Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN

SISTEM PENCERNAAN PADA HEWAN INVERTEBRATA

OLEH

KELOMPOK 2D

ANGGOTA: 1. YUYUN TUSIYAH (1310421044)

2. FIGA SABRI YENTI (1310421088)

3. RENI PUSPITASARI (1310422048)

4. YOSENDRA PRISILLA (1310421030)

5. TAWAFFANI QUBRA (1310421066)

6. RENO SARI ()

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
SISTEM PENCERNAAN HEWAN INVERTEBRATA

Sistem pencernaan makanan hewan tingkat rendah tidak memiliki sistem pencernaan
seperti sistem pencernaan makanan hewan tingkat tinggi. Contohnya pencernaan makanan
pada hewan bersel satu amoeba yang dimana pencernaan makanannya berlangsung pada sel
itu sendiri. Jika ada makanan amoeba akan bergerak menuju makanan tersebut dan
mengelilingi makanan tersebut dengan peupodium (kaki semu). Makanan tersebut
terkurung oleh kaki semu dan terbentuk vakuola makanan. Di dalam vakuola ini makanan
dicerna, kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. Sari-sari makanan diedarkan ke dalam
sitoplasma dan sisa makanan dikeluarkan dari membran plasma.

A.     Cara Hewan Memperoleh Makanan


Hewan memerlukan senyawa organik seperti karbohidrat, lemak dan protein sebagai
sumber energi untuk menyelenggarakan berbagai aktifitasnya. namun kemampuannya
untuk mensintesis senyawa organik sangat terbatas. Oleh karena itu hewan berusaha
memenuhu kebutuhannya itu dari tumbuhan dan hewan lain. Organisme demikian
dinamakan heteritrof.
Ada juga hewan yang dapan mensintesis sendiri berbagai senyawa organik esensial,
contohnya Euglena. Meskipun demikian Euglena juga memerlukan vitamin (Faktor
pertumbuhan) yang tidak dapat disintesis sendiri sehingga organisme tersebut tetap
memerlukan senyawa organik dari sumber lain. Berdasarkan alasan tersebut, euglena
disebut organisme mesotrof.
Cara memperoleh makanan khususnya pada hewan tingkat rendah bervariasi,
tergantung pada sususnan alat yang dimiliki serta kemampuannya untuk mempersiapkan
makanan agar dapat diserap. Hewan yang belum memiliki alat pencernaan khusus seperti
protozoa, parasit (endoparasit), dan cacing pita memerlukan makanan berupa zat organik
terlarut. Hewan-hewan tersebutmengambil makanan melalui penyerapan atau pinositosis.
Alat pencernaannya biasanya berupa vakuola makanan.

Tipe Makanan Metode Makanan Hewan Yang Menggunakan


Metode Tersebut
Partikel Kecil Pembentukan vakuola Amoeba, Radiolaria, Spons,
makanan menggunakan silia Bivalvia, Kecebong
Partikel/ Massa Menelan massa Inaktif Cacing Tanah (Detritus
Feeder)
Cairan Atau Jaringan Penyerapan melalui Parasit, cacing Pita
Lunak permukaan tubuh
Bahan Organik Mengambil makanan dari Invertebrata akuatik
Terlarut cairan
Nutrien Hasil Kerja dari alga simbiotik Paramaecium, Spons,
Simbiosis intraseluler Bintang karang, Hidra,
Cacing pipih, dan Remis
Sumber : Schmidt-Nielsen, 1991. (dalam buku Fsiologi Hewan Pengarang: Wiwi I.)

Hewan memiliki sistem pencernaan yang berbeda-beda bergantung pada tingkat


kekompleksan hewan itu sendiri. Hewan tingkat rendah (ivertebrata) memiliki system yang
lebih sederhana dibanding vertebrta. Invertebrata adalah hewan yang tidak memiliki kolom
vertebral, sering disebut sebagai tulang punggung. Landak laut, cacing tanah, ubur-ubur,
serangga, siput, cumi-cumi dan kerang semua invertebrata. Banyak spesies invertebrata
menggunakan baik tubular, saluran-jaringan, vacuolar atau sistem pencernaan saccular
untuk mencerna makanan.

Gambar 1. Pencernaan pada invertebrata termasuk rongga gastrovaskular dengan satu


lubang atau saluran pencernaan dari mulut sampai anus.

Hewan telah berkembang dengan berbagai jenis sistem pencernaan untuk memecah
berbagai jenis makanan yang mereka konsumsi. Invertebrata dapat diklasifikasikan sebagai
hewan yang menggunakan pencernaan intraseluler dan ekstraseluler :
Pencernaan Intraseluler

Contoh paling sederhana pencernaan intraseluler, yang berlangsung di rongga


gastrovaskular dengan hanya satu lubang. Sebagian besar hewan dengan tubuh lunak
menggunakan jenis pencernaan ini, termasuk Platyhelminthes (cacing pipih), Ctenophora
(ubur-ubur), dan Cnidaria (karang, dan anemon laut). Rongga gastrovaskular organisme ini
memiliki satu rongga terbuka yang berfungsi sebagai “mulut” dan “anus”. Makanan yang
masuk ke dalam mulut dan melewati sebuah tabung berongga. Partikel makanan yang
ditelan oleh sel-sel yang melapisi rongga gastrovaskular dan molekul makanan dipecah
dalam sitoplasma sel (intraseluler).

Pencernaan Ekstraseluler

Saluran pencernaan adalah sistem pencernaan yang lebih maju daripada rongga
gastrovaskular dan melakukan pencernaan ekstraseluler. Kebanyakan invertebrata lainnya
seperti cacing tersegmentasi (cacing tanah), arthropoda (belalang), dan arakhnida (laba-
laba) memiliki saluran pencernaan. Saluran pencernaan yang bersekat berfungsi untuk
pencernaan yang berbeda dan terdiri dari satu tabung dengan mulut di satu ujung dan anus
pada yang lain.

Setelah makanan yang tertelan melalui mulut, melewati kerongkongan dan disimpan dalam
organ penyimpanan makanan sementara; setelah melewati ke dalam tenggorokan dimana
makanan diaduk dan dicerna. Dari tenggorokan, makanan melewati usus dimana nutrisi
diserap. Karena makanan telah dipecah diluar sel, jenis pencernaan ini disebut pencernaan
ekstraseluler. Materi yang tidak dapat dicerna organisme dibuang sebagai kotoran, melalui
anus.
 Berbentuk tabung

Salah satu sistem pencernaan yang ditemukan di invertebrata adalah sistem tubular.
Invertebrata dengan jenis sistem pencernaan memiliki saluran tubular lengkap dengan
pembukaan di setiap akhir; salah satu ujung adalah mulut dan yang lainnya adalah anus.
Sebuah sistem pencernaan tubular memiliki beberapa bagian yang berbeda, dan setiap
bagian melayani fungsi khusus seperti penyimpanan limbah, reabsorpsi air dan kerusakan
mekanis makanan. Contoh dari invertebrata dengan sistem pencernaan tubular adalah
cacing tanah.

Invertebrata seperti belalang memiliki saluran pencernaan dengan kompartemen khusus


untuk pencernaan. Makanan yang dipecah dalam saluran pencernaan mereka (pencernaan
ekstraseluler), bukan di dalam sel masing-masing (pencernaan intraseluler). Kebanyakan
invertebrata menggunakan beberapa bentuk pencernaan ekstraseluler untuk memecah
makanan mereka. Cacing pipih dan cnidaria, dapat menggunakan kedua jenis pencernaan
untuk memecah makanan mereka.

B. Sistem Pencernaan Pada Hewan Invertebrata


Sistem pencernaan pada hewan invertebrata umumnya dilakukan secara intrasel, seperti
pada protozoa, porifera, dan Coelenterata. Pencernaan dilakukan dalam alat khusus berupa
vakuola makanan, sel koanosit dan rongga gastrovaskuler. Selanjutnya, pada cacing parasit
seperti pada cacing pita, alat pencernaannya belum sempurna dan tidak memiliki mulut dan
anus. pencernaan dilakukan dengan cara absorbs langsung melalui kulit.

1. Sistem Pencernaan Makanan Pada Cacing Tanah

Makanan cacing tanah berupa daun-daunan serta sampah organik yang sudah lapuk. Cacing
tanah dapat mencerna senyawa organik tersebut menjadi molekul yang sederhana yang
dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus.

Gambar 2. Sistem Pencernaan Makanan Pada Cacing Tanah


2. . Sistem Pencernaan Pada Serangga

Gambar 3. Anatomi Serangga

Sebagaimana pada cacing tanah, serangga memiliki sistem pencernaan makanan yang
sudah sempurna, mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus sampai anus.Pencernaan
pada serangga dilakukan secara ekstrasel. Invertebrata seperti belalang memiliki saluran
pencernaan dengan kompartemen khusus untuk pencernaan. Makanan yang dipecah dalam
saluran pencernaan mereka (pencernaan ekstraseluler), bukan di dalam sel masing-masing
(pencernaan intraseluler).

3. Sistem Pencernaan Pada hewan protozoa

Gambar 4. Proses amoeba dalam mencerna makanan

rsel satu segala aktivitas hidupnya terjadi di dalam sel itu sendiri. Demikian juga
pencernaan makanan terjadi di dalam sel, disebut pencernaan indra sel. Pada waktu amoeba
mendapatkan makanan segera amoeba membentuk kaki semu yang mengarah kepada
makanan selanjutnya dikelilingi kaki semu kemudian makanan tersebut dibawa ke
protoplasma. Dalam protoplasma yang mengandung makanan yang menghasilkan enzim
pencernaan. Dalam rongga makanan tersebut terjadi pencernaan makanan. Makanan yang
telah dicerna yang berupa sari makanan diserap dari sisa-sisa makanan dan dikeluarkan dari
dalam tubuh.
4. Sistem Pencernaan Pada golongan hermes

Misalnya pada cacing tanah mempunyai saluran pencernaan yang terdiri atas mulut,
kerongkongan, tembolok, empedal, usus dan anus. Bagian depan kerongkongan agak
membesar disebut paring yang berfungsi untuk mengisap makanan dari mulut dan
membasahinya dengan lendir. Makanan cacing tanah berupa humus yang terdapat di tanah
yang bersifat asam, dikelilingi kerongkongan terhadap tiga pasang kelenjar yang
menghasilkan zat kapur yang dapat menetralkan sifat asam makanannya.

5. Sistem Pencernaan Pada hewan insect

Serangga misalnya belalang mempunyai tembolok berfungsi untuk menyimpan makanan


sementara di sebelah bawah tembolok terdapat kelenjar ludah yang menghasilkan ludah.
Ludah tersebut dialirkan melalui saluran induk ke dalam rongga mulut. Dari tembolok
makanan masuk ke dalam empedal dan dalam empedal makanan dihancurkan, selanjutnya
makanan diteruskan ke dalam lambung. Di bagian depan lambung terdapat enam pasang
usus buntu yang berfungsi sebagai kelenjar pencernaan. Makanan yang tidak dicerna
diserap di dalam lambung. Sisa-sisa makanan dari usus melalui peletum dikeluarkan
melalui anus.

6. Sistem Pencernaan Pada Porifera

Porifera merupakan hewan pemakan suspensi, yaitu memakan makanan yang terlarut dalam
air. Porifera tidak memiliki sistem pencernaan, pencernaan berlangsung secara intraseluler.
Makanan terjerat bersama air yang melewati pori-pori (ostia) pada tubuh porifera
memasuki rongga oskulum. Pergerakan flagel sel koanosit yang menyusun lapisan dalam
rongga oskulum memicu gelombang arus sehingga akan menarik suspensi ke dalam sel.
Suspensi yang terjerat ini kemudian akan difagosit oleh koanosit, dan akan dihancurkan
dengan bantuan lisosom yang mengandung enzim hidrolitik (penghancur). Nutrisi ini akan
diedarkan ke seluruh tubuh porifera melalui sel amobosit.

 
7. Sistem Pencernaan Pada Coelenterata

Tak jauh berbeda dengan porifera, pencernaan pada coelenterata berlangsung secara
ekstraseluler dan intraseluler. Secara extraseluler, phylum ini memiliki sistem pencernaan
yang paling sederhana, yaitu berupa rongga gastrovaskular. Sistem dilengkapi dengan satu
lubang yang berfungsi sebagai mulut sekaligus anus.  Coelenterata menangkap mangsanya
dengan tentakel beracunnya kemudian memasukannya ke dalam mulut. Mulut yang juga
anus akan menutup dan sel kelenjar dalam dinding gastrovaskular mensekresikan enzim
pencernaan yang akan membantu memecah makanan menjadi ukuran yang lebih kecil. Sel-
sel penyusun dinding gastrovaskular lainnya akan memfagosit partikel makanan dan
mencernanya secara intraseluler seperti yang terjadi pada porifera. Kemudian mulut/anus
akan membuka untuk membuang sisa makanan dan mempersiapkan untuk makanan baru.

