Anda di halaman 1dari 27

Ranjungan dan Kepiting

OLEH
KELOMPOK 4
Anggota Kelompok

• Adelia Resita
• Ezra Siahaan
• Listiani Nuri S.
• Lola Almira Gelazia
• Puput Lestari
• Sherliana Christabella
• Titania Dwi Amarta
Rajungan (Portunus pelagicus) adalah salah satu anggota kelas
crustacea yang menjadi komoditas ekspor penting dari Indonesia.
Rajungan termasuk komoditas ekspor karena memiliki daging yang
sangat enak dan dapat diolah menjadi berbagai macam masakan
Klasifikasi
sehingga hewan ini sangat diminati para pecinta seafood (Sudhakar
et al. 2009). Rajungan dari Indonesia sering diekspor dalam bentuk
Filum : Arthropoda
rajungan beku tanpa kepala dan kulit serta dalam bentuk olahan
Kelas : Crustacea (dikemas dalam kaleng).
Ordo : Eucaridae
Sub ordo : Decapoda
Famili : Portunidae
Genus : Portunus
Spesies : Portunus pelagicus
Morfologi Ranjungan
Menurut Juwana dan Romimohtarto (2000) bahwa
karapas rajungan mempunyai pinggiran samping depan
yang bergerigi dan jumlah giginya sembilan buah.
Abdomen terlipat kedepan dibawah karapas. Abdomen
betina melebar dan membulat penuh dengan embelan
yang berguna untuk menyimpan telur. Rajungan
berkembang biak dengan cara bertelur setelah
disimpan didalam lipatan abdomen. Rajungan berwarna
kebiru-biruan dan bercak-bercak putih terang pada
jantan, sedangkan betina berwarna dasar kehijau-
hijauan dengan bercak putih agak suram, perbedaan
warna ini terlihat jelas pada rajungan dewasa.
Sumpitnya kokoh, dan berduri biasanya jantan
mempunyai ukuran yang lebih besar dan lebih panjang
dari betina. Rajungan dapat tumbuh mencapai 18 cm
(Cholik.2005).
Kepiting bakau (Scylla spp.) hidup pada hampir seluruh perairan pantai terutama pantai yang ditumbuhi
mangrove, perairan dangkal sekitar ekosistem mangrove, estuari dan pantai berlumpur. Kepiting bakau
memiliki peranan ekologis dalam ekosistem mangrove dan merupakan salah satu komoditi perikanan yang
bernilai ekonomis penting. Sebagai makanan asal laut, kepiting bakau sangat digemari karena memiliki rasa
daging yang lezat dan bernilai gizi tinggi, terutama kepiting bakau betina bertelur atau matang gonad.
Kelezatan dan nilai gizi yang tinggi, menempatkan kepiting bakau sebagai jenis makanan laut ekslusif dengan
harga yang cukup mahal.

Klasifikasi

Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Malacostraca
Sub ordo : Eucaridae
Famili : Portunidae
Genus : Scylla
Spesies : Scylla serrata.
Morfologi Kepiting
Bagian
Bagian Kaki
Badan

Karapaks Abdomen Mulut Antena Mata Swimming


Cheliped Walking leg
leg
Karapaks
Kepiting bakau memiliki bentuk karapaks yang agak bulat,
memanjang, pipih, sampai agak cembung. Panjang karapaks
berukuran kurang lebih dua pertiga ukuran lebar karapaks.

Karapaks

Area Area
Area Area Pem-
Pencer- Perna-
Jantung buangan
naan pasan
Pada bagian tepi anterolateral kiri dan kanan karapas,
atau pada branchial region, terdapat sembilan buah
duri dengan bentuk dan ketajaman yang bervariasi.

Sedangkan pada bagian depan karapaks, atau pada


gastric region, tepat diantara kedua tangkai mata,
terdapat enam buah duri kokoh di bagian atas, dan
dua duri kokoh di bagian bawah kiri dan kanan.

Sepasang duri pertama pada bagian anterolateral kiri


dan kanan karapas, serta dua pasang duri pada bagian
atas dan bawah karapaks, berada dalam posisi
mengelilingi rongga mata, dan berfungsi melindungi
mata.

Duri-duri pada bagian depan karapaks, memiliki


bentuk dan ketajaman yang bervariasi, sehingga
menjadi salah satu faktor pembeda dalamklasifikasi
jenis kepiting bakau (Keenan et al., 1989).
Abdomen
Abdomen kepiting bakau (Gambar 4) terletak pada bagian
ventral tubuh, yakni pada bagian tengah tulang rongga dada
(thoracic sternum). Tutup abdomen (abdominal flap),
merupakan organ yang menyerupai lempengan dan
merupakan pelindung pleopod (gonopod).

Selama stadia megalopa, tutup abdomen kepiting bakau


nampak terlihat jelas melalui bagian dorsal tubuh, dan
menyerupai ekor. Akan tetapi ketika memasuki stadia juvenil,
tutup abdomen telah melipat ke arah dada (ventral).

