi?

b) Bagaimana periode perkembangan klasifikasi?

c) Bagaimana proses perkembangan klasifikasi?

d) Bagaimana pengelompokan makhluk hidup menurut Robert H.


Whittaker?

C. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk:

a) Menjelaskan pengertian klasifikasi.

b) Menjelaskan periode perkembangan klasifikasi.

c) Menjelaskan proses perkembangan klasifikasi.

d) Menjelaskan pengelompokan makhluk hidup menurut Robert H.


Whittaker
BAB II

PEMBAHASAN

A. SISITEM KLASIFIKASI

Klasifikasi tumbuhan adalah pembentukan kelompok-kelompok dari seluruh


tumbuhan yang ada di bumi ini hingga dapat disusun takson-takson secara teratur
mengikuti suatu hierarki. Sifat-sifat yang dijadikan dasar dalam pembuatan
klasifikasi berbeda-beda tergantung orang yang mengadakan klasifikasi dan
tujuan yang ingin dicapai lewat pengklasifikasian tersebut.

Ada tiga sistem klasifikasi dalam taksonomi tumbuhan yaitu sistem klasifiksi
alami, sistem klasifikasi buatan, dan sistem klasifikasi filogenetik.

a. Sistem Klasifikasi Alami

Sistem klasifikasi ini dipopulerkan oleh Theophrastus (370 SM - 285 SM)


yang meruupakan salah satu murid dari Aristoteles. Sistem ini didasarkan
pada bentuk yang dapat terlihat (morfologi). Cara pengelompokan makhluk
hidup berdasarkan banyaknya persamaaan ciri morfologi yang dimiliki.
Pengamatan dilakukan menggunakan mata telanjang dengan mengamati
bentuk luar tubuh suatu makhluk hidup, antara lain warna, ukuran tubuh,
tinggi/pendek, bentuk daun, bentuk paruh, bentuk kaki dan bentuk batang.
Misalnya hewan berkaki empat, hewan bersirip, hewan tidak berkaki, dan
sebagainya. Pada tumbuhan misalnya tumbuhan berdaun menyirip, tumbuhan
berdaun seperti pita, dan sebagainya.

Kelebihan sistem ini ialah identifikasi yang mudah dan sistem ini juga
relatif lebih stabil karena tidak akan berubah oleh perubahan perkembangan
pengetahuan. Pengelompokkan organisme yang kurang dikenal masih
mungkin mengunakan sistem klasifikasi ini. Theophrastus menggolongkan
tumbuhan menjadi empat kelompok yakni pohon, semak, perdu, dan herba.

b. Sistem Klasifikasi Buatan

Sistem klasifikasi buatan (artifisial) adalah pengelompokan makhluk


hidup yang didasarkan atas adanya beberapa persamaan ciri morfologi, alat
reproduksi, lingkungan tempat tumbuh, dan daerah penyebarannya tanpa
memperhatikan kesamaan struktur yang mungkin memperlihatkan
hubungan kekerabatan. Misalnya kupu-kupu dan kelelawar merupakan satu
kelompok karena keduanya dapat terbang. Penganut sistem klasifikasi ini
adalah John Ray (1627-1705), seorang naturalis Inggris yang menuangkan
pendapatnya dalam “Historia Plantarum”, berisi 1800 jenis tumbuhan yang
menggunakan ciri bunga, batang dan akarnya. Klasifikasi ini kurang teratur
dan tidak disertai dengan tata nama. Kelebihan sistem ini adalah semua orang
dapat melakukan pengelompokan makhluk hidup dengan menentukan sendiri
aturan yang digunakan. Dengan demikian, dasar yang digunakan untuk
pengelompokan antar orang yang berbeda akan berbeda pula

Carolus Linnaeus (1707-1778), seorang ilmuwan berkebangsaan Swedia


yang sangat besar perhatiannya terhadap bidang botani, menganut sistem
klasifikasi buatan. Linnaeus menyatakan bahwa makhluk hidup yang
memiliki persamaan paling banyak digolongkan dalam tingkatan yang sama,
mengenal adanya tingkatan pengelompokan makhluk hidup yang disebut
takson. Ia dikenal sebagai bapak klasifikasi.

Dasar klasifikasi yang dipakainya adalah ciri morfologi, alat reproduksi,


habitat dan penampakan makhluk hidup (bentuk dan ukurannya). Misalnya,
pada klasifikasi tumbuhan ada pohon, semak, perdu, dan gulma. Berdasarkan
tempat hidup, dapat dikelompokkan hewan yang hidup di air dan hewan yang
hidup di darat. Berdasarkan kegunaannya, misalnya makhluk hidup yang
digunakan sebagai bahan pangan, sandang, papan dan obat-obatan.

Ada tiga cara yang digunakan oleh Carolus Linnaeus dalam melakukan
klasifikasi yakni:

a) Melakukan pengamatan struktur tubuh luar dan dalam makhluk hidup.

b) Makhluk hidup yang memiliki struktur tubuh sama akan dikelompokkan


dalam satu kelompok.

c) Setelah di kelompokkan, maka akan diberi nama atau istilah berdasarkan


banyak sedikitnya persamaan yang ada.

Adapun tingkatan klasifikasi yang digunakan oleh C. Linnaeus adalah


sebagai berikut.

Kingdom/Regnum : dunia/kerajaan

Filum/Divisio : bagian/keluarga besar

Classis : kelas

Ordo : bangsa

Familia : suku

Genus : marga

Species : jenis
Anggota takson yang lebih rendah memiliki persamaan sifat lebih
banyak dibandingkan dengan anggota takson yang lebih tinggi. Makin tinggi
tingkatan takson, maka akan makin banyak anggota takson, namun makin
banyak pula perbedaan ciri antar anggota takson. Sebaliknya, makin rendah
tingkatan takson, maka makin sedikit anggota takson, dan makin banyak pula
persamaan ciri antar anggota takson. Takson telah distandarisasi diseluruh
dunia berdasarkan International Code Of Botanical Nomeclature dan
International Commite on Zoological Nomenclature. Tingkatan takson sangat
penting karena tanpa adanya tingkatan takson maka manfaat dari sistem
klasifikasi tidak dapat dimanfaatkan.
Berikut ini proses pengelompokan organisme hidup menurut Charolus
Linnaeus.
a) Kingdom / kerajaan
Kingdom merupakan tingkatan takson tertinggi dengan jumlah anggota
takson terbesar. Para ahli biologi sependapat bahwa, makhluk hidup di dunia
ini dikelompokkan menjadi lima kingdom (Robert Whittaker, 1969). Kelima
kingdom tersebut, antara lain kingdom animalia (hewan), kingdom plantae
(tumbuhan), kingdom fungi (jamur), kingdom monera (organisme uniseluler
tanpa nukleus), dan kingdom protista (eukariotik yang memiliki jaringan
sederhana).

b) Filum (divisi)
Phylum digunakan untuk takson hewan, sedangkan divisi digunakan
untuk takson tumbuhan. Kingdom animalia dibagi menjadi beberapa phylum,
antara lain filum chordata (memiliki notokorda saat embrio), filum
echidermata (hewan berkulit duri), dan filum platyhelminthes (cacing pipih).
Nama divisi pada tumbuhan menggunakan akhiran-phyta. Contoh, kingom
plantae dibagi menjadi tiga divisi, antara lain bryophyta (tumbuhan lumut),
pteridophyta. Ini adalah takson tertinggi ketiga. Untuk hewan, bakteri, dan
kerajaan archaea, pakar taksonomi umumnya menggunakan istilah filum.
Untuk jamur, tanaman, dan protista, para ilmuwan sering menggunakan
istilah divisi, tetapi mereka kadang-kadang menerima filum. Manusia dan
semua hewan lainnya dengan tulang punggung tergolong dalam filum
Chordata.

