Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM I AVERTEBRATA

“KELAS CRUSTCEA DAN ARACHNIDA”

Disusun Oleh :
Nama : Narsi Barambang
Nim : 202238001
Prodi : Biologi

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNUVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2023
Kepiting bakau (Scylla serrata.) hidup pada hampir seluruh perairan pantai terutama
pantai yang ditumbuhi mangrove, perairan dangkal sekitar ekosistem mangrove, estuari dan
pantai berlumpur. Kepiting bakau memiliki peranan ekologis dalam ekosistem mangrove dan
merupakan salah satu komoditi perikanan yang bernilai ekonomis penting. Sebagai makanan asal
laut, kepiting bakau sangat digemari karena memiliki rasa daging yang lezat dan bernilai gizi
tinggi, terutama kepiting bakau betina bertelur atau matang gonad. Kelezatan dan nilai gizi yang
tinggi, menempatkan kepiting bakau sebagai jenis makanan laut ekslusif dengan harga yang
cukup mahal.

GAMBAR

Sketsa kepiting dan bagiannya :

1. Panjang karapas

2. Karapas

3. Basi-ischium

4. Kaki renang

5. Merus

6. Kakijalan

7. Carpus

8. Propadus

9. Lebar karapas

10. Mata
TAKSONOMI

Klasifikasi Kepiting Bakau (Scylla serrata)

Berdasarkan taksonominya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phyllum : Arthropoda

Class : Crustaceae

Sub class : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Sub ordo : Brachyuran

Familia : Portunidae

Genus : Scylla

Species : Scylla serrata

DESKRIPSI

 MORFOLOGI

Siklus hidup kepiting bakau meliputi empat tahap (stadia) perkembanganyaitu: tahap
larva (zoea), tahap megalopa, tahap kepiting muda (juvenil) dan tahap kepiting dewasa. Pada
stadia megalopa, tubuh kepiting bakau belum terbentuk secara sempurna. Meskipun telah
terbentuk mata, capit (chela), serta kaki yang lengkap, namun tutup abdomen (abdomen flap)
masih menyerupai ekor yang panjang dan beruas. elain itu, pasangan kaki renang belum
terbentuk sempurna, karena masih menyerupai kaki jalan dengan ukuran yang panjang.
Memasuki stadia kepiting muda (juvenil), tubuh kepiting bakau mulai terbentuk sempurna.
Tutup abdomen telah melipat ke arah belakang (ventral) tubuh, sedangkan ruas terakhir pasangan
kaki renang mulai pendek dan memipih. Meskipun demikian, tubuh masih berbentuk bulat
dengan bagian-bagian tubuh yang tidak proporsional. Hal ini terlihat pada bentuk mata yang
membesar dengan tangkai yang pendek, sehingga memberikan kesan melekat pada tubuh. Secara
umum, tubuh kepiting bakau dewasa terbagi atas dua bagian utama, yaitu bagian badan dan
bagian kaki, yang terdiri atas sepasang cheliped, tiga pasang kaki jalan, dan sepasang kaki
renang.

1. Karapas

Kepiting bakau memiliki bentuk karapaks yang agak bulat, memanjang, pipih, sampai
agak cembung. Panjang karapaks berukuran kurang lebih dua per tiga ukuran lebar karapaks.
Secara umum, karapaks kepiting bakau terbagi atas empat area, yaitu: area pencernaan (gastric
region), area jantung (cardiac region), area pernapasan (branchial region), dan area
pembuangan (hepatic region). Pada bagian tepi anterolateral kiri dan kanan karapas, atau pada
bronchial region, terdapat sembilan buah duri dengan bentuk dan ketajaman yang bervariasi.
Sedangkan pada bagian depan karapaks, atau pada gastric region, tepat diantara kedua tangkai
mata, terdapat enam buah duri kokoh di bagian atas, dan dua duri kokoh di bagian bawah kiri
dan kanan. Sepasang duri pertama pada bagian anterolateral kiri dan kanan karapas, serta dua
pasang duri pada bagian atas dan bawah karapaks, berada dalam posisi mengelilingi rongga
mata, dan berfungsi melindungi mata. Duri-duri pada bagian depan karapaks, memiliki bentuk
dan ketajaman yang bervariasi, sehingga menjadi salah satu faktor pembeda dalam klasifikasi
jenis kepiting bakau.

2. Abdomen

Abdomen kepiting bakau terletak pada bagian ventral tubuh, yakni pada bagian tengah
tulang rongga dada (thoracic sternum). Tutup abdomen (abdominal flap), merupakan organ
yang menyerupai lempengan dan merupakan pelindung pleopod (gonopod). Pleopod kepiting
bakau jantan, berfungsi sebagai organ kopulasi, sehingga disebut copulatory pleopod.
Sedangkan pleopod kepiting bakau betina, berfungsi sebagai tempat menempelnya massa telur
yang telah terbuahi (zigote) selama proses inkubasi berlangsung, sehingga disebut juga organ
pelengkap kelamin. Selama stadia megalopa, tutup abdomen kepiting bakau nampak terlihat
jelas melalui bagian dorsal tubuh, dan menyerupai ekor. Akan tetapi ketika memasuki stadia
juvenil, tutup abdomen telah melipat ke arah dada (ventral).

