KESEHATAN
2. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker
1. Obat bebas
obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas
kepada umum tanpa resep dokter, tidak termasuk
dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras,
obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di
Depkes R.I.
Contoh : Paracetamol tablet, vitamin B Komplek,
Oralit, Antasida, dll
Penandaan obat bebas yaitu bulatan berwarna hijau
dengan garis tepi warna hitam.
PENGGOLONGAN OBAT
3. Obat Keras
Disebut obat keras karena jika pemakai tidak
memperhatikan dosis, aturan pakai, dan peringatan
yang diberikan, dapat menimbulkan efek berbahaya.
Karenanya obat golongan ini dikenal
sebagaiobatdaftar G (Gevaarlijk = berbahaya). Obat
Keras hanya boleh diberikan atas resep dokter
umum/spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan.
Karena keharusannya menggunakan resep dokter
untuk mendapatkannya, obat keras dikenal juga
sebagai obat etikal (ethical).
LANJUTAN….
• Obat yang termasuk golongan obat keras adalah :
1. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat
disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan
resep dokter.
2. Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-
nyata untuk dipergunakan secara parenteral, baik dengan
cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan
jalan merobek rangkaian asli dari jaringan.
3. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen
Kesehatan telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat
baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia.
4. Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras :
obat itu sendiri dalam substansi dan semua sediaan yang
mengandung obat itu, terkecuali apabila di belakang nama
obat disebutkan ketentuan lain, atau ada pengecualian
Daftar Obat Bebas Terbatas.
LANJUTAN….
• Selain yang definisi di atas, obat keras juga meliputi
obat-obat :
1. Daftar G, seperti: antibiotika, obat-obatan yang
mengandung hormon, antidiabetes, antihipertensi,
antihipotensi, obat jantung, obat ulkus lambung, dll.
2. Obat Keras Tertentu (OKT) atau psikotropika, seperti:
obat penenang, obat sakit jiwa, obat tidur, dll.
3. Obat Generik dan Obat Wajib Apotek (OWA), yaitu
obat yang dapat dibeli dengan resep dokter, namun
dapat pula diserahkan oleh apoteker kepada pasien di
apotek tanpa resep dokter dengan jumlah tertentu,
seperti antihistamin, obat asma, pil antihamil,
beberapa obat kulit tertentu, antikoagulan,
sulfonamida dan derivatnya, obat injeksi, dll.
LANJUTAN….
• Tugas :
• Carilah contoh obat wajib apotek no.1, obat wajib
apotek no.2, obat wajib apotek no.3
• Carilah contoh obat generik berlogo (OGB) dan
obat generik ber merk dagang (OGM)
PENGGOLONGAN OBAT
5. Obat Psikotropika
6. Obat Narkotika
• Logo
• Makna
1. Bulat : berarti suatu kebulatan tekad untuk
menggunakan obat generik
2. Garis-garis tebal tipis : berarti menjangkau
seluruh lapisan masyarakat
3. Warna hijau : berarti obat yang telah lulus dalam
segala pengujian
OBAT ESSENSIAL
Apotek
Industri IFRS
PBF Kimia
PT. Kimia SPSFP Pasien
Farma
Farma Lembaga
pengetahuan
Apotek
Industri IFRS
PBF Pasien
Farmasi SPSFP
Lembaga pengetahuan
Bentuk Sistem Ditribusi Perbekalan Farmasi
Industri Apotek
Agen PBF Pasien
Farmasi IFRS
Industri Obat
Agen Pengecer Konsumen
Tradisional
Industri Alat
Agen PBF PBF Apotek Konsumen
Kesehatan
Bentuk Sistem Ditribusi Perbekalan
Farmasi
• Bentuk saluran distribusi obat daftar W
Apotek
Industri
PBF Toko Obat Berizin Konsumen
Farmasi
Warung/Toko Kelontong
Apotek
Industri
Agen PBF Toko Obat Berizin Konsumen
Farmasi
Warung/Toko Kelontong
Pedagang Besar Farmasi (PBF)
Apotek
IFRS
Industri PBF Konsumen
Puskesmas
Toko Obat Berizin
KEWAJIBAN PBF
4) Ruang konseling
5) Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
medis habis pakai
6) Ruang arsip
KEWAJIBAN APOTEKER MELAYANI RESEP
3) Salinan resep sebagaimana dimaksud pada ayat (a) harus sesuai aslinya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
4) Resep bersifat rahasia
5) Resep harus disimpan di apotek dengan baik paling singkat 5 (lima) tahun
6) Resep/ salinan resep hanya dapat diperlihatkan kepada dokter penulis resep,
pasien yang bersangkutan atau yang merawat pasien, petugas kesehatan atau
petugas lain yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
PERIZINAN APOTEK
1) Setiap pendirian apotek wajib memiliki izin dari menteri
2) Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (a) kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota
3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (b) berupa SIA
4) SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama
memnuhi persyaratan
5) Untuk memperoleh SIA, apoteker harus mengajukan
permohonan tertulis kepada pemerintah daerah kabupaten/ kota
dengan menggunakan formulir 1
Kritera Apoteker dalam melakukan
pelayanan kefarmasian
1) Persyaratan administrasi
a) Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang
terakreditasi
b) Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
c) Memiliki sertifikat Kompetensi yang masih berlaku
d) Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
2) Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda
pengenal
3) Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan / continuing
professional development (CPD) dan mampu memberikan
pelatihan berkesinambungan
4) Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan
pengembangan diri, baik melalui pelatihan seminar,
workshop, Pendidikan berkelanjutan atau mandiri
5) Harus memahami dan melaksanakan serta patuh
terhadap peraturan perundang-undangan, sumpah
apoteker, standar profesi (standar Pendidikan, standar
pelayanan, standar kompetensi dan kode etik) yang
berlaku
Sanksi administratif pelanggaran terhadap
ketentuan
1) Peringatan tertulis
b. Puskesmas pembantu
c. Puskesmas keliling
d. Posyandu
e. Polindes
PENDISTRIBUSIAN
• Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat
inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan
dengan cara pemberian obat sesuai
resep yang diterima (floor stock),
pemberian obar per sekali minum
(dispensing unit dose) atau kombinasi,
sedangkan pendistribusian ke jaringan
puskesmas dilakukan dengan cara
penyerahan obat sesuai dengan
kebutuhan (floor stock).
PEDAGANG ECERAN OBAT (PEO)
N NAMA NO NAMA
O
4 Norefedrin 11 3,4-Methylenedioxyphenyl-2-propan
6 Ergometrine 13 Piperonal
N NAMA NO NAMA
O
5 Phenylacetic Acid
PSIKOTROPIKA
• Dalam UU RI No. 5 Th 1997 tentang Psikotropika,
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah
atau sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada SSP yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
• Undang – undang tentang Narkotika mengacu pada
UU RI No 5 tahun 1997 tentang Psikotropika,
namun ada pembaharuan tentang penetapan
perubahan penggolongan Psikotropika menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2021
PENGGOLONGAN PSIKOTROPIKA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Digit 1 Menunjukkan jenis atau kategori obat,seperti :
D : menunjukkan obat dagang
G : menunjukkan obat generik
Digit 3 Menunjukkan lokasi obat tersebut di produksi atau tujuan diproduksinya obat tersebut,
seperti :
L : Obat jadi produksi lokal
I : Obat jadi impor
E : Obat jadi keperluan ekspor
X : obat jadi yang dibuat dengan tujuan khusus atau program khusus, misalnya obat-obat
untuk program keluarga berencana
Digit 4, 5 Menunjukkan tahun registrasi atau persetujuan obat tersebut oleh Badan POM
Contoh : 09 berarti obat tersebut telah disetujui pada periode tahun 2019
Digit 6, 7, 8 Menunjukkan nomor urut pabrik (jumlah pabrik yang ada lebih dari 100 dan
kurang dari 1000)
Digit 9, 10, Menunjukkan nomor urut obat jadi yang disetujui untuk masing-masing pabrik (jumlah
obat jadi untuk masing-masing pabrik ada yang lebih dari 100 dan diperkirakan tidak
11
lebih dari 1000)
Digit 12, 13 Menunjukkan bentuk sediaan obat jadi (macam bentuk sediaan yang ada lebih dari 26
macam)
Digit 15 Menunjukkan kemasan berbeda untuk setiap nama, kekuatan, dan bentuk sediaan
obat jadi (untuk satu nama, kekuatan dan bentuk sediaan obat jadi diperkirakan tidak
lebih dari 10 kemasan)
1 : menunjukkan kemasan utama
2 : menunjukkan kemasan pertama
3 : menunjukkan kemasan kedua
4, dst : menunjukkan kemasan ketiga
KODE NOMOR PENDAFTARAN
(REGISTRASI) OBAT TRADISIONAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Digit 1, 2 Menunjukkan kode huruf :
TR : obat tradisional lokal
TI : obat tradisional impor
TL : obat tradisional lisensi
FF : fitofarmaka
Digit 3, 4 Menunjukkan tahun mulai produk tersebut terdaftar pada Badan POM
Misal : 1996 ditulis 96
2002 ditulis 02
2018 ditulis 18
CD/ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 E/
CL L/
EL
• Sementara itu, nomor izin edar kosmetika harmonisasi ASEAN terdiri
dari atas 13 digit, yaitu 2 digit huruf dan 11 digit angka seperti berikut :
• NA : Kode benua Asia
• NB : Kode benua Australia
• NC : Kode benua Eropa
• ND : Kode benuaAfrika
• NE : Kode benua Amerika
• Angka 1-11 : Kode negara, tahun notifikasi, jenis produk, dan
nomor urut notifikasi
NA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KODE NOMOR PENDAFTARAN (REGISTRASI)
ALAT KESEHATAN
• Nomor pendaftaran alat kesehatan terdiri dari 12 digit
yaitu 2 (dua) digit pertama berupa huruf dan 10 digit
berikutnya berupa angka. Dua digit pertama yang
berupa huruf mempunyai arti sebagai berikut :
Berdasarkan Permenkes RI
No.1175/MenKes/Per/VIII/2010 yang dimaksud
dengan Kosmetika adalah bahan atau sediaan
yang dimaksudkan untuk pemakaian pada bagian
luar tubuh manusia (epidemis, rambut, kuku,
bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan
membran mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah
penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan
atau melindungi atau memelihara tubuh pada
kondisi baik.
IZIN PRODUKSI
1 Klorbutanol 0.5%
2 Heksamin 0,15%
3 Heksetidin 0,1 %
5 Thiomersal 0,007%
6 Triklorokarbon 0,2%
7 Triklosan 0,3%
Bahan yang diizinkan dalam kosmetika
dan persyaratan
No Nama Bahan Kegunaan Max Penandaan Ket
Berdasarkan Permenkes RI
No.472/Menkes/Per/V/1996 tentang
pengamanan bahan ber-bahaya bagi kesehatan,
yang dimaksud dengan bahan berbahaya adalah
zat, bahan kimia dan biologi baik dalam bentuk
tunggal maupun campuran yang dapat
membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup
secara langsung atau tidak langsung yang
mempunyai sifat racun, karsinogenik,
teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi.
LANJUTAN
Simbol Keterangan
Nama : Irritant
Arti : Bahan yang dapat menyebabkan iritasi, gatal-gatal dan dapat
menyebabkan luka bakar pada kulit.
Contoh : NaOH, C6H5OH, Cl2
Nama : Harmful
Arti : Bahan yang dapat merusak kesehatan tubuh bila kontak langsung dengan
tubuh atau melalui inhalasi.
Contoh : Etilen glikol, Diklorometan.
Nama : Toxic
Arti : Bahan yang bersifat beracun, dapat menyebabkan sakit serius bahkan
kematian bila tertelan atau terhirup.
Contoh : Metanol, Benzena.
Nama : Corrosive
Arti : Bahan yang bersifat korosif, dapat merusak jaringan hidup, dapat menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal dan dapat
Nama : Flammable
Arti : Bahan kimia yang mempunyai titik nyala rendah, mudah terbakar dengan api bunsen, permukaan metal panas atau loncatan
bunga api.
Nama : Explosive
Lambang : E
Arti : Bahan kimia yang mudah meledak dengan adanya panas atau percikan bunga api, gesekan atau benturan.
.Contoh : KClO3, NH4NO3, Trinitro Toluena (TNT).
Nama : Oxidizing
Arti : Bahan kimia bersifat pengoksidasi, dapat menyebabkan kebakaran dengan menghasilkan panas saat kontak dengan bahan
Arti : Bahan kimia yang berbahaya bagi satu atau beberapa komponen lingkungan. Dapat menyebabkan kerusakan ekosistem.
Nama : Radioactive
Arti : Bahan yang mengandung material atau kombinasi dari material lain yang dapat memancarkan radiasi secara spontan.
Tindakan : Tidak membuang limbah ke saluran air atau sungai yang mengalir ke laut.
PELAPORAN BAHAN BERBAHAYA
1. Bahwa masyarakat perlu dilindungi dari penggunaan Bahan Tambahan Pangan yang
tidak memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi pangan;
2. Bahwa pengaturan terhadap 26 (dua puluh enam) golongan Bahan Tambahan Pangan
yang telah diatur dalam beberapa Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan terkait Bahan Tambahan Pangan sudah tidak sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pangan;
3. Bahwa bahan Tambahan Pangan sebagaimana dimaksud dengan nomor 2 diatur dalam
26 (dua pulu enam) Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan, sehingga perlu
dilakukan simplifikasi;
3) Wajib mencantumkan BTP ikutan (carry over) untuk pangan olahan yang
mengandung BTP ikutan (carry over), setelah bahan yang mengandung
BTP tersebut.
