OLEH:
NAMA : SARIANA
STAMBUK : I1B120005
KELOMPOK : I (SATU BDP)
Puji syukur kita panjatkan Ke-hadirat Allah SWT. yang telah memberikan
ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah ekologi perairan .
Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan
umumnya bagi para pembaca, serta dapat dijadikan rujukan atau referensi untuk
Sariana
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
meletakkan sektor perikanan menjadi salah satu sektor riil yang potensial di
Indonesia (Putra, 2011). Kepiting bakau di Indonesia diperoleh terutama dari hasil
hutan bakau dan hanya sebagian kecil yang berasal dari hasil budidaya. Budidaya
penularan. Proses penularan Kepiting Bakau terjadi didalam tubuh induk betina
setelah terjadi pembuahan. Kepiting merupakan salah satu kekayaan laut, yang
dapat ditemukan dibawah batu pinggir pantai, salah satu genus Kepiting yaitu
Scylla serrata. Memiliki ciri khas warna hitam kehijauan yang berada pada organ
Tempat Pelelangan Ikan adalah disingkat TPI yaitu pasar yang biasanya
terjadi transaksi penjualan ikan/hasil laut baik secara lelang maupun tidak (tidak
termasuk TPI yang menjual/melelang ikan darat). Fungsi TPI antara lain adalah :
bagian dari habitat air tawar. Air menggenang atau habitat lentik berasal dari kata
lenis yang berarti tenang, contohnya adalah danau, kolam, rawa, atau pasir
dalam badan air secara vertikal akibat adanya perbedaan cahaya, suhu, dan
stagnan (hampir tidak ada arus), organisme yang hidup tidak terlalu membutuhkan
adaptasi khusus, ada stratifikasi suhu, substrat dasar pada umumnya berupa
lumpur halus, dan residence time relatif lebih lama (Sara et al., 2022).
ekonomis tinggi dan rasa dagingnya enak sehingga sangat digemari olekonsumen
lokal maupun luar negeri. Sejak awal tahun 1980-an kepiting bakau menjadi
hewani karena mengandung nutrisi penting bagi kehidupan dan kesehatan. Daging
kepiting mengandung asam amino esensial, asam lemak tak jenuh, vitamin B12,
fosfor, zat besi, dan selenium yang berperan dalam mencegah kanker dan
pengrusakan kromosom, juga meningkatkan daya tahan terhadap infeksi virus dan
bakteri (Paul et al., 2015). Herliany & Zamdial (2015) menyatakan setiap 100
gram daging kepiting bakau segar mengandung nilai gizi tinggi yakni 18,06 g
dimana protein 1,08 g, lemak 89 mg, kalsium dan 68,1 g air . Bukan hanya
dagingnya yang mempunyai nilai komersil, kulitnyapun dapat dijual. Kulit
kepiting diekspor dalam bentuk kering sebagai sumber chitin, chitosan dan
karotenoid yang dimanfaatkan oleh berbagai industri sebagai bahan baku obat,
dengan habitatnya.