 
8. Sistem Pencernaan Pada Vermes

Gambar 5. Anatomi cacing pipih : planaria

Cacing pipih (Platyhelmintes)  memiliki sistem pencernaan yang paling sedrhana 


dibanding cacing lainnya. Pada platyhelmintes sistem pencernaan berupa rongga
gastrovaskular seperti pada coelenterata. Mulut yang juga berparan sebagai anus terletak di
permukaan bawah tubuh cacing pipih akan mengambil makanan dengan dibantu oleh
faring. Faring akan menghisap makanan dan memasukannya ke dalam rongga
gastrovaskular. Rongga gastrovaskular pada cacing pipih memiliki bentuk seperti tangga,
hal ini guna memperluas wilayah penyerapan utrisi. Enzim pencernaan dari sel-sel
gastrodermis akan mencerna makanan menjadi partikel yang lebih kecil. Kemudian partikel
makanan akan diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh, sedangkan sisa makanan akan
dibuang lewat anus (mulut). Nemathelmintes (cacing tambang, kremi) memiliki saluran
pencernaan terdiri dari mulut, lambung, usus, dan anus. Penyerapan nutrisi terjadi di usus
dan akan diedarkan ke seluruh tubuh dengan dibantu oleh cairan tubuh (pseudoselom).

9. Sistem Pencernaan Pada Annelida

Pada golongan Annelida (cacing tanah) memiliki sistem pencernaan yang lebih komplek.
Makanan akan masuk ke dalam mulut, lalu menuju faring, esofagus, dan akan disimpan
untuk sementara di tembolok. Makanan dari tembolok akan dilanjutkan ke empedal untuk
dicerna secara mekanik dengan bantuan pasir/kerikil kecil. Pencernaan akan berlanjut di
usus dengan bantuan enzim, kemudian akan diserap ke dalam tubuh. Usus annelida
mengalami pelipatan (tiplosol) yang berfungsi untuk memperluas daerah penyerapan
nutrisi. Sisa makanan akan diteruskan menuju anus untuk dibuang.

 
10.. Sistem Pencernaan Pada Molusca

Moluska sudah memiliki sistem pencernaan yang lengkap, terdiri dari mulut, lambung,
usus, dan anus. Beberapa moluska memiliki gigi radula pada mulutnya yang berfungsi
untuk mencerna makanan secara mekanik. Setelah itu, makanan akan masuk ke dalam
lambung yanng akan dicerna secara kimiawi dengan enzim-enzim pencernaan dari kelenjar
pencernaan di dalam lambung, kemudian makanan akan diteruskan ke usus untuk diserap.
Sisa makanan akan dibuang lewat anus.

 
11. Sistem Pencernaan Pada Arthropoda

Pencernaan pada arthropoda terjadi secara ekstraseluler. Arthropoda memiliki sistem


pencernaan yang lengkap. Sistem pencernaan pada  phylum Arthropoda bervariasi
tergantung pada cara makannya. Pada umumnya sistem pencernaan pada arthropoda dibagi
menjadi 3 bagian, bagian depan (foregut) terdiri dri mulut dan esofagus; tengah (midgut)
lambung dan usus; baian belakang (hindgut) terdiri dari rektum dan anus. Mulut dilengkapi
dengan sepasang rahang atas yang berfungsi pengecap dan untuk membantu mengunyah.
Kemudian makanan akan diteruskan ke esofagus dan disimpan ke tembolok. Selanjutnya
makanan akan dicerna di bagian usus tengah (midgut) dengan bantuan enzim dari kelenjar
pencernaan dan unsur-unsur nutrisi akan diserap melalui usus. Seangkan sisa makanan
diteruskan untuk dibuang melalui anus.

 
12. Sistem Pencernaan Pada Echinodermata

Phylum ini memiliki sistem yang lengkap seperti pada moluska. Makanan masuk lewat
mulut yang terletak di permukaan bawah tubuh, kemudian dilanjutkan ke lambung yang
dilengkapi dengan kelenjar pencernaan (pyloric cecae) mensekresikan enzim pencernaan.
Makanan akan dicerna secara kimiawi dengan enzim ini dan akan diserap di usus. Usus
echinodermata memiliki ukuran yang bervariasi, bergantung pada spesiesnya. Sisa
makanan akan di buang lewat anus yang ada di permukaan tubuh atas.

 
Sumber:
Djuanda, T. 1980. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata. Armico: Bandung 1.   
Wulangi, K. 1990. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Erlangga: Jakarta.
Kartolo, W. S. 1990. Prinsi- Prisip Fisiologi Hewan. Erlangga. Jakarta.
Santoso, P. dan Depitra Wiyaguna. 2014. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan.
Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas. Padang.
Santoso, P. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.
Padang.
Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Wattimena,JR dan Elin Yuilinah S. 1990. Fisiologi Manusia II Sistem Transfort dan
Metabolisme. ITB : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai