Ekstraksi merupakan suatu proses penyarian suatu senyawa kimia dari suatu bahan alam
dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan dengan berbagai metode yang
sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada proses ekstraksi ini dapat digunakan sampel
dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan, tergantung pada sifat tumbuhan dan
senyawa yang akan diisolasi. Untuk mengekstraksi senyawa utama yang terdapat dalam
bahan tumbuhan dapat digunakan pelarut yang cocok.
Ekstraksi komponen senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan dapat dilakukan dengan
cara :
1. Maserasi
Maserasi merupakan proses penyarian senyawa kimia secara sederhana dengan cara
merendam simplisia atau tumbuhan pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut yang
sesuai sehingga bahan menjadi lunak dan larut. Penyarian zat-zat berkhasiat dari simplisia,
baik simplisia dengan zat khasiat yang tidak tahan pemanasan. Sampel biasanya direndam
selama 3-5 hari, sambil diaduk sesekali untuk mempercepat proses pelarutan komponen
kimia yang terdapat dalam sampel. Maserasi dilakukan dalam botol yang berwarna gelap dan
ditempatkan pada tempat yang terlindung cahaya. Ekstraksi dilakukan berulang-ulang kali
sehingga sampel terekstraksi secara sempurna yang ditandai dengan pelarut pada sampel
berwarna bening. Sampel yang direndam dengan pelarut tadi disaring dengan kertas saring
untuk mendapat maseratnya. Maseratnya dibebaskan dari pelarut dengan menguapkan secara
in vacuo dengan rotary evaporator.
2.Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai
secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi bertujuan supaya zat
berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan
ataupun tidak tahan pemanasan.
3. Digestasi
Digestasi adalah proses penyarian yang sama seperti maserasi dengan menggunakan
pemanasan pada suhu 30oC 40oC. Cara ini dilakukan untuk simplisia yang pada suhu biasa
tidak tersari dengan baik. Jika pelarut yang dipakai mudah menguap pada suhu kamar dapat
digunakan alat pendingin tegak, sehingga penguapan dapat dicegah.
4.Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu
90oC selama 15 menit, kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara sebagai berikut :
simplisia dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan kedalam panci dan ditambahkan air
secukupnya, panaskan diatas penangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu mencapai
90oC sambil sesekali diaduk, serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas
secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.
5.Dekokta
Dekokta adalah suatu proses penyarian yang hampir sama dengan infus, perbedaannya pada
dekokta digunakan pemanasan selama 30 menit dihitung mulai suhu mencapai 90oC. Cara ini
dapat dilakukan untuk simplisia yang mengandung bahan aktif yang tahan terhadap
pemanasan
6. Sokletasi
Sokletasi merupakan suatu cara pengekstraksian tumbuhan dengan memakai alat soklet. Pada
cara ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara terpisah. Sokletasi digunakan untuk
simplisia dengan khasiat yang relatif stabil dan tahan terhadap pemanasan. Prinsip sokletasi
adalah penyarian secara terus menerus sehingga penyarian lebih sempurna dengan memakai
pelarut yang relatif sedikit. Jika penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan dan
sisanya adalah zat yang tersari. Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah
menguap atau mempunyai titik didih yang rendah.
Pelarut beserta zat yang tersari pada labu didih akan menguap lagi dan peristiwa ini akan
terjadi berulang-ulang sampai seluruh zat yang ada dalam sampel tersari sempurna (ditandai
dengan pelarut yang turun melewati pipa kapiler tidak berwarna dan dapat diperiksa dengan
pereaksi yang cocok).
DAFTAR PUSTAKA
Djamal, R., Prinsip-Prinsip bekerja Dalam Bidang Kimia Bahan Alam, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Padang, 1990.
Ansel, H. C., Pengantar Bentuk sediaan Farmasi, edisi 4, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim,
Penerbit UI press, Jakarta, 1989.