B. Rumusan Masalah
Tujuan dari laporan ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui keterkaitan
habitatnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom: Animalia
Phyllum: Arthropoda
Class: Crustaceae
Sub class: Malacostraca
Ordo: Decapoda
Sub ordo: Brachyuran
Family : Portunidae
Genus: Scylla
Spesies : Scylla serrata
oleh proses pergantian kulit (moulting). Decapoda ditandai oleh adanya 10 buah
(lima pasang) kaki, yang terletak pada bagian kiri dan kanan tubuh, yaitu:
sepasang cheliped, tiga pasang kaki jalan (walking leg) dan sepasang kaki renang
(swimming leg). Pasangan kaki pertama pada tubuh kepiting bakau, disebut
kaki kelima berbentuk seperti kipas (pipih) berfungsi sebagai kaki renang dan
pasangan kaki lainnya sebagai kaki jalan (Siahainenia, 2009). Kepiting
menggunakan capit dan kaki jalan untuk berlari cepat di darat dan berbekal kaki
renang dapat berenang dengan cepat di air, sehingga tergolong pula dalam
kepiting perenang (swimming crab). Genus Scylla ditandai oleh bentuk karapaks
(carapace) yang oval dengan bagian depan memiliki sembilan duri pada sisi kiri
dan kanan, serta enam duri di antara kedua matanya. Karapaks merupakan kulit
keras atau exoskeleton (kulit luar) dan berfungsi untuk melindungi organ bagian
dalam kepiting. Kulit yang keras tersebut berkaitan dengan fase hidupnya
(pertumbuhan) yang selalu terjadi proses pergantian kuit (moulting). Pada bagian
tepi anterolateral kiri dan kanan karapas, atau pada branchial region, terdapat
sembilan buah duri dengan bentuk dan ketajaman yang bervariasi. Sedangkan
pada bagian depan karapaks, atau pada gastric region, tepat diantara kedua
tangkai mata, terdapat enam buah duri kokoh di bagian atas, dan dua duri kokoh
di bagian bawah kiri dan kanan. Sepasang duri pertama pada bagian anterolateral
kiri dan kanan karapas, serta dua pasang duri pada bagian atas dan bawah
melindungi mata.
Antena
Tangkai mata Celiped/capit
Carapace
Walking leg
Swimming leg
dilakukan oleh Siahainenia (2009); Lemaitre et al., (2013); Herliany dan Zamdial
b. Terdapat 6 buah duri diantara sepasang mata, dan 9 duri disamping kiri dan
kanan mata.
c. Mempunyai sepasang capit, pada kepiting jantan dewasa cheliped (kaki yang
g. Pada dahi terdapat 4 buah gigi tumpul tidak termasuk duri ruang mata sebelah
h. Merus dilengkapi dengan tiga buah duri pada anterior dan 2 buah duri pada
tepi posterior.
pertumbuhan berat capit terhadap berat tubuh. Kepiting jantan dan betina yang
lebar karapasnya 3-10 cm berat capitnya sekitar 22% dari berat tubuh, setelah
ukuran karapasnya mencapai 10-15 cm, capit kepiting jantan menjadi lebih berat
yakni 30-35% dari berat tubuh, sementara capit betina tetap sama 22%
(Siahainenia, 2009). Perbedaan morfologi kepiting jantan dan betina apat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan Morfologi Kepiting Bakau Jantan dan Betina
Bagian tubuh Jantan Betina
Cheliped Lebih besar dan panjang. Lebih kecil dan relatif lebih
(Capit) pendek.
Abdomen Berbentuk segitiga, ruas berbentuk membulat, ruas
abdomen sempit dan agak abdomen lebih melebar pada
meruncing di bagian bagian ujungnya atau
ujungnya dengan sudut menyerupai bentuk huruf “U”,
menyerupai huruf “V”, berbentuk seperti stupa di
berbentuk seperti tugu. bawahnya terdapat bulu-bulu
atau umbai-umbai sebagai
tempat pengeraman telur.
Pleopod (Kaki berfungsi sebagai alat berfungsi sebagai alat kopulasi
Renang) kopulasi
Ukuran Tubuh Memiliki ukuran tubuh yang Memiliki ukuran tubuh
Besar. cenderung lebih kecil.
B. Daur Hidup
Siklus hidup kepiting bakau (S. serrata) diawali dengan beruaya dari
perairan pantai menuju ke laut untuk memijah, lalu induk berusaha kembali ke
perairan pantai, muara sungai atau perairan di sekitar hutan bakau untuk
sungai, atau hutan bakau untuk berlindung, mencari makanan, serta tumbuh
berkembang.
hutan bakau dan tambak. Proses perkawinan kepiting tidak seperti pada udang
yang hanya terjadi pada malam hari (kondisi gelap) tetapi kepiting bakau juga
melakukan perkawinan pada siang hari (Masiyah, 2014). Kepiting betina matang
pada ukuran lebar karapas antara 80-120 mm sedangkan kepiting jantan matang
secara fisiologis ketika lebar karapas berukuran 90-110 mm, namun tidak cukup
berhasil bersaing untuk pemijahan sebelum dewasa secara morfologis (yaitu dari
ukuran capit) dengan lebar karapas 140-160 mm. Spermatofor kepiting jantan
akan disimpan di dalam spermateka kepiting betina sampai telur siap dibuahi.
