OLEH
KELOMPOK 2D
6. RENO SARI ()
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
SISTEM PENCERNAAN HEWAN INVERTEBRATA
Sistem pencernaan makanan hewan tingkat rendah tidak memiliki sistem pencernaan
seperti sistem pencernaan makanan hewan tingkat tinggi. Contohnya pencernaan makanan
pada hewan bersel satu amoeba yang dimana pencernaan makanannya berlangsung pada sel
itu sendiri. Jika ada makanan amoeba akan bergerak menuju makanan tersebut dan
mengelilingi makanan tersebut dengan peupodium (kaki semu). Makanan tersebut
terkurung oleh kaki semu dan terbentuk vakuola makanan. Di dalam vakuola ini makanan
dicerna, kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. Sari-sari makanan diedarkan ke dalam
sitoplasma dan sisa makanan dikeluarkan dari membran plasma.
Hewan telah berkembang dengan berbagai jenis sistem pencernaan untuk memecah
berbagai jenis makanan yang mereka konsumsi. Invertebrata dapat diklasifikasikan sebagai
hewan yang menggunakan pencernaan intraseluler dan ekstraseluler :
Pencernaan Intraseluler
Pencernaan Ekstraseluler
Saluran pencernaan adalah sistem pencernaan yang lebih maju daripada rongga
gastrovaskular dan melakukan pencernaan ekstraseluler. Kebanyakan invertebrata lainnya
seperti cacing tersegmentasi (cacing tanah), arthropoda (belalang), dan arakhnida (laba-
laba) memiliki saluran pencernaan. Saluran pencernaan yang bersekat berfungsi untuk
pencernaan yang berbeda dan terdiri dari satu tabung dengan mulut di satu ujung dan anus
pada yang lain.
Setelah makanan yang tertelan melalui mulut, melewati kerongkongan dan disimpan dalam
organ penyimpanan makanan sementara; setelah melewati ke dalam tenggorokan dimana
makanan diaduk dan dicerna. Dari tenggorokan, makanan melewati usus dimana nutrisi
diserap. Karena makanan telah dipecah diluar sel, jenis pencernaan ini disebut pencernaan
ekstraseluler. Materi yang tidak dapat dicerna organisme dibuang sebagai kotoran, melalui
anus.
Berbentuk tabung
Salah satu sistem pencernaan yang ditemukan di invertebrata adalah sistem tubular.
Invertebrata dengan jenis sistem pencernaan memiliki saluran tubular lengkap dengan
pembukaan di setiap akhir; salah satu ujung adalah mulut dan yang lainnya adalah anus.
Sebuah sistem pencernaan tubular memiliki beberapa bagian yang berbeda, dan setiap
bagian melayani fungsi khusus seperti penyimpanan limbah, reabsorpsi air dan kerusakan
mekanis makanan. Contoh dari invertebrata dengan sistem pencernaan tubular adalah
cacing tanah.
Makanan cacing tanah berupa daun-daunan serta sampah organik yang sudah lapuk. Cacing
tanah dapat mencerna senyawa organik tersebut menjadi molekul yang sederhana yang
dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus.
Sebagaimana pada cacing tanah, serangga memiliki sistem pencernaan makanan yang
sudah sempurna, mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus sampai anus.Pencernaan
pada serangga dilakukan secara ekstrasel. Invertebrata seperti belalang memiliki saluran
pencernaan dengan kompartemen khusus untuk pencernaan. Makanan yang dipecah dalam
saluran pencernaan mereka (pencernaan ekstraseluler), bukan di dalam sel masing-masing
(pencernaan intraseluler).
rsel satu segala aktivitas hidupnya terjadi di dalam sel itu sendiri. Demikian juga
pencernaan makanan terjadi di dalam sel, disebut pencernaan indra sel. Pada waktu amoeba
mendapatkan makanan segera amoeba membentuk kaki semu yang mengarah kepada
makanan selanjutnya dikelilingi kaki semu kemudian makanan tersebut dibawa ke
protoplasma. Dalam protoplasma yang mengandung makanan yang menghasilkan enzim
pencernaan. Dalam rongga makanan tersebut terjadi pencernaan makanan. Makanan yang
telah dicerna yang berupa sari makanan diserap dari sisa-sisa makanan dan dikeluarkan dari
dalam tubuh.
4. Sistem Pencernaan Pada golongan hermes
Misalnya pada cacing tanah mempunyai saluran pencernaan yang terdiri atas mulut,
kerongkongan, tembolok, empedal, usus dan anus. Bagian depan kerongkongan agak
membesar disebut paring yang berfungsi untuk mengisap makanan dari mulut dan
membasahinya dengan lendir. Makanan cacing tanah berupa humus yang terdapat di tanah
yang bersifat asam, dikelilingi kerongkongan terhadap tiga pasang kelenjar yang
menghasilkan zat kapur yang dapat menetralkan sifat asam makanannya.
Porifera merupakan hewan pemakan suspensi, yaitu memakan makanan yang terlarut dalam
air. Porifera tidak memiliki sistem pencernaan, pencernaan berlangsung secara intraseluler.
Makanan terjerat bersama air yang melewati pori-pori (ostia) pada tubuh porifera
memasuki rongga oskulum. Pergerakan flagel sel koanosit yang menyusun lapisan dalam
rongga oskulum memicu gelombang arus sehingga akan menarik suspensi ke dalam sel.
Suspensi yang terjerat ini kemudian akan difagosit oleh koanosit, dan akan dihancurkan
dengan bantuan lisosom yang mengandung enzim hidrolitik (penghancur). Nutrisi ini akan
diedarkan ke seluruh tubuh porifera melalui sel amobosit.
7. Sistem Pencernaan Pada Coelenterata
Tak jauh berbeda dengan porifera, pencernaan pada coelenterata berlangsung secara
ekstraseluler dan intraseluler. Secara extraseluler, phylum ini memiliki sistem pencernaan
yang paling sederhana, yaitu berupa rongga gastrovaskular. Sistem dilengkapi dengan satu
lubang yang berfungsi sebagai mulut sekaligus anus. Coelenterata menangkap mangsanya
dengan tentakel beracunnya kemudian memasukannya ke dalam mulut. Mulut yang juga
anus akan menutup dan sel kelenjar dalam dinding gastrovaskular mensekresikan enzim
pencernaan yang akan membantu memecah makanan menjadi ukuran yang lebih kecil. Sel-
sel penyusun dinding gastrovaskular lainnya akan memfagosit partikel makanan dan
mencernanya secara intraseluler seperti yang terjadi pada porifera. Kemudian mulut/anus
akan membuka untuk membuang sisa makanan dan mempersiapkan untuk makanan baru.
8. Sistem Pencernaan Pada Vermes
Pada golongan Annelida (cacing tanah) memiliki sistem pencernaan yang lebih komplek.
Makanan akan masuk ke dalam mulut, lalu menuju faring, esofagus, dan akan disimpan
untuk sementara di tembolok. Makanan dari tembolok akan dilanjutkan ke empedal untuk
dicerna secara mekanik dengan bantuan pasir/kerikil kecil. Pencernaan akan berlanjut di
usus dengan bantuan enzim, kemudian akan diserap ke dalam tubuh. Usus annelida
mengalami pelipatan (tiplosol) yang berfungsi untuk memperluas daerah penyerapan
nutrisi. Sisa makanan akan diteruskan menuju anus untuk dibuang.
10.. Sistem Pencernaan Pada Molusca
Moluska sudah memiliki sistem pencernaan yang lengkap, terdiri dari mulut, lambung,
usus, dan anus. Beberapa moluska memiliki gigi radula pada mulutnya yang berfungsi
untuk mencerna makanan secara mekanik. Setelah itu, makanan akan masuk ke dalam
lambung yanng akan dicerna secara kimiawi dengan enzim-enzim pencernaan dari kelenjar
pencernaan di dalam lambung, kemudian makanan akan diteruskan ke usus untuk diserap.
Sisa makanan akan dibuang lewat anus.
11. Sistem Pencernaan Pada Arthropoda
12. Sistem Pencernaan Pada Echinodermata
Phylum ini memiliki sistem yang lengkap seperti pada moluska. Makanan masuk lewat
mulut yang terletak di permukaan bawah tubuh, kemudian dilanjutkan ke lambung yang
dilengkapi dengan kelenjar pencernaan (pyloric cecae) mensekresikan enzim pencernaan.
Makanan akan dicerna secara kimiawi dengan enzim ini dan akan diserap di usus. Usus
echinodermata memiliki ukuran yang bervariasi, bergantung pada spesiesnya. Sisa
makanan akan di buang lewat anus yang ada di permukaan tubuh atas.
Sumber:
Djuanda, T. 1980. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata. Armico: Bandung 1.
Wulangi, K. 1990. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Erlangga: Jakarta.
Kartolo, W. S. 1990. Prinsi- Prisip Fisiologi Hewan. Erlangga. Jakarta.
Santoso, P. dan Depitra Wiyaguna. 2014. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan.
Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas. Padang.
Santoso, P. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.
Padang.
Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Wattimena,JR dan Elin Yuilinah S. 1990. Fisiologi Manusia II Sistem Transfort dan
Metabolisme. ITB : Bandung.