4) Untuk sediaan BTP, pada label wajib mencantumkan
1) tulisan “Bahan Tambahan Pangan”;
1. Produk antara adalah tiap bahan atau campuran bahan yang masih
memerlukan satu atau lebih tahap pengolahan sampai dengan
pengemasan untuk menghasilkan obat jadi.
2. Produk ruahan adalah tiap bahan olahan yang mesih memerlukan
tahap pengemasan untuk menjadi produk jadi.
3. Pengawasan Mutu (Quality Control) adalah semua upaya yang
dilakukan selama pembuatan dan dirancang untuk menjamin
keseragaman produk obat yang memenuhi spesifikasi,
identitas,kekuatan,kemurnian dan karakteristik lain yang
ditetapkan.
1. Karantina adalah status dari bahan/produk yang dipisahkan
sementara menunggu keputusan apakah bahan/produk tersebut dapat
digunakan untuk pengolahan, pengemasan, distribusi.
2. Diluluskan atau release adalah status suatu bahan atau produk yang
diperbolehkan untuk digunakan dalam pengolahan, pengemasan dan
distribusi.
3. Ditolak atau reject adalah status bahan atau produk yang tidak
diizinkan digunakan pada pengolahan, pengemasan dan distribusi.
4. Batch adalah sejumlah produk obat yang dihasilkan alam satu siklus
pembuatan berdasarkan suatu formulasi tertentu yang mempunyai
sifat dan mutu yang seragam. Esensi suatu batch adalah
homogenitasnya.
5. Lot adalah Sebagian tertentu dari suatu batch yang memiliki sifat
dan mutu yang seragam dalam batas yang ditatapkan.
1. Spesifikasi adalah adalah suatu uraian pemerian dari bahan awal,
produk antara, produk ruahan atau produk jadi dalam segi sifat kimia,
fisika dan apabila perlu juga mikrobiologinya. Umumnya
spesifikasimeliputi ketentuan deskriptif dan numerik yang
menyatakan standar toleransi yang masih diperbolehkan.
2. Tanggal pembuatan adalah tanggal yang menunjukkan selesainya
proses pembuatan suatu batch tertentu.
3. Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai
bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan
atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan
akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara konsisten.
TUGAS
• Sebutkan aspek-aspek CPOB
• Sebutkan Klasifikasi kebersihan ruang
pembuatan obat
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG
BIDANG KESEHATAN
2005-2025
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
BIDANG KESEHATAN 2005-2025
1. Perikemanusiaan
2. Pemberdayaan dan kemandirian
3. Adil dan merata
4. Pengutamaan dan manfaat
VISI PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN
2005-2025
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
sesuai dengan ketentuan peraturan per-undang2an
TUJUAN PELAYANAN KEFARMASIAN
GPP/CPFB
Pharmaceutical Care
berorientasi pada
patient safety
Paradigma Pelayanan Kefarmasian
PRODUCT PATIENT
ORIENTED ORIENTED
Old
design
PERLUASAN
PARADIGMA
YANFAR
Patient
centered
260
Quality of Life
PERMENKES NO 74 TAHUN 2016
TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
• perencanaan kebutuhan
obat dan BMHP
Kegiatan
PENGELOLAAN • Permintaan
pengelolaan
SEDIAAN FRMASI, Obat dan • penerimaan
DAN Bahan • penyimpanan
BAHAN MEDIS Medis Habis • pendistribusian
HABIS PAKAI Pakai • pengendalian
(BMHP)
• Pencatatan, pelaporan dan
pengarsipan
PELAYANAN
• Pemantauan & evaluasi
FARMASI DI
Pengelolan
PUSKESMAS
• pengkajian Resep, Penyerahan Obat,
• Pemberian Informasi Obat (PIO)
• konseling
PELAYANAN
FARMASI KLINIK • Visite Pasien (Khusus Pusk.Rawat Inap)
• Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping
Penanggungjawab 1 orang Obat (Eso)
Apoteker, dibantu oleh TTK . • Pemantauan Terapi Obat ( PTO)
Rasio Apoteker di Puskesmas SUMBER • Evaluasi Penggunaan Obat
adalah 1 (satu) Apoteker untuk DAYA
KEFARMASIAN
50 (lima puluh) pasien perhari
SUMBER DAYA KEFARMASIAN
SARANA DAN
SUMBER DAYA MANUSIA PRASARANA
• PERSYARATAN ADMINISTRASI • RUANG PENERIMA RESEP
• ATRIBUT PRAKTEK • RUANG PELAYANAN RESEP
• MENGIDENTIFIKASI DAN PERACIKAN
KEBUTUHAN PENGEMBANGAN • RUANG PENYERAHAN OBAT
PENGEMBANGAN DIRI • RUANG KONSELING
• MEMAHAMI DAN MENGIKUTI • RUANG PENYIMPANAN
PERATURAN SEDIAAN FARMASI, ALKES
DAN BMHP
• RUANG ARSIP
Pelayanan Resep
• Formularium RS (FRS)
Formularium RS adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh panitia
Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit.