c) Kelas (classis)
Anggota takson pada setiap filum atau divisi dikelompokan lagi
berdasarkan persamaan ciri-ciri tertentu. Nama kelas tumbuhan
menggunakan akhira yang berbeda-beda, antara lain : -edoneae (untuk
tumbuhan berbiji tertutup), -opsida (untuk lumut), -phycae (untuk alga), dan
lain-lain. Contohnya, divisi Angiospermae dibagi menjadi dua kelas, yaitu
kelas Monocotyledoneae dan kelas Dicotyledoneae; divisi bryophyta
diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu hepaticopsida (lumt daun); dan filum
chrysophyta (ganggang keemasan) dikelompokan menjadi 3 kelas, yaitu
Xantophyceae, Chrysophyceae, dan Bacillariophyceae.

d) Ordo (bangsa)
Angggota takson pada setiap kelas dikelompokan lagi menjadi beberapa
ordo berdasarkan persamaan ciri-ciri yang lebih khusus. Nama ordo pada
takson tumbuhan biasanya menggunakan akhiran –ales. Sebagai contoh,
kelas Dicotyleneae dibagi menjadi beberapa ordo, antara lain ordo Solanales,
Cucurbitales, Malvales, Rosales, Asterales, dan Poales.
e) Familia (suku)
Anggota takson setiap ordo di kelompokan lagi menjadi beberapa famili
berdasarkan persamaan ciri-ciri tertentu. Familia berasal dari bahasa
latin Familia. Nama famili pada tumbuhan biasanya menggunakan akhiran –
aceae, misalnya famili Solanaceae, Cucurbetaceae, Malvaceae, Rosaceae,
Asteraceae, dan Poaceae. Namun, ada pula yang tidak menggunakan akhiran
kata-aceae, misalnya Compositae (nama lain Astraceae) dan Graminae (nama
lain Poaceae). Sementara nama famili pada hewan menggunakan akhiran kata
–ideae, misalnya Homonidae (manusia), Felidae (kucing), dan Canidae
(anjing).
f) Genus (marga)
Merupakan tingkatan takson di bawah famili. Nama genus bisa diambil
dari kata apa saja, misalnya penemu atau nama yang lain. Aturan
penulisannya adalah sebagai berikut: Huruf pertama berupa huruf kapital dan
ditulis miring atau bisa juga ditulis dengan huruf tegak dan diberi garis
bawah. Misalnya, Taenia (marga cacing).

g) Spesies (jenis)
Species merupakan tingkatan takson palig dasar atau terendah. Anggota
takson memiliki paling banyak persamaan ciri dan terdiri atas organisme
yang bila melakukan perkawinan secara ilmiah dapat menghasilkan
keturunan yang fertil (subur). Nama species tediri dari atas dua kata; kata
pertama menunjukan nama sfesifiknya, Sebagai contoh, pada
genus Rosa terdapat spesies Rosa multiflora, Rosa canina, Rosa alba, Rosa
rugosa, dan Rosa dumalis.

c. Sistem Klasifikasi Filogenetik

Sistem klasifikasi ini didasarkan pada jauh dekatnya hubungan kekerabatan


antara takson yang satu dan yang lainnya sekaligus mencerminkan perkembangan
makhluk hidup (filogenik). Sistem klasifikasi ini diperkenalkan oleh Charles
Darwin (1859) lewat teori evolusi. Ia menyatakan bahwa persamaan struktur
tubuh menunjukan hubungan kekerabatan. Makin dekat hubungan kekerabatan
maka makin banyak persamaan morfologi dan anatomi antar takson. Semakin
sedikit persamaan maka makin besar perbedaannya, berarti makin jauh hubungan
kekerabatannya. Misalnya, gorila lebih dekat kekerabatannya dengan orangutan
dibandingkan dengan manusia. Hal itu didasarkan pada tes biokimia setelah ilmu
pengetahuan berkembang pesat, terutama ilmu pengetahuan tentang kromosom,
DNA, dan susunan protein organisme.