Ukuran dan bentuk dari abdomen serta ruas-ruas pada tutup abdomen, merupakan salah
satu faktor pembeda jenis kelamin kepiting bakau. Bentuk tutup tepi anterolateral karapaks
rongga mata (orbit) tepi posterolateral karapaks area pencernaan dahi area bembuangan area
jantung area pernapasan abdomen juga merupakan faktor pembeda dalam identifikasi dewasa
kelamin, dan tingkat kematangan gonad pada kepiting bakau betina.

Tutup abdomen merupakan pelindung pleopod. Pleopod kepiting bakau betina, dilengkapi
rambut-rambut yang disebut ovigerous setae. Rambut-rambut tersebut akan tumbuh semakin
banyak, saat kepiting bakau betina mengalami pergantian kulit untuk kawin. Sebaliknya pada
kepiting bakau jantan, pleopod tidak dilengkapi rambut-rambut. Dengan demikian, selain
fungsi-fungsi tersebut di atas, tutup abdomen pada kepiting bakau betina juga berfungsi
sebagai pelindung massa telur (zigote), selama proses pengeraman/inkubasi berlangsung. Pada
bagian tengah tutup pleopod, terdapat saluran pembuangan yang mengarah ke anus, yang
terletak pada bagian ujung tutup pleopod.
3. Kaki-kaki

Anggota tubuh Decapoda terdiri atas ruas-ruas, dan secara umum memiliki sepasang
embelan pada tiap ruas. Kepiting bakau memiliki lima pasang kaki, yang terletak pada bagian
kiri dan kanan tubuh, yaitu: sepasang cheliped, tiga pasang kaki jalan (walking leg) dan
sepasang kaki renang (swimming leg). Tiap kaki kepiting bakau terdiri atas enam ruas, yaitu
coxa, basi-ischium, merus, carpus, propondus dan dactylus.

Pasangan kaki pertama pada tubuh kepiting bakau, disebut cheliped. Coxa pada cheliped
merupakan ruas cheliped yang paling dekat dengan tubuh, sehingga merupakan tempat
menempelnya cheliped pada tubuh. Basi-ischium merupakan ruas penghubung antara coxa dan
merus, yang dilengkapi dengan tiga buah duri kokoh, yaitu satu pada tepi anterior, dan dua
lainnya pada tepi posterior. Pada carpus terdapat sebuah duri kokoh, pada sudut bagian dalam,
dan satu atau dua duri yang relatif tajam atau tumpul pada sudut bagian luar. Keberadaan dan
ketajaman duri pada sudut terluar carpus, merupakan salah satu faktor pembedadalam
identifikasi jenis kepiting bakau.

Pada propondus, terdapat tiga buah duri, satu berada tepat pada persambungan antara
carpus dan propondus, sedangkan dua lainnya berada pada bagian persambungan antara
propondus dan dactylus. Keberadaan dan ketajaman kedua duri tersebut, juga merupakan
faktor pembeda dalam identifikasi jenis kepiting bakau. Bagian propondus dan dactilus
cheliped menyatu, disebut capit (chela). Cheliped sangat berperan dalam aktivitas makan.
Strukturnya kokoh, terutama pada bagian chela, dilengkapi dengan gigi-gigi yang tajam dan
kuat untuk mencabik-cabik makanan dan memasukkannya ke dalam mulut. Selain berfungsi
sebagai alat bantu makan, cheliped juga berfungsi sebagai alat bertarung untuk pertahanan diri.
Hal ini terutama terjadi pada kepiting bakau jantan, sehingga cheliped kepiting bakau jantan
umumnya lebih besar daripada cheliped betina, ketika mencapai tingkat dewasa kelamin.
Kepiting bakau yang merasa terancam oleh gangguan pemangsa, akan bergerak mundur,
sedangkan kedua cheliped-nya diangkat tinggi ke atas dengan posisi chela membuka.
Tiga pasang kaki berikutnya, disebut kaki jalan yang selain berfungsi untuk berjalan saat
kepiting bakau berada di darat, juga berfungsi dalam proses reproduksi, terutama pada kepiting
bakau jantan. Ketika proses percumbuan menjelang perkawinan berlangsung, dengan bantuan
kaki-kaki jalan kepiting bakau jantan akan mendekap betina di bagian bawah tubuhnya,
sehingga tubuh mereka menyatu. Posisi ini disebut doubllers. Doubllers umumnya
berlangsung hingga kepiting bakau betina memasuki proses moulting prakopulasi. Kaki-kaki
jalan juga berfungsi ketika proses penetasan telur berlangsung. Kepiting bakau betina yang
sedang berkontraksi, akan berdiri menggunakan kedua cheliped-nya, sementara bagian
dactylus kedua pasang kaki jalan terakhir (kaki jalan II dan III), digunakan untuk menggaruk
massa zigote secara terus menerus, sampai butiran-butiran telur terurai dan terlepas dari
rambut-rambut pleopod.

Pasang kaki terakhir kepiting bakau yang disebut kaki renang, berbentuk agak membulat
dan lebar. Dua ruas terakhir kaki renang (dactylus dan propondus) berbentuk pipih. Pasangan
kaki renang digunakan sebagai alat bantu semacam dayung saat berenang. Sekalipun dapat
tahan hidup di darat selama 4-5 hari, namun kepiting bakau tetap membutuhkan air untuk
menghindarkan dirinya dari evaporasi. Selain itu, dalam siklus hidupnya, kepiting bakau
betina yang telah matang gonad akan meninggalkan perairan hutan mangrove, menuju ke
perairan laut untuk memijahkan, mengerami dan menetaskan telur-telurnya.