Jumlah telur yang dihasilkan dalam sekali perkawinan berkisar 2-8 juta butir telur,
1. Stadia Zoea
Stadia Zoea merupakan stadia yang paling awal, waktu sekitar 18-20 hari.
1,15 mm.
c. Sub stadia zoea 3 : memiliki organ tubuh yang semakin lengkap, panjang
d. Sub stadia zoea 4 : larva sudah semakin aktif, panjang tubuh 2,4 mm dan
e. Sub stadia zoea 5 : telah mampu secara efektif memangsa makanan yang
diberikan dan aktif berenang, karena telah memiliki pleopod yang sudah
2. Stadia Megalopa
Pada stadia megalopa, tubuh kepiting bakau belum terbentuk secara
sempurna. Meskipun telah terbentuk mata, capit (chela), serta kaki yang lengkap,
namun tutup abdomen (abdomen flap) masih menyerupai ekor yang panjang dan
beruas . Selain itu, pasangan kaki renang belum terbentuk sempurna, karena masih
menyerupai kaki jalan dengan ukuran yang panjang. Kepiting bakau telah mampu
menggigit yang dicirikan dengan tumbuhnya gigi tajam pada bagian pinggir
panjang karapaks 1,52 mm, panjang abdomen 1,87 mm, panjang tubuh total 4,1
mm.
terbentuk sempurna, memiliki organ tubuh yang lengkap seperti halnya kepiting
dewasa, namun ukurannya masih kecil. Tutup abdomen telah melipat ke arah
belakang (ventral) tubuh, sedangkan ruas terakhir pasangan kaki renang mulai
pendek dan memipih. Tubuh masih berbentuk bulat dengan bagian-bagian tubuh
yang tidak proporsional. Hal ini terlihat pada bentuk mata yang membesar dengan
Tubuh kepiting bakau dewasa terbagi atas dua bagian utama, yaitu bagian
badan dan bagian kaki, yang terdiri atas sepasang cheliped, tiga pasang kaki jalan,
Habitat alami kepiting bakau adalah daerah perairan payau yang dasarnya
berlumpur dan berada di sepanjang garis pantai yang banyak ditumbuhi pohon
pelindung pantai dari serangan angin, arus dan ombak, habitat, tempat mencari
makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground) dan
bakau (Tahmid et al, 2015; Suryono et al., 2016). Indonesia dengan potensi hutan
bakau yang sangat besar (4,25 juta ha) tersebar di beberapa pulau seperti Jawa,
bentuk material organik maupun jenis pakan alami lainnya. Ketersediaan pakan
garam 0 sampai 35 ppt. Hewan ini menyukai perairan yang berdasar lumpur dan
lapisan air yang tidak terlalu dalam (sekitar 10-80 cm) dan terlindung, seperti di
wilayah mangrove. Di habitat seperti itu kepiting bakau hidup dan berkembang
biak (Irwani dan Suryono, 2012). Kepiting bakau yang sudah dewasa dan
mengandung telur terdapat di daerah laut dekat pantai yang merupakan tempat
Hutan bakau (mangrove) merupakan ekosistem perairan pesisir yang khas dengan
variasi biofisik yang besar. Hal ini menyebabkan biota di daerah tersebut mampu
beradaptasi terhadap kondisi yang ekstrim, atau memiliki toleransi yang luas
terhadap variasi biofisik terutama suhu dan salinitas. S. serrata banyaknya diminat
dalam negeri tetapi juga diminati konsumen luar negeri. Widianingsih 2019) S.
