Anda di halaman 1dari 49

MEDIASI PENAL

DAN RESTORATIVE JUSTICE

Dr. Diah Sulastri Dewi, S.H., M.H.


Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Tanjung
Karang
Kompetensi Etis dan
Pengembangan Profesi

Kompetensi
Pengelolaan Mediasi
Rumah
Kompetensi
Kompetensi
Interpersonal
Proses Mediator
Mediasi

Minat Motivasi
DEKLARASI WINA
KONGRES PBB
KE-12 TAHUN 2000
Memberikan perlindungan
kepada korban kejahatan,
hendaknya diintrodusir
mekanisme mediasi dan
peradilan restorative
(Restorative justice)
PRINSIP
DASAR
RESTORATIVE
JUSTICE
Prinsip dasar
penggunaan program
peradilan restoratif
dalam masalah kriminal,
ECOSOC Resolution
Tahun 2004, UN Doc.
E/2000/INF/2/Add.2
di 35 (2000)
KEADILAN
RESTORATIF
Penyelesaian perkara tindak
pidana dengan melibatkan
pelaku, korban, keluarga, &
pihak lain yang terkait untuk
bersama-sama mencari
penyelesaian yang adil
dengan menekankan
pemulihan kembali pada
keadaan semula, dan bukan
pembalasan
“Musyawarah dan Mufakat adalah
kearifan lokal yang dipengaruhi hukum
agama dan hukum adat”
MEDIASI PENAL
Adalah penyelesaian
perkara pidana melalui
perundingan dengan
melibatkan pelaku,
korban dan pihak-pihak
terkait bersama-sama
mencari penyelesaian
yang adil dengan
menekankan kepada
pemulihan dibantu
seorang mediator.
MEDIASI PENAL DAN KEADILAN
RESTORATIF DI BEBERAPA NEGARA

Perancis
Amerika Strafbemiddeling China Jepang
Victim Offender Xingshi Hejie Jidan
Mediation Hongkong
Thailand Victim Offender
Family and Community Mediation
Group Conferencing
Filipina
Singapura Peacemaking Encounter
Victim Offender
Mediation
Indonesia
Musyawarah Diversi
Afrika Selatan Australia
Victim-offender Conferences
Conferencing
IMPLEMENTASI MEDIASI / MEDIASI PENAL
& KEADILAN RESTORATIF DI INDONESIA
• Pengaturan Mahkamah Agung
No. 1 tahun 2016 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan
• UU No. 30 tahun 1999 tentang
Di dalam
Arbitrase dan APS
• UU No. 11 tahun 2012
Sistem Peradilan Pidana Anak
• UU No. 23 tahun 2004
Di luar Kekerasan dalam Rumah Tangga
• Peraturan Mahkamah Agung No. 2 tahun
2012 tentang Batasan Tipiring
Mediasi • Surat Edaran Kapolri No. 8/VII/2018
tentang Penerapan Keadilan Restoratif
dalam Penyelesaian Perkara Pidana Jo.
Peraturan Kapolri No. 6 Tahun 2019 ttg
Penyidikan TP
• PerJA No. 15 Thn 2020 ttg Penghentian
Di dalam Penuntutan Berdasarkan RJ
SPP
M
A ENGUTAMAKAN
RESTORATIVE
JUSTICE
Sistem Peradilan
Pidana Anak Wajib
mengutamakan
pendekatan
Keadilan Restoratif
(PASAL 5)
PERUBAHAN
PARADIGMA KEADILAN
Retributive Restitutive Restorative
Justice Justice Justice
UPAYA
KEADILAN
MENCAPAI
MELALUI UU
RESTORATIF Diversi

SPPA
Penanganan
Anak belum
berumur 12 tahun

Penanganan
Anak melalui
proses peradilan
pidana

Penanganan Anak
Saksi dan Anak Korban
RESTORATIVE JUSTICE
DALAMSPPA
ancaman Berhasil
< 7 TAHUN
Bukan DIVERSI PENETAPAN
pengulangan
Diluar SPP

ANAK RESTORATIVE
JUSTICE

Tidak
berhasil

>7 PROSES PUTUSAN


TAHUN/ PERSIDANGAN
KEATAS
Didalam SPP
Kesepahaman konsep
keadilan restorative
para APH

TANTANGAN Koordinasi antar


IMPLEMENTASI penegak hukum

KEADILAN
RESTORATIF
Dukungan
infrastruktur (anggaran
& sarpras)

Kesiapan SDM
PERMA NO. 2 TAHUN 2012
PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA
RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP
Syarat-syarat :

1. Perkara Pencurian, Penipuan, Penggelapan, Penadahan (364, 373, 379, 384, 407 dan 482
KUHP), nilai barang atau uang yang menjadi obyek perkara maksimal Rp2.500.000
diperiksa dengan Acara Pemeriksaan Cepat (TIPIRING) Pasal 205-210 KUHAP;

2. Apabila terhadap terdakwa sebelumnya dikenakan penahanan, Ketua Pengadilan tidak


menetapkan penahanan ataupun perpanjangan penahanan;

3. Tiap jumlah maksimum hukuman denda yang diancamkan dalam KUHP kecuali pasal
303 ayat 1 dan ayat 2, 303 bis ayat l dan ayat 2, dilipatgandakan menjadi seribu kali;

4. Dalam menangani perkara tindak pidana yang didakwa dengan pasal-pasal KUHP yang
dapat dijatuhkan pidana denda, Hakim wajib melipatgandakan menjadi seribu kali;
PENGHENTIAN PENYELIDIKAN
DAN PENYIDIKAN
BERDASARKAN KEADILAN
RESTORATIF
Surat Edaran KAPOLRI NO. 8 TAHUN 2018
PENERAPAN KEADILAN RESTORATIF
DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA
Jo.
Surat Edaran KAPOLRI NO. 8 TAHUN 2018
PENERAPAN KEADILAN RESTORATIF DALAM
PENYELESAIAN PERKARA PIDANA Jo. PERKAP
NO. 6 Tahun 2019 PENYIDIKAN TINDAK
PIDANA
Syarat Materiil:
1. Tidak menimbulkan keresahan masyarakat dan tidak ada penolakan
masyarakat;
2. Tidak berdampak konflik sosial;
3. Adanya pernyataan dari semua pihak yang terlibat untuk tidak keberatan, dan
melepaskan hak menuntutnya dihadapan hukum;
4. Prinsip pembatas;
• Pada pelaku : Tindak kesalahan pelaku relatif tidak berat, yakni kesalahan
(schuld) atau mensrea dalam bentuk kesengajaan (dolus atau opzet)
terutama kesengajaan sebagai maksud atau tujuan (opzet als oogmerk);
dan Pelaku buka residivis.
Syarat Formil:

1. Surat permohonan perdamaian kedua belah pihak (pelapor dan pelapor);


2. Surat Pernyataan Perdamaian (akte dading) dan penyelesaian perselisiahan
para pihak yang berperkara (pelapor dan/atau keluarga pelapor, terlapor
dan/atau keluarga terlapor, dan perwakilan dari tokoh masyarakat) diketahui
oleh atas penyidik;
3. Berita Acara Pemeriksaan tambahan pihak yang berperkara setelah
dilakukan penyelesaian perkara melalui keadailan restoratif (restorative
justice);
4. Rekomendasi gelar perkara khusus yang menyetujui penyelesaian
keadailan restoratif (restorative justice);
5. Pelaku tidak keberatan atas tanggungjawab, ganti rugi, atau dilakukan
dengan sukarela;
6. Semua tindak pidana dapat dilakukan restorative justice terhadap kejahatan
umum yang tidak menimbulkan korban manusia;
MEKANISME PENERAPAN KEADILAN
RESTORATIF
1. Penerimaan permohonan perdamaian

2. Dilakukan penelitian administrasi syarat formil

3. Diajukan kepada atas penyidik untuk mendapat persetujuan

4. Penetapan waktu pelaksanaan penandatanganan pernyataan perdamaian

5. Pelaksanaan konferensi yang menghasilkan perjanjian kesepakatan

6. Membuat nota dinas kepada pengawas penyidik atau kasatker

7. Melaksanakan gelar perkara khusus

8. Menyusun kelangkapan administrasi dan dokumen

9. Menerbitkan Surat Perintah dan Surat Ketetapan Penghentian Penyelidikan/Penyidikan

10. Mencatat pada buku register B-19 sebagai perkara keadailan restoratif
PENGHENTIAN
PENUNTUTAN
BERDASARKAN KEADILAN
RESTORATIF