4. Mulut

Mulut kepiting bakau terletak pada bagian ventral tubuh, tepatnya di bawah rongga mata,
dan di atas tulang rongga dada (thorachic sternum). Mulut kepiting bakau terdiri atas tiga
pasang rahang tambahan (maxilliped), berbentuk lempengan yaitu; maxilliped I, maxilliped II
dan maxilliped III, serta rongga mulut. Ketiga pasang maxilliped, secara berurutan tersusun
menutupi rongga mulut. Hal ini diduga untuk mencegah masuknya lumpur atau air secara
langsung ke dalam rongga mulut, karena rongga mulut selalu berada dalam keadaan terbuka.
Dengan demikian ketika akan memasukan makanan ke dalam rongga mulut, tiap pasang
maxilliped akan membuka di tengah seperti pintu dan kemudian akan menutup kembali ketika
makanan telah masuk. Kepiting bakau hidup di dalam lumpur, serta sering makan deposit
lumpur dan detritus, sehingga tiap pasang maxiliped dilengkapi rambut-rambut halus, yang
diduga berfungsi sebagai alat peraba dan perasa untuk mendeteksi makanan.
5. Antena

Seperti krustasea pada umumnya, kepiting bakau juga memiliki sepasang antene, yang
berada pada bagian dahi karapaks, yakni diantara kedua rongga mata. Antene kepiting bakau
diduga berfungsi untuk mendeteksi adanya bahaya melalui gerakan angin. Dan Antene
merupakan organ peraba dan perasa yang dapat mendeteksi secara detil perubahan pada
pergerakan air dan kimia air.

6. Mata

Mata kepiting bakau yang dilengkapi dengan tangkai mata, dilindungi oleh dinding rongga
mata, menyerupai duri-duri besar dan kokoh, yang terletak pada bagian dahi karapaks. apabila
berada dalam keadaan terancam, tangkai mata akan ditempelkan rapat-rapat dalam rongga
mata, sehingga yang tampak hanyalah duri-duri kokoh tersebut. Mata kepiting bakau, sebagai
jenis krustasea yang juga hidup pada substrat terletak pada ujung tangkai mata yang panjang.
tangkai mata yang panjang, mungkin digunakan untuk meningkatkan jarak pandang pada
dataran yang rata. letak mata yang tinggi pada tangkai mata, memungkinkan kepiting bakau
untuk melihat dalam putaran 360˚, baik di dalam maupun di luar air.
Mata kepiting bakau merupakan mata “compound“, karena mata kepiting bakau tersusun
dari ribuan unit optik yang disebut ommatidia. Ommatidia terdiri atas cuticle pada bagian
terluar; crystaline cone atau kumpulan lensa cahaya berbentuk kerucut; dan sekelompok sel
sensor atau sel retinular, yang mengandung pigmen sensitif cahaya (photosensitive pigment).
Pada bagian dasar tiap crystaline cone, terdapat massa pigmen hitam atau coklat, yang disebut
distal pigment. Pada bagian bawah ommatidia, dijumpai simpul saraf mata (optic ganglia),
yang terdiri atas beberapa bagian yaitu: lamina ganglionaris, medulla externa, medulla interna
dan medulla terminalis. Pada medulla externa, medulla interna dan medulla terminalis,
terdapat sistem neurosecretory, yang terdiri atas sel-sel neurosecretory (organ-X), saluran
sinus gland dan sinus gland. Sistem neurosecretory ini bertanggung jawab memproduksi
hormon, diantaranya hormon penghambat perkembangan gonad (Gonado Inhibiting hormone,
GIH), dan kemudian menyimpan serta menyalurkannya ke dalam sirkulasi darah umum.

 HABITAT

1. Habitat Kepiting Bakau (Scylla serrata)

Dari namanya, kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan hewan yang khas dengan hutan
mangrove. Kepiting bakau juga ditemukan pada habitat berlumpur. Kepiting bakau adalah
hewan yang selalu berada di habitat berair karena alat pernapasannya berupa insang. Kepiting
muda dan dewasa seringkali dijumpai dalam lubang-lubang pada habitat berlumpur dan di
sela-sela akar bakau. Umumnya kepiting bakau akan menggali lubang di daerah mangrove
pada substrat yang lunak untuk bersembunyi dari musuh maupun menghindari sinar matahari.
2. Habitat makan

Pakan kepiting bakau antara lain adalah kerang dan daun mangrove yang berguguran. Hal
ini diketahui dengan adanya bekas cangkang kerang di sekitar lubang lumpur di mana kepiting
bakau sering bersembunyi. Apabila makanan yang diperoleh tidak mencukupi kebutuhan
mereka maka mereka akan saling makan satu dengan yang lain. Hal ini desebabkan karena
kepiting mempunyai sifat kanibalisme yang sangat tinggi.

 KEBIASAAN HIDUP

Kebiasaan dari kepiting bakau yaitu pemakan segala, pemakan bangkai dan pemakan
sesama jenisnya. Dengan melihat potensi daerah mangrove yang dapat digunakan usaha
pembesaran kepiting dengan syarat tanpa merusak mangrovenya.