karena rasa dagingnya yang enak. S. serrata juga mengandung protein yang
D. Kebiasaan Makan
Pakan merupakan salah satu faktor yang harus dipenuhi untuk mencapai
produksi yang maksimal dalam budidaya kepiting bakau. Pakan tersebut harus
kebutuhan manusia, pengaruh musim dan masa simpan yang pendek serta
alternatif, yaitu penyediaan pakan buatan berupa pelet dengan kandungan gizi dan
jenis pakan antara lain alga, daun-daun yang telah membusuk, akar serta jenis
kacang-kacangan, jenis siput, kodok, katak, daging kerang, udang, ikan, bangkai
dan pemakan sesama jenis (cannibal). Waktu makan kepiting bakau tidak tertentu,
tetapi malam hari lebih aktif mencari makan dari pada siang hari karena kepiting
tergolong hewan nokturnal yang aktif di malam hari. Berdasarkan hasil penelitian
Suryono et al., (2016), pada saat stadia larva kepiting bakau lebih cenderung
mengkonsumsi pakan dari jenis planktonik seperti Diatom sp., Tetraselmis sp.,
cacing dan lain-lain. Jenis pakan alami yang disukai kepiting antara lain:
Chlorella, ikan-ikan kecil, anak udang, jenis-jenis kutu air yang berukuran kecil,
dasar perairan juga tanaman air yang hancur. Kepiting juga memakan partikel
detritus yang ditemukan dalam lumpur. Terdapat dua pola gerakan tingkah laku
makannya ikan-ikan kecil, anak udang, siput dan jenis kerang tertentu.
a. Suka berendam dalam lumpur dan membuat lubang pada dinding atau
mungkin.
b. Kanibalisme dan sifat menyerang, sifat inilah yang paling menyolok pada
kanibalisme ini yang paling dominan ada pada kepiting jantan, oleh karena
c. Terdapat dua pola gerakan tingkah laku kepiting bakau dalam merespon
kepiting juga mempunyai sifat seperti krustasea lainnya, yaitu molting atau
beratnya. Umumnya pergantian kulit akan terjadi sekitar 18 kali mulai dari
stadium instar sampai dewasa. Selama proses ganti kulit, maka bagi
kepiting dewasa yang mengalami pergantian kulit perlu nutrisi tinggi dari
kosong bila dibelah, kemungkinan ini akibat dari menurunnya kualitas air.
salinitas, suhu, pH, oksigen terlarut, amoniak, nitrit dan kandungan bahan organik.
1. Salinitas
Salinitas merupakan konsentrasi total dari semua ion yang larut dalam air,
dan dinyatakan dalam bagian perseribu (ppt) yang setara dengan gram per liter.
Sifat osmotik air berasal dari seluruh elektrolit yang larut dalam air tersebut.
osmotiknya makin tinggi. Air laut mengandung 6 elemen terbesar, yaitu Cl- , Na+
, Mg2+, Ca2+, K, dan SO4 2- (lebih dari 90% dari garam total yang terlarut)
ditambah elemen yang jumlahnya kecil (unsur mikro) seperti Br- , Sr2+, dan B+ .
Ion-ion yang dominan dalam menentukan tekanan osmotik (osmolaritas) air laut
adalah Na+ (450 mM) dan Cl- (560 mM), dengan porsi 30.61 dan 55.04 persen
hipoosmotik terhadap media hidupnya. Oleh sebab itu, air dari cairan tubuh
cenderung untuk bergerak ke luar secara osmosis. Dalam kondisi tersebut kepiting
tidak keluar dari selnya serta mencegah agar cairan urin tidak lebih pekat dari
dengan cara minum air atau memasukkan air lewat insang dan kulit (pada saat
ganti kulit). Di dalam saluran pencernaan, air dan ion terlarut itu diabsorbsi.
Kelebihan ion, terutama Na+ dan Clyang diambil oleh hemolimfe akan
dikeluarkan oleh insang melalui sel-sel epitel (salt secreting epithelium), sehingga
diperoleh air bebas ion untuk pembentukan urin dan keseimbangan osmotik cairan
transport aktif yang memerlukan sejumlah energi yang berasal dari ATP
oleh suhu. Suhu perairan merupakan parameter yang sangat penting karena dapat
pertumbuhan kepiting dan suhu telah dilaporkan oleh beberapa peneliti bahwa laju
pertumbuhan proporsional dengan suhu air media. Boeuf dan Payan (2001)
mengemukakan bahwa suhu dan salinitas adalah faktor yang secara langsung
lainnya. Fenomena ini diperoleh Kumlu dan Kir (2005) pada Penaeus semiculatus
dimana pertumbuhan dan frekuensi moltingnya meningkat pada suhu tinggi dan
menurun pada suhu rendah. Suhu yang optimun untuk pertumbuhan kepiting
bakau adalah 26-32 °C. Suhu yang kurang dari atau lebih dari kisaran optimum
kematian.
3. pH (Keasaman)
hidrogen (H+ ), merupakan indikator keasaman serta kebasaan air. Nilai pH ini
penting untuk dipertimbangkan, karena dapat mempengaruhi proses dan
kecepatan reaksi kimia di dalam air serta reaksi biokomia di dalam tubuh kepiting
bakau. Pada pH rendah dan tinggi terjadi peningkatan penggunaan energi atau
aerobik. Nilai pH air dipengaruhi oleh konsentrasi CO2. Pada siang hari karena
Sebaliknya pada malam hari seluruh organisme dalam air melepaskan CO2 hasil
respirasi sehingga pH air menurun. Namun demikian air payau cukup ter-buffer
dengan baik sehinga pH airnya jarang turun mencapai nilai dibawah 6,5 atau
meningkat hingga mencapai nilai 9, sehingga efek buruk pada kepiting jarang
terjadi. Jika organisme dipelihara pada pH rendah maka jumlah mukus pada
mengganggu pertukaran gas pada saat respirasi dan pertukaran ion melalui insang.
seperti logam- 30 logam berat. Jika perairan bersifat asam (pH rendah), kepiting
racun nitrit akan meningkat), sedangkan pada pH tinggi daya racun amonia
kandungan oksigen terlarut rendah (< 3 ppm) akan menyebabkan nafsu makan
berlanjut untuk waktu yang relatif lama konsumsi pakan akan berhenti dan
pada konsentrasi oksigen terlarut yang rendah, kondisi tersebut sangat berbahaya
energi tinggi bagi organisme untuk makan dengan baik. Sehubungan dengan
terlarut dalam air. Peningkatan suhu dapat menyebabkan kadar oksigen terlarut
menjadi rendah. Demikian pula halnya dengan salinitas, kelarutan oksigen akan
terlarut untuk tiap jenis organisme air berbeda, bergantung pada jenis yang
fluktuasi oksigen yang ekstrim (mendadak). Oleh sebab itu, untuk menghasilkan
pertumbuhan kepiting bakau yang dibudidayakan secara maksimal, kandungan
5. Amoniak
perairan yang berasal dari organisme akuatik. Amonia dapat berasal dari buangan
Amonia juga dihasilkan melalui amonifikasi bahan organik seperti pakan yang
tidak terkonsumsi, feses dan sisa-sisa pakan. Pada kepiting bakau, adanya amonia
dalam air merupakan indikasi adanya katabolisme asam amino dan deaminasi
nitrogen sebagai amonia melalui insang secara difusi pasif dan sisanya sejumlah
dahulu diubah menjadi nitrit dan nitrat oleh bakteri, lalu diserap oleh tumbuhan
akuatik. Oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat terjadi oleh adanya peran
kelembaban, suhu, pH dan bahan organic. Amonia di dalam air biasanya terdapat
dalam dua bentuk, yaitu (1) amoniak (NH3) yang bersifat racun, dominan pada
pH tinggi, serta (2) ion ammonium (NH4) yang tidak beracun, dominan pada pH
rendah. Daya racun amonia dipengaruhi oleh kondisi pH, CO2 dan oksigen
terlarut. Daya racun amonia meningkat sejalan dengan peningkatan pH, CO2
kandungan amonia dalam darah serta jaringan lain akan meningkat. Peningkatan
juga dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ tubuh yang ada kaitannya
dengan transpor oksigen (insang, sel-sel eritrosit dan jaringan penghasil eritrosit)
amonia dalam tubuh juga merusak fungsi biosintesis protein pada hepatopankreas
6. Nitrit
oleh bakteri Nitrozomonas dan Nitrobacter pada denitrifikasi nitrat. Senyawa ini
memiliki pengaruh positif dan negatif pada kehidupan dalam perairan. Pengaruh
positif terjadi khususnya berlaku bagi kepentingan bakteri nitrifikasi karena nitrit
digunakan sebagai sumber energi pada kondisi aerob, dan pada kondisi anaerob
yang tidak terdapat dalam perairan. Bagi kehidupan organisme perairan termasuk
kepiting secara langsung, nitrit ini merupakan salah satu jenis bahan yang bersifat
toksik, biasanya terbentuk pada budidaya intensif atau pada perairan yang
oleh cangkang keras (eksoskeleton). Cangkang atau kutikula tersusun oleh kitin
Kutikula krustase tersusun atas dua lapisan utama dari luar ke dalam masing-
protein dan lipid, sedangkan prokutikula terdiri atas tiga sub lapisan yakni
pengamatan epipodit maxiliped karena bagian ini transparan dan dengan mudah
kepiting. Pada tahap postmolting setae yang lembut tanpa setae cone, tahap
intermolting ditandai dengan setae cone yang matang dan epidermis yang lebar,
tahap premolting ditandai dengan terbentuknya area terang pada jaringan
epidermis di dasar setae cone, area terang ini semakin lebar menjelang molting.
kematian terjadi pada saat ini, mulai dari akibat gagal molting, infeksi patogen,
dan akibat kanibalisme. Sesaat setelah keluar dari cangkang lama, dengan kondisi
kutikula yang masih lunak, kepiting nyaris tidak mempunyai perlindungan apapun
terhadap musuhnya atau serangan hewan lain selama proses molting berlangsung.
Proses molting berjalan sekitar 2,5–5 jam. Kepiting yang baru molting akan
Sementara itu, aktivitas makan dimulai pada hari kedua (28-32 jam). Kepiting
pengabadian dengan pemunculan suatu spesies baru dengan sifat atau ciri yang
sebab itu, informasi tentang proses dan faktor-faktor yang berperanan dalam
tahapan yaitu: (1) sebelum pemijahan (pre spawning), yaitu meliputi proses
pematangan gonad; (2) spawning, terdiri atas proses kopulasi (memilih pasangan
larva.
organ kelamin jantan dan organ kelamin betina. Menurut Pratiwi (2011) organ
pada bagian posterior dada (thorax) dan terlindung di bawah karapas serta
sepasang testis yang berbentuk lonjong dan sepasang vas deferens yang
merupakan saluran sprema menuju penis. Testis yag berbentuk lonjong dan
berwarna putih ini terletak di atas pada bagian posterior hepatopankreas dan
jantung. Sepasang testis ini menyatu di depan lambung dan pada masing-masing
bagian lateral, lalu ke arah ventral dan berakhir pada tungkai kaki jalan terakhir.
menghasilkan telur. Bentuk (morfologi) dari ovarium ini sangat bervariasi sesuai
yang terletak pada bagian dorsal hepatopankreas dengan posisi melintang. Saluran
telur atau oviduct berasal dari pertengahan ovarium yang pada bagian sisi
terluarnya terdapat wadah penyimpanan sperma yang disebut spermatheca. Ujung
dari oviduct dan spermatheca ini bentuknya seperti corong, keduanya mengarah
menuju ke bagian ventral tubuh secara vertikal yang akhirnya bermuara pada
bukaan kelamin yang letaknya terdapat pada thorachic sternum (Pratiwi, 2011).
internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal adalah umur, biokimia tubuh,
aktivitas metabolik dan hormon, sedangkan faktor eksternal antara lain: cahaya,
suhu, salinitas, pakan dan parasit. Faktor eksternal dapat mempengaruhi faktor
seperti salinitas, suhu dan periode cahaya untuk mengontrol reproduksi dari
beberapa sensor dan kelenjar endokrin. Beberapa faktor eksternal seperti cahaya
terhadap siklus reproduksi kepiting, dimana faktor cahaya lebih berperan dalam
gelombang yang diterima oleh receptor cahaya yang terdapat pada mata
dalam reproduksi.
III . METODE PRAKTIKUM
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ekologi perairan dapat
Tabel 1. Alat dan Bahan beserta Kegunaanya pada praktikum ekologi perairan
No Alat dan bahan Satuan Kegunaan
1. Alat
- Mistar - Untuk mengukur panjang
organisme
- Styrofoam putih - Untuk mengalasi organisme
- Kamera - Untuk mendokumentasi
- Alat tulis - Untuk menulis hasil
pengamatan/wawancara
- Lakban - Untuk merekatkan penggaris
dengan gabus
2. Bahan
- Organisme perairan - Sebagai objek pengamatan
(ikan,kepiting,udang,cumi-
cumi)
C. Prosedur Kerja
3. Mendokumentasikan organime/biota
4. Melakukan kegiatan wawancara kepada nelayan terkait organisme tersebut.
A. Hasil
Hasil yang diperoleh dari TPI pada praktikum ini yaitu dapat dilihat pada
tabel berikut :
B. Pembahasan
ekonomis tinggi dan rasa dagingnya enak sehingga sangat digemari oleh
konsumen lokal maupun luar negeri. Sejak awal tahun 1980-an kepiting bakau
protein hewani karena mengandung nutrisi penting bagi kehidupan dan kesehatan.
Daging kepiting mengandung asam amino esensial, asam lemak tak jenuh,
vitamin B12, fosfor, zat besi, dan selenium yang berperan dalam mencegah
biasanya pada lokasi penangkapan sekitar sulawesi tenggara, alat tangkap yang
dan proses penanganan pada kepiting bakau yaitu dibagi menjadi 4 tahapan antara
lain : Proses penangkapan, proses pengemasan, proses pengiriman dan proses
penjualan.
Kepiting bakau (Scylla serrata) yang diperoleh dari TPI merupakan hasil
menangkap kepiting yaitu perangkap kepiting yang salah satunya adalah bubu,
dimana pada alat perangkap bubu dapat menghasilkan kepiting yang memiliki
kualitas terbaik dengan kondisi yang masih hidup dan tidak cacat. Namun
demikian sampai saat ini masih banyak nelayan menggunakan bubu yang kurang
selektif karena menangkap kepiting bakau dari berbagai strata ukuran yang belum
layak tangkap. Zulkarnaim et al, (2011) menyatakan bahwa bubu merupakan jenis
alat tangkap yang berupa jebakan dan bersifat pasif dengan menunggu organisme
dan proses penjualan. Proses penangkapan kepiting merupakan langkah awal yang
A. Kesimpulan
cangkang yang keras. Hewan ini hidup di daerah mangrove sebagai daerah
pengamatan pada lokasi TPI Kendari maka diperoleh hasil yaitu lokasi
tenggara, alat tangkap yang digunakan yaitu alat tangkap kepting dengan
B. Saran
tangkap yang digunakan, lokasi penangkapan dan proses penanganan pada suatu
organisme akuatik.
DAFTAR PUSTAKA