Anda di halaman 1dari 20

Perkolasi

dan
Soxhlation
T R I A P R AYO G A , S . FA R M . , M . FA R M
Rujukan
Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta. Kementerian Kesehatan
RI. 2020.
Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Jakarta. Kementerian
Kesehatan RI. 2017.
Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta.
Departemen Kesehatan. 2000.
Pengantar Fitokimia. Aninda Lupita, dkk. Pasuruan Jawa Timur.
CV. Penerbit Qiara Media. 2020
Perkolasi merupakan proses ekstraksi yang dilakukan dengan
mengalirkan pelarut pada sampel basah (sampel yang sudah
dibasahi) secara perlahan. Pelarut ditambahkan secara terus-
Pengertian menerus, dimana dilakukan penetesan pelarut dari bejana
terpisah yang disesuaikan dengan jumlah pelarut yang keluar.
Perkolasi Selain itu, juga dapat dilakukan penambahan pelarut secara
berkala dengan jumlah yang banyak. Proses ini berlangsung
sampai warna pelarut tidak berwarna lagi yang menunjukkan
bahwa sudah tidak ada senyawa aktif yang terlarut oleh pelarut.
Lanjutan…
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya
dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap
maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus
sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
Tahapan Perkolasi
Menurut Farmakope Indonesia VI 2020
1. Campur dengan hati-hati serbuk bahan obat atau campuran bahan obat dengan pelarut atau campuran pelarut
tertentu secukupnya, hingga rata dan cukup basah, biarkan selama 15 menit, pindahkan ke dalam perkolator
yang sesuai, dan mampatkan.
2. Tuangkan secukupnya pelarut atau campuran pelarut tertentu sampai terendam seluruhnya, tutup bagian atas
perkolator dan jika cairan sudah hampir menetes dari perkolator, tutup lubang bawah.
3. Perkolasi selama 24 jam atau sesuai dengan waktu yang tertera pada monografi. Jika penetapan kadar tidak
dinyatakan lain, lakukan perkolasi secara perlahan, atau pada kecepatan yang telah ditentukan dan secara
bertahap tambahkan pelarut atau campurkan pelarut secukupnya hingga diperoleh 1000 ml tingtur, (untuk
menetapkan kecepatan aliran, lakukan seperti yang tertera pada Ekstrak dan Ekstrak cair).
4. Jika penetapan kadarnya dinyatakan, kumpulkan 950 ml perkolat, dan campur, tetapkan kadar terhadap
sebagian perkolat seperti yang dinyatakan. Untuk memperoleh tingtur yang memenuhi syarat baku, perlu
pengenceran sisa tingtur dengan sejumlah pelarut atau campuran pelarut tertentu yang telah dihitung dari
penetapan kadar.
Tahapan Perkolasi
Menurut Pengantar Fitokimia
1. Sampel sebanyak 10 bagian direndam dalam bejana perkolator sebanyak 2,5 sampai 5 bagian
selama 3 jam.
2. Sampel hasil perendaman dipindahkan ke dalam perkolator yang sudah dilengkapi dengan
kertas saring dan kapas yang bertujuan untuk menahan sampel yang diekstraksi (jumlah
sampel yang diekstraksi tidak lebih dari 2/3 dari tinggi perkolator)
3. Sampel ditekan secara perlahan-lahan yang bertujuan untuk mempercepat aliran pelarut yang
akan ditambahkan
4. Pelarut dituang secara perlahan hingga pelarut mulai menetes, dimana batas penuangan
pelarut adalah 1 sampai 2 cm diatas sampel.
Lanjutan…
5. Perkolator dan kran di bawahnya ditutup serta dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka
kembali hingga pelarut menetes dengan kecepatan 1 ml/menit.
6. Dilakukan penambahan pelarut berulang kali (batas jumlah pelarut yang ditambahkan adalah
1 sampai 2 cm di atas sampel).
7. Tahapan 6 dilakukan sampai sampel ter ekstraksi semua dan dilanjutkan dengan proses
penguapan.
8. Penguapan dilakukan pada suhu rendah hingga terbentuk hasil ekstraksi (ekstrak/perkolat)
yang kental.
Kelebihan & Kekurangan
Perkolasi
Ekstraksi menggunakan perkolasi memiliki beberapa kelebihan, seperti tidak dibutuhkannya
proses lanjutan untuk memisahkan padatan dengan ekstraknya, sampel selalu dialiri dengan
pelarut baru, tidak membutuhkan pemanasan.

Di samping itu, metode ini juga memiliki kelemahan, seperti dibutuhkan jumlah pelarut yang
cukup banyak, kontak antara pelarut dengan sampel tidak terjadi secara merata dan
membutuhkan waktu yang cukup lama.
Perkolator
Perkolasi dilakukan dengan menggunakan alat yang
disebut perkolator, dimana bagian bawahnya
terdapat kran yang berfungsi sebagai tempat
keluarnya ekstrak. Selain itu, perkolator juga
dilengkapi dengan penutup agar pelarut tidak
menguap. Terdapat 3 jenis perkolator yang dapat
digunakan, yaitu perkolator bentuk:
a. Tabung, untuk pembuatan ekstrak cair;
b. Paruh, untuk pembuatan ekstrak atau tingtur
dengan kadar tinggi.
c. Corong, untuk pembuatan ekstrak atau tingtur
dengan kadar rendah.
Modifikasi Perkolasi
1. Perkolasi biasa
2. Perkolasi bertingkat
Merupakan perkolasi biasa dimana ekstrak/perkolat hasil ekstraksi digunakan sebagai pelarut
untuk mengekstraksi kembali sampel yang sudah digunakan, sehingga diperoleh ekstrak yang
jenuh.
3. Reperkolasi (untuk sampel yang bersifat thermo stabil)
Merupakan perkolasi biasa dengan menggunakan tiga perkolator, dimana sampel dibagi
menjadi tiga dan dimasukkan ke dalam 3 perkolator tersebut dengan jumlah yang sama
banyak. Ekstrak/perkolat pertama digunakan sebagai pelarut untuk perkolator kedua, begitu
juga selanjutnya.
4. Perkolasi dengan tekanan (untuk sampel sangat halus)
Merupakan jenis perkolasi biasa dengan penambahan alat penghisap pada perkolator.
Alat
Perkolator
Pengertian Soxhletasi
Ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus
sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.

Soxhletasi merupakan jenis ekstraksi padat-cair dengan cara penyarian secara berulang kali
menggunakan pelarut yang sama karena adanya pendinginan oleh pendingin balik.
Tahapan Soxhletasi
Menurut Pengantar Fitokimia
1. Pelarut yang ada di dalam labu alas bulat dipanaskan sampai menguap.
2. Kemudian, uap akan terkondensasi oleh kondensor (pendingin balik) menjadi molekul-molekul
air yang akan melarutkan senyawa aktif dalam sampel/simplisia (analit) di dalam kelongsong.
3. Ketika uap pelarut yang melarutkan senyawa aktif dalam sampel sudah mencapai sifon maka
akan turun melawati pipa F dan masuk kembali ke dalam labu alas bulat bercampur dengan
pelarut.
4. Tahapan tersebut disebut sebagai 1 siklus/sirkulasi soxhlet.
5. Setelah proses ekstraksi selesai, selanjutnya dilakukan penguapan dengan menggunakan alat
rotary evaporator.
6. Penguapan tersebut bertujuan untuk menguapkan pelarut yang bercampur dengan senyawa
aktif terlarut (analit) dan membentuk ekstrak.
Kelebihan & Kekurangan
Soxhletasi
Jumlah pelarut dan sampel sedikit, pelarut dapat melarutkan senyawa aktif dalam sampel secara
berulang-ulang. SeIain itu, pelarut yang digunakan tidak akan habis karena adanya pendinginan
oleh kondensor, sehingga dapat digunakan kembali.

Akan tetapi ekstraksi soxhletasi juga memiliki beberapa kelemahan, seperti tidak dapat
digunakan untuk mengekstraksi sampel yang tidak tahan terhadap panas, karena dapat
menyebabkan penguraian atau perusakan senyawa di dalam sampel.
Kriteria Pelarut dalam Soxhletasi
1. Mudah menguap, seperti alkohol, n-heksana, eter, petroleum eter dan metil klorida.
2. Memiliki titik didih rendah.
3. Sifat pelarut sesuai dengan senyawa yang diekstraksi (polar atau non polar).
4. Tidak melarutkan senyawa yang tidak diinginkan.
Alat Pada Soxhletasi
Pada ekstraksi ini digunakan seperangkat alat soxhlet yang terdiri dari beberapa alat gelas,
antara lain:
1. Labu alas bulat
Berfungsi sebagai tempat pelarut dan tempat penampung analit.
2. Labu soxhlet
Berfungsi sebagai wadah lonsong/timbal yang merupakan tempat bahan/simplisia yang
diekstraksi. Bagian-bagian dari labu soxhlet terdiri atas:
a. Sifon, yang berfungsi sebagai perhitungan siklus/sirkulasi
b. Vapor/pipa F, yang berfungsi sebagai jalannya senyawa aktif yang terlarut oleh pelarut turun
ke dalam labu alas bulat
Lanjutan…
3. Kondensor (pendingin balik)
Berfungsi sebagai pendingin dan mempercepat proses kondensasi. Bagian-bagian dari kondensor,
antara lain :
a. Water in, yang berfungsi sebagai tempat masuknya air ke kondensor;
b. Water out, yang berfungsi sebagai tempat keluarnya air dari kondensor.
4. Heating mantle/hot plate
Berfungsi sebagai pemanas pelarut yang ada di dalam labu alas bulat.
5. Batu didih
Berfungsi untuk meratakan panas pada senyawa/sampel di dalam labu alas bulat dan menjaga
supaya tidak terjadi letupan pada sampel.
6. Statif dan klem
Berfungsi sebagai alat penegak atau penyokong alat-alat soxhlet selama proses ekstraksi.
Video Perkolasi & Soxhletasi
Perkolasi

https://www.youtube.com/watch?v=jynb2PMlw-0

Soxhletasi

https://www.youtube.com/watch?v=VbZ-Iv0K38c&list=PLEre65mlTucA7-
xVaqHbpCmH0CLhy9Gc3&index=2
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai