Anda di halaman 1dari 34

Pertemuan Keempat

 Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran


dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan
penggabungannya dalam suatu bahasa).

 Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan
kata, dan pemakaian tanda baca.
1. Ejaan van Ophuijsen
2. Ejaan Soewandi
3. Ejaan Pembaharuan
4. Ejaan Melindo
5. Ejaan Baru (Ejaan LBK)
6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
7. Ejaan Bahasa Indonesia
 Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf
latin, yang disebut Ejaan van Ophuijsen.

 Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku


Nawawi Gelar Soetan Ma`moer dan Moehammad Taib Soetan
Ibrahim.
 Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan van
Ophuijsen adalah sebagai berikut:
1. Huruf j dipakai untuk menuliskan huruf y,
seperti kata-kata jang, pajah, sajang
2. Huruf oe dipakai untuk menuliskan huruf
u, seperti kata-kata goeroe, itoe, oemoer
3.Tanda diakritik, seperti koma, apostrof, dan tanda
trema, dipakai untuk menuliskan kata-kata ma`moer,
`akal, ta`, pa`, dina`mai, do`a, Jum`at
 Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi
diresmikan untuk menggantikan Ejaan van
Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi
julukan Ejaan Republik.
 Hal-hal yang yang perlu diketahui sehubungan
dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut:
1. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada kata guru,
itu, umur
2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis
dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak,
maklum, rakjat
3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka-2,
seperti anak2, berjalan2, ke-barat2-an
4. Awalan di- dan kata depan di keduanya-duanya
ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, seperti kata depan di pada
dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan
di- pada ditulis, dikarang
 Kongres Bahasa Indonesia ke-2 dilaksanakan pada
tanggal 28 Oktober sampai dengan 2 November
1954 di Medan. Kongres tersebut diprakasai oleh
Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan,
Moehammad Yamin.
 Permasalahan ejaan kembali muncul sebagai salah
satu mata acara pertemuan. Kongres tersebut
memutuskan agar dibentuk lembaga yang
mengatur penyusunan peraturan ejaan bahasa
Indonesia yang praktis. Lembaga yang dimaksud
tersebut dibentuk oleh Menteri Pengajaran,
Pendidikan, dan Kebudayaan dengan Surat
Keputusan No. 44879 tanggal 19 Juli 1956. Pada
1957, panitia ini berhasil membuat patokan-
patokan baru dalam berbahasa yang dikenal
dengan Ejaan Pembaruan.
Ciri ejaan pembaharuan ialah disederhanakannya
huruf-huruf yang berupa konsonan dengan
huruf tunggal.
 Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
 Gabungan konsonan tj diubah menjadi c
 Gabungan konsonan ng diubah menjadi n
 Gabungan konsonan ny diubah menjadi ñ
 Gabungan konsonan sy diubah menjadi š

Belum menggunakan diftong


Santay, gulay, harimaw, kalaw
 Pada Akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slamet
Mulyana-Syeh Nasir bin Ismail, ketua) menghasilkan konsep ejaan
bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo
(Melayu-Indonesia).
 Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya
mengurungkan peresmian ejaan itu.
 Ejaan baru pada dasarnya merupakan kelanjutan
usaha dari panitia Ejaan Melindo. Panitia ini
berhasil merumuskan satu konsep ejaan yang
kemudian disebut sebagai Ejaan Baru atau Ejaan
LBK. Disebut ejaan LBK karena disusun oleh
lembaga Bahasa dan Kesusatraan. Panitia ejaan ini
diketuai oleh Anton. M. Moeliono yang disahkan
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Sarino
Mangunpranoto, sejak 1966 dan disahkan dalam
Surat Keputusan No. 062/1967 tanggal 19
September 1967.
 Konsep ejaan ini dikaji dan ditanggapi oleh
kalangan luas selama beberapa tahun.
 Pada tanggal 16 Agustus1972, Presiden Soeharto meresmikan pemakaian
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Peresmian ejaan baru itu
berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972.

 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang


berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai
patokan pemakaian ejaan itu.
1. Perubahan Ejaan Soewandi ke Ejaan yang
Disempurnakan
Ejaan Soewandi EYD
dj djalan, djauh j jalan, jauh
j pajung, laju y payung, layu
nj njonja, bunji ny nyonya, bunyi
sj sjarat sy syarat
tj tjukup, tjutji c cukup, cuci
ch tarich, achir kh tarikh, akhir
2. Huruf-huruf yang sebelumya sudah terdapat dalam Ejaan
Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan
pemakaiannya.
f maaf, fakir
v valuta, universitas
z lezat, izin
3. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan
dalam ilmu eksakta tetap dipakai
a:b=p:q
sinar-X
4. Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di
atau ke sebagai kata depan dibedakan, yaitu
di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya, sedangkan di
atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah
dengan kata yang mengikutinya.
di- (awalan) di (kata depan)
ditulis di kampus
dilempar di jalan
kehendak ke luar negeri
keinginan ke rumah
5. Kata ulang ditulis penuh
dengan huruf, tidak boleh
digunakan angka 2
Ejaan Van Ophyuijsen Ejaan Republik Ejaan yang
Disempurnakan (EYD)
(Ejaan Soewandi)

Choesoes chusus khusus

djoem’at djum’at jumat

ja’ni jakni yakni

pajoeng pajung payung

tjoetjoe tjutju cucu

soenji sunji sunyi


 EYD berbicara tentang
1. Pemakaian huruf
2. Penulisan kata
3. Penulisan unsur-unsur serapan
4. Pemakaian tanda baca
A. Huruf Abjad
B. Huruf Vokal
C. Huruf Konsonan
D. Huruf Diftong
E. Gabungan Huruf Konsonan
F. Huruf Kapital
G. Huruf Miring
H. Huruf Tebal
A. Kata Dasar
B. Kata Turunan
C. Bentuk Ulang
D. Gabungan Kata
E. Suku Kata
F. Kata depan di, ke, dan dari
G. Partikel
H. Singkatan dan Akronim
I. Angka dan Bilangan
J. Kata ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya
K. Kata si dan sang
A. Tanda Titik (.)
B. Tanda Koma (,)
C. Tanda Titik Koma (;)
D. Tanda Titik Dua (:)
E. Tanda Hubung (-)
F. Tanda Pisah (–)
G. Tanda Tanya (?)
H. Tanda Seru (!)
I. Tanda Elipsis (...)
J. Tanda Petik (“...”)
K. Tanda Petik Tunggal (‘...’)
L. Tanda Kurung (( ))
M. Tanda Kurung Siku ([ ])
N. Tanda Garis Miring (/)
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof
 Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 50 tahun
2015
 Ditetapkan oleh Anies
Baswedan 26 November 2015
 Hal ini diputuskan dengan pertimbangan
sebagai berikut.
a. bahwa sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, penggunaan bahasa Indonesia dalam
beragam ranah pemakaian, baik secara lisan maupun tulisan
semakin luas;
b. bahwa untuk memantapkan fungsi bahasa Indonesia
sebagai bahasa Negara, perlu menyempurnakan Pedoman
Ejaan Bahasa Indonesia;
c. bahwa berdasakan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan peraturan
menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang PUEBI;
1. Penambahan diftong ei
Diftong ei ditambahkan karena Bahasa Indonesia
menyerap kosakata dari berbagai bahasa asing dan
banyak istilah asing, seperti pada kata survei sehingga
kini ada empat diftong dalam bahasa Indonesia yakni
ai, au, ei, oi.
2. Penggunaan huruf tebal
Huruf tebal digunakan untuk dua hal yaitu, untuk judul
atau sub-sub pada sebuah teks dan digunakan untuk
menegaskan pada sebuah tulisan atau istilah yang
telah dimiringkan.
3. Huruf kapital
Pada EYD tidak diatur bahwa unsur julukan ditulis
dengan awal huruf kapital.
 Tentukan termasuk ke dalam ejaan manakah kata-kata berikut!

No. Kata van Ophuijsen Soewandi EYD/EBI


1. makan2
2. bapa`
3. disekolah
4. menyanyi
5. loepa
6. ke Bogor
7. isjarat
8. cemas
9. Djanuari
10. loeka
No. Kata van Ophuijsen Soewandi EYD
11. jalan2
12. oentoek
13. bunji
14. kursi
15. do`a
16. senang2
17. tjerah
18. rumah
19. sepatoe
20. jum`at

Anda mungkin juga menyukai