dan oven) serta dua jenis bahan yang sama (basah dan kering. Metode yang hasil
(KA) nya lebih besar adalah metode oven karena, dengan metode oven komponen
volatil rempah-rempah juga dihitung sebagai air yang menguap sehingga bila
dihitung kadar airnya semakin besar. Jika rempah – rempah kering dianalisis
dengan dua metode tersebut, hasil KA yang lebih besar juga menggunakan
metode oven karena komponen volatil yang hilang tetap dihiung sebagai air,
sementara di destilasi komponenvolatil yang hilang tidak sempat terkondensasi
sehingga tidak membiaskan perhitungan
1. MASERASI
Metode Maserasi juga digunakan untuk menghasilkan minyak atsiri tertentu, yang
tidak dapat menggunakan metode destilasi. Nanti kita bahas pada topik Minyak
Aitsiri.
2. PERKOLASI
Berbeda dengan Perkolasi, Counter curent (CC) ekstrasi mengekstrak lebih dari
satu proses ekstraksi. Kalau perkolasi, hanya satu proses ekstraksi, larutan yang
keluar dari bawah ekstraktor, dipompa dan dikembalikan ke ekstraktor yang sama
dari atas (lihat gambarnya). Tetapi, pada CC ekstraksi, larutan/menstruum dari
bawah tadi dipompakan ke rempah-rempah (dari atas) pada ekstraktor yang
berbeda. Jadi ada lebih dari satu ekstraktor, bisa 2, 3, 4, 5, sampai n ekstraktor.
Misalnya berdasarkan penelitian, untuk menghasilkan proses ekstraksi lada
optimal adalah setelah 5 tahap ekstraksi, maka diperlukan 5 ekstraktor. Ada 5
Ekstakstor, yang berisi lada semua.
Dalam proses ekstrasi, terdapat dua aliran, yaitu aliran larutan/menstruum (upper
flow) dan aliran padatan/rempah/marc (under flow). Pada Co current system,
menstruum dan marc, searah, artinya rempah segar dicampur/diekstrak dengan
pelarut segar.
Pada prinsipnya, kedua metode ekstrasi (Perkolasi dan CC ekstraksi) adalah
larutan yang belum jenuh akan digunakan kembali untuk mengekstrak (atau
mencuci) rempah, sehingga oleoresin terekstrak (tercuci)
Gambar di atas, proses ekstraksi perkolasi. Garis lingkar dengan warna kuning
(betul?), adalah aliran pelarut atau larutan. Berdasarkan penelitian sebelumnya,
setelah dilakukan 4 kali ekstraksi/penucian, (hampir) semua oleoresin terekstrak.
Pelarut dan larutan digunakan bekali-kali untuk rempah-rempah yang sama.
(CC Ekstraksi)
Pada AWAL PROSES, fresh spices pada tahap 4, baru menjadi Marc/ampas,
setelah 4 kali disiram dengan FRESH SOLVENT. Tetapi setelah sistem berjalan
secara kontinyu, semua SPICES akan dicuci sebanyak 4 x, baru menajadi MARC.
Pewrhatikan gambar di atas, ada panah warna coklat, itu adalah masuknya
FRESH SPICES. Panah warna Biru untuk FRESH SOLVENT. Ruangan kotak
segitiga adalah ruang tempat rempah untuk diekstraksi. ROTARY EXTRACTOR
itu berputar se arah dengan jarum jam. Kalau melihat ruang ekstraksinya,
tahapannya ekstraksinya lebih dari 10. Ada panah warna coklat muda (kuning?)
yang mengarah ke bawah, itu March/ampas yang dikeluarkan dari ruang ekstraksi
Warna coklat muda. Sebelah kirinya ada panah ke bawah warna kuning, itu adalah
larutan/menstruum, terakhir yang selanjutnya akan dipisahkan ekstrak/oleoresin
dan pelarutnya. Pelarutnya akan digunakan kembali sebagai Fresh Solvent.