PERJA NO. 15 TAHUN 2020


SYARAT PRINSIP
1. tersangka 2. tindak pidana hanya 3. tindak pidana
baru pertama diancam dengan pidana dilakukan
kali melakukan denda atau diancam dengan nilai
tindak pidana dengan pidana penjara barang bukti
tidak lebih dari 5 (lima) atau nilai
tahun kerugian yang
ditimbulkan
akibat dari
tindak pidana
tidak lebih dari
Rp2.500.000,00
(dua juta lima
ratus ribu
rupiah)
PERKECUALIAN DARI SYARAT PRINSIP
1. Untuk tindak pidana terkait harta benda, dalam hal terdapat kriteria atau keadaan yang bersifat
yang menurut pertimbangan Penuntut Umum dengan persetujuan Kepala Cabang Kejaksaan Negeri
kasuistik
atau Kepala Kejaksaan Negeri dapat dihentikan penuntutan berdasarkan Keadilan Restoratif dilakukan
dengan tetap memperhatikan bahwa pelaku tetap baru pertama kali melakukan tindak pidana disertai
dengan salah satu syarat saja ancaman pidananya denda/penjara tidak lebih dari 5 tahun atau
BB/kerugian tidak lebih dari Rp. 2,5 juta.

2. Untuk tindak pidana yang dilakukan terhadap orang, tubuh, nyawa, dan kemerdekaan
orang
ketentuan terkait syarat BB/kerugian tidak lebih dari Rp. 2,5 juta dapat dikecualikan

3. Dalam hal tindak pidana dilakukan karena kelalaian, ketentuan ancaman


pidananya
denda/penjara tidak lebih dari 5 tahun atau BB/kerugian tidak lebih dari Rp. 2,5 juta
dapat dikecualikan.