Perencanaan Obat
•Perencanaan kebutuhan obat merupakan proses kegiatan dalam pemilihan
jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan
dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan
metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan
yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode
konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
•Rencana Kebutuhan Obat (RKO) dibuat oleh RS setiap tahun. RKO biasanya
dibuat berdasarkan data stok akhir tahun y-2, lalu dibuat dan dikirimkan
melalui e-monev pada tahun y-1 dan direalisasikan pada tahun berjalan.
Perencanaan Obat
•Perencanaan kebutuhan obat merupakan proses kegiatan dalam pemilihan
jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan
dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan
metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan
yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode
konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
•Rencana Kebutuhan Obat (RKO) dibuat oleh RS setiap tahun. RKO biasanya
dibuat berdasarkan data stok akhir tahun y-2, lalu dibuat dan dikirimkan
melalui e-monev pada tahun y-1 dan direalisasikan pada tahun berjalan.
•E-monev merupakan aplikasi Monitoring dan Evaluasi Katalog obat yang dikembangkan dan dikelola
oleh Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Aplikasi ini diperuntukkan bagi seluruh
Fasilitas Pelayanan Kesehatan (apotek, FKTP dan FKRTL), PBF, Industri farmasi, Dinkes
Prov/Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia.
•Sistem pengadaan obat adalah sistem pengadaan yang pernah dilakukan oleh RS untuk melakukan
pembelian obat, melalui:
a. E-purchasing adalah tata cara pembelian Barang/Jasa melalui sistem katalog elektronik
b. Tender/lelang adalah suatu rangkaian kegiatan penawaran yang bertujuan untuk menyeleksi,
mendapatkan, menetapkan, serta menunjuk perusahaan mana yang paling pantas dan layak untuk
mengerjakan suatu paket pekerjaan.
c. Pembelian langsung adalah salah satu metode pemilihan pengadaan barang atau
jasa langsung kepada penyedia barang atau jasa tanpa melalui proses pelelangan atau seleksi
menggunakan penunjukan langsung yang dilakukan oleh Pejabat Pengadaan.
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek
menyatakan apotek adalah tempat tertentu untuk melakukan praktik
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi/ obat kepada masyarakat.
Pelayanan kefarmasian di apotek meliputi dua kegiatan, yaitu yang bersifat manajerial berupa
pengelolaan sediaan farmasi dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.
Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek :
1. Pengkajian dan pelayanan resep
2. Dispensing (penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat)
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
4. Konseling, yaitu proses interaktif antara apoteker dengan pasien/keluarga utk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan shg terjadi perubahan
perilaku dlm penggunaan obat & menyelesaikan masalah yg dihadapi pasien.
5. Pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care), yaitu Pemberian pelayanan
kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien
dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO), merupakan proses yang memastikan bahwa seorang
pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan
efikasi dan meminimalkan efek samping.
7. Monitoring efek samping obat (MESO), merupakan kegiatan pemantauan setiap respon
terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis.
PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK PADA MASA PANDEMI
CORONA VIRUS DISEASE–19 DI INDONESIA
Permasalahan
Dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19 dikeluarkan PMK Nomor 9
Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Kemudian pada masa pandemic Covid-19 IAI telah mengeluarkan Prosedur
Standar Pelayanan Pelanggan Apotek Selama masa KLB Covid-19.
Permasalahan:
bagaimanakan yanfar di apotek selama masa pandemi Covid-19 terkait
sediaan farmasi (obat, obat tradisional, alat kesehatan, suplemen) apa yg
banyak terjual ?
bagaimana pelayanan pelanggan selama pandemi Covid-19 ?
Prosedur Standar Pelayanan Pelanggan Apotek Selama Masa Pandemi
Covid-19 yang dikeluarkan (Ikatan Apoteker Indonesia, 2020 sebagai
berikut) :
I. Sanitasi Ruangan Apotek
II. Perlindungan Diri Personil
III. Pelayanan Pelanggan
IV. Sarana edukasi Pencegahan Covid-19 poster sederhana untuk pasien
mencegah
penularan virus Covid-19
TERIMA KASIH