Pemisahan terjadi pada satu alat rotary extractor, tetapi di dalamnya tebagi
menjadi ruang-ruang lebih kecil, yang banyaknya tergantung pada berapa tahap
ekstraksi. Rempah-rempah di "pindahkan", dengan tanda kutip, dari satu ruangan-
keruangan berikutnya. Arti dipindahkan di situ, adalah ruanganannya yang
bergerak berputar sesuai dengan arah jarum jam. Lihat gambar lagi, Fresh Spices
masuk di sisi kiri (yang ada panah warna coklat) (tahap 1), terus
dipindahkan/diputar sesuai dengan arah jarum jam, dan pada akhirnya sampai
pada sisi kanan (tahap akhir), dan dibuang/keluarkan dari bawah (ruangan dengan
panah mengarah ke bawah warna coklat muda). Setelah march/ampas dikeluarkan,
ruang ekstraktor mejadi kosong dan diisi lagi dengan Fresh Spices. Selama
ruang/ekstraktor dengan rempah di dalamnya berpindah/berputar, selalu disiram
dengan menstruum dari tahap sebelumnya.
4. SOXCHLETATION
Pelarut dipanaskan pada labu didih, menguap lewat saluran pinggir ruang rempah,
uap masuk kondensor (terkondensasi), mencair dam baru masuk ruang soklet.
Merendam rempah sampai ruang soklet penuh (sampai batas tertentu), kemudian
pelarut dan ekstrak turun ke labu didih, dan proses kembali seperti semula, pelarut
dipanasnkan dan seterusnya.
Preses SFE, menggunakan cairan (pelarut) yang berada pada suhu dan tekanan
kritis. Pelarut yang digunakan adalah CO2 Cair. CO2 dapat dalam bentuk cair,
karena mendapat tekanan yang tinggi, sehingga berbentuk cair. Cairan ini yang
berfungsi sebagai pelarut.
Dalam kelemahan SFE disebutkan bahwa polaritas SFE sangat tinggi sehingga
dibutuhkan pelarut, untuk meningkatkan daya ekstrak CO2 cair, perlu
ditambahkan pelarut (non polar), sehingga polaritas campuran CO2 dan pelarut
sangat sesuai (=tepat) untuk mengekstrak oleoresin tertentu. SFCO2 cenderung
polar.
BAGIAN 3
Berbeda dengan jenis rem-rempah lainnya, yang bahan aktif oleoresinnya berdiri
sendiri, komponen Vanilin pada vanila berikatan dengan molekul gula (glucosise),
yang menyebabkan aroma vanila tidak keluar, tertutupi (masked) oleh glucoside.
Supaya komoenen vanilin terlepas, maka ikatannya harus diputuskan, dan hanya
dapat memutuskan itu adalah enzim Glucosidase. Dan enzim Glucosidase hanya
bisa aktif kalau dia si enzim dikeluarkan dari kantongnya (vacuola) dalam sel
memlaui proses pemeraman buah vanila.
Jenis rempah yang harganya di atas vanila adalah Saffron. Saat ini harga 1 kg
Vanila (original) sekitar 1200 US$, kalau Saffron bisa 10000 US$. Saffron, selain
menghasilkan sifat yang khas, karena budidaya dan pengolahannya memerlukan
tenaga kerja yang sangat banyak (labor ekstensif). Saffron diambil dari putik
bunganya. 1 bunga menghasilkan 1 putik. Dan 1 kg Saffron diperlukan lebih dari
200000 putik, atau 200000 bunga. Tanaman Saffron berbunga hanya pada bulan
September-Desember, dan begitu berbunga dan mekar, bunganya harus segera
dipetik untuk mempertahankan mutu Saffronnya. Rempah yang harganya mahal
berikutnya, setelah Saffron dan Vanila, adalah Cengkih. Selain Saffron, semua
jenis rempah tumbuh di Indonesia. Hal ini membuat Indonesia terkenal dari
jaman dahulu, dan juga menjadikan rebutan dan jajahan negara yang kuat.
Di lampung diproduksi (dalam jumlah besar) minyak pala (nutmeg oil) dan
minyak nilam (patchouli oil) cukup besar. Banyak tempat penyulingan minyak
atsiri di Lampung. Sayang kita tidak bisa kunungan. Kata produsenya, minyask
pala lampung lebih bagus (mahal) dibandingkan minnyak pala maluku Minyak
atsiri dihasilkan oleh tanaman dengan tujuan tertentu. Fungsi minyak atsiri bagi
tanaman, dan manusia (industri dan personal), silahkan dibaca di materi kuliah
bagian 4. Selanjtnya kita bahas proses produksi minyak atsiri.
(1) Penegepresan,
Digunakan untuk minyak atsiri yang tidak tahan panas, seperti citrus, lemon, dan
orane oil. (dari kulitanya)
Untuk minyak atsiri (MA) dari bunga yang kadar MAnya rendah
3) Metode destilasi.
BAGIAN 4
Kalau minyak atsiri yg diinginkan hanya senyawa terpen atau aromatiknya saja
pak, kalau oleoresin sampai resin nya juga diinginkan Oleh karena itu, digunakan
metode ekstraksi sesuai dengan sifat bahan, stabilitas kimia bahan penyusun
minyak atsiri, dan karakterisitik produk akhir. Salah satu metode ekstraksi dengan
pengepresan, karena beberapa rempah sensitif panas pak jadi alternatifnya
pengepresan. Umunya digunakan untuk minyak atsiri tidak tahan panas, seperti
Citrus oil, lemon oil, dan orange oil. Pelarut yang sering digunakan: alcohol.
Cara pemisahan minyak atairi (misalnya rose oil) dengan pelarutnya dengan
pembekuan. Titik beku minyak atsiri lebih rendah dibandingkan dengan
pelarutnya. Campuran minyak atsiri dan pelarutnya dibekukan pelan-pelan,
sampai pelarutnya membeku, kemudian dipisahkan dengan penyaringan dalam
suhu beku (untuk pelarutnya), tetapi minyak atsirinya tetap cair.
PRAKTIKUM
Tetapi bagaimana kadar (dalam %) minyak atsiri antara rempah basah dan rempah
kering, itu beda lagi. Karena proses penguapan air dan minyak atsiri berbeda
selama proses pengeringan rempah. Bisa jadi jumpah persentase air yag diuapkan
akan lebih besar dibandingkan persentase minyak atsiri yang diuapkan.
Kadar minyak atsiri rempah kering dan rempah basah berbeda. Kalau kita ingin
membandingkan kadar suatu zat (misalnya minyak atsiri) dari dua bahan yang
HANYA BERBEDA KADAR AIRNYA, maka persentase zat tersebut (minyak
atsiri) harus dihitung berdasarkan BERAT KERING bahan (rempah).
Gambar pertama adalah Sterling Bidwell, untuk analisis KA. sedangkan gambar
ke-2 adalah Clevenger, untuk analisis minyak atsiri. Pada sterling Bidwell, air dan
pelarut (toluen) menguap, terkondensasi, dan masuk/terperangkap dalam tabung
yang ada grading nya (ukuran ml nya). Karena BJ air lebih besar dari BJ toluen,
maka air terperangkap di bawah dan toluennya akan kembali ke labu didih lewat
atas tabung perangkap. Kalau untuk analisis minyak atsiri, Minyak atsiri dan air
menguap bersamaan, masuk kondensor, mengembun, dan mencair bersamaan
pula. (air dan minyak atsiri sama-sama mencair). Mauk ke tabung perangkap yang
ada grading nya (ukuran ml), Tetapi karena BJ Air > BJ minyak atsiri, maka
setelah mencair air akan terperangkap dibagian bawah dan minyak atsiri berada di
atas air. Selanjutnya air akan balik (masuk) ke labu didih melewati saluran yang
ada di sebelah kiri (yang membentuk segi tiga). Minyak atsiri tertahan pada
tabung perangkap. Air kembali ke labu didih menguap bersama dengan minyak
atsiri pada bahan, dan proses lembali lagi sampai tidak ada lagi minyak atsiri pada
bahan, semua minyak atasiri masuk tabung perangkap, dan akhirnya dapat kita
lihat berapa ml minyak atsirinya. Keran ada berfungsi untuk (1)
membuang/memisahkan air dengan minyak atsiri, dan (2)
mengambil/mengeluarkan minyak atisir untuk ditampung (dalam botol) untuk
dianalisis lebih lanjut. (umumnya komposisi kimianya)