Ukuran dan bentuk dari abdomen serta ruas-ruas pada tutup


abdomen, merupakan salah satu faktor pembeda jenis
kelamin kepiting bakau. Bentuk tutup abdomen juga
merupakan faktor pembeda dalam identifikasi dewasa
kelamin, dan tingkat kematangan gonad pada kepiting bakau
betina
Kepiting
Jantan

Kepiting
Betina
Ketiga pasang maxilliped, secara berurutan
tersusun menutupi rongga mulut. Hal ini
Mulut diduga untuk mencegah masuknya lumpur atau
air secara langsung ke dalam rongga mulut,
Mulut kepiting bakau (Gambar 6) terletak pada karena rongga mulut selalu berada dalam
keadaan terbuka. Dengan demikian ketika akan
bagian ventral tubuh, tepatnya di bawah rongga memasukan makanan ke dalam rongga mulut,
mata, dan di atas tulang rongga dada (thorachic tiap pasang maxilliped akan membuka di
sternum). tengah seperti pintu dan kemudian akan
menutup kembali ketika makanan telah masuk.
Rongga mulut Maxilliped I Kepiting bakau hidup di dalam lumpur, serta
sering makan deposit lumpur dan detritus,
Bagian Mulut
sehingga tiap pasang maxiliped dilengkapi
Maxilliped Maxilliped II rambut-rambut halus, yang diduga berfungsi
sebagai alat peraba dan perasa untuk
mendeteksi makanan.
Maxilliped III
Antene
Seperti krustasea pada umumnya, kepiting bakau juga memiliki sepasang antene, yang berada
pada bagian dahi karapaks, yakni diantara kedua rongga mata. Menurut Kasry (1996), antene
kepiting bakau diduga berfungsi untuk mendeteksi adanya bahaya melalui gerakan angin.
Sedangkan menurut Phelan et al. (2005), antene merupakan organ peraba dan perasa yang dapat
mendeteksi secara detil perubahan pada pergerakan air dan kimia air. Gambar 7. Antene kepiting
bakau.
Mata
Mata kepiting bakau yang dilengkapi dengan tangkai
mata, dilindungi oleh dinding rongga mata,
menyerupai duri-duri besar dan kokoh, yang terletak
pada bagian dahi karapaks. Apabila berada dalam
keadaan terancam, tangkai mata akan ditempelkan
rapat-rapat dalam rongga mata, sehingga yang tampak
hanyalah duri-duri kokoh tersebut. Mata kepiting
bakau terletak pada ujung tangkai mata yang panjang.
Barnes (1968a) dalam Warner (1977), menyatakan
bahwa tangkai mata yang panjang, mungkin digunakan
untuk meningkatkan jarak pandang pada dataran yang
rata. Sedangkan menurut Phelan et al. (2005), letak
mata yang tinggi pada tangkai mata, memungkinkan
kepiting bakau untuk melihat dalam putaran 360˚, baik
di dalam maupun di luar air.
Kaki - Kaki
Anggota tubuh Decapoda terdiri atas Bagian Kaki
ruas-ruas, dan secara umum memiliki
sepasang embelan pada tiap ruas.
Kepiting bakau memiliki lima pasang
kaki, yang terletak pada bagian kiri dan
kanan tubuh, yaitu: sepasang cheliped, Cheliped Walking leg Swimming leg
tiga pasang kaki jalan (walking leg) dan
sepasang kaki renang (swimming leg).

Tiap kaki terdiri dari 6 ruas, yaitu :

Basi
Coxa Merusa Carpus Propondus Dactylus
Ischium
a. Cheliped c. Swimming Leg
Cheliped sangat berperan dalam Pasang kaki terakhir kepiting bakau
aktivitas makan. Strukturnya kokoh, yang disebut kaki renang, berbentuk
terutama pada bagian chela, dilengkapi agak membulat dan lebar. Dua ruas
dengan gigi-gigi yang tajam dan kuat terakhir kaki renang (dactylus dan
untuk mencabik-cabik makanan dan propondus) berbentuk pipih.
memasukkannya ke dalam mulut. Selain Pasangan kaki renang digunakan
berfungsi sebagai alat bantu makan, sebagai alat bantu semacam dayung
cheliped juga berfungsi sebagai alat saat berenang.
bertarung untuk pertahanan diri.
Cheliped juga digunakan kepiting bakau
jantan untuk membalikan tubuh betina,
sehingga terlentang agar mudah
b. Walking Leg
melakukan perkawinan (kopulasi). Selain Tiga pasang kaki berikutnya, disebut
itu, berdasarkan hasil pengamatan kaki jalan yang selain berfungsi
selama proses inkubasi berlangsung, untuk berjalan saat kepiting bakau
kepiting bakau betina menggunakan berada di darat, juga berfungsi
cheliped-nya untuk menjaga massa dalam proses reproduksi, terutama
zigote yang menempel pada rambut- pada kepiting bakau jantan.
rambut pleopodnya.
Sumber: U.S. Department of Agriculture, Composition of Foods, Agriculture
Handbook no. 8-11
Kepiting bakau sangat prospektif dijadikan sebagai
bahan pangan karena memiliki nilai nutrisi yang penting Pro- Le- Koles- Kal- Ribo- Nia-
Energi Air Besi
Spesies tein mak terol sium flavin cin
bagi tubuh, dengan kandungan nutrisi 47.5% protein (kcal) (g)
(g) (g) (mg) (mg)
(mg)
(mg) (mg)
dan 11.20% lemak (Karim, 2005).
Kepiting 87 79.02 18.06 1.08 78 89 0.74 -- --
Daging Kepiting juga mengandung EPA dan DHA (Brown
et al.,2008),unsur -unsur mineral diantaranya adalah Lobster 90 76.76 18.80 0.90 95 -- -- 0.048 1.455
Na, K, Ca, Mg, Fe, Zn, Se (Sundarrao et.al 2004).
Kerang 81 82.06 9.45 2.30 -- 8 5.11 0.233 2.010
Kalsium dan magnesium adalah mineral utama dalam
otot kepiting cangkang keras dan lunak (Benjakul dan Tiram 88 78.57 16.78 0.76 33 24 0.29 0.065 1.150
Suthipan, 2008). Udang 106 75.86 20.31 1.73 152 52 2.41 0.034 2.552
Manfaat Bagian Kepiting
Sebagai obat alternative.

