Anda di halaman 1dari 59

Jenis Carrier Pembawa Obat Lepas Tertarget

Kelompok 7 :
1. Ani Setiyaningsih 201851032
2. Dzorgy Lutfisanda 201851073
3. Hani Rhamadhani 201851106
4. Lu’lu’ah Hamidah 201851161
5. Noviatul Zannah 201851201
6. Safina Nurul Qonita 201851254
7. Tri Marda Purnama Yola 201851303
8. Wulan Anggarika Putri 201851317
Sistem Penghantaran Obat Tertarget
Sistem penghantara obat tertarget atau Targeted Drug Delivery
System (TDDS) merupakan suatu metode penghantaran obat yang
dapat dengan selektif mengenali lokasi spesifik tertentu sehingga
dapat meningkatkan efektifitas dari obat tersebut dilokasi tertentu.

Komponen yang menjadi target suatu sediaan TDDS dapat berupa


enzim, reseptor, kanal ion, transporter dll.
Kemampuan penghantaran obat pada targer
spesifik banyak diteliti dan dikembangkan
dalam penelitian farmasi untuk mengurangi
toksisitas dan efek samping yang tidak
diinginkan Pada tempat non target.
Tujuan utama pengembangan sistem penghantaran obat
tertarget adalah untuk meningkatkan kontrol dosis obat pada
tempat spesifik seperti pada sel, jaringan atau organ, sehingga
akan mengurangi efek samping yang tidak diinginkan pada
organ non target. Suatu molekul obat sangat sulit mencapai
tempat aksinya karena jaringan seluler yang kompleks pada
suatu organisme.
TDDS dapat meningkatkan :

01 02 03

Keamanan Kepatuhan
Efikasi obat
obat pasien
Karakteristik TDDS yang ideal

1. Menghantarkan obat ke sel target atau jaringan secara khusus

2. Menghindarkan obat dari sel, organ atau jaringan non target

3. Memastikan kebocoran obat yang minimal selama berada pada target

4. Melindungi obat dari metabolisme

5. Melindungi obat dari Klirens cepat

6. Mempertahankan obat pada tempat aksi selama waktu yang diinginkan

7. Memfasilitasi transport obat ke dalam sel

8. Menghantarkan obat ke dalam target aksi intraseluler yang sesuai


Komponen TDDS

01 02

Active moiety Sistem pembawa


Berguna untuk mendapatkan Untuk mengatur distribusi
efek terapi obat yang diinginkan
Jenis-jenis pilihan yang digunakan pada TDDS

01 02

Passive Targeting Aktive Targeting


Passive Targeting
Memanfaatkan pola distribusi “alami” pasif dari
pembawa obat in vivo dan tidak ada perangkat
pengenalan target yang dipasangkan di pembawanya.
Mekanisme ini bekerja berdasarkan preparasi dari
kompleks obat yang di rancang sedemikian rupa agar
terhindar dari metabolisme tubuh, eksresi, opsonisasi
dan fagositosis, jadi komples pembawa obat ini akan
tetap berada di sirkulasi darah sehingga dapat
bertransmisi ke target reseptor.
Active Targeting
Terjadinya modifikasi obat atau sistem pembawa dengan
komponen aktif yang memiliki afinitas spesifik untuk
mengenali dan berinteraksi dengan sel yang dituju pada
system active targeting, terdapat suatu homing device
(pengenal target) pada sistem pembawa untuk
menghantarkan obat ke sel, jaringan atau organ spesifik.
Homing device yang biasa digunakan pada sistem active
targeting ini merupakan suatu ligan spesifik seperti
antibody, hormon, dan protein yang mempunyai afinitas
tinggi terhadap reseptor pada sel target spesifik yang
dituju.
Target Obat dalam TDDS

Target obat spesifik adalah makromolekul atau molekul kompleks yang berperan
penting dalam suatu penyakit. Makromolekul atau molekul kompleks yang dapat
digunakan sebagai target suatu obat yaitu enzim, reseptor, viral surface protein,
kanal ion, transporter, DNA RNA, dan ligan.

Untuk mencapai target-target tersebut maka diperlukan pembawa obat yang dapat
menghantarkan obat sehingga obat dapat bekerja ditarget tersebut dan biasanya
pembawa obat yang digunakan berupa nanopartikel
1. Enzim
Senyawa protein yang bertindak sebagai biokatalisator, mampu
mempercepat reaksi kimia tetapi zat itu sendiri tidak ikut bereaksi.

Enzim digunakan sebagai target obat karena enzim selain


berfungsi sebagai biokatalisator di dalam tubuh manusia dan untuk
manusia, enzim di dalam tubuh manusia dapat dimanfaatkan oleh
penyakit sehingga kondisi patofisiologis tubuh semakin buruk.
Contohnya, struktur tiga dimensi dari enzim protease pada Human
Immunodeficiency virus (HIV), yang merupakan enzim penting
dalam replikasi virus HIV.
Mekanisme obat pada enzim

Inhibitor Enzim
Molekul obat sebagai penghambat enzim-enzim tertentu yang mengganggu kerja sel.
1. Irreversible Inhibitors
yaitu golongan yang bereaksi dengan, atau merusakkan suatu gugus fungsional pada
molekul enzim yang penting bagi aktivitas katalitiknya.
(Diisoprofil fluorofosfat (DFP)
yang dapat menghambat
enzim asetilkolinesterase
(penting dalam transmisi impuls syaraf).

Gambar Inhibisi Ireversible


Gambar. Reversible Inhibitors
2. Reversible Inhibitors
• Competitive
Pada inihibitor kompetitif, inhibitor dan substrat
berkompetisi untuk berikatan
dengan enzim. Seringkali inhibitor kompetitif
memiliki struktur yang sangat mirip dengan
substrat asli enzim. (metotreksat adalah inihibitor
kompetitif untuk enzimdihidrofolat reduktase.)

Gambar. Inhibitor non kompetitif


• Non-Competitive
Inhibitor nonkompetitif biasanya berupa senyawa
kimia yang tidak mirip menyebabkan perubahan
bentuk enzim sehingga sisi aktif enzim tidak
sesuai lagi dengan substratnya.
• False Substrat
False substrat akan berinteraksi dengan enzim
menghasilkan produk yang salah dan tidak berfungsi
(antimetabolit). Molekul obat sebagai substrat yang
salah/palsu (false substrat) ketika bertemu dengan
enzim, molekul obat dapat mengalami transformasi
kimia yang kemudian membentuk produk abnormal
sehingga jalur metabolik di dalam tubuh akan
berubah.
(5-Fluorourasil, Metotreksat)
2. Reseptor
Suatu makromolekul seluler yang secara spesifik dan
langsung berikatan dengan agonis/ ligan untuk
memicu signaling kimia antara dan dalam sel,
sehingga menimbulkan efek. Reseptor digunakan
sebagai target obat karena reseptor dapat berfungsi
sebagai situs pengenalan dan pengikatan suatu ligan
sehingga mempengaruhi aktivitas sel.
Mekanisme obat pada reseptor

• Agonis
1) Agonisme Langsung
Respon berasal dari interaksi agonis dengan reseptornya, menyebabkan perubahan
konformasi reseptor sehingga reseptor aktif dan menginisiasi proses biokimiawi sel
(stimulus atau penghambatan respon seluler).
2) Agonisme Tidak Langsung
Senyawa obat mempengaruhi senyawa endogen dalam menjalankan fungsinya.
(potensiasi atau modulasi). (Benzodiazepin dan barbiturat pada reseptor GABAA yang
dapat memperkuat aksi GABA pada reseptor tersebut.
• Antagonis
Antagonis melibatkan suatu senyawa yang akan menurunkan aksi suatu agonis atau ligan dalam
memberikan efek.

1. Antagonis kompetitif
Suatu obat yang mengikat reseptor secara reversibel pada daerah yang sama dengan tempat ikatan
agonis, tetapi tidak menyebabkan efek.
2. Antagonis irreversibel
Antagonis yang dapat mengikat reseptor secara kuat dan bersifat irreversibel, tidak bisa diatasi dengan
penambahan agonis.
3. Antagonis non-kompetitif
Suatu antagonis yang dapat mengurangi efektifitas suatu agonis melalui mekanisme selain berikatan
dengan tempat ikatan agonis pada reseptor.
3. Viral Surface Protein
Viral surface protein merupakan molekul protein yang
terdapat di kulit, atau permukaan (surface), suatu
virus, viral surface protein adalah protein-protein
yang penting dalam interaksi antara suatu sel dengan
lingkungan sekitarnya, termasuk dengan sel lainnya.
JENIS-JENIS CARRIER/PEMBAWA SISTEM PENGHANTARAN
TERTARGET

Berbagai jenis pembawa obat dalam sistem penghantaran tertarget,


antara lain: liposom, polimer misel, nanopartikel, dendrimers
dan lain sebagainya. Sistem penghantaran obat yang digunakan
harus memenuhi persyaratan ideal antara lain: harus tidak
beracun, biokompatibel, nonimunogenik, biodegradabel, dan
menghindari pengenalan oleh mekanisme imun host.
Liposom
Liposom tidak beracun, nonhemolitik dan non-
Liposom atau gelembung lemak merupakan imunogenik bahkan setelah suntikan
partikel koloid yang dibuat menggunakan berulang. Sifatnya biokompatibel dan
molekul, fosfolipid dan merupakan sistem biodegradable dan dapat dirancang untuk
penghantaran yang paling umum menghindari mekanisme pembersihan
digunakan untuk penghantaran obat sistem retikuloendotelial (RES), ginjal atau
tertarget. inaktivasi secara kimiawi dan enzimatik.

Gambar Ligan pentarget melekat


Kekurangan liposom

● Kekurangan liposom in vivo merupakan pembersihan segera oleh sistem RES


dan stabilitas yang relatif rendah in vitro. Untuk mengatasi hal ini, polietilen
glikol (PEG) dapat ditambahkan ke permukaan liposom. Meningkatkan
persen mol PEG pada permukaan liposom 4-10% meningkatkan secara
signifikan waktu sirkulasi in vivo 200-1000 menit.
Strutur liposom

Liposom merupakan suatu sistem


penghantaran obat tertarget yang
berbentuk sferis dan terdiri atas susuan
membran lipid lapis ganda, komponen
utama dari liposom yaitu fosfolipid
yang memiliki bagian kepala hidrofilik
dan bagian ekor hidrofobik.

Gambar Struktur Liposom


Penggolongan liposom
● Liposom dapat digolongkan berdasarkan ukuran, dan mekanisme kerjanya secarainvivo
(aplikasinya)
● Berikut merupakan penggolongan liposom berdasarkan ukurannya
1. Vesikel Multi Lamelar(MLV)
Liposom MLV dapat dikatakan sebagai bentuk awal liposom. MLV merupakan liposom
multikompartemen dengan ukuran vesikel 100 nm sampai dengan 1000 nm dan setiap
vesikel biasanya terdiri atas lima atau lebih lamela konsentris. Liposom MLV sangat cocok
untuk proses enkapsulasi dari berbagai substansi dan dapat dibuat berbagai macam
komposisi lipid.
2. Vesikel Unilamelar kecil(SUV)
SUV memiliki variasi ukuran terkecil. Ukuran SUV didasarkan pada kekuatan ionisasi
medium cair dan komposisi lemak pada membran, yaitu ukuran vesikel ± 15 nm untuk
liposom yang berasal dari lesitin telur murni pada salin normal dan ± 25 nm untuk liposom
DPC.
Lanjutan..

3. Vesikel Unilamelar besar(LUV)


LUV memiliki ukuran lebih besar dari SUV. Liposom ini memiliki ukuran 500-
1000 nm. Vesikel ini dapat dibuat dengan metode injeksi eter dan fusi liposom
jenis SUV dengan diinduksi kalsium.
4. Vesikel Unilamelar intermediet(IUV)
Liposom ini berukuran 100-200 nm. IUV dapat bertahan lebih lama dalam
sirkulasi dan stabilitasnya baik sehingga sangat bermanfaan dalam penghantaran
obat.
Penggolongan liposom
● Berdasarkan komposisi dan aplikasinya secara invivo:
1. Convetionalliposomes
Liposome yang terdiri dari bahan yang tidak bermuatan ataupun bahan yang bermuatan
negative dan pada umumnya digunakan dalam passive targeting.
2. Stericallystabilized
liposomesLiposom yang terbungkus oleh lapis hidrofilik dan digunakan untuk memperlama
durasi obat berada dalam sirkulasi darah.
3. Imunoliposomes
Liposom yang dikonugasikan dengan antibody sebagain ligand sehingga cara kerjanya yaitu
dengan mekanisme respon imun alami tubuh dimana antibody akan mengenali suatu antigen
pada sel tertentu.
4. Cationicli
posomesLiposome yang memiliki muatan positif dan biasanya digunakan untuk penghantaran
materi genetik.
Polimer Misel
Misel adalah partikel koloid dengan
ukuran dalam kisaran 5-100 nm.
Misel terdiri dari amfifil atau bahan
aktif permukaan (surfaktan), dimana
sebagian besar kepala merupakan
kelompok-hidrofilik dan ekor
hidrofobik.

Misel yang terkonjugasi dengan ligan


Fungsi misel
● Fungsionalisasi misel sebagai penghantar obat dapat ditingkatkan dengan cara
menempelkan ligan pentarget yang secara khusus mengenali dan mengikat reseptor
yang diekspresikan pada sel tumor.
● Misel juga sangat menarik digunakan dalam pemberian obat yang ditargetkan pada sel-
sel kanker karena:
1) akumulasi misel polimer pada tumor dapat meningkat karena efek EPR sehingga
pendekatan pentargetan pasif dapat berlaku di sini;
2) polimer misel dapat dibuat sensitif terhadap perubahan suhu atau pH, yang berpotensi
berguna untuk penghantaran obat yang ditargetkan pada kanker, karena banyak proses
patologis dalam jaringan kanker yang disertai dengan peningkatan suhu atau keasaman;
3) Ligan yang berinteraksi dengan reseptor spesifik untuk selsel kanker juga dapat melekat
pada unit hidrofilik dari misel. Pendekatan ini dikenal sebagai penargetan aktif.
Dendrime
Dendrimer merupakan makromolekul dengan struktur bercabang
dan terdiri atas inti, cabang dan gugus ujung. Dendrimer yang
didekorasi dengan bioaktif ligan yang terbuat dari peptide
dan sakarida pada gugus perifer, membentuk nanomaterial
yang memiliki sifat mampu berikatan dengan reseptor
spesifik
Pembawa Lipoprotein
Perbandingan lemak dan protein menentukan densitas
lipoprotein: kilomikron paling rendah densitasnya,
sebagian besar lipid ukuran 10–90 nm; VLDL (Very
Low Density Lipoproteins) ukuran 30–90 nm; LDL
(Low Density Lipoproteins) ukuran 25 nm; dan HDL
(High Density Lipoproteins) ukuran 10 nm.

Lain-lain:mikrosfer albumin, mikrosfer Poly(lactide-co-


glycolide) (PLGA), danniosom
Homing device.
Untuk menarget obat secara khusus ke sel atau jaringan target (tidak
dibutuhkan untuk pasive tarrgetting), misalnya reseptor galaktosa
yang ada di sel liver parenkim, sehingga residu galaktosa pada
pembawa obat dapat menghantarkan ke sel ini. Homing device
bukanlah “magic bullets”, namun dapat meningkatkan spesifisitas
obat pada tempataksinya.

Misal:
Formulasi insulin long, medium, dan short acting dengan manipulasi kristal atau
pembentukan kompleksfisikaInjeksi depot (suspensi, injeksi lemak) kontrasepsi
dan obatpsikotropikImplan polimer, misalZoladexPompa infus.
Antibodi monoklonal
dalam targeting drug deliverysystem

● Antibodi merupakan campuran protein di dalam darah dan disekresi mukosa


menghasilkan sistem imun bertujuan untuk melawan antigen asing yang masuk ke
dalam sirkulasi darah. Antibodi dibentuk oleh sel darah putih yang disebut limfosit B.
Limfosit B akan mengeluarkan antibodi yang kemudian diletakkan pada
permukaannya.
● Antigen merupakan suatu protein yang terdapat pada permukaan bakteri, virus dan sel
kanker. Pengikatan antigen akan memicu multiplikasi sel B dan penglepasan antibodi
Struktur molekul antibodi [Sulistyo
Emantoko, 2001]
Antibodi monclonal adalah antibodi buatan identik
karena diproduksi oleh salah satu jenis sel
imun saja
Antibodi monoclonal digunakan sebagai ligan
dalam targeting drug delivery system (Sistem
penghantaran obat tertarget
Antibody monoclonal sebagai ligan yaitu
merupakan pembawa obat yang dapat
mengenali targetdalam pengobatan kanker atau
penyakit autoimun
Gambar . Struktur molekul antibodi
Tujuan dari antibodi monoclonal sebagai targeting drug delivery
system adalah
● Tepat target
● Memaksimalkan efekterapi
● Meminimalisir efek samping &toksiistas
Penggolongan antibodimonoklonal
● Penggunaan antibodi monoklonal untuk terapi obat terutama untuk terapi kanker dibagi dalam 2
tipe,yaitu:
1. Antibodi monoklonalmurni, merupakan antibodi monoklonal yang penggunaannya tanpa
dikombinasikan dengan senyawa lain. Antibodi monoklonal murni ini berikatan dengan antigen
spesifik sehingga menghasilkan respon imun tubuh. Kemudian akan berikatan dengan reseptor
(tempat ikatan molekul pertumbuhan sel kanker) yang akan menghambat pertumbuhan sel kanker.
2. Conjugated monoclonal antibodies (Antibodi monoklonal yang dikombinasikan dengan beberapa
senyawalain), merupakan antibodi monoklonal yang dikombinasikan dengan beberapa senyawa lain
(conjugated monoclonal antibodies) antara lain kemoterapi, toksin, dan senyawa radioaktif. Obat ini
hanya berperan sebagai wahana yang akan mengantarkan substansi-substansi obat, racun, dan materi
radioaktif, menuju langsung ke sasaran yakni sel-sel kanker. Antibodi monoklonal jenis ini akan
beredar ke seluruh bagian tubuh sampai ia berhasil menemukan sel kanker yang mempunyai antigen
spesifik yang dikenali oleh antibodi monoklonal
Antibodi monoklonal

Gambar Antibodi monoklonal


Radioimuoterapi atau antibodi yang dilabel
radioisotop

Radioimunoterapi adalah metode penanganan kanker


dengan memanfaatkan reaksi spesifik antigen dan
antibodi.
Contoh :
Tostizumab merupakan antibodi monoklonal yang akan
berikatan dengan antigen CD20 yang ditemukan pada
sel mature limfosit B. antibodi berikatan dan
menginduksi apoptosis, complement-dependent
sitotoksik dan sel mati selama ionisasi radiasi.
Antibodi monoklonal yang dikonjugasi dengan racun yaitu
immunotoksin
Gambar Mekanisme radioimunoterapi
Mekanisme aksi imunotoksin

Mekanisme aksi imunotoksin adalah


1. Berikatan dengan reseptor (antigen) komplimen dari mAB
pembawa toksin pada permukaan tumor
2. Mengalami internalisasi ke dalamendosome3.Mengalami
serangkaian metabolisme di dalamRE.
3. Bertranslokasi ke dalam sitosol, mengalami ribosilasi untuk
mengaktifkantoksin.
4. Menginhibisi sintesis protein pada sel tumeor sehinnga
menyebabkan kematiansel.

Gambar Mekanisme imunotoksin


Contoh:
Mylotarg (Gemtuzumab Ozogamicin) melawan langsung antigen
CD33 yang dilekspresikan langsung oleh sel hematopoetik.
Ikatan antibodi anti CD33 dalam mylotarg dengan antigen
CD33 menghasilkan kompleks mengalami internalisasi.
Selanjutnya calicheamicin dilepaskan masuk ke dalam
lisosom dalam sel meiloid. Pelepasan calicheamin berikatan
dengan DNA sehingga DNA double strand rusak dansel mati.
Imunoliposom
Merupakan konjugasi antara antibodi dengan
liposom. liposom membawa obat atau
nukleotida terapeutik dan kemudian
berkonjugasi dengan antibodi monoklonal,
obat atau toksin dihantarkan ke sel target

Gambar. Mekanisme liposom


Obat-antibodi terkonjugasi

● Obat-antibodi terkonjugasi adalah antibodi monoklonal (mAbs) yang terikat


pada obat dengan ikatan kimia. Menghasilkan efek terapi yang baik dan
mengurangi efek samping. Doxorubicin, duanomicin, klorambucil, dan
lainnya dapat dikonjugasi dengan antibodi monoklonal
Mekansime obat-antibodi terkonjugasiadalah
▪Identifikasi antigen yang dihasilkan oleh seltumor.
▪Produksi antibodi monoklonal melawanantigen.
▪Pembentukan kompleks obat pada sel tumor dan
pelepasan obat.
PRODRUG
DEFINISI
 Prodrug adalah suatu senyawa farmakologi (obat) yang diberikan
dalam bentuk tidak aktif . Pada saat diberikan, produk dimetabolisme
secara in vivo menjadi metabolit aktif, melalui proses bioaktivasi.
TUJUAN PRODRUG

1. Meningkatkan absorpsi.
2. Meningkatkan disolusi.
3. Meningkatkan bioavailabilitas.
4. Menghindari first pass metabolisme.
5. Lokasi penghantaran yang spesifik.
6. Memperlama atau memperpendek durasi aksi.
7. Mengurangi toksisitas.
8. kepatuhan pasien.
JUDUL PRODRUG

Formulasi Nanopartikel Losartan dengan Pembawa


Kitosan
PEMBAHASAN FORMULASI

● LOSARTAN merupakan antagonis reseptor angiotensin II yang mempunyai


selektifitas yang tinggi dan digunakan pada terapi hipertensi. Bioavailabilitas
losartan relatif rendah (hanya 33%) karena mengalami metabolisme hepatik
yang intensif oleh enzim sitokrom P450 (CYP2C9 dan CYP3A4)(1). Waktu
paruh eliminasi losartan juga relatif pendek yaitu 2,1±0,7 jam.
● Beberapa rute penghantaran obat secara sistemik dapat dipertimbangkan,
misalnya rute transdermal (melewati kulit secara non invasif), rute nasal
(melewati rongga hidung) maupun pulmonar (melewati alveoli pada paru-
paru).
BAHAN FORMULASI

1. kalium losartan (derajat farmasi, diperoleh dari PT Kalbe Farma Jakarta),


2. kitosan dan natrium tripolifosfat derajat pro-analysis (Sigma Aldrich).
3. Bahan untuk membuat dapar semua berderajat pro-analysis (E Merck), yaitu :
 natrium klorida, kalium klorida,
 dinatrium hidrogen fosfat,
 kalium dihidrogen fosfat,
 asam asetat,
 natrium asetat.
 Aquabidest steril untuk injeksi (Ikapharmindo) digunakan sebagai pelarut
untuk membuat larutan dapar
ALAT FORMULASI

1. Neraca analitik dengan kepekaan 0,1 mg (AND),


2. magnetic stirrer (Cimarec),
3. sonikator (Transsonic 570 Elma Germany),
4. pH meter (HI 8314 HANNA),
5. sentrifuga (Sorvall Biofuge Primo R),
6. freeze dryer (Benchtop K Virtis),
7. particle size analyser
8. zeta sizer analyser (Beckman Coulter DelsaTM Nano).
METODE

1. Pada percobaan ini (tahap 1) dilakukan optimasi formula dengan variasi


kadar kitosan dan kadar losartan dengan model matrik
 Pembuatan nanopartikel kitosan losartan dilakukan dengan
mencampurkan 1,5 mL larutan kitosan (dalam dapar asetat 0,15 M pH
5,0) dengan 0,3 mL larutan losartan (dengan kadar seperti yang tertera
pada Tabel 1)
 Campuran kitosan dan losartan diaduk dengan menggunakan magnetic
stirrer dengan kecepatan 500 rpm pada suhu kamar selama 10 menit,
kemudian ditambah 0,3 mL larutan natrium tripolifosfat (TPP) 14 mg%.
LANJUTAN

 Pengadukan dilanjutkan hingga 30 menit kemudian disonikasi selama


20 menit. Selama proses pengadukan tersebut sediaan dijaga agar
terlindung dari cahaya.
 Nanopartikel kitosan yang mengandung losartan tersebut disimpan
dalam kondisi terlindung dari cahaya untuk diuji stabilitasnya selama
penyimpanan dalam waktu tertentu.
PERCOBAAN 1
LANJUTAN

2. Optimasi formula dengan desain faktorial (tahap II).


 optimasi formula dengan menggunakan desain faktorial dengan dua
variabel bebas yaitu pH dan kecepatan pengadukan (rpm),masing-
masing pada dua level (rendah dan tinggi).
 Respon yang diamati (sebagai variabel tergantungnya) yaitu loading
capacity nanopartikel losartan.
 Analisis desain tersebut secara statistik dilakukan dengan menggunakan
fitur Design of Experiment pada perangkat lunak Minitab versi 16
PERCOBAAN 2

Gambar Penghitungan loading capacity nanopartikel


losartan.
HASIL PENGAMATAN

Ukuran partikel menggunakan particle size analyser disajikan pada Gambar


2. Nanopartikel kitosan-losartan yang diperoleh mempunyai diameter rata-
rata 290,3±52,6 nm (n=3), dengan polidispersibility index sebesar 0,296.
Hasil ini mirip dengan beberapa penelitian terdahulu dalam pembuatan
kitosan nanopartikel dengan TPP sebagai crosslinking agent secara ionic
gelation, yang menghasilkan nanopartikel kitosan dengan ukuran partikel
200-400 nanometer(8). Partikel dengan ukuran kurang dari 400 nm
mempunyai kemampuan yang baik dalam penghantaran obat.
KESIMPULAN

 Sistem penghantaran obat tertarget merupakan suatu upaya untuk


meningkatkan efektivitas obat dalamtubuh.
 Ada dua mekasime utama dalam sistem penghantaran obat tertarget,
yaitu passive dan active targeting. Komponen tubuh yang dijadikan
sebagai target yaitu protein, reseptor, kanal, gen, enzim,
dantransporter.
 Karier yang dapat digunakan dalan sistem penghantaran obat tertarget
adalah liposom, antibody monoklonal, mikropartikel dan
nanopartikel.
LANJUTAN

 Nanopartikel losartan yang dibuat dengan metode ionic gelation dan


menghasilkan stabilitas fisik nanopartikel yang terbaik, dapat
diperoleh dengan perbandingan kadar losartan-kitosan (14 mg% : 35
mg%) dan (21 mg% : 35 mg%).
 Berdasarkan desain faktorial loading capacity terbesar (47,7%)
nanopartikel kitosan-losartan dapat dibuat dengan kecepatan
pengadukan 350 rpm dan pH 4,0. Nanopartikel yang diperoleh
dengan kondisi tersebut mempunyai diameter rata-rata 290,3±52,6
nm dan zeta potensial +50,8 ±4,8mV, yang menunjukkan
nanopartikel yang stabil.
LANJUTAN

● Formulasi Nanopartikel Losartan dengan Pembawa Kitosan menghasilkan


Formula terbaik hasil optimasi di-scaling up 10 kali (volume 2,1 mL menjadi
21 mL). Hasil scaling up dihitung kembali loading capacity-nya. Produk
nanopartikel yang dihasilkan dikarakterisasi ukuran partikel serta zeta
potensialnya masing-masing dengan menggunakan particle size analyzer dan
zeta size analyser. Karakterisasi nanopartikel kitosan-losartan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Indrawati, Teti. 2009. Sistem Penghantaran Obat Peroral dengan Pelepasan Terkontrol
Langsung ke Target. Jakarta.
2. Winarti, Lina. SISTEM PENGHANTARAN OBAT TERTARGET, MACAM,
JENISJENIS SISTEM PENGHANTARAN, DAN APLIKASINYA. Departemen
Farmasetika, Faklutas Farmasi Universitas Jember.
3. http://www.authorstream.com/Presentation/raj54-1529137-antibodies-drugdelivery-
targeted-system(diakses pada Minggu 4 Juli 2021, Pukul 17.00)
4. Mohanraj, VJ. and Y Chen. Tropical Journal of Pharmaceutical Research,Nanoparticles
– A Review. June 2006; 5 (1): 561-573
5. https://farmasetika.com/2020/06/11/peranan-kitosan-dalam-sistem-enghantaranobat-
tertarget/ (diakses pada Minggu 4 Juli 2021, pukul 17.15)
6. JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA, April 2013, hlm. 7-12ISSN 1693-
183

Anda mungkin juga menyukai