 DISTRIBUSI

Hutan mangrove merupakan ekosistem penyusun wilayah pesisir atau muara sungai
yang dipengaruhi oleh aktivitas pasang surut dan memiliki peran yang sangat penting bagi
berbagai macam organisme laut, salah satu biota tersebut adalah kepiting bakau (Scylla
serrata.). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji distribusi sumberdaya kepiting
bakau di perairan ekosistem mangrove estuari Sungai Donan, Segara Anakan bagian timur.
Metode yang dilakukan adalah survei dan pengambilan contoh kepiting bakau dan mangrove
pada lima stasiun yang tersebar dari daerah dekat sungai, muara dan dekat laut. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis kepiting bakau yaitu Scylla serrata, S.
tranquebarica dan S. olivacea. Jumlah total kepiting bakau yang di dapat yaitu 184 individu.
Jenis mangrove yang ditemukan adalah Rhizophora apiculata, R. mucronata, Avicennia
rumphiana, A. alba, A. officinalis, dan Nypa.

SIKLUS HIDUP
KEPITING BAKAU
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de man) merupakan salah satu komoditas
perikanan yang bernilai ekonomis tinggi baik untuk konsumsi dalam negeri maupu ekspor.
Udang galah atau biasa disebut juga sebagai udang watang, udang satang, atau conggah yang
dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan nama “Macrobrachium Rosenbergii” sedangkan untuk
dunia perdagangan udang galah dinamakan “Giant Freshwater Prawn” berasal dari perairan
tawar yaitu sungai-sungai, danau dan rawa-rawa. Udang galah banyak terdapat di daerah
Sumatera dan Kalimantan. Populasinya terdapat juga di Pulau Jawa, Sulawesi dan Papua Barat
tetapi tidak sebanyak yang terdapat di daerah Sumatera dan Kalimantan.

GAMBAR

Sketsa udang galah dan bagiannya :

1. Rostrum

2. Mata

3. Antena I

4. Antena II

5. Kaki jalan (periopoda)

6. Kaki renang (pleopoda)

7. Ekor kipas (uropoda)

8. Karapas

9. Badan (abdomen)

10. Telson
TAKSONOMI

Klasifikasi udang galah (Macrobrachium rosenbergii De Man)

Berdasarkan taksonominya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Bilateria

Phylum : Arthropoda

Subphylum : Crustacea

Class : Malacostraca

Subclass : Eumalacostraca

Order : Decapoda

Suborder : Pleocyemata

Family : Palaemonidae

Genus : Macrobrachium

Spesies : Macrobrachium rosenbergii

Local name : Udang galah

DESKRIPSI

 MORFOLOGI

Secara umum udang galah mempunyai karakteristik morfologi tubuh beruas-ruas yang
tubuhnya terbagi kedalam dua bagian, yaitu bagian depan yang disebut kepala-dada
(cephlothotax), dan bagian belakang yang disebut ekor (abdomen). Kepala dada tertutup oleh
kelopak kepala atau cangkang kepala (carapace). Kelopak kepala kearah depan membentuk
tonjolan runcing yang bergerigi, yang disebut cucuk kepala (rostrum). Seluruh tubuhnya terdiri
dari ruas-ruas (segment), yang terbungkus oleh kerangka luar (eksoskeleton). Kerangka luar ini
terbuat dari bahan semacam tanduk (chitin), yang diperkeras oleh bahan (kalsium karbonat).

Udang galah terdiri dari 11 stadia yang berlangsung selama 40 hari hingga terbentuk
organ yang secara morfologis sudah mirip dengan udang dewasa. Bagian kepala-dada terdiri dari
bagian kepala dan bagian dada yang menyatu. Bagian kepala terdiri dari 6 ruas. Pada ruas
pertama terdapat sepasang mata majemuk yang bertangkai dan bisa digerakan. Pada ruas kedua
terdapat sungut ke-1 (antenna I) yang terdiri dari tiga ruas dan bercabang pada ujungnya. Cabang
ini menjdi endopodit di bagian dalam dan eksopodit di bagian luar. Kedua cabang tersebut
berupa sungut pendek, yang berfungsi sebagai alat peraba dan keseimbangan. Pada ruas ketiga
terdapat sungut ke-2 (antenna II). Endopoditnya berupa cambuk panjang. Sedangkan
eksopoditnya berupa lempengan lebar yang kemudian disebut scaphocerit. Pada ruas keempat,
kelima dan keenam beruturut-turut terdapat rahang (mandibula), maxilla I dan maxilla II. Ketiga
macam anggota badan tersebut berfungsi sebagai alat untuk makan.

Bagian dada terdiri dari 8 ruas, yaitu mulai ruas ketujuh sampai ruas keempat belas. Pada
ruas ketujuh, kedelapan dan kesembilan berturut-turut terdapat maxilliped I, maxilliped II dan
maxilliped III. Fungsinya sebagai alat peraba, perasa dan pemegang makanan. Pada lima ruas
berikutnya (ruas ke sepuluh sampai keempat belas) masing-masing terdapat pasangan kaki jalan
(pereiopoda) yang semuanya lima pasang.

