Anda di halaman 1dari 14

Metode Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu proses penyarian suatu senyawa kimia dari suatu bahan alam
dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan dengan berbagai metode yang
sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada proses ekstraksi ini dapat digunakan sampel
dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan, tergantung pada sifat tumbuhan dan
senyawa yang akan diisolasi. Untuk mengekstraksi senyawa utama yang terdapat dalam
bahan tumbuhan dapat digunakan pelarut yang cocok.

Ekstraksi komponen senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan dapat dilakukan dengan
cara :
1. Maserasi
Maserasi merupakan proses penyarian senyawa kimia secara sederhana dengan cara
merendam simplisia atau tumbuhan pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut yang
sesuai sehingga bahan menjadi lunak dan larut. Penyarian zat-zat berkhasiat dari simplisia,
baik simplisia dengan zat khasiat yang tidak tahan pemanasan. Sampel biasanya direndam
selama 3-5 hari, sambil diaduk sesekali untuk mempercepat proses pelarutan komponen
kimia yang terdapat dalam sampel. Maserasi dilakukan dalam botol yang berwarna gelap dan
ditempatkan pada tempat yang terlindung cahaya. Ekstraksi dilakukan berulang-ulang kali
sehingga sampel terekstraksi secara sempurna yang ditandai dengan pelarut pada sampel
berwarna bening. Sampel yang direndam dengan pelarut tadi disaring dengan kertas saring
untuk mendapat maseratnya. Maseratnya dibebaskan dari pelarut dengan menguapkan secara
in vacuo dengan rotary evaporator.

Kelebihan cara maserasi :


Alat dan cara yang digunakan sederhana
Dapat digunakan untuk zat yang tahan dan tidak tahan pemanasan.

Kelemahan cara maserasi :


Banyak pelarut yang terpakai
Waktu yang dibutuhkan cukup lama

2.Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai
secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi bertujuan supaya zat
berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan
ataupun tidak tahan pemanasan.

3. Digestasi
Digestasi adalah proses penyarian yang sama seperti maserasi dengan menggunakan
pemanasan pada suhu 30oC 40oC. Cara ini dilakukan untuk simplisia yang pada suhu biasa
tidak tersari dengan baik. Jika pelarut yang dipakai mudah menguap pada suhu kamar dapat
digunakan alat pendingin tegak, sehingga penguapan dapat dicegah.

4.Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu
90oC selama 15 menit, kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara sebagai berikut :
simplisia dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan kedalam panci dan ditambahkan air
secukupnya, panaskan diatas penangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu mencapai
90oC sambil sesekali diaduk, serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas
secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.

5.Dekokta
Dekokta adalah suatu proses penyarian yang hampir sama dengan infus, perbedaannya pada
dekokta digunakan pemanasan selama 30 menit dihitung mulai suhu mencapai 90oC. Cara ini
dapat dilakukan untuk simplisia yang mengandung bahan aktif yang tahan terhadap
pemanasan

6. Sokletasi
Sokletasi merupakan suatu cara pengekstraksian tumbuhan dengan memakai alat soklet. Pada
cara ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara terpisah. Sokletasi digunakan untuk
simplisia dengan khasiat yang relatif stabil dan tahan terhadap pemanasan. Prinsip sokletasi
adalah penyarian secara terus menerus sehingga penyarian lebih sempurna dengan memakai
pelarut yang relatif sedikit. Jika penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan dan
sisanya adalah zat yang tersari. Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah
menguap atau mempunyai titik didih yang rendah.

Cara kerja sokletasi adalah sebagai berikut :


Serbuk kering yang akan diekstraksi berada di dalam kantong sampel yang diletakkan pada
alat ekstraksi (tabung soklet). Tabung soklet yang berisi kantong sampel diletakkan diantara
labu destilasi dan pendingin, disebelah bawah dipasang pemanas.
Setelah pelarut ditambahkan melalui bagian atas alat soklet dan pemanas dihidupkan, pelarut
dalam labu didih menguap dan mencapai pendingin, berkondensasi dan menetes ke atas
kantong sampel sampai mencapai tinggi tertentu/maksimal (sama tinggi dengan pipa kapiler),
pelarut beserta zat yang tersari didalamnya akan turun ke labu didih melalui pipa kapiler.

Pelarut beserta zat yang tersari pada labu didih akan menguap lagi dan peristiwa ini akan
terjadi berulang-ulang sampai seluruh zat yang ada dalam sampel tersari sempurna (ditandai
dengan pelarut yang turun melewati pipa kapiler tidak berwarna dan dapat diperiksa dengan
pereaksi yang cocok).

Ekstraksi dengan cara sokletasi mempunyai kelebihan antara lain yaitu :


1.Proses ekstraksi simplisia sempurna.
2.Pelarut yang digunakan sedikit.
3.Proses isolasi lebih cepat.

Kelemahan dari cara sokletasi ini, yaitu :


1.Tidak dapat digunakan untuk mengisolasi senyawa yang termolabil atau bahan tumbuhan
yang peka terhadap suhu.
2.Memerlukan energi listrik.

DAFTAR PUSTAKA
Djamal, R., Prinsip-Prinsip bekerja Dalam Bidang Kimia Bahan Alam, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Padang, 1990.
Ansel, H. C., Pengantar Bentuk sediaan Farmasi, edisi 4, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim,
Penerbit UI press, Jakarta, 1989.
Voigt, R., Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi ke-5, UGM Press, Yogyakarta, 1995.

Metode Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu proses penyarian suatu senyawa kimia dari suatu bahan alam
dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan dengan berbagai metode yang
sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada proses ekstraksi ini dapat digunakan sampel
dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan, tergantung pada sifat tumbuhan dan
senyawa yang akan diisolasi. Untuk mengekstraksi senyawa utama yang terdapat dalam
bahan tumbuhan dapat digunakan pelarut yang cocok.
Ekstraksi komponen senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan dapat dilakukan dengan
cara :
1. Maserasi
Maserasi merupakan proses penyarian senyawa kimia secara sederhana dengan cara
merendam simplisia atau tumbuhan pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut yang
sesuai sehingga bahan menjadi lunak dan larut. Penyarian zat-zat berkhasiat dari simplisia,
baik simplisia dengan zat khasiat

yang tidak tahan pemanasan. Sampel biasanya direndam selama 3-5 hari, sambil diaduk
sesekali untuk mempercepat proses pelarutan komponen kimia yang terdapat dalam sampel.
Maserasi dilakukan dalam botol yang berwarna gelap dan ditempatkan pada tempat yang
terlindung cahaya. Ekstraksi dilakukan berulang-ulang kali sehingga sampel terekstraksi
secara sempurna yang ditandai dengan pelarut pada sampel berwarna bening. Sampel yang
direndam dengan pelarut tadi disaring dengan kertas saring untuk mendapat maseratnya.
Maseratnya dibebaskan dari pelarut dengan menguapkan secara in vacuo dengan rotary
evaporator.

Kelebihan cara maserasi :


Alat dan cara yang digunakan sederhana
Dapat digunakan untuk zat yang tahan dan tidak tahan pemanasan.

Kelemahan cara maserasi :


Banyak pelarut yang terpakai
Waktu yang dibutuhkan cukup lama
2.Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai
secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi bertujuan supaya zat
berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan
ataupun tidak tahan pemanasan.

3. Digestasi
Digestasi adalah proses penyarian yang sama seperti maserasi dengan menggunakan
pemanasan pada suhu 30oC 40oC. Cara ini dilakukan untuk simplisia yang pada suhu biasa
tidak tersari dengan baik. Jika pelarut yang dipakai mudah menguap pada suhu kamar dapat
digunakan alat pendingin tegak, sehingga penguapan dapat dicegah.

4.Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu
90oC selama 15 menit, kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara sebagai berikut :
simplisia dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan kedalam panci dan ditambahkan air
secukupnya, panaskan diatas penangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu mencapai
90oC sambil sesekali diaduk, serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas
secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.

5.Dekokta
Dekokta adalah suatu proses penyarian yang hampir sama dengan infus, perbedaannya pada
dekokta digunakan pemanasan selama 30 menit dihitung mulai suhu mencapai 90oC. Cara ini
dapat dilakukan untuk simplisia yang mengandung bahan aktif yang tahan terhadap
pemanasan

6. Sokletasi
Sokletasi merupakan suatu cara pengekstraksian tumbuhan dengan memakai alat soklet. Pada
cara ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara terpisah. Sokletasi digunakan untuk
simplisia dengan khasiat yang relatif stabil dan tahan terhadap pemanasan. Prinsip sokletasi
adalah penyarian secara terus menerus sehingga penyarian lebih sempurna dengan memakai
pelarut yang relatif sedikit. Jika penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan dan
sisanya adalah zat yang tersari. Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah
menguap atau mempunyai titik didih yang rendah.

Cara kerja sokletasi adalah sebagai berikut :


Serbuk kering yang akan diekstraksi berada di dalam kantong sampel yang diletakkan pada
alat ekstraksi (tabung soklet). Tabung soklet yang berisi kantong sampel diletakkan diantara
labu destilasi dan pendingin, disebelah bawah dipasang pemanas.
Setelah pelarut ditambahkan melalui bagian atas alat soklet dan pemanas dihidupkan, pelarut
dalam labu didih menguap dan mencapai pendingin, berkondensasi dan menetes ke atas
kantong sampel sampai mencapai tinggi tertentu/maksimal (sama tinggi dengan pipa kapiler),
pelarut beserta zat yang tersari didalamnya akan turun ke labu didih melalui pipa kapiler.
Pelarut beserta zat yang tersari pada labu didih akan menguap lagi dan peristiwa ini akan
terjadi berulang-ulang sampai seluruh zat yang ada dalam sampel tersari sempurna (ditandai
dengan pelarut yang turun melewati pipa kapiler tidak berwarna dan dapat diperiksa dengan
pereaksi yang cocok).

Ekstraksi dengan cara sokletasi mempunyai kelebihan antara lain yaitu :


1.Proses ekstraksi simplisia sempurna.
2.Pelarut yang digunakan sedikit.
3.Proses isolasi lebih cepat.

Kelemahan dari cara sokletasi ini, yaitu :


1.Tidak dapat digunakan untuk mengisolasi senyawa yang termolabil atau bahan tumbuhan
yang peka terhadap suhu.
2.Memerlukan energi listrik.

Pembuatan Simplisia dan Ekstrak

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral).

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman. Yang dimaksud eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.

Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian dari hewan atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.

Simplisia pelikan atau mineral ialah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang
belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

Proses Pembuatan Simplisia

1. Pengumpulan bahan baku, dipengaruhi oleh waktu pengumpulan, dan juga teknik
pengumpulan.
2. Sortasi basah, memiliki tujuan untuk membersihkan dari benda-benda asing seperti tanah,
kerikil, rumput, bagian tanamn lain dan bahan yang rusak.
3. Pencucian simplisia dengan menggunakan air, sebaiknya memperhatikan sumber air, agar
diketahui sumber air tersebut mengalami pencemaran atau tidak.
4. Pengubahan bentuk simplisa seperti perajangan, pengupasan, pemecahan, penyerutan,
pemotongan.
5. Pengeringan dilakukan sedapat mungkin tidak merusak kandungan senyawa aktif dalam
simplisia. Tujuan pengeringan yaitu agar simplisia awet, dan dapat digunakan dalam
jangka waktu yang lama.
6. Sortasi kering, bensa-benda asing yang masih tertinggal, dipisahkan agar simplisia bersih
sebelum dilakukan pengepakan.
7. Pengepakan dan penyimpanan untuk mencegah terjadinya penurunan mutu simplisia
Adapun yang dimaksud dengan ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan mengektraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudia semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.

Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia kering
(penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan peralatan tertentu sampai
derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak dengan dasar
beberapa hal :

Makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif efisien namun makin halus
serbuk, maka makin rumit secara teknologi peralatan untuk tahapan filtrasi.
Selama penggunaan peralatan penyerbukan dimana ada gerakan dan interaksi dengan
benda keras (logam, dll) maka akan timbul panas yang dapat berpengaruh pada senyawa
kandungan. Namun hal ini dapat dikompensasi dengan penggunaan nitrogen cair.
Tahap selanjutnya adalah menambahkan pelarut yang sesuai untuk mengektraksi kandungan
zat aktif dari serbuk simplisia. Pemilihan pelarut/cairan penyari yang baik harus
mempertimbangkan beberapa kriteria yaitu murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika
dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif yakni
hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat berkhasiat, dan
diperbolehkan oleh peraturan. Untuk penyarian ini, Farmakope Indonesia menetapkan bahwa
sebagai cairan penyari adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Penyarian pada perusahaan obat
tradisional masih terbatas pada penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanol-air.

Setelah itu, dilakukan tahap separasi dan pemurnian. Tujuan dari tahapan ini adalah
menghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa
berpengaruh pada senyawa berkhasiat yang dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang
lebih murni. Proses-proses pada tahapan ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tak
campur, sentrifugasi, filtrasi serta proses adsorbsi dan penukar ion.

Selanjutnya dilakukan pemekatan dengan cara penguapan/evaporasi cairan pelarut tapi tidak
sampai pada kondisi kering, hanya sampai diperoleh ekstrak kental/pekat.

Metode Penyarian

Metode penyarian dapat dibedakan menjadi infundasi, maserasi, perkolasi dan menggunakan
alat soxhlet. Dari keempat cara tersebut sering dilakukan modifikasi untuk memperoleh hasil
yang lebih baik.

Infundasi
merupakan metode penyarian dengan cara menyari simplisia dalam air pada suhu 90OC
selama 15 menit. Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat
kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode ini
menghasilkan sari/eksrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang.
Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.

Panci infus terdiri dari dua susun, panci bagian atas berisi bahan dan aquadest sedangkan
panci bagian bawah berupa tangas air. Dengan demikian panci yang berisi bahan tidak
langsung berbuhungan dengan api.

Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional. Dengan
beberapa modifikasi, cara ini sering digunakan untuk membuat ekstrak. Infusa dibuat dengan
cara :

1. membasahi bahan baku/simplisia dengan air ekstra, biasanya dengan air 2x bobot bahan,
untuk bunga 4x bobot bahan dan untuk karagen 10x bobot bahan.
2. pemanasan bahan dalam aquadest (10x bobot bahan + air esktra) selama 15 menit pada
suhu 90OC sampai 98OC.
3. untuk memudahkan penyarian, kadang-kadang perlu ditambah bahan kimia, misalnya
asam sitrat untuk infus kina, kalium atau natrium karbonat untuk infus kelembak.
4. penyarian dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan yang mengandung bahan
yang mudah menguap.
Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel
dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel,
maka larutan yang terpekat akan didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Bila
cairan yang digunakan adalah air maka untuk mencegah timbulnya kapang dapat
ditambahkan bahan pengawet yang diberikan diawal penyarian.

Keuntungan metode ini adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan
mudah diusahakan. Kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan penyariaannya kurang
sempurna (dapat terjadi kejenuhan cairan penyari sehingga kandungan kimia yang tersari
terbatas). Pada metode maserasi ini, perlu dilakukan pengadukan untuk meratakan
konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia sehingga tetap terjaga adanya derajat
konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel.

Hasil penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu untuk
mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi tidak ikut terlarut dalam cairan penyari.

Perkolasi
Penyarian dengan metode perkolasi merupakan penyarian dengan cara mengalirkan cairan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Serbuk simplisia ditempatkan dalam
suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan
dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari ini akan melarutkan zat aktif sel-
sel yang dilaluinya hingga mencapai keadaan jenuh.

Cari ini lebih baik dibanding dengan cara maserasi karena :

aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan
yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi
(mencegah terjadinya kejenuhan).
pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti
terdorong untuk keluar dari sel).
Soxhletasi

Penyarian dengan alat Soxhlet atau dikenal dengan nama metode Soxhletasi adalah proses
untuk menghasilkan ekstrak cair yang dilanjutkan dengan proses penguapan. Cairan penyari
diisikan pada labu sedangkan serbuk simplisia diisikan pada tabung dari kertas saring atau
tabung yang berlubang-lubang dari gelas, baja tahan karat atau bahan lain yang cocok. Cairan
penyari dipanaskan hingga mendidih, uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping
kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak sehingga cairan turun kembali ke labu
melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Cairan yang melaui simplisia turun sambil
melarutkan zat aktif dari serbuk simplisia tersebut. Cara ini lebih menguntungkan karena uap
panas tidak melalui serbuk simplisia tetapi melalui pipa samping.

Keuntungan:

1. Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh hasil yang
lebih pekat.
2. Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni sehingga dapat menyari zat aktif
lebih banyak.
3. Penyari dapat diteruskan sesuai dengan keperluan tanpa menambah volume cairan
penyari.
Kerugian:

1. Larutan dipanaskan terus-menerus sehingga zat aktif yang tidak tahan pemanasan kurang
cocok. Ini dapat diperbaiki dengan menambahkan peralatan untuk mengurangi tekanan
udara.
2. Tidak bisa dengan penyari air (harus solvent organic) sebab titik didih air 100OC harus
dengan pemanasan tinggi untuk menguapkannya, akibatnya zat kimia rusak.

K,romatografi lapis tipis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa

Pemisahanan tinta hitam dengan kromatografi lapis tipis

Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang
ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran.[1]

Prinsip

Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel


dengan pelarut yang digunakan.[1] Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari
bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin
dipisahkan.[1]Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen.[1]Semakin
dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase
gerak tersebut.[2]

Visualisasi

Proses berikutnya dari kromatografi lapis tipis adalah tahap visualisasi.[1] Tahapan ini sangat
penting karena diperlukan suatu keterampilan dalam memilih metode yang tepat karena harus
disesuaikan dengan jenis sampel yang sedang di uji.[1] Salah satu yang dipakai adalah
penyemprotan dengan larutan ninhidrin.[3]Ninhidrin (2,2-Dihydroxyindane-1,3-dione) adalah
suatu larutan yang akan digunakan untuk mendeteksi adanya gugus amina.[3]Apabila pada
sampel terdapat gugus amina maka ninhidrin akan bereaksi menjadi berwarna
ungu.[3] Biasanya padatan ninhidirn ini dilarutkan dalam larutan butanol.[3]
Nilai Rf

Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif.[4] Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan
tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran
jarak plat nya berbeda.[4] Nilai perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai ini digunakan
sebagai nilai perbandingan relatif antar sampel.[4] Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi
suatu komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi.[4] Nilai
Rf dapat dihitung dengan rumus berikut[4] :
Rf = Jarak yang ditempuh substansi/Jarak yang ditempuh oleh pelarutSemakin besar nilai Rf
dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa tersebut
pada plat kromatografi lapis tipis.[5] Saat membandingkan dua sampel yang berbeda di
bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut
kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis tipis.[5]
Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa.[5]Bila identifikasi nilai
Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan
memiliki karakteristik yang sama atau mirip.[5] Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda,
senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda.[5]
CARA KLT

Alat dan Bahan :


1. Alat
a. Alumunium foil
b. Beaker glass
c. Kertas saring whatman
d. Lidi
e. Klip
f. Blower
2. Bahan
a. Safranin
b. Pewarna Makanan
c. Methylene Blue
d. Minyak
Cara kerja :
1. Potong kertas whatman sesuai kebutuhan
2. Garis dengan pensil dengan jarak 2 cm dari sisi bawah kertas
3. beri tanda titik tempat sampel akan diletakkan dengan jarak 1,5-2 cm jarak tiap sampel
4. Letakkan sampel pada tiap titik sebanyak 10 ul menggunakan pipet kapiler
5. Masukkan pelarut dengan ketinggian 1-1.5 cm ke dalam bejana
6. Masukkan kertas whatman yang telah ditetesi sampel
7. Lakukan pengembangan selama 5-10 menit atau sampai eluen atau pelarut hampir
mencapai batas ketinggian 2 cm dari batas atas, atau dengan ketinggian secukupnya sesuai
keperluan, jika pelarut sampai tengah kertas saring telah menunjukkan pemisahan sudah biasa
ditentukan.
8. Sampel dibiarkan dengan angin-angin / dengan blower
9. Berilah tanda batas pelarut bagian atas
10. Lakukan pengamatan, tulis hasil dan pembahasan terhadap senyawa dan komponen pada
kromatogram

Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan secara kimia dan fisika kandungan zat simplisia
menggunakan pelarut yang sesuai. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam melakukan
ekstrasi yaitu pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat-sifat polaritas senyawa yang
ingin diekstraksi ataupun sesuai dengan sifat kepolaran kandungan kimia yang diduga
dimiliki simplisia tersebut, hal lain yang perlu diperhatikan adalah ukuran simplisia harus
diperkecil dengan cara perajangan untuk memperluas sudut kontak pelarut dan simplisia, tapi
jangan terlalu halus karna dikhawatirkan menyumbat pori-pori saringan menyebabkan sulit
dan lamanya poses ekstraksi.
A. Proses yang terjadi selama proses ekstraksi :
pembilasan senyawa-senyawa dalam simplisia keluar dari simplisia
melarutnya kandungan senyawa kimia oleh pelarut keluar dari sel tanaman melalui
proses difusi dengan 3 tahapan : 1. penentrasi pelarut kedalam sel tanaman sehingga terjadi
pengembangan (swelling) sel tanaman. 2. proses disolusi yaitu melarutnya kandungan
senyawa didalam pelarut. 3. difusi dari senyawa tanaman, keluar dari sel tanaman (simplisia).
B. Pertimbangan pemilihan metode ekstraksi didasarkan pada :

bentuk/tekstur bahan yang digunakan


kandungan air dari bahan yang diekstrasi
jenis senyawa yang akan diekstraksi
sifat senyawa yang akan diekstraksi
Pemilihan metode ekstraksi tergantung bahan yang digunakan, bahan yang mengandung
mucilago dan bersifat mengembang kuat hanya boleh dengan cara maserasi. sedangkan kulit
dan akar sebaiknya di perkolasi. untuk bahan yang tahan panas sebaiknya diekstrasi dengan
cara refluks sedangkan simplisia yang mudah rusak karna pemanasan dapat diekstrasi
dengan metode soxhlet.

C. Hal Yang Penting Diperhatikan Dalam Ekstraksi


Pada umumnya untuk menghindari reaksi enzimatik dan hidrolisis, maka dilakukan
perendaman simplisia dalam alkohol yang mendidih untuk mematikan jaringan simplisia.
Alkohol secara umum sangat baik untuk proses ekstraksi awal simplisia.
Proses ekstraksi dalam simplisia berdasarkan prinsip kesetimbangan konsentrasi, apabila
konsentrasi antara pelarut dan simplisia telah setimbang maka pelarut akan jenuh dan tidak
bisa menarik kandungan kimia dalam simplisia oleh sebab itu dilakukan penambahan pelarut
baru dalam metode ekstrasi jenis tertentu.
Ekstrasi pada simplisia jaringan hijau (berklorofil), bila diekstraksi ulang warna hijau hilang
sempurna, maka diasumsikan seluruh klorofil & senyawa yang berbobot rendah lainnya
sudah terekstraksi seluruhnya.
D. Faktor Yang mempengaruhi Kesetimbangan Konsentrasi Dalam Ekstraksi :
perbandingan jumlah simplisia dan pelarut
proses difusi sel yang utuh
lama perendaman dan pengembangan simplisia
kecepatan proses disolusi simplisia yang terintegrasi
kecepatan terjadinya kesetimbangan
suhu dan pH interaksi senyawa terlarut dan tidak larut
tingkat lipopilitas (kepolaran)
E. Macam-macam Metode Ekstrasi
Bersasarkan energi/suhu yang digunaka ekstrasi dibagi menjadi 2 :
- cara dingin : maserasi dan perkolasi
- cara panan : refluks dan soxhletasi

Metode ekstraksi yang umum dilakukan :


1. Maserasi
Maserasi adalah metode ekstrasi dengan prinsip pencapaian kesetimbangan konsentrasi,
menggunakan pelarut yang direndamkan pada simplisia dalam suhu kamar, bila dibantu
pengadukan secara konstan maka disebut maserasi kinetik. Remaserasi adalalah penambahan
pelarut kedalam simplisia yang diekstrasi, maserat (hasil maserasi) pertama disaring, sisa
simplisia (residu) diekstrasi dengan menambahkan pelarut yang baru dengan cara yang sama
seperti diatas. kekurangan metode ini, butuh waktu yang lama dan memerlukan pelarut dalam
jumlah yang banyak.

2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru hingga semua
pelarut tertarik dengan sempurna (exhaustive extraction), umunya dilakukan pada suhu
kamar. tahapan perkolasi penetesan pelarut serta penampungan perkolat nya hingga didapat
volume 1 sampai 5 kali jumlah bahan.
Proses keberhasilan ekstraksi dengan cara perkolasi dipengaruhi selektifitas pelarut,
kecepatan alir pelarut dan suhunya, ukuran simplisia tidak boleh terlalu halus, karna dapat
menyumbat pori-pori saringan perkolator.

3. Refluks
Refluks adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang didihkan beserta simplisia selama waktu
tertentu dan jumlah pelarutnya konstan, karna pelarut terus bersirkulasi didalam refluks
(menguap, didinginkan, kondensasi, kemudian menetes kembali ke menstrum (campuran
pelarut dan simplisia) di dalam alat). Umumnya dilakukan pengulangan pada residu pertama,
hingga didapat sebanyak 3-5 kali hingga didapat proses ekstraksi sempurna (exhaustive
extraction).

4. Soxhletasi atau ekstraksi sinambung


Soxhletasi atau ekstraksi sinambung adalah proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut
yang selalu baru dengan menggunakan soxhlet. ekstrasi terjadi secara kontinyu,dengan
jumlah pelarut yang relatif konstan

Metode ekstraksi lainnya :


5. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (maserasi dengan pengadukan konstan) yang dilakukan pada
suhu temperatur yang lebih tinggi, umumnya 40-50 Celcius

6. Infus dan dekok


Infus adalah ekstraksi dengan menggunakan air yang mendidih pada suhu 96-98 C, dalam
waktu tertentu sekitar 15-20 menit, sedangkan dekok adalah proses infus yang terjadi selama
skitar 30 menit lebih, untuk dekok sekarang sudah sangat jarang digunakan.

7. Destilasi Uap
Destilasi uap adalah ekstraksi dengan cara mengalirkan uap air pada simplisia (umumnya
cara ini dilakukan pada kandungan kimia simplisia yang mudah menguap seperti minyak
atsiri), sehingga uap air menarik kandungan zat didalam simplisia, yang kemudian
terkondensasi bersama-sama menghasilkan ekstrak cair (campuran).

8. Ekstraksi ultrasonik
Ekstrasi dengan bantuan getaran ultrasonik (>20.000 Hz) memberikan efek meningkatkan
permeabilitas dinding sel, sehingga banyak zat yang bisa ditarik oleh pelarut.

Disadur dari Farmasi Unisba

http://www.materipertanian.com/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-gambir/

Ahsan, H., Parveen, N., Khan, N.U., and Hadi, S.M., (1999), Pro-oxidant, anti-
oxidant and cleavage activities on DNA of curcumin and its derivatives
demethoxycurcumin and bisdemethoxycurcumin, Chem.-Biol. Interact., 121,
pp. 161-175.

Cahyono, B., (2007), Standardisasi bahan baku obat alam, Seminar Nasional
Penggunaan Obat Bahan Alam dalam Pelayanan Kesehatan, Semarang.

Jayaprakasha, G.K., Rao, L. J. M., and Sakariah, K.K., (2005), Chemistry and
biological activities of C. longa, Trends in Food Science & Technology, 16, pp.
533-548

DEPARTEMEN KESEH .ATAN REPUBLIK INDONESIA .


1979 . Materi Medika Indonesia Ill .
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA .
1995 . Materi Medika Indonesia VI .

Circular . Balai Penelitian Tanaman Rempah dan


Obat .Vlll . pp 34-35 .

Zein,U, Pemanfaatan Tumbuhan Obat Dalam Upaya Pemeliharaan kesehatan, e-


USU Respo-sitory @ 2005 Universitas Sumatera Utara.

Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan, Parameter Standar Umum Ekstrak


Tumbuhan Obat, Edisi 1, Departemen Kesehatan R.I, Jakarta, 2000
Anonim, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Departemen Kesehatan RI, hal
150-154, 162-166 dan 175

Hamirta, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara


Perhitungannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, 1 (3), hal 117 135

Hariana Kertia. Manfaat dan Fungsi Daun Gambir Sebagai Pengobatan


Tradisional, http:// radensomad,com/Manfaat danFungsi daun Gambir sebagai
obat Tradisional.html, diunduh tgl 12 Januari 2010.

Miller, JC. and Miller, JN., 1988, Statistics for Analytical Chemistry, 2nd
Edition John Wiley & Sons, New York hal 109-120

http://www.petanihebat.com/2013/12/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman.html

Anda mungkin juga menyukai