Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH FARMAKOEKONOMI

COST EFFECTIVENESS ANALYSIS

Disusun Oleh :

DIN SISKA 18344060


IVA 18344061
HARIOSUKMONO 18344062
APRIL 18344063
GINA 18344064
ZULAIKA AGUSTA 18344065
SARI KURNIAWATI 18344066
ROBI WIRA PRATAMA 18344067

PROGRAM PROFESI APOTEKER


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan tugas makalah Promosi Kesehatan dengan pokok bahasan CEA
(Cost Effectiveness Analysis).
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakoekonomi.
Kami berharap makalah yang kami buat dapat dimengerti dan bermanfaat bagi
pembaca.Terlebih lagi, apabila makalah ini dapat dijadikan contoh bagi pembaca.
Akhir kata, kami sadar bahwa tugas makalah yang kami buat ini masih
banyak kekurangan.Oleh karena itu, kami mohon maaf dan menerima segala
kritik dan saran yang membangun pada penyusunan tugas makalah ini.

Jakarta, November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................... i
KATA PENGSNTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Kata Pengantar ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................ 2
1.4 Manfaat ...................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian CEA ......................................................................... 3
2.2 Prinsif Dasar CEA ..................................................................... 4
2.3 Cara Pengambilan Kesimpulan CEA ........................................ 5
2.4 Aplikasi/Penggunaan CEA ........................................................ 7
2.5 Tahap Penghitungan CEA ......................................................... 10
2.6 Kelebihan dan Kelemahan CEA ............................................... 12
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Studi Kasus ................................................................................ 14
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Upaya peningkatan kesehatan masyarakat meningkat secara signifikan
selama beberapa dekade terakhir, namun masih terdapat kendala dalam
pemerataan kesehatan.Terdapat tantangan yang cukup besar untuk membuat
kemajuan dibidang kesehatan.Dibutuhkan pengetahuan tentang bagaimana
membuat suatu program atau intervensi, informasi tentang banyaknya biaya yang
dibutuhkan, dan pengelolaan sumber daya secara efektif.
Pengambil keputusan seringkali dihadapkan pada tantangan dalam
mengelola sumber daya yang ada.Sumber daya adalah barang yang terbatas, oleh
karena itu mereka harus dapat mengalokasikan sumber daya dengan
bijaksana.Alokasi sumber daya khususnya di bidang kesehatan harus memenuhi
dua kriteria etika utama.Etika pertama yaitu dengan biaya yang terbatas dapat
memaksimalkan manfaat kesehatan bagi masyarakat.Etika kedua adalah alokasi
dan distribusi sumber daya harus adil pada setiap individu atau kelompok.
Salah satu sumber daya yang cukup penting untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat adalah biaya.Efektivitas biaya tidak sekedar menjadi perhatian bidang
keekonomian, karena meningkatkan kesehatan masyarakat dan kesejahteraan
merupakan masalah moral.Alokasi sumber daya yang tidak efektif menghasilkan
manfaat yang lebih sedikit daripada yang mungkin terjadi dengan alokasi yang
berbeda.
CEA adalah salah satu metode untuk mengidentifikasi strategi yang dapat
memberikan keefektifan biaya paling tinggi dari serangkaian pilihan – pilihan
dengan tujuan yang sama. Dalam analisis keefektifan biaya dilakukan dengan
membandingkan input dan output. Input adalah biaya yang diukur dalam satuan
moneter, sedangkan output adalah manfaat diukur dalam peningkatan kesehatan.
Dengan membagi biaya dengan manfaat, seseorang dapat memperoleh rasio
keefefektifan biaya untuk setiap intervensi.Intervensi yang efektif dapat
memberikan lebih banyak manfaat pada lebih banyak orang sehingga menjadi
pertimbangan penting dalam mengevaluasi tindakan dan kebijakan sosial.

1
1.2. Rumusan Masalah
1) Apakah pengertian CEA (Cost Effectiveness Analysis)?
2) Bagaimana prinsip dasar CEA (Cost Effectiveness Analysis)?
3) Cara Pengambilan Kesimpulan Cost Effectiveness Analysis?
4) Bagaimana Aplikasi/Penggunaan Cost-Effectiveness Analysis
5) Bagaimana Tahap Penghitungan Cost Effectiveness Analysisdan bagaimana
contoh penerapannya?
6) Apa saja kelebihan dan kekurangan CEA (Cost Effectiveness Analysis)?

1.3.Tujuan
1) Mengetahui pengertian CEA (Cost Effectiveness Analysis).
2) Mengetahui prinsip dasar CEA (Cost Effectiveness Analysis).
3) Mengetahui Cara Pengambilan Kesimpulan Cost Effectiveness Analysis.
4) MengetahuiAplikasi/Penggunaan Cost-Effectiveness Analysis.
5) MengetahuiTahapan Perhitungan CEA (Cost Effectiveness Analysis) dan
contoh penerapannya.
6) Mengetahui kelebihan dan kekurangan CEA (Cost Effectiveness Analysis).

1.4.Manfaat
1) Mahasiswa dapat mengetahui pengertian CEA (Cost Effectiveness Analysis).
2) Mahasiswa dapat mengetahui prinsip dasar CEA (Cost Effectiveness
Analysis).
3) Mahasiswa dapat mengetahuiCara Pengambilan Kesimpulan Cost
Effectiveness Analysis.
4) Mahasiswa dapat mengetahuiAplikasi/Penggunaan Cost-Effectiveness
Analysis.
5) MengetahuiTahapan Perhitungan CEA (Cost Effectiveness Analysis) dan
contoh penerapannya.
6) Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan CEA (Cost
Effectiveness Analysis).

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Cost Effectiveness Analysis (CEA)


Menurut Henry M. Levin, analisis efektifitas biaya adalah evaluasi yang
mempertimbangkan aspek biaya dan konsekuensi dari sebuah alternatif
pemecahan masalah. Ini adalah sebuah alat bantu pembuat keputusan yang
dirancang agar pembuat keputusan mengetahui dengan pasti alternatif pemecahan
mana yang paling efisien.
Menurut Diana B. Petitti, analisis efektifitas biaya adalah model yang
digunakan untuk menilai alternatif keputusan yang paling tepat dengan cara
membandingkan alternatif tersebut dalam hubungannya dengan keuangan yang
harus dikorbankan.
Menurut Shepard (1979) dalam First Principles Of Cost-Effectiveness
Analysis in Health, CEA adalah suatu metode untuk menentukan program mana
yang dapat menyelesaikan tujuan tertentu dengan biaya minimum.
CEA merupakan suatu metode yang didesain untuk membandingkan antara
outcome kesehatan dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan program
tersebut atau intervensi dengan alternatif lain yang menghasilkan outcome yang
sama (Vogenberg, 2001). Outcome kesehatan diekspresikan dalam terminologi
yang obyektif dan terukur seperti jumlah kasus yang diobati, penurunan tekanan
darah yang dinyatakan dalam mmHg, dan lain-lain dan bukan dalam terminologi
moneter (Vogenbeg, 2001).
Analisis cost-effectiveness merupakan salah satu cara untuk memilih dan
menilai program yang terbaik bila terdapat beberapa program yang berbeda
dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Kriteria penilaian pogram mana
yang akan dipilih adalah berdasarkan discounted unit cost dari masing-masing
alternatif program sehingga program yang mempunyai discounted unit cost
terendahlah yang akan dipilih oleh para analisis/pengambil keputusan
(Tjiptoherianto dan Soesetyo, 1994).

3
2.2. Prinsip DasarCost Effectiveness Analysis
Prinsip dasar dari Cost-effectiveness analysis (CEA) menurut Shepard
adalah cara untuk merangkum health benefits dan sumber daya yang digunakan
dalam program-program kesehatan sehingga para pembuat kebijakan dapat
memilih diantara itu. CEA merangkum semua biaya program ke dalam satu
nomor, semua manfaat program (efektivitas) menjadi nomor kedua, dan
menetapkan aturan untuk membuat keputusan berdasarkan hubungan diantara
keduanya. Metode ini sangat berguna dalam analisis program kesehatan preventif,
karena metode ini menyediakan mekanisme untuk membandingkan upaya yang
ditujukan kepada populasi dan penyakit yang berbeda. CEA membutuhkan
langkah yang sedikit merepotkan dibandingkan cost-benefit analysis, karena CEA
tidak berusaha untuk menetapkan nilai moneter untuk health outcomes dan
benefits.Sebaliknya, CEA mengungkapkan manfaat kesehatan yang lebih
sederhana, lebih deskriptif, seperti years of life yang diperoleh.
Untuk melaksanakan CEA, harus ada satu atau beberapa kondisi di bawah
ini:
a. Ada satu tujuan intervensi yang tidak ambigu, sehingga ada ukuran yang
jelas dimana efektifitas dapat diukur.
Contohnya adalah dua jenis terapi bisa dibandingkan dalam hal
biayanya per year of life yang diperoleh, atau, katakanlah, dua prosedur
screening dapat dibandingkan dari segi biaya per kasus yang ditemukan.
Atau;
b. Ada banyak tujuan, tetapi intervensi alternatif diperkirakan memberikan
hasil yang sama.
Contohnya adalah dua intervensi bedah memberikan hasil yang sama
dalam hal komplikasi dan kekambuhan.
Dalam evaluasi ekonomi, pengertian efektivitas berbeda dengan
penghematan biaya, dimana penghematan biaya mengacu pada persaingan
alternatif program yang memberikan biaya yang lebih murah, sedangkan
efektivitas biaya tidak semata-mata mempertimbangkan aspek biaya yang lebih
rendah (Grosse, 2000).

4
CEA membantu memberikan alternatif yang optimal yang tidak selalu
berarti biayanya lebih murah.CEA membantu mengidentifikasi dan
mempromosikan terapi pengobatan yang paling efisien (Grosse, 2000).CEA
sangat berguna bila membandingkan alternatif program atau alternatif intervensi
dimana aspek yang berbeda tidak hanya program atau intervensinya, tetapi juga
outcome klinisnya ataupun terapinya. Dengan melakukan perhitungan terhadap
ukuran-ukuran efisiensi (cost effectiveness ratio), alternatif dengan perbedaan
biaya, rate efikasi dan rate keamanan yang berbeda, maka perbandingan akan
dilakukan secara berimbang (Grosse, 2000).
Cost Effectiveness Analysis digunakan apabila benefit sulit
ditransformasikan dalam bentuk uang sehingga CEA sangat baik untuk mengukur
efisiensi di bidang sosial, khususnya bidang kesehatan yang bersifat
program/intervensi pada tingkat kabupaten/kota.
Ada 2 macam analisis efektivitas biaya, yaitu :
a. Analisis jangka pendek
Merupakan analisis yang dilakukan untuk jangka waktu kurang dari 1
tahun.Analisis jangka pendek ini merupakan analisis yang paling banyak
dan sering dilakukan.Dalam analisis jangka pendek ini biaya satuan (unit
cost) dihitung dari biaya depresiasi.
b. Analisis jangka panjang
Merupakan analisis yang dilakukan untuk jangka waktu lebih dari 1
tahun. Dalam analisis jangka panjang ini biaya satuan (unit cost) yang
digunakan adalah berupa nilai discounted unit cost, dimana dalam
perhitungannya tanpa mempertimbangkan biaya depresiasi.

2.3. Cara Pengambilan Kesimpulan Cost Effectiveness Analysis


Analisis CEA dilakukan dengan menghitung Rasio Inkremental Efektivitas-
Biaya (RIEB; ICER — Incremental Cost-Effectiveness Ratio).ICER merupakan
suatu ukuran biaya tambahan untuk setiap perubahan satu unit efektivitas-
biaya.ICER dihitung dengan membandingkan selisih biaya terhadap selisih unit
efektivitas-biaya (unit alamiah) antar alternatif. Untuk mempermudah

5
pengambilan kesimpulan alternatif yang memberikan efektivitas-biaya terbaik,
dapat digunakan beberapa cara, yaitu:
1. Tabel efektivitas-biaya

(Kemenkes RI, 2013)


Dengan menggunakan tabel efektivitas-biaya, suatu intervensi kesehatan
dapat dikelompokkan ke dalam empat posisi.
- Posisi dominan kolom G (juga Kolom D dan H) Jika suatu intervensi
kesehatan menawarkan efektivitas lebih tinggi dengan biaya sama (Kolom H)
atau efektivitas yang sama dengan biaya lebih rendah (Kolom D), dan
efektivitas lebih tinggi dengan biaya lebih rendah (Kolom G) maka dapat
langsung dipilih, sehingga tidak perlu dilakukan AEB.
- Posisi didominasi kolom C (juga Kolom B dan F) Jika suatu intervensi
kesehatan menawarkan efektivitas lebih rendah dengan biaya sama (Kolom B)
atau efektivitas sama dengan biaya lebih tinggi (Kolom F), atau efektivitas
lebih rendah dengan biaya lebih tinggi (Kolom C), maka tidak perlu
dipertimbangkan sebagai alternatif (tak perlu dilakukan AEB).
- Posisi seimbang (Kolom E) Jika suatu intervensi kesehatan yang menawarkan
efektivitas dan biaya yang sama (Kolom E) masih mungkin untuk dipilih jika
lebih mudah diperoleh dan/atau cara pemakaiannya lebih memungkinkan
untuk ditaati oleh pasien, misalnya tablet lepas lambat yang hanya perlu
diminum 1 x sehari dibandingkan dengan tablet yang harus diminum 3 x
sehari. Sehingga ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan seperti biaya dan
hasil pengobatan, kebijakan, ketersediaan, aksesibilitas, dan lain-lain.
- Posisi yang memerlukan pertimbangan efektivitas-biaya (Kolom A dan I) Jika
suatu intervensi kesehatan yang menawarkan efektivitas yang lebih rendah
dengan biaya yang lebih rendah (Kolom A) atau efektivitas yang lebih tinggi
dengan biaya yang lebih tinggi, sehingga untuk melakukan pemilihan perlu
dilakukan AEB

6
2. Diagram

(Kemenkes RI, 2013)


- Kuadran I Jika suatu intervensi kesehatan memiliki efektivitas lebih tinggi
tetapi juga membutuhkan biaya lebih tinggi dibanding intervensi standar,
intervensi alternatif ini masuk ke Kuadran I (Tukaran, Trade-off). Pemilihan
intervensi Kuadran I memerlukan pertimbangan sumber daya (terutama dana)
yang dimiliki.
- Kuadran II Jika suatu intervensi kesehatan memiliki efektivitas lebih tinggi
dengan biaya yang lebih rendah dibanding intervensi standar, intervensi
alternatif ini masuk ke Kuadran II (Dominan) dan menjadi pilihan utama.
- Kuadran III Jika suatu intervensi kesehatan yang menjanjikan efektivitas lebih
rendah dengan biaya yang lebih rendah dibanding intervensi standar juga
masuk kategori Tukaran (Kuadran III). Pemilihan intervensi alternatif yang
berada di Kuadran III memerlukan pertimbangan sumber daya (jika dana yang
tersedia lebih terbatas).
- Kuadran IV Jika suatu intervensi kesehatan yang menawarkan efektivitas
lebih rendah dengan biaya lebih tinggi dibanding intervensi standar, sehingga
alternatif ini tidak dipilih.

2.4. APLIKASI/PENGGUNAAN COST-EFFECTIVENESS ANALYSIS


CEA merupakan suatu alat atau cara yang digunakan untuk mengevaluasi
intervensi kesehatan. CEA biasanya digunakan untuk membandingkan dua atau
lebih intevensi kesehatan yang memberikan besaran efek berbeda namun memiliki
tujuan yang sama atau yang muaranya sama. CEA dapat digunakan untuk memilih
intervensi kesehatan yang memberikan nilai tertinggi dengan dana yang optimal.

7
Menurut WHO (2003), dari sekian aplikasi atau penerapan CEA di bidang
kesehatan, ada dua aplikasi CEA yang potensial, yaitu:
1. Secara luas, CEA digunakan sebagai informasi spesifik bagi para pengambil
keputusan (decision maker). Misalnya, para pengambil keputusan dihadapkan
pada beberapa kendala dalam biaya, beberapa pilihan atau intervensi yang
dapat digunakan dan kendala lain seperti etik dan politik. Pengambil
keputusan disini dapat berupa donor, Menteri Kesehatan, Dinas Kesehatan
atau Direktur suatu Rumah Sakit. Serangkaian kendala yang dihadapi
pengambil keputusan dapat berpengaruh pada pilihan atau opsi yang akan
diambil.
2. CEA dapat digunakan dalam memberikan informasi general biaya relatif dan
manfaat kesehatan dari berbagai strategi untuk menentukan prioritas alokasi
sumber daya. Pendekatan general ini akan memberikan informasi apakah
suatu intervensi sangat cost-effective, sangat cost-ineffective atau berada
diantara keduanya.
Pengambilan keputusan yang dilakukan pada tingkat nasional (Kementerian
Kesehatan) di antaranya dalam penyusunan Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN), Formularium Nasional, obat program, dan asuransi kesehatan. Pada
tingkat daerah (Dinas Kesehatan), penerapan dilakukan dalam pemilihan obat
yang akan digunakan di Puskesmas. Pada tingkat fasilitas pelayanan kesehatan
(Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain), penerapan dilakukan dalam
penyusunan formularium rumah sakit dan pemilihan obat dalam pengobatan.
Pihak yang melakukan analisis yaitu tim yang telah ada di dalam setiap institusi,
seperti Komisi Nasional Penyusunan DOEN di tingkat nasional, Tim Evaluasi
Obat di asuransi kesehatan, Panitia Farmasi Terapi (PFT) di Rumah Sakit, dan
Tim Pengadaan Obat Terpadu (TPOT) di Dinas Kesehatan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis CEA antara lain sebagai
berikut (Kemenkes RI, 2014):
1. Menentukan tujuan analisis, misalnya membandingkan biaya dan efektivitas
dua terapi penunjang baru bagi pasien suatu penyakit.
2. Membuat daftar cara untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu menentukan
terapi/intervensi yang akan dibandingkan serta outcome yang diamati.