Masing-masing kaki jalan itu terdiri dari tujuh ruas. Dari pangkal sampai ke ujung ruas-
ruasnya yaitu basis, coxa, ischium, merus, carpus, propodus, dan dactylus. Pada kaki pertama
dan kedua terjadi perubahan bentuk sehingga berupa capit (chela). Capit ini berfungsi untuk
mengambil makanan yang berupa potongan- potongan besar. Kaki bercapit yang nomor dua
menyolok sangat panjang dan besar. Terlebih pada jenis pejantan. Dari kaki bercapit yang
panjang tolang-tolang seperti galah inilah maka udang tersebut diberi nama udang galah, udang
satang maupun udang watang.

Pada bagian ekor atau bagian perut (abdomen) terdiri dari 6 ruas. Masing-masing ruas
mempunyai anggota badan yang beruas-ruas mempunyai anggota badan pula. Pada ruas pertama
sampai kelima diperut terdapat pasangan-pasangan kaki renang (pleopoda). Pada kaki ruas ke
enam terjadi perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Kaki renang terdiri dari dua ruas,
yaitu bagian pangkal (protopodit), yang bercabang dua. Cabang sebelah dalam disebut
endopodit, sedangkan yang luar disebut eksopodit. Pada udang betina, pleopoda berguna untuk
melekatkan telur selama dierami. Pada pleopodanya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk
melekatkan telurnya.

 HABITAT

udang galah hidup pada dua habitat selama hidupnya, pada stadia larva hidup di air payau
dan kembali ke air tawar pada stadia benih, pendederan hingga dewasa. Udang galah umumnya
terpusat di daerah – daerah perairan tawar, seperti kolam – kolam air tawar. Meskipun demikian,
tidak menutup kemungkinan lahan – lahan berupa sawah dapat digunakan sebagai lahan
budidaya udang galah secara minapadi. udang galah hanya terdapat di sungai-sungai besar
seperti Sungai Batanghari, Sungai Musi, dan Sungai Membramo di Papua.

 KEBIASAAN HIDUP

Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) mempunyai sifat alami yang sama dengan
udang lainnya yakni aktif pada malam hari. Pada siang hari udang menyembunyikan diri di
tempat yang teduh atau lumpur. Namun, bila keadaan siang hari tidak terlalu terik, udang galah
akan aktif mencari makan.

 DISTRIBUSI

Distribusi udang di suatu perairan ditentukan oleh lingkungan biotik, abiotik dan toleransi
terhadap lingkungan. Hasil penelitian distribusi udang galah yang ditemukan adalah seragam dan
acak. Adapun distribusi udang galah pada ekosistem mangrove/muara sungai dan rawa.

SIKLUS HIDUP

UDANG GALAH
Kelomang darat (coenobita sp.) dalam bahasa inggris disebut land hermit crab atau
terrestrial crab. Sebagian orang akrb mengenal hewan ini sebagai: umang-umang, pong-pongan,
kumang dan beberapa sebutan lainnya. Kelomang darat adalah hewan yang digolongkan sebagai
krustasea; yaitu kelopok hewan yang memiliki kulit keras, sangat tidak tepat jika menyebut
kelomang sebagai keong atau siput yang merupakan hewan berbadan lunak (moluska). kelomang
adalah penghuni daerah pasang surut. Pergerakan kelomang sangat aktif dan mampu menghibur
ketika kita dapat duduk secara diam-diam melihat tingkah lucunya. Walaupun memiliki kulit
yang keras, kelomang masih embutuhkan cangkang untuk melindungi bagian abdomen (perut)
yang lunak. Bentuk perutnya lebih menyerupai sebuah ekor, asimetris, menggulung ke satu sisi,
membentuk spiral alur pada cangkang yangd digunakan. Saat merasa terancam, kelomang akan
menarik masuk tubuhnya, bahkaan terkadang mereja juga mengeluarkan suara mencicit
(chirping).

GAMBAR

Sketsa kelomang dan bagiannya :

1. Antena
2 Antena kecil
3. Perisai di tengah
4. Kaki jalan
5. Kaki renang
6. Kaki pengendali arah gerak
7. Kaki pengendali ada di kiri
8. Ruang pertukaran udara, mirip insang
9. Perut
10. Tangkai mata
11. Antenal peduncle
12. Pasangan kaki depan untuk menjepit
13. Kornea
14. Karapaks, rangka luar
15. Segmen terakhir
TAKSONOMI

Klasifikasi kelomang

Berdasarkan taksonominya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phyilum : Arthrooda

Subphyilum : Crustacea

Class : Malacostraca

Superordo : Eucarida

Ordo : Decapoda

Subordo : Pleocyemata

Infraorder : Anomura

Superfamily : Paguroidea

Family : Coenobitidae

Genus : Birgus, Coenobita

Spesies : Coenobita rugosus

DESKRIPSI

 MORFOLOGI

Kebanyakan spesies kelomang memiliki abdomen (perut) yang panjang dan bergelung
bagai spiral, serta lunak lembut, tidak keras seperti abdomen krustasea lain yang terlindung
cangkang terkalsifikasi. Abdomen yang telanjang dan rentan ini dilindungi dari serangan
predator dengan memanfaatkan cangkang siput kosong yang dibawa-bawa oleh kelomang;
cangkang siput itu dapat menyembunyikan seluruh tubuhnya apabila ditarik masuk (karenanya,
dinamakan 'rumah'). Untuk keperluan itu, kelomang paling sering menggunakan cangkang siput
laut (meskipun beberapa spesies kelomang juga menggunakan cangkang kerang, bahkan
kepingan kayu dan batu yang berlubang sebagai rumahnya). Ujung abdomen kelomang telah
beradaptasi untuk dapat mencengkeram kuat kolumela (tiang poros) cangkang siput.

