Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FARMAKOEKONOMI

COST EFFECTIVENESS ANALYSIS

Disusun Oleh :

SUCI INDRIANI 19344959


DEWA WAHYU KURNIAWATI 19344061
NELA FITRIA 19344051
LELI SRI WIDIASTUTI 10344061

PROGRAM PROFESI APOTEKER


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan tugas makalah Promosi Kesehatan dengan pokok bahasan CEA
(Cost Effectiveness Analysis).
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakoekonomi.
Kami berharap makalah yang kami buat dapat dimengerti dan bermanfaat bagi
pembaca.Terlebih lagi, apabila makalah ini dapat dijadikan contoh bagi pembaca.
Akhir kata, kami sadar bahwa tugas makalah yang kami buat ini masih
banyak kekurangan.Oleh karena itu, kami mohon maaf dan menerima segala
kritik dan saran yang membangun pada penyusunan tugas makalah ini.

Jakarta, 21 SEPTEMBER 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................... i
KATA PENGSNTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 5
1.3 Tujuan ............................................................................... 5
1.4 Manfaat ............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Farmakoekonomi .............................................................. 6
2.2 Pengertian cost benefit analisis (CBA) ............................. 7
2.3 Pengertian Cost Effectives Analysis (CEA)....................... 8
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Studi Kasus ....................................................................... 12
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya peningkatan kesehatan masyarakat meningkat secara signifikan
selama beberapa dekade terakhir, namun masih terdapat kendala dalam
pemerataan kesehatan. Terdapat tantangan yang cukup besar untuk membuat
kemajuan dibidang kesehatan. Dibutuhkan pengetahuan tentang bagaimana
membuat suatu program atau intervensi, informasi tentang banyaknya biaya
yang dibutuhkan, dan pengelolaan sumber daya secara efektif.
Pengambil keputusan seringkali dihadapkan pada tantangan dalam
mengelola sumber daya yang ada. Sumber daya adalah barang yang terbatas,
oleh karena itu mereka harus dapat mengalokasikan sumber daya dengan
bijaksana. Alokasi sumber daya khususnya di bidang kesehatan harus
memenuhi dua kriteria etika utama. Etika pertama yaitu dengan biaya yang
terbatas dapat memaksimalkan manfaat kesehatan bagi masyarakat. Etika
kedua adalah alokasi dan distribusi sumber daya harus adil pada setiap
individu atau kelompok.
Salah satu sumber daya yang cukup penting untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat adalah biaya. Efektivitas biaya tidak sekedar menjadi
perhatian bidang keekonomian, karena meningkatkan kesehatan masyarakat
dan kesejahteraan merupakan masalah moral. Alokasi sumber daya yang
tidak efektif menghasilkan manfaat yang lebih sedikit daripada yang mungkin
terjadi dengan alokasi yang berbeda.
CEA adalah salah satu metode untuk mengidentifikasi strategi yang
dapat memberikan keefektifan biaya paling tinggi dari serangkaian pilihan –
pilihan dengan tujuan yang sama. Dalam analisis keefektifan biaya dilakukan
dengan membandingkan input dan output. Input adalah biaya yang diukur
dalam satuan moneter, sedangkan output adalah manfaat diukur dalam
peningkatan kesehatan. Dengan membagi biaya dengan manfaat, seseorang
dapat memperoleh rasio keefefektifan biaya untuk setiap intervensi.
Intervensi yang efektif dapat memberikan lebih banyak manfaat pada lebih

4
banyak orang sehingga menjadi pertimbangan penting dalam mengevaluasi
tindakan dan kebijakan sosial.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian CEA (Cost Effectiveness Analysis)?
1.2.2 Apa perbedaan CEA (Cost Effectivness Analysis) dan CBA (Cost
Benefit Analysis)?
1.2.3 Bagaimana tahapan pada tujuan CEA (Cost Effectiveness Analysis)
dan bagaimana contoh penerapannya?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian CEA (Cost Effectiveness Analysis).
1.3.2 Mengetahui perbedaan CBA (Cost Benefit Analysis) dan CEA (Cost
Effectiveness Analysis).
1.3.3 Mempelajari tahapan pada tujuan CEA (Cost Effectiveness Analysis)
dan contoh penerapannya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian CEA (Cost Effectiveness
Analysis).
1.4.2 Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan CBA (Cost Benefit Analysis)
dan CEA (Cost Effectiveness Analysis).
1.4.3 Mahasiswa dapat mempelajari tahapan pada tujuan CEA (Cost
Effectiveness Analysis) dan contoh penerapannya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Cost Effectiveness Analysis (CEA)


Farmakoekonomi merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi dan
membandingkan biaya atau konsekuensi dari terapi obat untuk sistem
kesehatan dan masyarakat. Analisis farmakoekonomi sering digunakan untuk
pengambilan keputusan dalam kebijakan kesehatan modern karena
keterbatasan sumber daya keuangan (Kumar dan Baldi, 2013). Tujuan dari
farmakoekonomi di antaranya membandingkan obat yang berbeda untuk
pengobatan pada kondisi yang sama, selain itu juga dapat membandingkan
pengobatan (treatment) yang berbeda untuk kondisi yang berbeda (Trask,
2011). Dalam analisis farmakoekonomi, metode evaluasi farmakoekonomi
terdiri dari empat macam, yaitu Cost-Minimization Analysis (CMA), Cost-
Utility Analysis (CUA), Cost-Benefit Analysis (CBA) dan Cost-Effectiveness
Analysis (CEA) (Andayani, 2013).
Cost Minimazation Analysis (CMA) adalah metode analisis
farmakoekonomi yang paling sederahana, CMA hanya digunakan untuk
membandingkan pemberian dua atau lebih intervensi kesehatan, termasuk
obat yang memberikan efek yang sama karena hasil dari intervensi
diasumsikan sama dan dibandingkan pada satu sisi yaitu biaya. Contoh
penggunaan metode CMA yaitu untuk membandingkan obat generik berlogo
(OGB) dengan obat generik bermerek, bahan kimia obat sejenis yang telah
dibuktikan kesetaraannya melalui uji bioavailabilitas-bioekuivalen (BA/BE)
dan membandingkan obat standar dengan obat baru yang memiliki efek
setara; yang berbeda adalah onset dan durasinya. Dalam metode ini pemilihan
obat difokuskan pada obat yang biaya per harinya lebih murah (KemenkesRI,
2013).
Cost utility Analysis (CUA) adalah tipe analisis yang mengukur manfaat
dalam utility beban lama hidup, menghitung biaya per utility, mengukur rasio
untuk membandingkan di antara beberapa program. Analisis cost utility untuk
mengukur nilai spesifik kesehatan dalam bentuk pilihan setiap individu atau

6
masyarakat. Seperti analisis cost effectiveness, cost utility analysis
membandingkan biaya terhadap program kesehatan yang diterima,
dihubungkan dengan peningkatan kesehatan yang diakibatkan perawatan
kesehatan (Orion, 1997). Dalam cost utility analysis, peningkatan kesehatan
diukur dalam bentuk penyesuaian kualitas hidup (quality adjusted life years,
QALYs) dan hasilnya ditunjukkan dengan biaya per penyesuaian kualitas
hidup. Keuntungan dari analisis ini dapat ditujukan untuk mengetahui kualitas
hidup. Kekurangan analisis ini bergantung pada penentuan QALYs dalam
status tingkat kesehatan pasien (Orion, 1997).
2.2 Pengertian Cost Benefit Analisis (CBA)
Cost-Benefit Analysis (CBA) adalah tipe analisis yang membandingkan
biaya dan keluaran dalam unit mata uang. Kelebihan analisis ini adalah
beberapa keluaran yang berbeda dapat dibandingkan, di mana keluaran diukur
dalam nilai mata uang (Andayani, 2013). Biaya didefinisikan sebagai nilai
sumber daya yang hilang karena proses terapi pengobatan. Dalam proses
pemberian pelayanan kesehatan, biaya dapat dibedakan menjadi:
a. Biaya medik langsung (direct cost)
Biaya medik langsung adalah biaya yang harus dibayarkan sebagai akibat
dari adanya suatu penyakit atau selama intervensi pengobatan. Dalam hal
kesehatan, biaya langsung dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Biaya langsung medis (direct medical cost)
Biaya langsung medis adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai
kebutuhan medis seperti biaya untuk obat, biaya untuk kamar saat
rawat inap serta biaya tambahan yang tidak ditanggung oleh asuransi.
2) Biaya langsung nonmedis (direct non-medical cost)
Biaya langsung nonmedis adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
membiayai segala pengeluaran yang diakibatkan transportasi untuk
pergi ke rumah sakit, biaya akomodasi (hotel atau penginapan) dan
konsumsi untuk pendamping selama pasien di rumah sakit.
b. Biaya medik tidak langsung (indirect cost)
Biaya medik tidak langsung adalah biaya yang secara tidak langsung
dikeluarkan, baik oleh pasien maupun keluarga pasien, sebagai

7
konsekuensi dari adanya penyakit atau pengobatan (Setiawan et al.,
2017).
c. Biaya tak berwujud (intangible cost)
Biaya tak berwujud Biaya berwujud yaitu rasa sakit, khawatir atau rasa
tertekan. Biaya ini mustahil untuk diukur dari segi moneter, tetapi diukur
dari kualitas hidup pasien dan keluarga (Soniya et al, 2015).
d. Biaya terhindarkan
Biaya terhindarkan adalah potensi pengeluaran yang dapat dihindarkan
karena penggunaan suatu intervensi kesehatan (Kemenkes RI, 2013).

2.3 Pengertian Cost Effectiveness Analysis (CEA)


Cost Effectiveness Analysis (CEA) merupakan suatu metode evaluasi
ekonomi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam memilih
alternatif terbaik dari beberapa alternatif yang ada. Analisis ini biasanya
digunakan untuk menilai beberapa alternatif yang tujuan atau luarannya sama
dan efektivitas diukur dalam satuan luaran seperti jumlah pasien yang
sembuh, jumlah tindakan, kematian yang dapat dicegah atau satuan lainnya.
Analisis efektivitas biaya dapat digunakan untuk memilih intervensi
kesehatan yang memberikan nilai tertinggi dengan dana yang terbatas,
misalnya membandingkan dua atau lebih jenis obat dari kelas terapi yang
sama tetapi memberikan besaran hasil yang berbeda pada pengobatan;
membandingkan dua atau lebih terapi yang hasil pengobatannya dapat diukur
dengan unit alamiah yang sama, dengan mekanisme kerja yang berbeda
(Kemenkes RI, 2013).
CEA membantu memberikan alternatif yang optimal yang tidak selalu
berarti biayanya lebih murah. CEA membantu mengidentifikasi dan
mempromosikan terapi pengobatan yang paling efisien (Grosse, 2000). CEA
sangat berguna bila membandingkan alternatif program atau alternatif
intervensi dimana aspek yang berbeda tidak hanya program atau
intervensinya, tetapi juga outcome klinisnya ataupun terapinya. Dengan
melakukan perhitungan terhadap ukuran-ukuran efisiensi (cost effectiveness
ratio), alternatif dengan perbedaan biaya, rate efikasi dan rate keamanan

8
yang berbeda, maka perbandingan akan dilakukan secara berimbang (Grosse,
2000).
Analisis efektivitas biaya (CEA) adalah bentuk ekonomi analisis yang
membandingkan biaya relatif dan hasil (efek) dari dua atau lebih program
tindakan. Biaya analisis efektivitas berbeda dari biaya analisis benefit yang
memberikan nilai moneter untuk mengukur efek. Analisis efektivitas biaya
sering digunakan dalam bidang pelayanan kesehatan, di mana tidak hanya
untuk menguangkan efek kesehatan (Soniya et al., 2015).
Analisis cost effectiveness mengkonversi cost dan benefit (efikasi) ke
dalam rasio pada obat yang dibandingkan. Hasil CEA dipresentasikan dalam
bentuk rasio, yaitu bisa average cost effectiveness ratio (ACER) atau dalam
incremental cost effectiveness ratio (ICER). ACER menggambarkan total
biaya dari program atau intervensi dibagi dengan luaran klinik, sedangkan
ICER digunakan untuk mendeterminasikan biaya tambahan dan pertambahan
efektivitas dari suatu terapi dibandingkan terapi yang paling baik (Dipiro et
al., 2005).
Apabila suatu intervensi memiliki ACER paling rendah per unit
efektivitas, maka intervensi tersebut paling cost-effective, sedangkan ICER
merupakan tambahan biaya untuk menghasilkan satu unit peningkatan
outcome relatif terhadap alternatif intervensinya. ACER merupakan total
biaya program atau alternatif pengobatan dibagi dengan hasil klinis untuk
menghasilkan rasio mewakili biaya per unit setiap hasil klinis spesifik yang
diperoleh (Soniya et al., 2015).
Biaya perawatan ($)
ACER=
Efektivitas
Penggunaan rasio dapat digunakan oleh ahli kesehatan untuk memilih
program atau alternatif pengobatan dengan biaya yang paling sedikit setiap
outcome yang menguntungkan. Analisis efektivitas biaya tidak selalu
mendapatkan biaya yang rendah untuk hasil terapi yang diinginkan. Dalam
hal ini efektivitas biaya tidak membutuhkan pengurangan biaya, tetapi cukup
dengan optimasi biaya (Soniya et al., 2015).

9
Kenaikan biaya CEA dapat digunakan untuk menentukan biaya
tambahan dan efektivitas yang diperoleh dari suatu alternatif treatment
dibandingkan dengan alternatif treatment terbaik selanjutnya. Perbandingan
ACER di masing-masing alternatif teratment akan menambahkan biaya dan
membebankan treatment lainnya yang dibandingkan dengan tambahan efek,
manfaat (outcome) sehingga dapat dinilai besarnya biaya tambahan tiap unit
penambahan efektivitas. Apabila rumus tersebut menghasilkan biaya
tambahan yang rendah untuk mendapatkan efek tambahan artinya obat
tersebut baik untuk dipilih, sebaliknya jika biaya tambahan sangat tinggi
maka obat tersebut tidak baik untuk dipilih (Soniya et al., 2015).
Biaya A ($)-Biaya B ($)
ICER =
Efek A (%)-Efek B (%)
Analisis CEA membantu memberikan alternatif optimal untuk memilih
suatu produk ataupun jenis pelayanan kesehatan, namun tidak berarti dengan
biaya yang selalu lebih murah. Analisis ini membantu mengidentifikasi dan
mempromosikan terapi pengobatan yang paling efisien. Analisis CEA sangat
berguna apabila digunakan untuk membandingkan alternatif program atau
alternatif pengobatan lain di mana aspek yang berbeda tidak hanya program
atau intervensinya, tetapi juga outcome klinisnya ataupun terapinya. Dengan
melakukan perhitungan terhadap ukuran efisiensi (cost effectiveness rasio),
alternatif dengan perbedaan biaya, tingkat efikasi yang berbeda dan tingkat
keamanan, maka perbandingan akan dilakukan secara berimbang (Setiawati,
2009). Adapun langkah-langkah penggunaan evaluasi ekonomi CEA adalah
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi masalah dan tujuan yang akan dicapai
Langkah awal dari CEA adalah penetapan masalah dan tujuan. Pemecahan
masalah dan pencapaian tujuan sangat bergantung kepada kejelasan
perumusan masalah dan tujuan yang jelas.
2. Mengidentifikasi alternatif untuk mencapai tujuan yang sama
Perbedaan dan perbandingan akan terlihat jelas apabila alternatif
pemecahan masalah lebih dari satu sehingga dapat ditemukan pilihan yang
terbaik.

10
3. Mengidentifikasi dan meghitung biaya dari setiap alternative
Identifikasi biaya dilakukan dengan menentukan biaya langsung dan biaya
yang diperlukan. Biaya merupakan jumlah input yang digunakan untuk
menghasilkan suatu output. Jadi, biaya adalah nilai dari suatu pengorbanan
guna mendapatkan output tertentu.
4. Mengidentifikasi dan menghitung efektivitas dari setiap alternative
Penetapan kriteria dari output atau outcome yang akan dicapai atau
ditargetkan, contohnya jumlah cakupan per pasien atau per pasien sembuh,
dll.
5. Menghitung cost effectiveness ratio setiap alternative
Penghitungan rasio antara total biaya dengan total output dilakukan setelah
diketahui total biaya masing-masing alternatif. Penghitungan ini dilakukan
untuk mendapatkan cost effectiveness ratio pada setiap alternatif, dan
dilanjutkan dengan membandingkan masing-masing rasio sehingga
diketahui rasio terkecil.
6. Melakukan analisis sentitifitas
Tujuan analisis ini adalah untuk menguji pengaruh biaya dan efektivitas
terhadap hasil akhir. Jika tidak ada perubahan nilai, maka hasil penelitian
dapat digunakan, namun jika terdapat perubahan nilai maka harus
mempertimbangkan penggunaan hasil penelitian (Nursyafrida, 2012).

