Anda di halaman 1dari 4

Tutut atau keong sawah (Pila ampullacea) merupakan hewan moluska yang

banyak hidup dan berkembang biak di air tawar seperti sawah dan danau. Tutut

termasuk hewan lokal yang berada di lahan pertanian. Tutut pada umumnya

menjadi hama karena berkembang biak dan tumbuh dengan cepat. Tutut memakan

batang padi yang baru ditanam sehingga mengganggu pertumbuhan padi.

Cangkang tutut merupakan limbah dari konsumsi daging tutut dan belum

memiliki pemanfaatan komersial yang signifikan (Agung, 2013). Menurut

Yudhana (2015), cangkang tutut mencakup sekitar 83-85% dari bobot utuh yang

umumnya dibuang tanpa dimanfaatkan. Cangkang tutut memiliki kandungan

mineral berupa kalsium, fosfor, besi, natrium dan kalium. Cangkang tutut

memiliki kalsium dengan kadar


mencapai 88,54% (Agung, 2013).
2.1 Tutut Pila ampullacea

Tutut atau keong sawah (Pila ampullacea) termasuk hewan dengan kelas

gastropoda. Tutut adalah sejenis siput air tawar yang banyak dijumpai di sawah,

parit serta danau. Bentuk tutut ditunjukkan pada Gambar


Gambar 1. Pila ampullacea (Delvita, 2015)

Tutut memiliki warna cangkang hijau pekat dan memiliki garis yang

berwarna hitam yang berfungsi untuk melindungi tubuhnya yang lunak. Tutut

memiliki cangkang yang lebih membundar dibandingkan jenis siput lainnya.

Klasifikasi tutut sebagai berikut.

Dunia : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas :
Gastropoda
Ordo :
Ampullarioidea Famili
: Ampullariidae
Genus : Pila
Spesies : P. Ampullacea

Cangkang tutut memiliki kandungan mineral berupa kalsium karbonat

(CaCO3), zat besi, magnesium, kalium dan fosfor. Kalsium karbonat adalah

senyawa kimia berwarna putih yang paling umum dari mineral nonsilikat. Mineral

kalsium karbonat mempunyai karakteristik dengan 40% kalsium, 12% karbon,

47.96% oksigen dan 56.03% CaO dan 43.97% CO2 (Delvita, 2015).

Cangkang kerang dapat dimanfaatkan kandungan nutrisinya untuk

meningkatkan nilai tambah. Cangkang kerang memiliki kandungan mineral

terutama kalsium yang cukup tinggi. Kadar kalsium yang tinggi diperlukan untuk

diversifikasi produk yang dapat digunakan sebagai sumber kalsium alami

(Agustini et al., 2015). Pengolahan cangkang tutut dalam prosesnya yaitu mencuci

bersih cangkang tutut dan direbus dengan air mendidih. Menurut Titi & Shofia

(2017),
perebusan cangkang dalam air mendidih selama 15-20 menit menurunkan

kadar kalsium sebesar 4-6%. Cangkang ditumbuk hingga menjadi serbuk

dan dilakukan pemanasan pada suhu 550 oC. Fasa aragonit-CaCO3 akan

berubah menjadi fasa kalsit-CaCO3. Fasa kalsit yang terbentuk akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri dan mengisi rongga antara butiran-

butiran pasir.

Anda mungkin juga menyukai