Sebagian besar spesies bersifat akuatik dan hidup dalam berbagai kedalaman air asin, dari
wilayah garis pantai dan perairan yang dangkal sampai ke dasar laut dalam. Di daerah tropis
terdapat beberapa spesies kelomang yang hidup di darat; meskipun begitu, mereka memiliki
larva akuatik dan karena itu memerlukan akses ke air untuk bereproduksi. Kebanyakan kelomang
aktif di malam hari. beberapa spesies umang-umang tidak menggunakan 'rumah' yang dapat
digendong ke mana-mana, tetapi menghuni struktur tidak bergerak yang ditinggalkan oleh cacing
polychaeta, gastropoda vermetid (siput cacing), binatang karang dan spons.

 HABITAT

Kelomang tergolong ke dalam kelompok Crustacea yang memiliki habitat di daerah


pesisir pantai meliputi wilayah berlumpur, berpasir, berbatu dan ekosistem mangrove.

 KEBIASAAN HIDUP

Kebiasaan kelomang darat adalah makhluk yang lambat dan memiliki siklus hidup yang
panjang. Mereka makan dengan cara mengunyah makanan menggunakan lidah mereka yang
bergerigi. Kelomang darat biasanya memakan tumbuhan, serasah, atau bahan organik yang
terdapat di sekitar mereka.

 DISTRIBUSI

kondis spesies kelomang masih dalam keadaan cukup baik dengan pola distribusi
mengelompok serta setiap spesies kelomang memiliki karakteristik masing-masing terhadap
tekstur substrat seperti spesies Clibanarius longitarsus, Clibanarius englaucus, Clibanarius
virescens dan Clibanarius merguiensis lebih menyukai substrat yang cenderung berlempung dan
sedikit berpasir, sementara untuk spesies Calcinus morgani dan Calcinus laevimanus lebih
cenderung menyukai substrat berpasir. Organisme di kawasan Pantai Ketapang masih cukup
tinggi.

SIKLUS HIDUP

KELOMANG
Cicak merupakan hewan yang aktif di malam hari dan bersembuyi di siang hari. Cicak
akan mencari makan pada malam hari. cicak umumnya memakan lalat, nyamuk, dan serangga
kecil. Selain itu, cicak dapat terlihat memanjat bangunan dan dinding rumah. Cecak gula adalah
sejenis reptil yang termasuk suku cecak (Gekkonidae). Tidak ada nama khusus yang dikenal
dalam bahasa daerah, kecuali nama umum seperti cakcak (bahasa Sunda), cicek (Betawi), cecek
(Jawa) dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris disebut dengan berbagai nama seperti Pacific gecko,
sugar lizard, tender-skinned house-gecko.

GAMBAR

Sketsa cicak tembok dan bagiannya :

1. Kepala

2. Mata

3. Badan

4. Kaki

5. Ekor

6. Jari kaki

TAKSONOMI

Klasifikasi cicak gula (Gehyra mutilata)

Berdasarkan taksonominya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phyilum : Chordata

Class : Reptilia

Ordo : Squamata

Family : Gekkonidae

Genus : Gehyra

Spesies : G. mutilata
DESKRIPSI

 MORFOLOGI

Cecak yang berukuran kecil sampai sedang, panjang total sampai sekitar 120 mm, namun
umumnya kurang dari 10 cm. Gemuk, pendek, berkulit transparan berbintik-bintik. Ciri khas
yang membedakan dari cecak rumah yang lain yalah: jari pertama tanpa cakar atau tak memiliki
ruas jari terakhir (ruas jari bebas). Namanya dalam bahasa Latin, mutilata, berarti terpotong.

Kepala dengan moncong yang pendek dan mata yang menonjol. Sederet bintik atau
bercak kecil keputihan terdapat di belakang bola mata, di atas lubang telinga hingga tengkuk.
Dorsal (punggung) berwarna abu-abu kemerahan atau kekuningan, agak transparan, berbintik-
bintik halus pucat kekuningan dan hitam kebiruan. Jalur tulang punggung dan tulang tengkorak
sering tampak samar-samar. Ventral (sisi bawah) berwarna keputihan dan agak transparan. Ekor
gemuk, bulat gepeng, tanpa duri atau jumbai kulit; atau paling-paling dengan tonjolan-tonjolan
serupa duri pendek. Pangkal ekor menyempit serupa ‘gagang’.

 HABITAT

Cicak habitatnya di daratan seperti di dinding-dinding rumah kita atau menempel di


langit-langit bangunan, di dapur, kamar mandi dan lemari makan untuk mencari butir-butir nasi
atau gula yang menjadi kesukaannya. Sering pula ditemukan tenggelam di gelas kopi kita. Karna
cicak memiliki kaki lengket dan autotomi.