Voigt, R., Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi ke-5, UGM Press, Yogyakarta, 1995.
Metode Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu proses penyarian suatu senyawa kimia dari suatu bahan alam
dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan dengan berbagai metode yang
sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada proses ekstraksi ini dapat digunakan sampel
dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan, tergantung pada sifat tumbuhan dan
senyawa yang akan diisolasi. Untuk mengekstraksi senyawa utama yang terdapat dalam
bahan tumbuhan dapat digunakan pelarut yang cocok.
Ekstraksi komponen senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan dapat dilakukan dengan
cara :
1. Maserasi
Maserasi merupakan proses penyarian senyawa kimia secara sederhana dengan cara
merendam simplisia atau tumbuhan pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut yang
sesuai sehingga bahan menjadi lunak dan larut. Penyarian zat-zat berkhasiat dari simplisia,
baik simplisia dengan zat khasiat
yang tidak tahan pemanasan. Sampel biasanya direndam selama 3-5 hari, sambil diaduk
sesekali untuk mempercepat proses pelarutan komponen kimia yang terdapat dalam sampel.
Maserasi dilakukan dalam botol yang berwarna gelap dan ditempatkan pada tempat yang
terlindung cahaya. Ekstraksi dilakukan berulang-ulang kali sehingga sampel terekstraksi
secara sempurna yang ditandai dengan pelarut pada sampel berwarna bening. Sampel yang
direndam dengan pelarut tadi disaring dengan kertas saring untuk mendapat maseratnya.
Maseratnya dibebaskan dari pelarut dengan menguapkan secara in vacuo dengan rotary
evaporator.
3. Digestasi
Digestasi adalah proses penyarian yang sama seperti maserasi dengan menggunakan
pemanasan pada suhu 30oC 40oC. Cara ini dilakukan untuk simplisia yang pada suhu biasa
tidak tersari dengan baik. Jika pelarut yang dipakai mudah menguap pada suhu kamar dapat
digunakan alat pendingin tegak, sehingga penguapan dapat dicegah.
4.Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu
90oC selama 15 menit, kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara sebagai berikut :
simplisia dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan kedalam panci dan ditambahkan air
secukupnya, panaskan diatas penangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu mencapai
90oC sambil sesekali diaduk, serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas
secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.
5.Dekokta
Dekokta adalah suatu proses penyarian yang hampir sama dengan infus, perbedaannya pada
dekokta digunakan pemanasan selama 30 menit dihitung mulai suhu mencapai 90oC. Cara ini
dapat dilakukan untuk simplisia yang mengandung bahan aktif yang tahan terhadap
pemanasan
6. Sokletasi
Sokletasi merupakan suatu cara pengekstraksian tumbuhan dengan memakai alat soklet. Pada
cara ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara terpisah. Sokletasi digunakan untuk
simplisia dengan khasiat yang relatif stabil dan tahan terhadap pemanasan. Prinsip sokletasi
adalah penyarian secara terus menerus sehingga penyarian lebih sempurna dengan memakai
pelarut yang relatif sedikit. Jika penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan dan
sisanya adalah zat yang tersari. Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah
menguap atau mempunyai titik didih yang rendah.
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral).
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman. Yang dimaksud eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.
Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian dari hewan atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
Simplisia pelikan atau mineral ialah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang
belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
1. Pengumpulan bahan baku, dipengaruhi oleh waktu pengumpulan, dan juga teknik
pengumpulan.
2. Sortasi basah, memiliki tujuan untuk membersihkan dari benda-benda asing seperti tanah,
kerikil, rumput, bagian tanamn lain dan bahan yang rusak.
3. Pencucian simplisia dengan menggunakan air, sebaiknya memperhatikan sumber air, agar
diketahui sumber air tersebut mengalami pencemaran atau tidak.
4. Pengubahan bentuk simplisa seperti perajangan, pengupasan, pemecahan, penyerutan,
pemotongan.
5. Pengeringan dilakukan sedapat mungkin tidak merusak kandungan senyawa aktif dalam
simplisia. Tujuan pengeringan yaitu agar simplisia awet, dan dapat digunakan dalam
jangka waktu yang lama.
6. Sortasi kering, bensa-benda asing yang masih tertinggal, dipisahkan agar simplisia bersih
sebelum dilakukan pengepakan.
7. Pengepakan dan penyimpanan untuk mencegah terjadinya penurunan mutu simplisia
Adapun yang dimaksud dengan ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan mengektraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudia semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia kering
(penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan peralatan tertentu sampai
derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak dengan dasar
beberapa hal :
Makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif efisien namun makin halus
serbuk, maka makin rumit secara teknologi peralatan untuk tahapan filtrasi.
Selama penggunaan peralatan penyerbukan dimana ada gerakan dan interaksi dengan
benda keras (logam, dll) maka akan timbul panas yang dapat berpengaruh pada senyawa
kandungan. Namun hal ini dapat dikompensasi dengan penggunaan nitrogen cair.
Tahap selanjutnya adalah menambahkan pelarut yang sesuai untuk mengektraksi kandungan
zat aktif dari serbuk simplisia. Pemilihan pelarut/cairan penyari yang baik harus
mempertimbangkan beberapa kriteria yaitu murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika
dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif yakni
hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat berkhasiat, dan
diperbolehkan oleh peraturan. Untuk penyarian ini, Farmakope Indonesia menetapkan bahwa
sebagai cairan penyari adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Penyarian pada perusahaan obat
tradisional masih terbatas pada penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanol-air.
Setelah itu, dilakukan tahap separasi dan pemurnian. Tujuan dari tahapan ini adalah
menghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa
berpengaruh pada senyawa berkhasiat yang dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang
lebih murni. Proses-proses pada tahapan ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tak
campur, sentrifugasi, filtrasi serta proses adsorbsi dan penukar ion.
Selanjutnya dilakukan pemekatan dengan cara penguapan/evaporasi cairan pelarut tapi tidak
sampai pada kondisi kering, hanya sampai diperoleh ekstrak kental/pekat.
Metode Penyarian
Metode penyarian dapat dibedakan menjadi infundasi, maserasi, perkolasi dan menggunakan
alat soxhlet. Dari keempat cara tersebut sering dilakukan modifikasi untuk memperoleh hasil
yang lebih baik.
Infundasi
merupakan metode penyarian dengan cara menyari simplisia dalam air pada suhu 90OC
selama 15 menit. Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat
kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode ini
menghasilkan sari/eksrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang.
Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
Panci infus terdiri dari dua susun, panci bagian atas berisi bahan dan aquadest sedangkan
panci bagian bawah berupa tangas air. Dengan demikian panci yang berisi bahan tidak
langsung berbuhungan dengan api.
Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional. Dengan
beberapa modifikasi, cara ini sering digunakan untuk membuat ekstrak. Infusa dibuat dengan
cara :
1. membasahi bahan baku/simplisia dengan air ekstra, biasanya dengan air 2x bobot bahan,
untuk bunga 4x bobot bahan dan untuk karagen 10x bobot bahan.
2. pemanasan bahan dalam aquadest (10x bobot bahan + air esktra) selama 15 menit pada
suhu 90OC sampai 98OC.
3. untuk memudahkan penyarian, kadang-kadang perlu ditambah bahan kimia, misalnya
asam sitrat untuk infus kina, kalium atau natrium karbonat untuk infus kelembak.
4. penyarian dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan yang mengandung bahan
yang mudah menguap.
Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel
dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel,
maka larutan yang terpekat akan didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Bila
cairan yang digunakan adalah air maka untuk mencegah timbulnya kapang dapat
ditambahkan bahan pengawet yang diberikan diawal penyarian.
Keuntungan metode ini adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan
mudah diusahakan. Kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan penyariaannya kurang
sempurna (dapat terjadi kejenuhan cairan penyari sehingga kandungan kimia yang tersari
terbatas). Pada metode maserasi ini, perlu dilakukan pengadukan untuk meratakan
konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia sehingga tetap terjaga adanya derajat
konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel.
Hasil penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu untuk
mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi tidak ikut terlarut dalam cairan penyari.
Perkolasi
Penyarian dengan metode perkolasi merupakan penyarian dengan cara mengalirkan cairan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Serbuk simplisia ditempatkan dalam
suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan
dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari ini akan melarutkan zat aktif sel-
sel yang dilaluinya hingga mencapai keadaan jenuh.
aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan
yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi
(mencegah terjadinya kejenuhan).
pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti
terdorong untuk keluar dari sel).
Soxhletasi
Penyarian dengan alat Soxhlet atau dikenal dengan nama metode Soxhletasi adalah proses
untuk menghasilkan ekstrak cair yang dilanjutkan dengan proses penguapan. Cairan penyari
diisikan pada labu sedangkan serbuk simplisia diisikan pada tabung dari kertas saring atau
tabung yang berlubang-lubang dari gelas, baja tahan karat atau bahan lain yang cocok. Cairan
penyari dipanaskan hingga mendidih, uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping
kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak sehingga cairan turun kembali ke labu
melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Cairan yang melaui simplisia turun sambil
melarutkan zat aktif dari serbuk simplisia tersebut. Cara ini lebih menguntungkan karena uap
panas tidak melalui serbuk simplisia tetapi melalui pipa samping.
Keuntungan:
1. Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh hasil yang
lebih pekat.
2. Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni sehingga dapat menyari zat aktif
lebih banyak.
3. Penyari dapat diteruskan sesuai dengan keperluan tanpa menambah volume cairan
penyari.
Kerugian:
1. Larutan dipanaskan terus-menerus sehingga zat aktif yang tidak tahan pemanasan kurang
cocok. Ini dapat diperbaiki dengan menambahkan peralatan untuk mengurangi tekanan
udara.
2. Tidak bisa dengan penyari air (harus solvent organic) sebab titik didih air 100OC harus
dengan pemanasan tinggi untuk menguapkannya, akibatnya zat kimia rusak.
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang
ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran.[1]
Prinsip
Visualisasi
Proses berikutnya dari kromatografi lapis tipis adalah tahap visualisasi.[1] Tahapan ini sangat
penting karena diperlukan suatu keterampilan dalam memilih metode yang tepat karena harus
disesuaikan dengan jenis sampel yang sedang di uji.[1] Salah satu yang dipakai adalah
penyemprotan dengan larutan ninhidrin.[3]Ninhidrin (2,2-Dihydroxyindane-1,3-dione) adalah
suatu larutan yang akan digunakan untuk mendeteksi adanya gugus amina.[3]Apabila pada
sampel terdapat gugus amina maka ninhidrin akan bereaksi menjadi berwarna
ungu.[3] Biasanya padatan ninhidirn ini dilarutkan dalam larutan butanol.[3]
Nilai Rf
Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif.[4] Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan
tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran
jarak plat nya berbeda.[4] Nilai perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai ini digunakan
sebagai nilai perbandingan relatif antar sampel.[4] Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi
suatu komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi.[4] Nilai
Rf dapat dihitung dengan rumus berikut[4] :
Rf = Jarak yang ditempuh substansi/Jarak yang ditempuh oleh pelarutSemakin besar nilai Rf
dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa tersebut
pada plat kromatografi lapis tipis.[5] Saat membandingkan dua sampel yang berbeda di
bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut
kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis tipis.[5]
Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa.[5]Bila identifikasi nilai
Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan
memiliki karakteristik yang sama atau mirip.[5] Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda,
senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda.[5]
CARA KLT
Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan secara kimia dan fisika kandungan zat simplisia
menggunakan pelarut yang sesuai. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam melakukan
ekstrasi yaitu pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat-sifat polaritas senyawa yang
ingin diekstraksi ataupun sesuai dengan sifat kepolaran kandungan kimia yang diduga
dimiliki simplisia tersebut, hal lain yang perlu diperhatikan adalah ukuran simplisia harus
diperkecil dengan cara perajangan untuk memperluas sudut kontak pelarut dan simplisia, tapi
jangan terlalu halus karna dikhawatirkan menyumbat pori-pori saringan menyebabkan sulit
dan lamanya poses ekstraksi.