Beberapa parameter yang digunakan dalam klasifikasi ini adalah sebagai berikut:
a) Persamaan struktur tubuh dapat diketahui secara eksternal dan internal

b) Menggunakan biokimia perbandingan. Misalnya, hewan Limulus polyphemus,


dahulu dimasukkan ke dalam golongan rajungan (Crab) karena bentuknya
seperti rajungan, tetapi setelah dianalisis darahnya secara biokimia, terbukti
bahwa hewan ini lebih dekat dengan laba-laba (Spider). Berdasarkan bukti
ini, Limulus dimasukkan ke dalam golongan laba-laba.

c) Berdasarkan genetika modern. Gen dipergunakan juga untuk melakukan


klasifikasi makhluk hidup. Adanya persamaan gen menunjukkan adanya
kekerabatan.

Langkah-langkah klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut:

a) Berdasarkan genetika modern. Gen dipergunakan juga untuk melakukan


klasifikasi makhluk hidup. Adanya persamaan gen menunjukkan adanya
kekerabatan.

b) setelah kelompok spesies terbentuk, dapat dibentuk kelompok-kelompok lain


dari urutan tingkatan klasifikasi sebagai berikut.

 Dua atau lebih spesies dengan ciri-ciri tertentu dikelompokkan untuk


membentuk takson genus.

 Beberapa genus yang memiliki ciri-ciri tertentu dikelompokkan untuk


membentuk takson famili.

 Beberapa famili dengan ciri tertentu dikelompokkan untuk membentuk


takson ordo.

 Beberapa ordo dengan ciri tertentu dikelompokkan untuk membentuk


takson kelas.

 Beberapa kelas dengan ciri tertentu dikelompokkan untuk membentuk


takson filum (untuk hewan) atau divisio (untuk tumbuhan).
B. PERIODE PERKEMBANGAN KLASIFIKASI

a. Periode Sistem Habitus/bentuk

Taksonomi tumbuhan sebagai ilmu pengetahuan baru di anggap pada abad


ke-4 sebelum Masehi oleh orang-orang Yunani yang dipelopori oleh Theophrastes
(370-285 SM) murid seorang filsuf Yunani bernama Aristoteles. Aristoteles
sendiri adalah murid filsuf Yunani yang semashur yaitu plato. Sistem klasifikasi
yang diusulkan bangsa Yunani dengan Theophrastes sebagai pelopornya juga
diikuti oleh kaum herbalis serta ahli-ahli botani dan nama itu terus dipakai sampai
selama lebih 10 abad.
Pengklasifikasian tumbuhan terutama didasarkan atas perawakan (habitus)
yang golongan-golongan utamanya disebut dengan nama pohon, perdu, semak,
tumbuhan memanjat, dan terna. System klasifikasi ini bersifat dominan dari
kira-kira abad ke-4 sebelum masehi sampai melewati abad pertengahan, dan
selama periode-periode ini ahli-ahli botani, herbalis, dan filsuf telah menciptakan
sistem-sistem klasifikasi yang pada umumnya masih bersifat kasar, namun sering
dinyatakan telah mencerminkan adanya hubungan kekerabatan antara golongan
yang terbentuk.
Theophrastes sendiri yang dianggap sebagai bapaknya ilmu tumbuhan,
dalam karyanya yang berjudul Historia Plantarum telah memperkenalkandan
memberikan deskripsinya untuk sekitar 480 jenis tumbuhan. Dalam karya ini
system klasifikasi yang diterapkan oleh Theoprastes telah mencerminkan falsafah
guru dan eyang gurunya ( Aristoteles dan Plato), yaitu suatu suatu system
klasifikasi tumbuhan berdasarkan bentuk dan tekstur. Selain golongan-golongan
pohon, perdu, semak seperti yang disebut di atas, ia juga mengadakan
pengelompokan menurut umur dan membedakan tumbuhan berumur pendek
(annual), tumbuhan berumur 2 tahun (biennial), serta tumbuhan berumur panjang
(perennial).
Theophrastes juga telah dapat membedakan bunga majemuk yang berbatas
(centrifugal) dan yang tidak berbatas (centripetal), juga telah dapat membedakan
bunga dengan daun mahkota yang bebas (polipetal atau dialipetal) dan yang
berlekatan (gamopetal atau simpetal) bahkan ia telah dapat mengenali perbedaan
letak bakal daun yang tenggelam dan yang menumpang. Adapun yang telah
dilakukan oleh theoprastes hasil klasifikasi tumbuhan yang telah diciptakan masih
dianggap nyata-nyata merupakan suatu sistem artifisial.