 KEBIASAAN HIDUP

Cecak yang kerap ditemui di rumah dan bangunan lainnya. Di dinding, tembok, langit-
langit, terutama dekat lampu. Aktif di siang dan malam hari, cecak ini memangsa berbagai jenis
serangga kecil yang tersesat ke lampu.cecak yang kerap dijumpai di dapur, lemari makan, meja
makan dan juga dekat meja kerja dan rak buku. Dibandingkan jenis cecak rumah yang lain,
cecak ini lebih sering bersembunyi atau menyendiri. Cecak gula cenderung bersifat nokturnal
(aktif di malam hari), meski tidak jarang ditemukan berkeliaran pada siang hari di dapur. Di
alam, cecak ini hidup di pepohonan atau celah di bukit batu.

Cecak ini menyukai gula dan sumber karbohidrat lain seperti nasi dan remah-remah roti,
selain juga memangsa aneka serangga kecil. Karena itu cecak gula sering ditemukan tenggelam
dalam gelas kopi atau teh. Jantan mengeluarkan suara halus serupa desisan atau dengungan, yang
diperdengarkan ketika memikat betinanya.

 DISTRIBUSI

Ciccak rumah atau cicak gula yang banyak ditemukan dirumah dan perkebunan. Cicak ini
memiliki distribusi yang luas diduga sebagai akibat kegiatan manusia seperti perdagangan.
Dalam rangka membuktikan terjadinya migrasi pasif ini, kami menggunakan pendekatan PCR-
RAPD. Hasil penelitian menunjukkan G.mutilata telah bermigrasi di beberapa lokasi
pengambilan sampel dan kemungkinan disebabkan oleh aktivitas manusia berupa perdagangan
antar pulau dan penyeberangan perahu pariwisata.

SIKLUS HIDUP CICAK GULA

Telur cicak membutuhkan waktu 40-60 hari untuk menetas dan 1 tahun untuk menjadi
dewasa dan mampu bereproduksi. Masa hidup mereka rata-rata 10 tahun, tetapi beberapa spesies
akan hidup dua kali lipat masa hidupnya.

Telur---cicak muda---cicak dewasa---telur


pada masa telur maka calon cicak masih di dalam embrio
pada masa cicak muda, sang cicak masih belajar dan beradaptasi
cicak dewasa, sang cicak sudah mandiri dan pada masa kawin maka cicak jantan akan
mengawini cicak betina
kemudian cicak betina bertelur dan terulang siklus cicak
Kutu anjing ( Ctenocephalides canis ) merupakan salah satu spesies kutu yang hidup
sebagai ektoparasit pada berbagai jenis mamalia , khususnya anjing dan kucing peliharaan . Kutu
ini sangat mirip dengan kutu kucing , Ctenocephalides felis , yang dapat hidup pada lebih banyak
hewan dan umumnya lebih umum terjadi di seluruh dunia. kutu anjing ini menyusahkan karena
dapat menyebarkan Dipylidium caninum .

Meskipun mereka memakan darah anjing dan kucing , mereka terkadang menggigit
manusia. Mereka dapat hidup tanpa makanan selama beberapa bulan, namun betina harus makan
darah sebelum mereka dapat menghasilkan telur . Mereka dapat menghasilkan sekitar 4000 telur
pada bulu inangnya. Telur melewati empat tahap siklus hidup: embrio , larva , pupa , dan imago
(dewasa). Seluruh siklus hidup dari telur hingga dewasa memakan waktu dua hingga tiga
minggu, meskipun hal ini bergantung pada suhu. Mungkin memerlukan waktu lebih lama dalam
kondisi dingin.

GAMBAR

Sketsa kutu anjing sebagain berikut

1. Ctenium genal

2. palp maxylla

3. antena

4. Ctenidium pronotal

5. thoraks

6. Abdomen

7. Tibia

8. Sensilium

9. mata
TAKSONOMI

Klasifikasi Kutu anjing (Ctenocephalides canis)

Berdasarkan taksonominya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : animalia

Phyilum : arthropoda

Class : insecta

Ordo : siphonaptera

Family : pulicidae

Genus : ctenocephalides

Spesies : C.canis

Nama binomial

Ctenocephalides canis

DESKRIPSI

 MORFOLOGI

Kutu bersifat holometabola dan berkembang melalui tahapan kehidupan berikut: telur,
larva (tiga instar larva), pupa, dan dewasa. Siklus hidup Ctenocephalides canis dapat
diselesaikan dalam dua sampai empat minggu, yang dapat menghasilkan beberapa generasi
dalam satu tahun tertentu. Serangga dewasa menyerang hewan inang sepanjang tahun, dengan
jumlah populasi mencapai puncaknya pada akhir musim panas atau awal musim gugur.

Telur: Kutu betina dewasa memerlukan tepung darah untuk menghasilkan dan bertelur. Seekor
kutu betina dapat menghasilkan ratusan telur seumur hidupnya. Panjang telur kutu berkisar
antara 0,1 hingga 0,5 mm, berwarna putih mutiara, berbentuk lonjong, halus, dan tidak lengket.
Betina bertelur terus menerus saat berada di inangnya, dan telurnya jatuh dari inangnya,
mendarat di tempat tidur atau istirahat inangnya. penetasan telur paling berhasil pada suhu 25 °C
dan kelembaban relatif 75%. Dalam kondisi ini, penetasan telur terjadi dalam waktu tiga sampai
empat hari; namun, telur membutuhkan waktu hingga satu minggu untuk menetas.