4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan angka 3 tidak berlaku dalam hal terdapat
kriteria/keadaan yang bersifat kasuistik yang menurut pertimbangan Penuntut Umum
dengan persetujuan Kepala Cabang Kejaksaan Negeri atau Kepala Kejaksaan Negeri tidak
dapat dihentikan penuntutan berdasarkan Keadilan Restoratif.
TINDAK PIDANA YANGTIDAK
DISELESAIKAN
DAPAT DENGAN RJ
(blacklist):
• tindak pidana terhadap keamanan negara, martabat
Presiden dan Wakil Presiden, negara sahabat, kepala
negara sahabat serta wakilnya, ketertiban umum, dan
kesusilaan;
• tindak pidana yang diancam dengan ancaman pidana
minimal;
• tindak pidana narkotika;
• tindak pidana lingkungan hidup; dan
• tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi
• Tindak pidana korupsi
SYARAT LAIN YANG HARUS DIPENUHI
Pasal 5 ayat (6) Perja Pasal 5 ayat (6) Perja Pasal 5 ayat (6) Perja
a. telah ada pemulihan b. telah ada c. masyarakat
kembali pada keadaan kesepakatan merespon positif.
semula yang dilakukan perdamaian antara
Tersangka
oleh dengan cara: Korban dan
Dalam hal disepakati
1.mengembalikan barang Tersangka
Korban dan
yang diperoleh dari tindak Tersangka, syarat
pidana kepada Korban; pemulihan kembali
2.mengganti kerugian pada keadaan
Korban; semula sebagaimana
3.mengganti biaya yang dimaksud pada huruf
ditimbulkan dariakibat a dapat
tindak pidana; dan/atau dikecualikan.
4.memperbaiki kerusakan
yang ditimbulkan dari
akibat tindak pidana;
TATA CARA
PERDAMAIAN
Tidak Pelimpahan
Berhasil Perkar
Upaya
Perdamaian a
Proses
Berhasil
Perdamaia
n
TATA CARA
PERDAMAIAN
Tidak Pelimpahan
Berhasil Perkar
a
Proses Terlaksan SKP-2
Perdamaian Dengan a
Syara
Tidak Pelimpahan
t Terlaksan Perkar
Berhasil
a a
Tanp
SKP-2
Sayara
t
• Dilakukan secara sukarela
• Musyawarah untuk mufakat
• Tanpa tekanan, paksaan, dan
intimidasi
• Proses perdamaian paling lama
14 hari sejak tahap dua
• Penuntut umum berperan
sebagai fasilitator
Menurut Prinsip Dasar Penggunaan Program Peradilan
Restorative, Fasilitator wajib:
1. Memiliki pemahaman yang baik tentang budaya masayarakat
setempat dan keterampilan interpersonal
2. Melaksanakan tugas secara netral
3. Menghormati martabat para pihak dan memastikan kedua
pihak saling menghormati
4. Menyediakan tempat yang aman dan sesuai untuk prosses
retorative
5. Memiliki keterampilan komunikasi dan penyelesaian konflik
dengan mempertimbangkan kebutuhan khusus korban dan
pelaku melalui pelatihan awal sebelum memfasilitasi
Komunikasi Komunikasi Mendengar Membingkai Teknik
secara Ulang
Verbal Non- Verbal efektif (reframing) Bertanya
🙫 Komunikasi menggunakan kata-
kata lisan;
🙫 Berbicara dengan tenang dan
meyakinkan;
🙫 Hindari penggunaan istilah dan
ungkapan teknis;
🙫 Jika para pihak menggunakan kata-
kata keras fasilitator dapat
mengganti dengan kata-kata yang
lebih netral.
🙫 Komunikasi tanpa menggunakan
kata-kata lisan maupun tulisan.
🙫 Komunikasi ini dapat mengandung
pesan kekuatan, penghinaan, rasa
uggul atau kekurang yakinan
🙫 Fasilitator perlu atau mampu
menangkap dan mendiagnosa
Komunikasi Non Verbal Ini, Seperti
Geleng Kepala, Anggukan, Desis
Suara, Tarikan Napas, Desah
Suara, Gerakan Tubuh, Gerakan
Tangan, Ekspresi Wajah.
🙫 Mendengar secara efektif.
🙫 Menangkap fakta yang
dikemukakan dan juga
perasaan.
🙫 Pusatkan perhatian secara fisik dan
psikologis.
🙫 Mengikuti pembicaraan.
🙫 Memberikan umpan balik.
🙫Tidak sama dengan
mengulangi kata-kata, tetapi
menggunakan kata-kata lain,
ungkapan dan tekanan untuk
merefleksikan apa yang telah
disampaikan oleh para pihak
.
🙫 PERTANYAAN TERBUKA:
Dapat dikemukakan pada setap
tahapan musyawarah
Contoh: Pak Adi dapatkah anda
ceritakan bagamana terjadinya
peristiwa kecelakaan tersebut?
🙫 PERTANYAAN TERTUTUP:
Dimaksudkan untuk mendapatkan
jawaban ya atau tidak.
Tipe pertanyaan ini hanya dapat
diajukan pada situasi tertentu saja
PIHAK PIHAK DALAM
MUSYAWARAH
🙫 FASILITATOR: PENUNTUT UMUM
🙫 PELAKU / TERSANGKA
🙫 KORBAN
🙫 PIHAK-PIHAK TERKAIT /
PERWAKILAN MASYARAKAT
🙫 Apabila dianggap perlu keluarga korban
dan keluarga tersangka dilibatkan
TAHAPAN
MUSYAWARAH
Tahap
🙫 Pembukaan oleh Fasilitator (perkenalan Fasilitator dan Para Pihak
Awal:
yang hadir serta menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakan
Musyawarah
🙫 Fasilitator Menyampaikan Tata Tertib Musyawarah untuk di
sepakati para Pihak :
❖ Menyampaikan informasi dalam forum perundingan
❖ Tidak boleh menyerang/ menyela, semua pihak yang hadir
diharapkan menciptakan suasana yang kondusif
❖ Jika diperlukan dapat dilakukan kaukus
❖ Sifatnya rahasia
❖ Kesepakatan dibuat tertulis
🙫 Menjelaskan Tugas Fasilitator (perannya NETRAL dan membantu/
memfasilitasi para pihak untuk mencapai kesepakatan)
TAHAPAN
MUSYAWARAH
🙫 Fasilitator mengidentifikasi benang merah dari hal-hal yang
disampaikan pihak-pihak sebagai opsi penyelesaian konflik
🙫 Para pihak memilih opsi (negosiasi) untuk mencapai
kesepakatan perdamaian
🙫 Bila di pandang perlu dapat di lakukan kaukus

