DISUSUN OLEH :
1.
3.
4.
UNIFERSITAS FLORES
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, sebagai syukur atas berkat dan bimbingannya sehingga makalah ini
dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan salah satu makalah dari mata kuliah
botani tumbuhan rendah yang merupakan tugas wajib yang harus diselesaikan
oleh mahasiswa pada program studi pendidikan biologi.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ….………………………… 17
B. Saran ….………………………… 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam semesta terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik
jumlahnya sangat banyak dan sangat beraneka ragam. Mulai dari laut, dataran
rendah, sampai di pegunungan, terdapat makhluk hidup yang jumlahnya banyak
dan sangat beraneka ragam. Karena jumlahnya banyak dan beraneka ragam, maka
kita akan mengalami kesulitan dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup.
Untuk mempermudah dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup maka
dibutuhkan suatu cara. Cara untuk mempermudah dalam mengenali dan
mempelajari makhluk hidup disebut Sistem Klasifikasi (penggolongan /
pengelompokan).
Adapun ilmu yang secara khusus mempelajari tentang klasifikasi makhluk
hidup dinamakan ilmu taksonomi. Ilmu taksonomi ini bertujuan untuk
mempermudah pengenalan dan pembelajaran terhadap makhluk hidup serta
mempermudah dalam mengkomunikasikannya kepada orang lain. Ilmu taksonomi
ini selalu berkembang dari masa ke masa, sehingga muncul tokoh – tokoh dalam
taksonomi dengan pendapat – pendapat serta teori – teori tentang taksonomi itu
sendiri. Ilmu taksonomi ini melahirkan berbagai sistem klasifikasi yang berbeda –
beda sesuai dengan dasar yang digunakan dalam kegiatan tersebut.
Hal inilah yang kemudian menarik untuk diketahui lebih lanjut tentang
bagaimana sistem klasifikasi makhluk hidup. Lewat makalah yang berjudul
“unit-unit klasifikas” penulis ingin menyajikan tentang hal tersebut. Semoga
makalah ini dapat membantu dalam memahami tentang klasifikasi makhluk
hidup.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. SISITEM KLASIFIKASI
Ada tiga sistem klasifikasi dalam taksonomi tumbuhan yaitu sistem klasifiksi
alami, sistem klasifikasi buatan, dan sistem klasifikasi filogenetik.
Kelebihan sistem ini ialah identifikasi yang mudah dan sistem ini juga
relatif lebih stabil karena tidak akan berubah oleh perubahan perkembangan
pengetahuan. Pengelompokkan organisme yang kurang dikenal masih
mungkin mengunakan sistem klasifikasi ini. Theophrastus menggolongkan
tumbuhan menjadi empat kelompok yakni pohon, semak, perdu, dan herba.
Ada tiga cara yang digunakan oleh Carolus Linnaeus dalam melakukan
klasifikasi yakni:
Kingdom/Regnum : dunia/kerajaan
Classis : kelas
Ordo : bangsa
Familia : suku
Genus : marga
Species : jenis
Anggota takson yang lebih rendah memiliki persamaan sifat lebih
banyak dibandingkan dengan anggota takson yang lebih tinggi. Makin tinggi
tingkatan takson, maka akan makin banyak anggota takson, namun makin
banyak pula perbedaan ciri antar anggota takson. Sebaliknya, makin rendah
tingkatan takson, maka makin sedikit anggota takson, dan makin banyak pula
persamaan ciri antar anggota takson. Takson telah distandarisasi diseluruh
dunia berdasarkan International Code Of Botanical Nomeclature dan
International Commite on Zoological Nomenclature. Tingkatan takson sangat
penting karena tanpa adanya tingkatan takson maka manfaat dari sistem
klasifikasi tidak dapat dimanfaatkan.
Berikut ini proses pengelompokan organisme hidup menurut Charolus
Linnaeus.
a) Kingdom / kerajaan
Kingdom merupakan tingkatan takson tertinggi dengan jumlah anggota
takson terbesar. Para ahli biologi sependapat bahwa, makhluk hidup di dunia
ini dikelompokkan menjadi lima kingdom (Robert Whittaker, 1969). Kelima
kingdom tersebut, antara lain kingdom animalia (hewan), kingdom plantae
(tumbuhan), kingdom fungi (jamur), kingdom monera (organisme uniseluler
tanpa nukleus), dan kingdom protista (eukariotik yang memiliki jaringan
sederhana).
b) Filum (divisi)
Phylum digunakan untuk takson hewan, sedangkan divisi digunakan
untuk takson tumbuhan. Kingdom animalia dibagi menjadi beberapa phylum,
antara lain filum chordata (memiliki notokorda saat embrio), filum
echidermata (hewan berkulit duri), dan filum platyhelminthes (cacing pipih).
Nama divisi pada tumbuhan menggunakan akhiran-phyta. Contoh, kingom
plantae dibagi menjadi tiga divisi, antara lain bryophyta (tumbuhan lumut),
pteridophyta. Ini adalah takson tertinggi ketiga. Untuk hewan, bakteri, dan
kerajaan archaea, pakar taksonomi umumnya menggunakan istilah filum.
Untuk jamur, tanaman, dan protista, para ilmuwan sering menggunakan
istilah divisi, tetapi mereka kadang-kadang menerima filum. Manusia dan
semua hewan lainnya dengan tulang punggung tergolong dalam filum
Chordata.
c) Kelas (classis)
Anggota takson pada setiap filum atau divisi dikelompokan lagi
berdasarkan persamaan ciri-ciri tertentu. Nama kelas tumbuhan
menggunakan akhira yang berbeda-beda, antara lain : -edoneae (untuk
tumbuhan berbiji tertutup), -opsida (untuk lumut), -phycae (untuk alga), dan
lain-lain. Contohnya, divisi Angiospermae dibagi menjadi dua kelas, yaitu
kelas Monocotyledoneae dan kelas Dicotyledoneae; divisi bryophyta
diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu hepaticopsida (lumt daun); dan filum
chrysophyta (ganggang keemasan) dikelompokan menjadi 3 kelas, yaitu
Xantophyceae, Chrysophyceae, dan Bacillariophyceae.
d) Ordo (bangsa)
Angggota takson pada setiap kelas dikelompokan lagi menjadi beberapa
ordo berdasarkan persamaan ciri-ciri yang lebih khusus. Nama ordo pada
takson tumbuhan biasanya menggunakan akhiran –ales. Sebagai contoh,
kelas Dicotyleneae dibagi menjadi beberapa ordo, antara lain ordo Solanales,
Cucurbitales, Malvales, Rosales, Asterales, dan Poales.
e) Familia (suku)
Anggota takson setiap ordo di kelompokan lagi menjadi beberapa famili
berdasarkan persamaan ciri-ciri tertentu. Familia berasal dari bahasa
latin Familia. Nama famili pada tumbuhan biasanya menggunakan akhiran –
aceae, misalnya famili Solanaceae, Cucurbetaceae, Malvaceae, Rosaceae,
Asteraceae, dan Poaceae. Namun, ada pula yang tidak menggunakan akhiran
kata-aceae, misalnya Compositae (nama lain Astraceae) dan Graminae (nama
lain Poaceae). Sementara nama famili pada hewan menggunakan akhiran kata
–ideae, misalnya Homonidae (manusia), Felidae (kucing), dan Canidae
(anjing).
f) Genus (marga)
Merupakan tingkatan takson di bawah famili. Nama genus bisa diambil
dari kata apa saja, misalnya penemu atau nama yang lain. Aturan
penulisannya adalah sebagai berikut: Huruf pertama berupa huruf kapital dan
ditulis miring atau bisa juga ditulis dengan huruf tegak dan diberi garis
bawah. Misalnya, Taenia (marga cacing).
g) Spesies (jenis)
Species merupakan tingkatan takson palig dasar atau terendah. Anggota
takson memiliki paling banyak persamaan ciri dan terdiri atas organisme
yang bila melakukan perkawinan secara ilmiah dapat menghasilkan
keturunan yang fertil (subur). Nama species tediri dari atas dua kata; kata
pertama menunjukan nama sfesifiknya, Sebagai contoh, pada
genus Rosa terdapat spesies Rosa multiflora, Rosa canina, Rosa alba, Rosa
rugosa, dan Rosa dumalis.