Larva: Ctenocephalides canis larva berwarna putih, memanjang, memiliki banyak setae, dan
tidak memiliki kaki dan mata. Mandibula pengunyah dan kelenjar sutra ditempatkan di dalam
kapsul kepala yang berkembang dengan baik. Larva menggunakan mandibula ini untuk menelan
kotoran yang kaya darah, yang sering disebut sebagai “kotoran kutu”, yang disimpan oleh kutu
betina dewasa saat mereka makan. Pada suhu 25 °C dan kelembaban relatif 75%, dibutuhkan
waktu 10 hari bagi larva untuk berkembang melalui tiga instar larva dan berkembang menjadi
pupa. Namun, masa larva biasanya berlangsung dua hingga tiga minggu. Larva instar pertama
berukuran panjang sekitar 1,5 mm, sedangkan instar ketiga berukuran panjang sekitar 5 mm.
Larva instar terakhir ini akan menggunakan kelenjar sutranya untuk memutar kepompong yang
berfungsi melindungi tahap kepompong yang tidak bergerak.

Kepompong: Sutra larva yang digunakan untuk membuat kepompong bersifat lengket dan
melekat pada kotoran apa pun di lingkungan; akibatnya, kepompong disamarkan. Puing-puing
tersebut dapat membantu melindungi pupa yang sedang berkembang dari predator seperti semut.
di dalam kepompong, larva menjadi tidak bergerak dan berganti kulit menjadi kepompong
setelah beberapa hari.
Pupa berwarna putih pucat, akhirnya menjadi coklat tua saat dewasa. Serangga dewasa
akan muncul dari kepompong setelah tujuh hari pada suhu 25 °C dan kelembaban relatif 75%.
Pada suhu dan tingkat kelembapan yang lebih rendah dari ideal, masa kepompong berlangsung
selama satu hingga dua minggu. Kutu dewasa dapat tetap tidak aktif di dalam kepompong
sebagai kutu dewasa yang sudah muncul sebelumnya untuk jangka waktu yang lama, sehingga
meningkatkan kelangsungan hidup mereka selama periode ketika tidak ada hewan inang yang
tersedia. Kutu kucing yang berkerabat dekat, Ctenocephalides felis , telah terbukti bertahan
hidup di dalam kepompong hingga lima bulan dan menjadi aktif setelah mendeteksi potensi
getaran inang.

Dewasa: Kutu anjing dewasa berukuran kecil (2,0 - 3,25 mm), tidak bersayap, terkompresi
secara bilateral, dan mengandung banyak kitin. Anggota genus Ctenocephalides mempunyai sisir
genal dan pronotal, mata hitam besar dan palp labial 5 segmen.

Meskipun penampilan kutu anjing dan kucing sangat mirip, sisir di tepi ventral kepala,
genal ctenidium, digunakan untuk membantu membedakan antara Ctenocephalides canis dan
kutu kucing, Ctenocephalides felis . Ukuran dua tulang belakang kelamin pertama juga
membedakan kedua spesies tersebut. Tulang belakang umum pertama (atau luar)
Ctenocephalides canis jauh lebih pendek dibandingkan yang kedua. Pada Ctenocephalides felis ,
tulang belakang genal pertama sama panjang, atau hampir lebih pendek dari tulang kedua.

Ctenocephalides canis memiliki kepala yang relatif lebih bulat dan panjang sekitar satu
setengah kali lebarnya, sedangkan kepala Ctenocephalides felis sekitar dua kali panjang
lebarnya. Kutu kucing memiliki empat hingga lima “gigi” di tibia keenam kakinya, sedangkan
kutu anjing memiliki tujuh hingga delapan gigi di tibia keenam kakinya.
 HABITAT

Habitatnya kutu anjing Ctenocephalides canis berada pada seekor anjing dan tidak semua
anjing ada kutunya, karna ada seekor anjing peliharaan yang bersih tidak memiliki kutu karna
slalu di mandiin sama tuannya.

 KEBIASAAN HIDUP

Kebiasaannya hanya jalan di tubuh anjing dan mencari makan dengan


menghisap/menggigit tubuh anjing untuk makan.

 DISTRIBUSI

Anggota genus Ctenocephalides diperkirakan berasal dari Afrika, namun telah


diperkenalkan ke negara-negara di seluruh dunia. Ctenocephalides canis terdapat di seluruh
dunia dan merupakan kutu dominan yang ditemukan pada anjing di Irlandia dan daerah pedesaan
di Chile. meskipun survei komprehensif belum dilakukan di Amerika Serikat selama lebih dari
setengah abad, Ctenocephalides canis telah dilaporkan di 31 negara bagian dan District of
Columbi. Meskipun Ctenocephalides canis mungkin bukan spesies kutu utama yang ditemukan
pada anjing peliharaan di Amerika Serikat, ia masih merupakan ektoparasit penting pada hewan
liar dan domestik. lebih dari 21% kutu yang ditemukan pada anjing di Georgia, AS adalah
Ctenocephalides canis . Kutu ini juga relatif sering ditemukan pada anjing liar seperti serigala,
rubah, dan anjing hutan, terutama di wilayah utara Amerika Serikat.

SIKLUS HIDUP

UDANG GALAH

Anda mungkin juga menyukai