8
3. Mengidentifikasi tingkat efektivitas dari masing-masing terapi/intervensi yang
dipiilih.
4. Mengidentifikasi dan menghitung biaya terapi/intevensi per pasien; biaya
yang diidentifikasi adalah biaya total akibat sakit (cost of illness), yaitu
meliputi biaya medis langsung dan tidak langsung.
5. Menghitung dan melakukan interpretasi efektivitas-biaya dari pilihan
terapi/intervensi, yaitu dengan (a) menghitung rasio biaya terhadap efektivitas,
(b) menentukan posisi terapi/intervensi dalam tabel atau diagram efektivitas-
biaya, dan (c) menghitung ICER setiap terapi/intervensi.
6. Melakukan interpretasi dan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan
dilakukan oleh decision-maker dengan pertimbangan biaya yang
tersedia/budget dan apakah biaya lebih yang dikeluarkan sebanding dengan
efektivitas yang diperoleh. Contoh pengaplikasian CEA adalah dalam
penentuan alokasi dana atau biaya HIV-related care dan STD-related service
(Gift dan Marrazzo, 2008). CEA berperan dalam memberikan informasi
kepada pengambil keputusan tentang alokasi biaya optimal. Misalnya, CEA
dapat memberikan informasi dari segi intervensi perilaku (behavioral
intervention). CEA dapat membantu menjawab pertanyaan bagaimana cara
terbaik untuk mengoptimasi keterlibatan staff kesehatan dalam intervensi
perilaku dan mendefinisikan bagaimana menetapkan prioritas.
Contohnya, terdapat tiga intervensi atau strategi yaitu konseling tipikal yang
biasa dilakukan dalam praktek kesehatan, konseling dua sesi untuk mengurangi
risiko yang dilakukan oleh konselor yang terlatih dan konseling empat sesi yang
merupakan theory-based intervention dan dilakukan juga oleh konselor
terlatih.Dilakukan pengumpulan data berupa data pasien dan biaya konseling yang
dikeluarkan untuk STD dan keefektivitasan pencegahan STD dan HIV selama
periode 12 bulan. Didapat bahwa biaya konseling untuk satu orang pada model
dua sesi konseling adalah $33 dan pada model empat sesi konseling adalah $128.
Dapat disimpulkan bahwa kedua intervensi efektif dalam mencegah STD dan
HIV, namun model dua sesi lebih cost-effective.

9
(Gift dan Marrazzo, 2008)

2.5. Tahap Penghitungan Cost Effectiveness Analysis


Tahapan dalam menghitung Cost Effectiveness Analysis (CEA) yaitu
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi unsur biaya dari alternatif program yang ada.
b. Menghitung total cost atau present value cost dengan rumus:
𝐶𝑡 1
c. 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒𝑐𝑜𝑠𝑡 = atau𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒𝑐𝑜𝑠𝑡 = 𝐶𝑡𝑥 (1+𝑛)𝑡
(1+𝑛)𝑡
1
d. Dimana (1+𝑛)𝑡 merupakan nilai discount factor

e. Menghiitung objective atau output yang berhasil.


f. Menghitung cost effectiveness ratio(CER):
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐶𝑜𝑠𝑡 (𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒𝑐𝑜𝑠𝑡)
g. 𝐶𝐸𝑅 = ∑𝑂𝑏𝑗𝑒𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒

h. Membandingkan CER dari masing-masing alternatif program.


i. Memilih CER yang terkecil dari program untuk direkomendasi.

2.6. Kelebihan Dan Kelemahan Cost Effectiveness Analysis


2.6.1. Alasan Menggunakan Cost Effectiveness Analysis
a. Benefit bidang kesehatan
1. Sulit mengukur benefit tingkat kesembuhan, hilangnya produktivitas
akibat sakit atau cacat dan lain-lainnya.
2. Program kesehatan yang bersifat lintas sektoral sulit menentukan
dampak suatu program tertentu.
3. Program terpadu sulit menentukan keluaran program yang murni

10
b. Cost bidang kesehatan
1. Program terpadu dan lintas sektoral akan menyulitkan menilai sarana
peralatan maupun personil yang benar-benar digunakan untuk program
tersebut.
2. Pendayagunaan peran serta masyarakat akan menyulitkan menentukan
biaya operasional.
3. Bantuan lokal, regional, nasional, dan internasional.
Contoh : bantuan lokal yang berupa transportasi.Sering biaya
transportasi digabungkan dengan dinas dan lain-lain. Dari beberapa
alasan tersebut, masih ditunjang dengan adanya sistem pencatatan dan
pelaporan yang masih lemah, sehingga CEA masih cukup peka untuk
mengukur efisiensi.
2.6.2. Kegunaan Cost Effectiveness Analysis
Analisis efektivitas biaya merupakan alat utama untuk
membandingkan biaya intervensi kesehatan dengan keuntungan kesehatan
yang diharapkan. Intervensi dapat dipahami sebagai aktivitas apapun,
dengan menggunakan berbagai input, yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan.CEA sering digunakan untuk mengukur efisiensi dari macam-
macam program dengan tujuan yang sama.

Gambar 2.4.1Different programs in the same objective

Kadang-kadang CEA juga digunakan untuk mengukur efisiensi dari


sumber daya (masukan) satu atau lebih dari satu program dengan derajat
tujuan (hierachy of objectives).

11
Keuntungan CEA dibandingkan CUA dan CBA adalah perhitungan
unsur biaya lebih sederhana, dan cukup peka sebagai salah satu alat
pengambil keputusan.Kerugiannya adalah hasil keluaran yang berupa efek
program tidak diperhitungkan.

2.6.3. Kelebihan dan Kelemahan Cost Effectiveness Analysis


a. Kelebihan
1. Mengatasi kekurangan dalam Cost Benefit Analysis saat
benefit sulit ditransformasikan dalam bentuk uang sebab dalam
CEA dilakukan perhitungan perbandingan outcome kesehatan
dan biaya yang digunakan jadi tetap dapat memilih program
yang lebih efektif untuk dilaksanakan meskipun benefitnya
sulit untuk diukur.
2. Hemat waktu dan sumber daya intensif
CEA memiliki tahap perhitungan yang lebih sederhana
sehingga lebih dapat menghemat waktu dan tidak memerlukan
banyak sumber daya untuk melakukan analisis.
3. Lebih mudah untuk memahami perhitungan unsur biaya dalam
CEA lebih sederhana sehingga lebih mudah untuk dipahami.
Meskipun demikian CEA masih cukup peka sebagai salah satu
alat pengambil keputusan.
4. Cocok untuk pengambilan keputusan dalam pemilihan
program.CEA merupakan cara memilih program yang terbaik
bila beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama
tersedia untuk dipilih. Sebab, CEA memberikan penilaian
alternatif program mana yang paling tepat dan murah dalam
menghasilkan output tertentu. Dalam hal ini CEA membantu
penentuan prioritas dari sumber daya yang terbatas.
5. Membantu penentuan prioritas dari sumber daya
b. Kelemahan
1. Alternatif tidak dapat dibandingkan dengan tepat

12
Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sulitnya ditemui
CEA yang ideal, dimana tiap-tiap alternatif identik pada semua
kriteria, sehingga analisis dalam mendesain suatu CEA, harus
sedapat mungkin membandingkan alternatif- alternatif
tersebut.
2. CEA terkadang terlalu disederhanakan.
Pada umumnya CEA berdasarkan dari analisis suatu biaya dan
suatu pengaruh misalnya rupiah/anak yang
diimunisasi.Padahal banyak program-program yang
mempunyai efek berganda.Apabila CEA hanya berdasarkan
pada satu ukuran keefektifan (satu biaya dan satu pengaruh)
mungkin menghasilkan satu kesimpulan yang tidak lengkap
dan menyesatkan.
3. Belum adanya pembobotan terhadap tujuan dari setiap
program.
Akibat belum adanya pembobotan pada tujuan dari setiap
program sehingga muncul pertanyaan “biaya dan pengaruh
mana yang harus diukur?”. Pertanyaan ini timbul mengingat
belum adanya kesepakatan diantara para analisatau ahli.Disatu
pihak menghendaki semua biaya dan pengaruh diukur,
sedangkan yang lainnya sepakat hanya mengukur biaya dan
pengaruh-pengaruh tertentu saja.
4. Cost Effectiveness Analysis terkadang terlalu disederhanakan
5. Seharusnya ada pembobotan terhadap tujuan dari setiap proyek
karena beberapa tujuan harus diprioritaskan.

13
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Studi kasus


3.1.1 Jurnal Analisis Efektivitas Penggunaan Kombinasi Antipsikotik
pada Pasien Rawat Inap Skizofrenia

Abstrak
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa dengan biaya tinggi dan
risiko morbiditas seumur hidup. Studi farmakoekonomi pada pasien skizofrenia
perlu dilakukan untuk mengetahui efisiensi pemilihan kombinasi antipsikotik.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas biaya (cost-effectiveness)
penggunaan kombinasi antipsikotik klozapin-haloperidol dan klozapin-
risperidon pada pasien skizofrenia rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat tahun 2012–2013. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif
dari rekam medis pasien yang meliputi komponen biaya langsung, antara lain
biaya terapi antipsikotik, biaya penunjang, biaya tindakan medis, biaya rawat
inap, dan biaya administrasi. Rata-rata rasio efektivitas biaya pada kombinasi
antipsikotik klozapin-haloperidol sebesar Rp126.898/hari sedangkan pada
kombinasi klozapin-risperidon sebesar Rp132.781/hari. Dengan
mempertimbangkan waktu rawat inap sebagai efektivitas terapi, kombinasi
antipsikotik klozapin-haloperidol lebih cost-effective dibandingkan klozapin-
risperdion.

Hasil Review Jurnal Analisis Efektivitas Penggunaan Kombinasi


Antipsikotik pada Pasien Rawat Inap Skizofrenia
1. Judul Yang Sesuai
Penelitian pada jurnal dengan judul Analisis Efektivitas Biaya
Penggunaan Kombinasi Antipsikotik Pada Pasien Rawat Inap
Skizofrenia sesuai dengan pembahasan yang terdapat didalamnya.
2. TujuanJelas
Tujuan : Penelitian ini bertujuan menganalisis pilihan terapi antara
kombinasi klozapin-haloperidol pada pasien skizofrenia yang

14
palingcost-effective dengan mempertimbangkan durasi rawat inap
(lenght of stay) sebagai efektivitas terapinya.

Tujuan Jelas, karena artikel ini akan menganalisis pilihan terapi


kombinasi klozapin-haloperidol yang paling cost-effective.

3. Alternatif:
Dalam artikel ini tidak terdapat alternatif lain

4. Penjelasan Alternatif :
Tidak ada penjelasan alternatif pada penelitian ini.

5. Perspektif
Perspektif /sudut pandang dilihat dari Pasien, Dalam artikel ini
perspektif dilihat dari Pasien penderita skizofrenia, demikian juga
dilihat dari biaya langsung & tidak langsung.

6. Tipe Penelitian
Tipepenelitian pada artikel ini telah ditetapkan yaitu tipe yang
digunakanadalah Cost Effectiveness Analysis (CEA).

7. Biaya yang Terkait


Berdasarkan hasil perhitungan CEA diperoleh rata-rata rasio
efektivitas biaya. Biaya kombinasi klozapin-haloperidol Rp.
126.898/hari
Biaya kombinasi klozapin-risperidon Rp. 132.781/hari
8. Outcome Relevan
Outcome pada terapi kombinasi klozapin-haloperidol membutuhkan
waktu lebih lama dibandingkan dengan terapi kombinasi klozapin-
risperidol sehinggan outcome yang lebih relevan pada penelitian ini
yaitu terapi kombinasi klozapin-haloperidol.

15
9. Penyesuaian atau Discouting
Tidak ada penyesuaian atau discounting yang terdapat pada penelitian ini.

10. Asumsi dapat dipertanggung jawabkan


Asumsi dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan biaya obat rata-rata
pada terapi kombinasi klozapin-risperidol dan terapi kombinasi pada
klozapin-haloperidol.

11. Analisis Sensitivitas


Analisis atau uji sensitivitas tidak dilakukan pada penelitian ini.

12. Apakah Keterbatasan Penelitian Disampaikan?


Tidak disampaikan

13. Apakah populasi dijelaskan? Bagaimana pemilihan sampelnya?


Apakah bisa diekstrapolasikan dalam populasi yang lebih luas ?
Pengambilan sampel data dilakukan secara retrospektif dari rekam medis
pasien, bagian keuangan dan Instalasi Framsi Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat. Tidak, dapat diekstrapolasikan dalam populasi yang lebih luas
Karena penelitian ini terbatas hanya pada pasien dengan kondisi tertentu
yaitu dengan penyakit skizofrenia.

14. Kesimpulantidak Bias.


Kesimpulan dengan judul pada penelitian ini sesuai. Adapun
kesimpulannya yaitu harga kombinasi klozapin-risperidol lebih tinggi
dibandingkan klozapin-haloperidol, namun rata-rata total biaya perawatan
yang dikeluarkan oleh pasien pengguna terapi klozapin-haloperidol lebih
tinggi.
3.1.2 Jurnal Analisis Cost-Effectiveness Seftazidim Generik pada Pasien
Kanker Payudara di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” Jakarta, 2012

ABSTRAK
Pemberian seftazidim dapat mempersingkat durasi neutropenia dan lama
hari rawat inap pada pasien kanker payudarayang mengalami infeksi setelah
kemoterapi mielosupresif. Analisis cost-effectiveness merupakan salah satu
metodefarmakoekonomi yang penting untuk menentukan obat efektif dengan

16
biaya yang lebih rendah. Penelitian dilakukanuntuk membandingkan total biaya
medis langsung dan efektivitas yang dilihat dari lama hari rawat penggunaan
seftazidim generik A dan B, serta menentukan seftazidim yang lebih cost-effective
pada pasien kanker payudarastadium awal dan lanjut di Rumah Sakit Kanker
“Dharmais” Jakarta, 2012. Desain penelitian yang digunakan adalahstudi
komparatif secara retrospektif terhadap data rekam medis dan administrasi tahun
2012. Pengambilan sampeldilakukan secara total sampling. Jumlah pasien yang
dilibatkan dalam analisis 9 pasien, yaitu 7 pasien menggunakanseftazidim generik
A dan 2 pasien menggunakan seftazidim generik B. Median total biaya medis
langsung kelompokgenerik A pada pasien kanker stadium awal maupun lanjut
berturut-turut sebesar Rp 15.930.407,45 dan Rp 15.962.519,25lebih tinggi
dibanding generik B, berturut-turut sebesar Rp 6.716.225,21 dan Rp 7.147.956,92.
Median lama hari rawatkelompok generik A pada pasien kanker stadium awal
maupun lanjut berturut-turut 7 hari dan 10 hari, lebih panjangdibanding generik B,
berturut-turut 3 hari dan 4 hari. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa
seftazidim generik B lebih cost-effective dibanding generik A.

Hasil Review Jurnal Analisis Cost-Effectiveness Seftazidim Generik pada


Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” Jakarta, 2012

1. Judul Yang Lengkap

Judul Penelitian :Analisis Cost-Effectiveness Seftazidim Generik pada


Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

Judul kurang lengkap, karena artikel ini membahas tentang Cost-


Effectiveness dari 2 metode pengobatan kanker payudara yaitu pengobatan
dengan menggunakan antibiotik seftazidime generik merk A dan
seftazidim generik merk B.

2. Tujuan Jelas

Tujuan :

Tujuan Jelas, karena pada artikel ini membahas apakah pengobatan kanker
payudara stadium awal dengan menggunakan seftazidim generik A dan B
mana yang dapat membantu memberikan alternatif yang optimal yang

17
tidak selalu berarti biaya lebih murah tetapi juga mempromosikan terapi
pengobatan yang paling efisien.

3. Alternatif

Dalam artikel ini terdapat alternatif lain.

Karena yang di ukur adalah biaya pengobatan bukan rerata ektefikitas


biaya. Tiap jenis antibiotik seftazidim yang digunakan diperbandingkan
total biaya rawatnya.

4. Penjelasan Alternatif
Perhitungan yang digunakan dengan melakukan penghitungan rasio rerata
efetifitas biaya (REB = Average Cost Effectiveness Ratio/ACER), dengan
rumus

REB (ACER) = Total biaya medis langsung


Lama hari rawat

5. Perspektif

Perspektif /sudut pandang dilihat dari Pasien, Jenis Antibiotik, Ruang


Rawat.Dalam artikel ini perspektif dilihat dari perspektif Pasien, bagi
pasien, kualitas hidup sangat penting, demikian juga biaya langsung &
tidak langsung (Biaya Out of pocket).

6. Tipe Penelitian

Apakah tipe penelitian ditetapkan?IYA!

Tipe penelitian yang digunakan adalah Cost Effectiveness dengan


menggunakan metode non eksperimental dan studi perbandingan
(comparative study).

7. Biaya yang Terkait

18
Jenis seftazidim Total biaya (C) Lama hari ACER (C/E)
rawat (E)
Generik A Rp. 15.930.407,45 7 hari Rp.
2.275.772,49/hari
Generik B Rp. 6.716.225,21 3 hari Rp.
2.238.741,74/hari

8. Outcome Relevan

OUTCOME RELEVAN. Pada Analisis Cost Effectiveness, outcome


yang didapat bahwa seftazidim generik B pada pasien kanker payudara
stadium awal lebih cost-effective disbanding dengan generik A.

9. Penyesuaian atau Discouting


Penyesuaian TIDAK ADA

10. Asumsi dapat dipertanggungjawabkan


Asumsi dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan :

1. Pasien kanker payudara berkembang pesat saat umur 40-49 tahun.


2. Semua harga obat berdasarkan harga pasaran di RS. Dharmais.
3. Pengguaan Antibitoitk generik dari kedua grup dibedakan berdasrkan
stadium awal dan stadium lanjut dari siklus pengobatan.

11. Analisis Sensitivitas


Analisis sensitifitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perubahan
nilai biaya atau efektifitas yang digunakan untuk menghitung REB.

 Analisis efektivitas biaya antibiotik dilakukan dengan melalukan variasi


penurunan dan kenaikan 25% terhadap total biaya.

12. Apakah Keterbatasan Penelitian Disampaikan ?

IYA! Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, penelitian ini terbatas


pada :

19
1. Median usia pasien kanker payudara yang mendapat seftazidim
selama periode penelitian adalah 54 tahun, dengan pasien terbanyak
berasal dari kelompk usia 40-49 tahun.
2. Obat dihitung berdasarkan harga di RSK Dharmais.
3. Pasien yang mengalami metastasis tulang diekslusi.

13. Apakah bisa diekstrapolasikan dalam populasi yang lebih luas?

TIDAK!Karena penelitian ini terbatas pada pasien dengan kondisi yang


sudah disebutkan sebelumnya.

14. Kesimpulan
Berdasarkan analisis efektifitas biaya, seftazidim generik B pada pasien
kanker payudara stadium awal maupun lanjut (dengan nilai ACER) lebih
cost-effective dibanding generik A.

15. Kesimpulan tidak Bias.


Dengan pengobatan menggunakan seftazidim generik Bterbukti dapat
menurukan angka dari biaya yang digunakan dalam penggobatan,
dibanding dengan generik A.Serta mempersingkat lama hari rawat inap
pada pasien kanker payudara

3.1.3 Jurnal Analisis Efektivitas Terapi dan Biaya antara Haloperidol


Kombinasi dengan Risperidon Kombinasi pada Terapi Skizofrenia
Fase Akut

Abstrack

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat dengan perjalanan penyakit terdiri


dari fase akut, fase stabilisasi dan fase stabil. Pemilihan terapi yang tepat pada fase akut
akan mempengaruhi prognosis pasien. Penggunaan antipsikotik haloperidol dan
risperidon saat ini menjadi pilihan untuk terapi farmakologi skizofrenia. Penelitian ini
dilakukan untuk mengkaji efektivitas terapi dan biaya antara haloperidol kombinasi
dengan risperidon kombinasi pada terapi skizofrenia fase akut. Penelitian ini merupakan
penelitian observasional dengan desain pretest-posttest, non randomised, prospective, dan
open label. Total sampel 40 pasien skizofrenia fase akut di RSJ. Ghrasia

20
Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis efektivitas terapi
menggunakan nilai PANSS-EC dan analisis efektivitas biaya menggunakan
diagram efektivitas biaya. Hasil penelitian nilai PANSS-EC post-terapi pada uji
statistik Mann-Whitney antara kedua kelompok didapatkan nilai p=0.711 yang
bearti tidak terdapat perbedaan efektivitas terapi secara statistik. Hasil analisis
biaya rata-rata yang dibutuhkan pasien pada kelompok haloperidol kombinasi
adalah Rp 11.186,95 ± Rp 1.163,970, sedangkan kelompok risperidon kombinasi
adalah Rp 31.191,40 ± Rp 8.545,114 yang dengan uji statistik Mann-Whitney
didapatkan nilai p=0.010 yang bearti haloperidol kombinasi lebih cost-effective
dibanding risperidon kombinasi. Disimpulkan bahwa efektivitas terapi kombinasi
haloperidol kombinasi sama dengan risperidon kombinasi, tetapi terapi
haloperidol kombinasi lebih cost-effective dibanding risperidon kombinasi.