b. Periode Sistem Numerik

Periode ini terjadi pada permulaan abad ke 18, yang ditandai dengan sifat
sistem yang murni artifisial, yang sengaja dibuat sebagai sarana pembantu dalam
identifikas tumbuhan. Sistem ini tidak menggunakan bentuk dan tekstur tumbuhan
sebagai dasar utama pengklasifikasian. Tetapi pengambilan kesimpulan mengenai
kekerabatan antara tumbuhan.
Dalam periode ini tokoh yang paling menonjol adalah Karl Linne (Carolus
Linneaus) Dibawah bimbingan Dr. Rudbeck ia menerbitkan karyanya yang
pertama kali mengenai seksualitas tumbuhan. Setelah menjadi dosen ia
menerbitkan karyanya yang berjudul Hortus Uplandikus yang memuat nama-nama
semua tumbuhan yang terdapat dikebunraya di Upsala, yang susunannya
mengikuti sistem de Tournefort. karena jumlah tumbuhan dikebun raya tadi makin
besr jumlahnya maka linneaus menerbitkaan Hortus Uplandikus edisi baru yang
disusun menurut ciptaannya sendiri yang dikenal sebagai Sistema Sexsuale atau
sistem seksual. Doktor Gronovius seorang dokter dan naturalis, begitu oleh
Linneaus, dan Lawson menawarkan kepada Linneaus untuk membiayai penerbitan
naskahnya yaitu Sistema Naturae yang memuat dasar-dasar pengklasifikasian
tumbuhan hewan dan mineral. Selama tahun 1737 sewaktu dinegeri Belanda karya
Linneaus yang diterbitkan berjudul Genera Plantarum dan Flora Lavonica sambil
menunggu pencetakan naskah-naskah itu Linneaus diberi kesempatan oleh
Clifford untuk berkunjung ke Inggris, dan sekembalinya dari Inggris selama
sembilan bulan ia menyiapkan naskah Hortus Cliffortianus yang berisi jenis-jenis
tumbuhan yang dipelihara dalam kebunnya Clifford selama tiga tahun di Belanda
dari tahun 1737 sampai 1739 merupakan masa yang paling produktif bagi
Linneaus. Kurang lebih ada 14 judul tulisannya terbit waktu itu, yang sebagian
besar telah dipersiapkan ketika ia masih di Swedia.
Setelah kembali lagi ke Swedia tidak lagi terbit karyanya yang berarti dari
linneaus selain spesies plantarum yang terbit 1 mei 1753. Pada tahun 1775 ia
mengundurkan diri sebagai guru besar dan tiga tahun kemudian meninggal dunia
setelah menderita sakit selama kurang lebih 2 tahun (10 januari 1778).
Sistem klasifikasi tumbuhan yang diciptakan oleh Linnaeus masih
dikategorikan sebagai sistem artivisial. Nama Sistema Sexsuale untuk sistem yang
diciptakan sebenarnya tidak begitu tepat karena pada dasarnya sistem ini tidak
ditekankan pada masalah jenis kelamin, tetapi pada kesamaan jumlah alat-alat
kelamin seperti jumlah benangsari. Nama-nama golongan tumbuhan yang
diciptakan oleh linnaeus seperti monandria (berbenang sari tunggal), diandria
(berbenangsari dua), triandria berbenangsari tiga dan seterusnya. Itulah sebabnya
sistem klasifikasi tumbuhan ciptaan Linnaeus dikenal pula sebagai sistem numerik.
Ciptaan Linnaeus ini meupakan sistem yang dinilai revolusioner untuk
masa itu, dan memberikan pengaruh yang lebih besar dari pada sumbangan
linnaeus yang lain,dan sistem ini sengaja dirancang sebagai alat bantu dalam
mengidentifikasi tumbuhan dan ia juga dianggap sebagai pencipta sistem tatanama
ganda yang ia terapkan dalam bukunya Species plantarum yang diterbitkan pada
tanggal 1 mei 1753 yang menjadi pangkal tolak berlakunya tatanama tumbuhan
yang diakui.
Sesungguhnya linnaeus dianggap tidak tepat bila ia sebagai pencipta
tatanama ganda. Sebelum linnaeus, sistem tatanama ganda telah dirintis oleh
caspar bauhin, yang dalam tahun 1623 dalam bukunya pinax theatri botanici telah
menerapkan sistem tatanama ganda pada tumbuhan. Karena besar jasa-jasa yang
diberikan oleh linnaeus bagi perkembangan taksonomi umumnya dan taksonomi
tumbuhan khususnya bagi dunia ilmu hayat linnaeus mendapatkan gelar sebagai
“Bapak Taksonomi” baik hewan maupun tumbuhan dan juga mendapat
pengakuan dari negara yang diberikan oleh raja swedia yang mengangkat linnaeus
ke jenjang bangsawan, sehingga nama karl linne diubah menjadi karl von linne.

c. Periode Sistem Alami

Menjelang berakhirnya abad ke-18 terjadi perubahan-perubahan yang


revolusioner dalam pengklasifikasiaan tumbuhan. Sistem klasifikasi yang baru ini
disebut “sistem alam” yaitu golongan yang terbentuk merupakan unit-unit ynag
wajar (natural) bila terdiri dari anggota-anggota itu,dan dengan demikian dapat
tercermin pengertian manusia mengenai yang disebut yang dikehendaki oleh alam.
Secara harfiah istilah “sistem alam” untuk aliran baru dalam klasifikasi ini tidak
begitu tepat karena pada hakekatnya semua sistem klasifikasi adalah sistem buatan.
Untuk sitem klasifikasi yang digunakan dalam periode ini, digunakan nama
“sistem alam” (natural system) dengan maksud untuk memenuhi keinginan
manusia akan adanya penataan yang tepat yang lebih baik dari sistem-sistem
sebelumnya.

d. Periode Sistem Filogenetik

Teori evolusi, teori desendensd atau teori keturunan seperti yang diciptakan
oleh darwin merupakan suatru teori hingga sekarang oleh sebagian orang terutama
tokoh agama masih dianggap kontroversial dan tetap ditentang kendati ajaran itu
tetap diterima dan cepat tersebar luas dikalangan kaum ilmuan yang begitu fanatik
terhadap teori ini sampai ada yang menyatakan, bahwa “ evolusi bukannya teori
lagi, tetapi adalah suatu aksioma yang tidak perlu diragukan kebenarannya, dan
oleh karenanya tidak perlu diperdebatkan lagi “.
Sistem klasifikasi dalam periode ini berupaya untuk mengadakan
penggolongan tumbuhan yang sekaligus mencerminkan urutan – urutan golongan
itu dalam sejarah perkembangan filogenetiknya dan demikian juga menunjukan
jauh dekatnya hubungan kekerabatan yang satu dengan yang lain. Jadi dalam
klasifikasi ini dasar yang digunakan adalah “filogeni” dan dari sini lahirlah nama
“sistem filogenetik” kenyataanya, bahwa kemudian muncul sistem klasifikasi yang
berbeda, membuktikan bahwa persepsi dan interpretasi para ahli biologi mengenai
yang disebut filogeni itu masih berbeda – beda.

e. Periode Sistem Kontemporer

Perkembangan teknologi, khususnya di bidang elektronika yang dalam


abad nuklir maju dengan pesat ini, telah pula menjamah bidang taksonomi
tumbuhan, yang sejak beberapa dasawarsa belakangan ini juga sudah di jalari
“penyakit” penerapan metode penelitian kuantitatif yang pengelohan datanya
memanfaatkan jasa-jasa komputer pula. Komputer telah digunakan secara luas
dalam pengembangan metode kuantitatif dalam klasifikasi tumbuhan, yang
melahirkan bidang baru dalam taksonomi tumbuhan yang dikenal sebagai
taksonomi numerik, taksometri atau taksonometri. Pengolahan data secara
elektronik (EDP—Elektronic Data Processing), juga sudah diterapkan untuk
berbagai prosedur dalam penelitian taksonomi antara lain dalam penyimpanan dan
pengambilan laporan-laporan atau informasi.

