Anda di halaman 1dari 36

Ekstrak

TRIA PRAYOGA, S.Farm., M.Farm.


Rujukan

Buku Pintar Hidup Sehat Cara Mas Dewo. Jakarta . PT.


AgroMedia Pustaka. 2009.

Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta. Kementerian


Kesehatan RI. 2020.

Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Kementerian


Kesehatan RI. 2017.

Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.


Departemen Kesehatan. 2000.
Sediaan kering, kental, atau cair yang
Ekstrak dibuat dengan cara mengambil sari
simplisia menurut cara yang tepat dan
diluar pengaruh cahaya matahari
langsung. (Buku pintar hidup sehat cara
mas dewo)

Sediaan pekat yang diperoleh dengan


mengekstraksi zat aktif dari simplisia
menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian
hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan”. (FI VI)
• Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat
secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi
dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit mungkin
terkena panas.
• Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia, yang mengandung etanol sebagai
pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika
tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi, tiap ml ekstrak
mengandung bahan aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat.
• Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan
disaring atau bagian yang bening dienaptuangkan. Beningan yang diperoleh
memenuhi persyaratan Farmakope. (FI VI)
Ekstrak Cair (Liquidum);
ekstrak chinae liquidum,
ekstrak hidratis liquidum.

Ekstrak kental (Spissum);


Ekstrak ekstrak beladona, ekstrak
berdasarkan hyoscyami, ekstrak calis,
konsistensi ekstrak curniti.

Ekstrak kering (Siccum);


ekstrak opium, ekstrak
striknin
Ekstrak cair biasanya masih mengandung sejumlah pelarut tertentu (kadar air >
20%)
Ekstrak kental, merupakan ekstrak yang pelarutnya telah diuapkan sampai batas
tertentu (kadar air > 10-20%, bahkan 30%),
Ekstrak kering adalah ekstrak yang ditambahkan serbuk pengisi, seperti laktosa,
avicel, maltodekstrin, amilum atau bahan pengisi lain yang inert dengan
perbandingan tertentu, kemudian dikeringkan dalam lemari pengering (oven).
Ekstrak kering juga dapat diperoleh dengan menguapkan seluruh pelarut yang
digunakan pada saat penyarian, hingga benar-benar kering menghasilkan massa
berupa serbuk, tetapi cara seperti ini jarang digunakan pada skala industri, karena
lamanya proses pengeringan dan khawatir merusak zat aktif dari ekstrak.
Ekstrak berdasarkan kemurnian

1. Produk ekstrak yang dihasilkan dengan menambahkan serbuk


pengisi, pelarut pengental seperti gliserin, propilenglikol, atau pelarut
cair lain (etanol, air) dinamakan Ekstrak Non Alami (Non native
Herbal Drugs Preparation)
2. Ekstrak yang tidak mengandung pelarut atau bahan tambahan lain
dinamakan ekstrak murni (Native Herbal Drugs Preparation)
Kualitas ekstrak sangat mempengaruhi produk jamu atau produk ekstrak
yang dibuat, oleh karena itu beberapa produsen yang menggunakan
simplisia yang sama dalam produknya, dapat menghasilkan produk jamu
dengan kualitas yang berbeda.
Penggunaan Ekstrak Tumbuhan
Obat dari bahan nabati

1. Bahan Awal, ekstrak sebagai bahan awal dianalogkan dengan komoditi


bahan baku obat dengan teknologi fitofarmasi diproses menjadi obat
jadi.
2. Bahan Antara, bahan yang dapat diproses lagi menjadi fraksi-fraksi, isolat
senyawa tunggal ataupun tetap sebagai campuran dengan ekstrak lain.
3. Bahan Produk Jadi, ekstrak yang berada dalam sediaan obat jadi siap
digunakan. Ekstrak tersebut bisa dalam bentuk ekstrak kering, kental, dan
cair yang proses pembuatannya disesuaikan dengan bahan aktif yang
dikandung serta maksud penggunaannya, apakah akan dibuat dalam
sediaan kapsul, tablet, cairan obat.
Permasalahan Ekstrak Tumbuhan

Melihat jumlah simplisia yang semakin banyak digunakan sebagai


bahan baku dalam pembuatan Obat Tradisional/ obat bahan alam,
maka perlu diterapkan standar mutu dan keamanan untuk bahan
baku tersebut. Untuk menjaga kualitas bahan baku obat alam perlu
dilakukan usaha budidaya dan standarisasi terhadap bahan baku
tersebut, baik yang berupa simplisia maupun yang berbentuk
ekstrak atau sediaan galenik.
Mutu ekstrak :

Faktor yang berpengaruh terhadap mutu ekstrak :


1. Faktor biologi
a. Identitas jenis (species)
b. Lokasi tumbuhan asal
c. Periode pemanenan hasil tumbuhan
d. Penyimpanan bahan tumbuhan
e. Umur tumbuhan dan bagian yang
digunakan
Mutu ekstrak :

2. Faktor kimia
a. Faktor internal
1) Jenis senyawa aktif dalam bahan
2) Komposisi kualitatif senyawa aktif
3) Komposisi kuantitatif senyawa aktif
4) Kadar total rata-rata senyawa aktif
b. Faktor eksternal
1) Metode ekstraksi
2) Perbandingan ukuran alat
Mutu ekstraksi
3) Ukuran, kekerasan dan
kekeringan bahan
ekstrak : 4) Pelarut yang digunakan dalam
ekstraksi
5) Kandungan logam berat
6) Kandungan pestisida
Standardisasi : semua ukuran yang digunakan
selama proses pembuatan untuk
menghasilkan produk yang reproducible
(keterulangannya baik)

Standardisasi ekstrak bertujuan menghasilkan


ekstrak terstandar untuk mencapai komposisi
yang dipersyaratkan

Standardisasi • Teknik ekstraksi harus distandarkan sesudah


ekstrak : diperoleh metode ekstraksi yang paling baik
• Standardisasi pelarut
• Simplisia terstandar
Serangkaian parameter, prosedur dan
cara pengukuran yang hasilnya
merupakan unsur-unsur terkait seperti
paradigma mutu yang memenuhi standar
dan jaminan stabilitas produk.

Standarisasi
Ekstrak Hasil dari proses ekstraksi ini dapat
Tumbuhan menghasilkan parameter spesifik dan non
spesifik ekstrak yang terstandar dan
diharapkan mampu menunjukkan kualitas
ekstrak baik dalam hal kandungan bahan
aktif, kadar air maupun batas cemaran
yang diperbolehkan.
Pembuatan ekstrak :

Secara garis besar :


1. Pembuatan sebuk simplisia
2. Pemilihan cairan pelarut (Selektiv, ekonomis, aman, ramah lingkungan,
kemudahan berkerja)
3. Ekstraksi
4. Separasi dan pemurnian
5. Pemekatan/Penguapan
6. Pengeringan ekstrak
7. Rendemen
Metode Ekstraksi
A. Ekstraski dengan menggunakan pelarut
1. Cara dingin
a. Maserasi
b. Perkolasi
2. Cara Panas
a. Refluks
b. Soxhlet
c. Digesti
d. Infus
e. Dekok
Lanjutan…
B. Destilasi uap
Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak
atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan
peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap
air dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan
kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut ter
destilasi) menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah
sempurna atau memisah sebagian. Destilasi uap, bahan (simplisia) benar-
benar tidak tercelup ke air yang mendidih, namun dilewati uap air
sehingga senyawa kandungan menguap ikut ter destilasi. Destilasi uap
dan air, bahan (simplisia) bercampur sempurna atau sebagian dengan air
mendidih, senyawa kandungan menguap tetap kontinu ikut ter destilasi.
Lanjutan…
C. Cara ekstraksi lainnya
1. Ekstraksi berkesinambungan
Proses ekstraksi yang dilakukan berulang kali dengan pelarut yang berbeda
atau resirkulasi cairan pelarut dan prosesnya tersusun berturutan
beberapa kali. Proses ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi (jumlah
pelarut) dan dirancang untuk bahan dalam jumlah besar yang terbagi
dalam beberapa bejana ekstraksi.
2. Superkritikal karbon dioksida
Penggunaan prinsip super kritik untuk ekstraksi serbuk simplisia, dan
umumnya digunakan gas karbon dioksida. Dengan variabel tekanan dan
temperatur akan diperoleh spesifikasi kondisi polaritas tertentu yang
sesuai untuk melarutkan golongan senyawa kandungan tertentu.
Penghilangan cairan pelarut dengan mudah dilakukan karena karbon
dioksida menguap dengan mudah, sehingga hampir langsung diperoleh
ekstrak.
Lanjutan…
3. Ekstraksi Ultrasonik
Getaran ultrasonik (> 20.000 Hz.) memberikan efek pada proses ekstrak
dengan prinsip meningkatkan permeabilitas dinding sel, menimbulkan
gelembung spontan (cavitation) sebagai stres dinamik sena menimbulkan fraksi
interfase. Hasil ekstraksi tergantung pada frekuensi getaran, kapasitas alat dan
lama proses ultrasonikasi.
4. Ekstraksi energi listrik
Energi listrik digunakan dalam bentuk medan listrik, medan magnet serta
"electric-discharges" yang dapat mempercepat proses dan meningkatkan hasil
dengan prinsip menimbulkan gelembung spontan dan menyebarkan
gelombang tekanan berkecepatan ultrasonic.
Parameter dan metode Uji
Ekstrak

A. Parameter spesifik
1. Identitas ekstrak
2. Organoleptik ekstrak
3. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
Parameter dan metode Uji
Ekstrak

B. Parameter non spesifik


1. Susut pengeringan
2. Bobot jenis
3. Kadar air
4. Kadar abu
5. Sisa pelarut
6. Residu pestisida
7. Cemaran logam berat
8. Cemaran mikroba
a. ALTB
b. MPN Coliform
c. Uji Angka kapang dan khamir
d. Uji cemaran aflatoksin
Parameter dan metode Uji
Ekstrak

C. Uji kandungan kimia ekstrak


1. Pola kromatogram
2. Kadar total golongan kandungan kimia
3. Kadar kandungan kimia tertentu
Tugas berkelompok

Carilah obat-obat yang tergolong;


1. Jamu
2. Obat herbal terstandar
3. Obat fitofarmaka

Tuliskan pengertian dan apa perbedaan antara ketiga


golongan tersebut.
Jamu
Obat
Herbal
Terstandar
Fitofarmaka

1. Stimuno Dexa Medica –


Fitofarmaka Modulator Imun
(Imunomodulator); ekstrak
Phyllanthus niruri atau meniran di
dalamnya berkhasiat merangsang
tubuh lebih banyak memproduksi
lebih banyak antibodi dan
mengaktifkan sistem kekebalan
tubuh agar bekerja optimal.
2. Diabmeneer Nyonya Meneer –
Fitofarmaka Diabetes (Kencing
Manis) mengandung ekstrak
Momordicae Fructus yang
membantu mengurangi
konsentrasi gula darah.
3. Tensigard Phapros – Fitofarmaka
Hipertensi (Darah Tinggi);
ekstrak Apii Herba dan ekstrak
orthosiphonis berkhasiat untuk
menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolik.
4. Rheumaneer Nyonya Meneer
– Fitofarmaka Rematik;
mengandung ekstrak
Curcumae Rhizoma yang
berkhasiat melancarkan
peredaran darah,
menghilangkan nyeri dan kaku
sendi, menghangatkan, dan
menyegarkan badan.
5. X-Gra Phapros – Fitofarmaka
Lemah Syahwat (Impoten
Aphrodisiaka); terbuat dari
ekstrak ginseng, royal jeli,
ekstrak ganoderma, dan lainnya.
Obat ini berkhasiat
meningkatkan stamina pria dan
membantu mengatasi disfungsi
ereksi serta ejakulasi dini.
6. Nodiar Kimia Farma –
Fitofarmaka Diare (Mencret);
yang terbuat dari ekstrak apel
dan rimpang kurkuma.
Kandungan attapulgite dan
pektin di dalamnya diklaim
dapat mengabsorpsi virus,
bakteri, gas, dan toksin yang
terdapat dalam usus.
1. Kenapa obat fitofarmaka dapat
disejajarkan dengan obat-obatan
TUGAS modern?
1. Tahap Seleksi; untuk memilih bahan alami
yang berkhasiat mengobati penyakit
utama berdasar pengalaman pemakaian
empiris sebelumnya serta diperkirakan
dapat menjadi alternatif pengobatan
untuk penyakit yang belum ada atau
masih belum jelas pengobatannya.
2. Tahap Biological Screening; untuk
menyaring ada atau tidaknya efek
farmakologi yang mengarah ke khasiat
terapetik dan ada tidaknya efek
keracunan akut atau spektrum toksisitas
dan sistem organ mana yang paling peka
terhadap efek keracunan tersebut.
3. Tahap Penelitian Farmakodinamik; untuk
melihat pengaruh calon fitofarmaka
terhadap masing-masing sistem biologis
organ tubuh dan mengetahui mekanisme
kerja yang lebih rinci dari fitofarmaka.
4. Tahap Pengujian Toksisitas Lanjut; yang
terdiri atas toksisitas khas/ khusus,
toksisitas akut, dan toksisitas subkronis.
5. Tahap Pengembangan Sediaan (Formulasi);
untuk mengetahui bentuk-bentuk sediaan
yang memenuhi syarat mutu, keamanan,
dan estetika untuk pemakaian pada
manusia dengan tata laksana teknologi
farmasi dalam rangka uji klinik yaitu
teknologi farmasi tahap awal, pembakuan
(standarisasi), dan parameter standar
mutu.
6. Tahap Uji Klinik Pada Manusia; yang
dilakukan pada empat fase yaitu fase 1
pada sukarelawan sehat, fase 2 pada
kelompok pasien terbatas, fase 3 pada
pasien dengan jumlah yang lebih besar
dari fase 2. Untuk dapat disebut
fitofarmaka, obat ini harus lulus uji klinik
fase 1 (20-50 orang), fase 2 (200-300
orang), fase 3 (300-3000 orang), dan fase
4 yaitu post marketing surveillance untuk
mengevaluasi semua fase tersebut.

Anda mungkin juga menyukai