A. Proses yang terjadi selama proses ekstraksi :
pembilasan senyawa-senyawa dalam simplisia keluar dari simplisia
melarutnya kandungan senyawa kimia oleh pelarut keluar dari sel tanaman melalui
proses difusi dengan 3 tahapan : 1. penentrasi pelarut kedalam sel tanaman sehingga terjadi
pengembangan (swelling) sel tanaman. 2. proses disolusi yaitu melarutnya kandungan
senyawa didalam pelarut. 3. difusi dari senyawa tanaman, keluar dari sel tanaman (simplisia).
B. Pertimbangan pemilihan metode ekstraksi didasarkan pada :
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru hingga semua
pelarut tertarik dengan sempurna (exhaustive extraction), umunya dilakukan pada suhu
kamar. tahapan perkolasi penetesan pelarut serta penampungan perkolat nya hingga didapat
volume 1 sampai 5 kali jumlah bahan.
Proses keberhasilan ekstraksi dengan cara perkolasi dipengaruhi selektifitas pelarut,
kecepatan alir pelarut dan suhunya, ukuran simplisia tidak boleh terlalu halus, karna dapat
menyumbat pori-pori saringan perkolator.
3. Refluks
Refluks adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang didihkan beserta simplisia selama waktu
tertentu dan jumlah pelarutnya konstan, karna pelarut terus bersirkulasi didalam refluks
(menguap, didinginkan, kondensasi, kemudian menetes kembali ke menstrum (campuran
pelarut dan simplisia) di dalam alat). Umumnya dilakukan pengulangan pada residu pertama,
hingga didapat sebanyak 3-5 kali hingga didapat proses ekstraksi sempurna (exhaustive
extraction).
7. Destilasi Uap
Destilasi uap adalah ekstraksi dengan cara mengalirkan uap air pada simplisia (umumnya
cara ini dilakukan pada kandungan kimia simplisia yang mudah menguap seperti minyak
atsiri), sehingga uap air menarik kandungan zat didalam simplisia, yang kemudian
terkondensasi bersama-sama menghasilkan ekstrak cair (campuran).
8. Ekstraksi ultrasonik
Ekstrasi dengan bantuan getaran ultrasonik (>20.000 Hz) memberikan efek meningkatkan
permeabilitas dinding sel, sehingga banyak zat yang bisa ditarik oleh pelarut.
http://www.materipertanian.com/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-gambir/
Ahsan, H., Parveen, N., Khan, N.U., and Hadi, S.M., (1999), Pro-oxidant, anti-
oxidant and cleavage activities on DNA of curcumin and its derivatives
demethoxycurcumin and bisdemethoxycurcumin, Chem.-Biol. Interact., 121,
pp. 161-175.
Cahyono, B., (2007), Standardisasi bahan baku obat alam, Seminar Nasional
Penggunaan Obat Bahan Alam dalam Pelayanan Kesehatan, Semarang.
Jayaprakasha, G.K., Rao, L. J. M., and Sakariah, K.K., (2005), Chemistry and
biological activities of C. longa, Trends in Food Science & Technology, 16, pp.
533-548
Miller, JC. and Miller, JN., 1988, Statistics for Analytical Chemistry, 2nd
Edition John Wiley & Sons, New York hal 109-120
http://www.petanihebat.com/2013/12/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman.html