Sebagai bahan kulit sintesis.

Cangkang Bahan campuran kosmetik dan makaann.

Pengawet makanan.

Diolah menjadi kitosan dan produk turunan lain.


Daging

Daging kepiting dapat diolah menjadi berbagai jenis produk makanan. Kepiting disajikan sebagai
seafood dalam beragam jenis masakan baik di warung-warung tenda di tepi jalan maupun di
restoran kelas atas. Kepiting diolah menjadi berbagai masakan lezat seperti kepiting asam manis,
kepiting bumbu lada hitam, kepiting gulai, asparagus kepiting bahkan omelet kepiting atau
sekedar dimasak kepiting rebus saja. Daging kepiting tidak hanya diminati karena rasanya yang
lezat tetapi juga menyehatkan mengandung beragam nutrisi penting.
Kitin dan Kitosan
CANGKANG KEPITING DAN RANJUNGAN MEMILIKI KANDUNGAN
KITIN YANG SANGAT TINGGI. DI MANA, KITIN TERSEBUT DAPAT
DIEKSTRAKSI DAN DIOLAH MENJADI BANYAK PRODUK BERMANFAAT.
Kitin Deproteinasi, yang bertujuan untuk
menghilangkan sisa protein dari daging
kerang.
Salah satu bahan berkhasiat dari laut adalah
kitin dan kitosan. Sumber utama kitin dan
kitosan ialah cangkang Crustaceae sp, yaitu
udang, lobster, kepiting, kerang–kerangan, Demineralisasi, untuk mengurangi kadar
rajungan serta hewan yang bercangkang mineral (CaCO3) dengan menggunakan
lainnya, terutama yang berasal dari laut asam konsentrasi rendah untuk
mendapatkan kitin
(Hawab, 2005). Pasar dunia untuk produk
turunan kitin menunjukkan bahwa oligomer
kitosan adalah produk yang termahal, yaitu
senilai $ USD 60.000/ton. Deasetilasi untuk menghilangkan gugus
asetil dari kitin melalui pemanasan
dalam larutan alkali kuat dengan
Mengolah cangkang menjadi kitosan dapat konsentrasi tinggi
dilakukan melalui tiga proses (Yunizal et al.,
2001) :
Kitosan
Kitosan merupakan senyawa turunan kitin, memiliki
struktur (1,4)-2-Amino-2-Deoksi-β-D-Glukosa.
Sumber kitosan yang sangat potensial adalah rangka
Crustaceae (Muzzarelli, 1977). Kitosan merupakan
polimer alami dengan struktur molekul yang
menyerupai selulosa bedanya terletak pada gugus
rantai C-2 dimana gugus hidroksi (OH) pada C-2
digantikan oleh amina (NH2) (Hardjito, 2006).

Kitosan dipilih sebagai polimer yang baik untuk


aplikasi biomedis dan farmasetik karena sifat yang
dimilikinya yaitu, kemampuannya terbiodegradasi,
biokompatibel, memiliki daya antimikroba, dan tidak
toksik. Kitosan ditemukan oleh C. Rouget pada tahun
1859.
Kegunaan Kitosan
Kitosan merupakan polimer karbohidrat
termodifikasi yang diperoleh dari deasetilasi kitin
serta memiliki karakteristik yang baik dan unik
meliputi kemampuannya yang biodegradable,
biokompatibel, bioaktif, dan non-toksik, sehingga
kitosan telah banyak dipelajari dan diteliti untuk
penggunaan dalam bidang bioteknologi, water
treatment, pertanian, farmasi, dan industri
makanan (Kumar, 2000; Rinaudo, 2006; Shahidi
dkk., 1999). Adanya gugus NH2 pada kitosan
menjadi alasan mengapa kitosan memiliki potensi
yang lebih baik dibandingkan kitin pada berbagai
aplikasi yang berbeda (Honarkar dan Barikani,
2009).

Anda mungkin juga menyukai