C. PERKEMBANGAN KLASIFIKASI

Perubahan klasifikasi organisme hidup yang semua dua dunia kemudian


menjadi empat dunia, atau dari empat dunia menjadi lima dunia, telah
mengakibatkan sekelompok organisme ataupun sebagian kelompok organisme
yang semula termasuk dalam dunia tumbuhan dipindahkan kedalam dunia baru.
Berikut beberapa sistem klasifikasi (sistem klasifikasi lima kingdom)

a. Sistem Dua Kingdom

Pada awalnya para ahli taksonomi mengklasifikasikan makhluk hidup


menjadi dua kerajaan (sistem dua kingdom) yaitu tumbuhan (kingdom plantae)
dan hewan (kingdom animalia). hal ini didasarkan pada:
a) Kelompok tumbuhan memiliki dinding sel yang tersusun dari selulosa.

b) Tumbuhan memiliki klorofil yang berfungsi untuk membuat makanan


sendiri (autotrof) dengan melalui proses fotosintesis serta tidak bisa
bergerak dan berpindah tempat.

c) Hewan tidak memiliki dinding sel serta tidak bisa membuat makanannya
sendiri (heterotrof) dan bisa bergerak serta berpindah tempat.

b. Sistem Tiga Kingdom

Sistem klasifikasi terus berkembang dengan ditemukannya bahwa ada


tumbuhan yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat membuat
makanannya sendiri. Tumbuhan tersebut yakni jamur (fungi). Dengan demikian
oleh para ahli, taksonomi ini dikelompokkan tersendiri kedalam kingdom fungi.
Pengelompokan makhluk hidup menjadi tiga kelompok yaitu tumbuhan (kingdom
plantae), hewan (kingdom animalia) dan jamur (fungi).

c. Sistem Empat Kingdom

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan tentang struktur sel, maka para


ahli melakukan penelitian tentang ada tidaknya inti sel makhluk hidup, dimana
sel yang memiliki inti sel disebut eukariotik dan sel yang tidak memiliki
membran inti disebut prokariotik. Monera (bakteri) tergolong dalam makhluk
hidup yang prokariotik sehingga monera dikelompokan pada kingdom tersendiri.
Pengelompokan makhluk hidup menjadi empat kelompok yaitu tumbuhan
(kingdom plantae), hewan (kingdom animalia), jamur (fungi) dan bakteri
(monera).

d. Sistem Lima Kingdom


Robert H. Wilttaker pada tahun 1969 mengelompokkan makhluk hidup
menjadi lima kingdom yaitu tumbuhan (kingdom plantae), hewan (kingdom
animalia), jamur (fungi), bakteri (monera), dan protista. Pengelompokan ini
berdasarkan susunan sel, cara makhluk hidup memenuhi makanannya dan
tingkatan-tingkatan makhluk hidup.

D. PENGELOMPOKAN MAKHLUK HIDUP

Adapun klasifikasi makhluk hidup menjadi lima kingdom yang dikemukakan


oleh seseorang bernama Robert H. Whittaker di tahun 1969. Ia membagi makhluk
hidup yang ada di bumi ini menjadi lima jenis kelompok besar yang meluputi,
Monera, Protista, Jamur, Tumbuhan dan juga Hewan.

a. Kingdom Monera

Merupakan golongan organisme yang bersifat prokariotik (tidak memiliki


membran inti). kingdom ini dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan bakteri
(schizophyta) dan golongan ganggang biru (cyanophyta).

b. Kingdom Protista

Protista merupakan organisme yang bersifat eukariotik (memiliki membran


inti). pembentukan regnum ini diusulkan oleh Ernest Haeckel atas dasar adanya
organisme-organisme yang memiliki ciri tumbuhan (berklorofil) sekaligus
memiliki ciri hewan (dapat bergerak). yang termasuk dalam kingdom ini adalah
protozoa dan ganggang bersel satu.

c. Kingdom Fungi (jamur)

Fungi merupakan organisme uniseluler (bersel satu) dan multi seluler (bersel
banyak) yang tidak berklorofil. Fungi multiseluler dapat membentuk
benang-benang yang disebut sebagai hifa. Seluruh anggota dari ragnum ini
bersifat heterotrof. Kingdom ini dibagi menjadi beberapa divisi yakni oomycotina,
zygomycotina, ascomycotina, basidiomycotina, dan deuteromycotina.

d. Kingdom Plantae (kerajaan tumbuhan hijau)

Merupakan organisme bersel banyak (multiseluler) dan sel-selnya memiliki


dinding sel. Hampir seluruh anaggota kingdom ini berklorofil sehingga bersifat
autotrof. Yang termasuk dalam kingdom plantea adalah ganggang bersel
banyak (diluar ganggang biru), lumut (bryophyta), paku-pakuan (pteridophyta),
tumbuhan berbiji (spermatophyta).

e. Kingdom Animalia (kerajaan hewan)

Meliputi organisme bersel banyak yang sel-selnya tidak memiliki dinding sel
dan tidak berklorofil sehingga bersifat heterotrof. Yang termasuk dalam kingdom
ini adalah porifera, coelenterata, platyhelminthes, nemathelminthes, annelida,
echinodermata, arthropoda, chordata.

Dari uraian sistem klasifikasi lima kingdom tersebut, dapat disimpulkan bahwa
setiap kingdom memiliki ciri-ciri utama yaitu sebagai berikut:

No Kelompok Utama Ciri Utama

1 Monera Prokariotik, uniseluler

2 Protista Eukariotik, multiseluler/uniseluler, heterotrof/autotrof

3 Fungi Eukariotik, multiseluler/uiseluler, menyerap zat


makanan dari lingkungan.

4 Animalia Eukariotik, multiseluler dan bersifat heterotrof


5 Plantae Eukariotik, multiseluler, melakukan fotosintesis

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Klasifikasi makhluk hidup merupakan suatu bentuk pengelompokan makhluk


hidup berdsarkan persamaan ciri-cirinya. Hal ini dilakukan demi menemukan
kekerabatan diantara makhluk hidup tersebut. Ada tiga sistem klasifikasi dalam
taksonomi tumbuhan yaitu sistem klasifiksi alami, sistem klasifikasi buatan, dan
sistem klasifikasi filogenetik.

Sistem klasifikasi alami didasarkan pada bentuk yang dapat terlihat


(morfologi). Pada sistem klasifikasi buatan dasar klasifikasi yang dipakai adalah
ciri morfologi, alat reproduksi, habitat dan penampakan makhluk hidup (bentuk
dan ukurannya). sedangkan untuk sistem klasifikasi filogenetik didasarkan pada
jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara takson yang satu dan yang lainnya.

Sistem klasifikasipun mengalami periode perkembangan yakni periode


sistem habitus/bentuk, periode sistem numerik, periode sistem alami, periode
sistem filogenetik dan periode sistem kontemporer. Selain itu perubahan
klasifikasi organisme hidup yang semula dua dunia kemudian menjadi empat
dunia, atau dari empat dunia menjadi lima dunia, telah mengakibatkan
sekelompok organisme ataupun sebagian kelompok organisme yang semula
termasuk dalam dunia tumbuhan dipindahkan kedalam dunia baru.

B. Saran

Adapun Saran penulis bagi mahasiswa program studi pendidikan biologi agar
lebih meningkatkan rasa ingin tahu untuk menggali dan mengkaji lebih dalam
tentang bagaimana sistem klasifikaso makhluk hidup.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/104506161/Handout-Materi-Kuliah-Taksonomi-Tu
mbuhan-Tingkat-Rendah-Hmbp

http://repository.uki.ac.id/196/1/TAKSONOMI%20TUMBUHAN%20RENDAH.
pdf

Anda mungkin juga menyukai