Tahap Akhir:
🙫 Draft kesepakatan perdamaian dikonfirmasi kepada para pihak
🙫 Penandatanganan kesepakatan perdamaian
TAHAPAN
MUSYAWARAH
🙫 Fasilitator mengidentifikasi benang merah dari hal-hal yang
disampaikan pihak-pihak sebagai opsi penyelesaian konflik
🙫 Para pihak memilih opsi (negosiasi) untuk mencapai
kesepakatan perdamaian
🙫 Bila di pandang perlu dapat di lakukan kaukus

Tahap Akhir:
🙫 Draft kesepakatan perdamaian dikonfirmasi kepada para pihak
🙫 Penandatanganan kesepakatan perdamaian
PERLU
🙫
PERHATIAN
Dalam Menyusun Kesepakatan, Fasilitator memperhatikan dan
mengarahkan agar kesepakatan tidak bertentangan dengan hukum,
agama, kepatutan masyarakat setempat, kesusilaan, atau memuat hal-
hal yang tidak dapat dilaksanakan anak atau memuat itikat tidak baik.

🙫 Isi kesepakatan harus jelas dan rinci , tidak multi tafsir.

🙫 Pada akhir proses penutup, FasilItator menyampaikan apabila isi


kesepakatan tidak dilaksanakan maka perkara dilanjutkan.

🙫 Apabila isi kesepakatan telah dilaksanakan, maka fasilitator


melaporkan kepada Kajari dengan melampirkan berita acara
kesepakatan perdamaian dan nota pendapat. Selanjutnya, Kajari
meminta persetujuan penghentian penuntutan kepada Kajati dan
apabila disetujui maka Kajari mengeluarkan SKP2.
Kesepahaman konsep
keadilan restorative
para APH

Koordinasi antar
penegak hukum

Dukungan
infrastruktur (anggaran
& sarpras)

Kesiapan SDM
“Memberikan perlindungan
kepada korban kejahatan,
hendaknya diintrodusir
mekanisme mediasi dan
peradilan restorative
(restorative justice)”
Mari Berdiskusi…..
“I have a dream that we won’t have to talk
about ‘restorative justice’ because it will be
understood that true justice is about
restoration, and about transformation. I
have a dream.”

Saya bermimpi bahwa kita tidak akan


berbicara tentang keadilan restoratif
karena hal ini akan menjadi pemahaman
bahwa keadilan yang sesungguhnya
adalah tentang pemulihan dan tentang
perubahan. Saya mimpikan itu.

Howard Zehr
Jabatan : Hakim Tinggi PT
Tanjungkarang
Email : dsdewihaz@gmail.com/ dewihaz@yahoo.com
HP : 081288156666
IG / FB : dewihazuardi / dewihaz
Riwayat Pekerjaan :
• Cakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
• Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat
• Ketua Pengadilan Negeri Stabat
Dr. Diah Sulastri Dewi, • Ketua Pengadilan Negeri Cibinong
S.H.,M.H •Wakil Ketua PN Bale Bandung
•Wakil Ketua PN Kelas IA Khusus Bandung
• Hakim Tinggi PT Tanjungkarang
Pengalaman :
▪ Ketua Tim Pembaharuan dan Pengembangan
Teknologi Informasi Dilan PT
Tanjungkarang
▪ Anggota Pokja ADR Mahkamah Agung
▪ Anggota Pokja Perempuan dan Anak MARI
▪ Dosen Pascasarjana S3 dan S2 Universitas
Jayabaya Jakarta
Dr. Diah Sulastri Dewi, ▪ Dosen Pascasarjana S2 Universitas Pasundan
S.H.,M.H ▪ Pengajar di Pusdiklat Mahkamah Agung RI,
Kejaksaan Agung, Mabes Polri,
Kemenkumham
PEACE IS
BEAUTIFUL

Anda mungkin juga menyukai