Beberapa parameter yang digunakan dalam klasifikasi ini adalah sebagai berikut:
a) Persamaan struktur tubuh dapat diketahui secara eksternal dan internal
Periode ini terjadi pada permulaan abad ke 18, yang ditandai dengan sifat
sistem yang murni artifisial, yang sengaja dibuat sebagai sarana pembantu dalam
identifikas tumbuhan. Sistem ini tidak menggunakan bentuk dan tekstur tumbuhan
sebagai dasar utama pengklasifikasian. Tetapi pengambilan kesimpulan mengenai
kekerabatan antara tumbuhan.
Dalam periode ini tokoh yang paling menonjol adalah Karl Linne (Carolus
Linneaus) Dibawah bimbingan Dr. Rudbeck ia menerbitkan karyanya yang
pertama kali mengenai seksualitas tumbuhan. Setelah menjadi dosen ia
menerbitkan karyanya yang berjudul Hortus Uplandikus yang memuat nama-nama
semua tumbuhan yang terdapat dikebunraya di Upsala, yang susunannya
mengikuti sistem de Tournefort. karena jumlah tumbuhan dikebun raya tadi makin
besr jumlahnya maka linneaus menerbitkaan Hortus Uplandikus edisi baru yang
disusun menurut ciptaannya sendiri yang dikenal sebagai Sistema Sexsuale atau
sistem seksual. Doktor Gronovius seorang dokter dan naturalis, begitu oleh
Linneaus, dan Lawson menawarkan kepada Linneaus untuk membiayai penerbitan
naskahnya yaitu Sistema Naturae yang memuat dasar-dasar pengklasifikasian
tumbuhan hewan dan mineral. Selama tahun 1737 sewaktu dinegeri Belanda karya
Linneaus yang diterbitkan berjudul Genera Plantarum dan Flora Lavonica sambil
menunggu pencetakan naskah-naskah itu Linneaus diberi kesempatan oleh
Clifford untuk berkunjung ke Inggris, dan sekembalinya dari Inggris selama
sembilan bulan ia menyiapkan naskah Hortus Cliffortianus yang berisi jenis-jenis
tumbuhan yang dipelihara dalam kebunnya Clifford selama tiga tahun di Belanda
dari tahun 1737 sampai 1739 merupakan masa yang paling produktif bagi
Linneaus. Kurang lebih ada 14 judul tulisannya terbit waktu itu, yang sebagian
besar telah dipersiapkan ketika ia masih di Swedia.
Setelah kembali lagi ke Swedia tidak lagi terbit karyanya yang berarti dari
linneaus selain spesies plantarum yang terbit 1 mei 1753. Pada tahun 1775 ia
mengundurkan diri sebagai guru besar dan tiga tahun kemudian meninggal dunia
setelah menderita sakit selama kurang lebih 2 tahun (10 januari 1778).
Sistem klasifikasi tumbuhan yang diciptakan oleh Linnaeus masih
dikategorikan sebagai sistem artivisial. Nama Sistema Sexsuale untuk sistem yang
diciptakan sebenarnya tidak begitu tepat karena pada dasarnya sistem ini tidak
ditekankan pada masalah jenis kelamin, tetapi pada kesamaan jumlah alat-alat
kelamin seperti jumlah benangsari. Nama-nama golongan tumbuhan yang
diciptakan oleh linnaeus seperti monandria (berbenang sari tunggal), diandria
(berbenangsari dua), triandria berbenangsari tiga dan seterusnya. Itulah sebabnya
sistem klasifikasi tumbuhan ciptaan Linnaeus dikenal pula sebagai sistem numerik.
Ciptaan Linnaeus ini meupakan sistem yang dinilai revolusioner untuk
masa itu, dan memberikan pengaruh yang lebih besar dari pada sumbangan
linnaeus yang lain,dan sistem ini sengaja dirancang sebagai alat bantu dalam
mengidentifikasi tumbuhan dan ia juga dianggap sebagai pencipta sistem tatanama
ganda yang ia terapkan dalam bukunya Species plantarum yang diterbitkan pada
tanggal 1 mei 1753 yang menjadi pangkal tolak berlakunya tatanama tumbuhan
yang diakui.
Sesungguhnya linnaeus dianggap tidak tepat bila ia sebagai pencipta
tatanama ganda. Sebelum linnaeus, sistem tatanama ganda telah dirintis oleh
caspar bauhin, yang dalam tahun 1623 dalam bukunya pinax theatri botanici telah
menerapkan sistem tatanama ganda pada tumbuhan. Karena besar jasa-jasa yang
diberikan oleh linnaeus bagi perkembangan taksonomi umumnya dan taksonomi
tumbuhan khususnya bagi dunia ilmu hayat linnaeus mendapatkan gelar sebagai
“Bapak Taksonomi” baik hewan maupun tumbuhan dan juga mendapat
pengakuan dari negara yang diberikan oleh raja swedia yang mengangkat linnaeus
ke jenjang bangsawan, sehingga nama karl linne diubah menjadi karl von linne.
Teori evolusi, teori desendensd atau teori keturunan seperti yang diciptakan
oleh darwin merupakan suatru teori hingga sekarang oleh sebagian orang terutama
tokoh agama masih dianggap kontroversial dan tetap ditentang kendati ajaran itu
tetap diterima dan cepat tersebar luas dikalangan kaum ilmuan yang begitu fanatik
terhadap teori ini sampai ada yang menyatakan, bahwa “ evolusi bukannya teori
lagi, tetapi adalah suatu aksioma yang tidak perlu diragukan kebenarannya, dan
oleh karenanya tidak perlu diperdebatkan lagi “.
Sistem klasifikasi dalam periode ini berupaya untuk mengadakan
penggolongan tumbuhan yang sekaligus mencerminkan urutan – urutan golongan
itu dalam sejarah perkembangan filogenetiknya dan demikian juga menunjukan
jauh dekatnya hubungan kekerabatan yang satu dengan yang lain. Jadi dalam
klasifikasi ini dasar yang digunakan adalah “filogeni” dan dari sini lahirlah nama
“sistem filogenetik” kenyataanya, bahwa kemudian muncul sistem klasifikasi yang
berbeda, membuktikan bahwa persepsi dan interpretasi para ahli biologi mengenai
yang disebut filogeni itu masih berbeda – beda.
C. PERKEMBANGAN KLASIFIKASI
c) Hewan tidak memiliki dinding sel serta tidak bisa membuat makanannya
sendiri (heterotrof) dan bisa bergerak serta berpindah tempat.
a. Kingdom Monera
b. Kingdom Protista
Fungi merupakan organisme uniseluler (bersel satu) dan multi seluler (bersel
banyak) yang tidak berklorofil. Fungi multiseluler dapat membentuk
benang-benang yang disebut sebagai hifa. Seluruh anggota dari ragnum ini
bersifat heterotrof. Kingdom ini dibagi menjadi beberapa divisi yakni oomycotina,
zygomycotina, ascomycotina, basidiomycotina, dan deuteromycotina.
Meliputi organisme bersel banyak yang sel-selnya tidak memiliki dinding sel
dan tidak berklorofil sehingga bersifat heterotrof. Yang termasuk dalam kingdom
ini adalah porifera, coelenterata, platyhelminthes, nemathelminthes, annelida,
echinodermata, arthropoda, chordata.
Dari uraian sistem klasifikasi lima kingdom tersebut, dapat disimpulkan bahwa
setiap kingdom memiliki ciri-ciri utama yaitu sebagai berikut:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Adapun Saran penulis bagi mahasiswa program studi pendidikan biologi agar
lebih meningkatkan rasa ingin tahu untuk menggali dan mengkaji lebih dalam
tentang bagaimana sistem klasifikaso makhluk hidup.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/104506161/Handout-Materi-Kuliah-Taksonomi-Tu
mbuhan-Tingkat-Rendah-Hmbp
http://repository.uki.ac.id/196/1/TAKSONOMI%20TUMBUHAN%20RENDAH.
pdf