11
BAB III
STUDI KASUS

3.1 Contoh Implementasi Cost Effectiveness Analysis


Rumah Sakit Pancaran Kasih melaksanakan pengobatan Hipertensi
dengan obat yang berbeda dengan sample sebanyak 36 orang. Pemakaian
Obat Amlodipin-Captopril yang menggunakan selama seminggu sebanyak 20
pasien sedangkan obat Amlodipin-Bisoprolol yang menggunakan selama
seminggu sebanyak 16 pasien. Maka effektifitas :
Jumlah pasien yang
Kombinasi Golongan Jumlah Efektifitas
mencapai target
Obat pasien (%)
tekanan darah
Amlodipin-Captopril 20 20 100%
Amlodipin-Bisoprolol 16 15 95%

Sehingga dapat disimpulkan bahwa obat Amlodipin-Captopril lebih


efektif daripada Amlodipin-Bisoprolol.
Untuk perhitungan efektifitas biaya dari kombinasi obat Amlodipin-
Captopril dan obat Amlodipin-Bisoprolol sebagai berikut:
Kombinasi obat Total Biaya
Amlodipin-Captopril 1.180.863,6
Amlodipin-Bisoprolol 1.277.876,25
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien diterapi dengan obat
Amlodipin-Captopril lebih murah dibandingkan dengan obat Amlodipin-
Bisoprolol.
Perhitungan Cost Effective berdasarkan ACER sebagai berikut:
Obat Total Biaya (C) Effectivitas (E) ACER (C/E)
Amlodipin-Captopril 1.180.863,6 100% 11.808,63

Amlodipin-Bisoprolol 1.277.876,25 95% 13.451,32

Nilai ACER menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1% effectivitas


dibutuhkan biaya sebesar ACER. Misalkan pada obat Amlodipin-Captopril

12
berarti setiap peningkatan 1% effectivitas dari kombinasi obat tersebut
membutuhkan biaya sebesar 11.808,63 dari table diatas nilai ACER paling
tinggi ditunjukkan oleh kombinasi obat Alodipin-Bisoprolol dan nilai
ACER paling rendah adalah obat Amlodipin Captopril maka d isimpulkan
bahwa kombinasi obat Amlodipin Captopril adalah obat yang paling Cost
Effective untuk terapi Antihipertensi pada pasien rawat inap di RSU
Pancaran Kasih GMIM Manado.
Kesimpulan:
a. Obat yang paling efektif untuk mencapai tekanan darah adalah kombinasi
obat Amlodipin-Captopril.
b. Obat yang paling efektif dari segi biaya adalah kombinasi obat
Amlodipin-Captopril.
c. Obat yang perbandingan effektivitas kerja obat dengan biaya adalah
kombinasi obat Amlodipin-Captopril.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.1.1 Analisis efektivitas biaya (CEA) adalah bentuk ekonomi analisis yang
membandingkan biaya relatif dan hasil (efek) dari dua atau lebih program
tindakan. Biaya analisis efektivitas berbeda dari biaya analisis benefit yang
memberikan nilai moneter untuk mengukur efek. Analisis efektivitas biaya
sering digunakan dalam bidang pelayanan kesehatan, di mana tidak hanya
untuk menguangkan efek kesehatan.
4.1.2 Analisis cost effectiveness mengkonversi cost dan benefit (efikasi) ke
dalam rasio pada obat yang dibandingkan. Hasil CEA dipresentasikan
dalam bentuk rasio, yaitu bisa average cost effectiveness ratio
(ACER) atau dalam incremental cost effectiveness ratio (ICER).
ACER menggambarkan total biaya dari program atau intervensi dibagi
dengan luaran klinik, sedangkan ICER digunakan untuk
mendeterminasikan biaya tambahan dan pertambahan efektivitas dari
suatu terapi dibandingkan terapi yang paling baik

14
Daftar Pustaka

Andayani TM, 2013. Farmakoekonomi Prinsip dan Metodelogi.Yogyakarta :


Bursa Ilmu

Anonim, 2014.Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI). Direktorat Jendral


Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta

Dipiro, J.T., et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook.Sixth edition.The Mc.Graw


Hill Company. USA. Hal 1891-1939

Japeries W & Desen, W, 2013. Onkologi Klinis. Jakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia

Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas. Jakarta : Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

Kemenkes RI, 2015. INFODATIN Pusat Data dan Informasi Kementrian


Kesehatan RI: Situs Kesehatan Remaja

Kumar, D & Baldi, A. 2013. Pharmacoeconomics: Principles, Methods and


Ekonomic Evaluation Of Drug Therapies. Techmed, 2:362-369

National Health Institute. 2014. Colorectal Cancer (Diakses pada tanggal 10


November 2018). Available
from:www.nlm.nih.gov/medlineplus/colorectalcancer.html
Nursyafrida, 2012.Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Antibiotik Cefotaksim
dan Ceftriakson Pada Pasien Pneumonia Balita di Rawat Inap RSU Tangerang
Tahun 2012, Tesis, Program Studi K

15

Anda mungkin juga menyukai