Hasil Review Jurnal Analisis Efektivitas Terapi dan Biaya antara


Haloperidol Kombinasi dengan Risperidon Kombinasi pada Terapi
Skizofrenia Fase Akut

1. Judul Yang Lengkap


JudulPenelitian :Analisis Efektivitas Terapi dan Biaya antara Haloperidol
Kombinasi dengan Risperidon Kombinasi pada Terapi Skizofrenia Fase
Akut

2. TujuanJelas
Tujuan :Penelitian ini bertujuan mengkaji efektivitas penggunaan
Haloperidol kombinasi dibandingkan Risperidon kombinasi pada terapi
fase akut skizofrenia, serta mengkaji efektivitas biaya pengobatan
penyandang skizofrenia.

TujuanJelas, karenaartikeliniakanmenganalisis, perbandingan antara


Haloperidol kombinasi dan Risperidon kombinasi,

3. Alternatif
Dalamartikelinitidakterdapatalternatif lain.
Karena yang akandiukuradalah keefektifan kombinasi obat
dihitungdariangka nominal (biaya)
makainisesuaidenganprinsipmetodecost-effectivenes analysis.

21
4. PenjelasanAlternatif
Tidakada..

5. Perspektif
Perspektif /sudutpandangdilihatdari Pasien,
DalamartikeliniperspektifdilihatdariperspektifPasien, bagi pasien,
kesembuhan sangatpenting, demikianjugabiayalangsung&tidak langsung.

6. TipePenelitian
Apakahtipepenelitianditetapkan?IYA!
Tipepenelitian yang digunakanadalah Cost Effectiveness (A Lifetime Cost
Effectiveness Analysis).

7. Biaya yang Terkait


haloperidol kombinasi Rp 11.186,95 ± Rp 1.163,970,
risperidon kombinasi Rp 31.191,40 ± Rp 8.545,114

efektivitas biaya terapi kombinasi Haloperidol lebih baik dibandingkan


dengan terapi kombinasi Risperidon sesuai dengan diagram efektivitas
biaya

8. Outcome Relevan
OUTCOME RELEVAN.TIDAK ADA

9. PenyesuaianatauDiscouting
PenyesuaianTIDAK ADA.

10. Asumsidapatdipertanggungjawabkan
Asumsidapatdipertanggungjawabkanberdasarkan :
4. berdasarkan nilai PANSS-EC
5. Berdasarkan biaya obat rata-rata

11. AnalisisSensitivitas
Terdapat 3 AnalisisSensitivitas:
1. In our first sensitivity analysi.

22
2. Uji statistik Mann-Whitney

12. ApakahKeterbatasanPenelitianDisampaikan?
IYA!
Biaya pengobatan, karena penyandang skizofrenia tidak mampu
bekerja, biaya pengobatan dan perawatan yang memerlukan waktu
jangka panjang, serta waktu anggota keluarga yang tersita untuk
merawat penyandang skizofrenia ternyata mempengaruhi beban
ekonomi keluarga.

13. Apakah bias diekstrapolasikandalampopulasi yang lebihluas?


TIDAK!Karenapenelitianiniterbataspadapasiendengankondisi yang
sudahdisebutkansebelumnya.

14. Kesimpulantidak Bias.


tidak ada perbedaan effektivitas terapi haloperidol kombinasi dengan
risperidon pada terapi fase akut pasien skizofrenia berdasarkan nilai
PANSS-EC, tetapi terapi kombinasi haloperidol memiliki efektivitas biaya
yang lebih baik dibandingkan terapi kombinasi risperidon.

3.1.4 Jurnal ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST


EFFECTIVENESS ANALYSIS)PADA PENGOBATAN PASIEN
MALARIA FALCIPARUM DI RSUD NABIRE

Abstrack
Analisis Efektivitas biaya (CEA) merupakan metode
farmakoekonomi yang digambarkandalam rasio biaya-efektivitas agar
dapat membantu pengambilan keputusan dalam memilih obatyang efektif
secara manfaat dan biaya. Tujuan penelitian ini untuk menentukkan terapi
yanglebih cost-effective antara penggunaan kombinasi kina-primakuin dan
kombinasi artesunatprimakuinpada pasien malaria falciparum. Penelitian
ini menggunakan metode penelitiandeskriptif dengan pengambilan data
secara retrospektif. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 36pasien yaitu
23 pasien yang menggunakan kombinasi kina-primakuin dan 13 pasien
yangmenggunakan kombinasi artesunat-primakuin. Hasil penelitian ini
diperoleh dari perbandingannilai ACER yaitu nilai ACER kombinasi kina-
primakuin (Rp.15.523) lebih besar dari nilai ACERkombinasi artesunat-
primakuin (Rp.12.479), serta dilihat juga pada hasil perhitungan ICER
yaitu-0.284, sehingga penggunaan obat yang lebih cost-effective yaitu

23
kombinasi artesunat-primakuindibanding dengan kombinasi kina-
primakuin.

HasilReview Jurnal AnalisisEfektivitasBiaya (Cost Effectiveness


Analysis)PadaPengobatanPasien Malaria Falciparum di RSUD Nabire

1. Judul Yang Sesuai


Judul Penelitian : AnalisisEfektivitasBiaya (Cost Effectiveness Analysis)
PadaPengobatanPasien Malaria Falciparum di RSUD Nabire
Judultidaklengkap, karenaartikelinimembahastentangCost- Effectiveness
Analysis daripenggunaan 2obat pada pasien malaria falciparum,
yaitukombinasikina-primakuindankombinasiartesunat-primakuin.

2. Tujuan jelas
Tujuan : Untukmenentukkanterapi yang lebihCost-
Effectiveantarapenggunaankombinasi kina-primakuindankombinasiartesunat-
primakuinpadapasien malaria falciparum.TujuanJelas,
karenaartikeliniakanmenganalisis, apakahpengobatanpasien malaria
falciparumdenganmenggunakankombinasi kina-
primakuindankombinasiartesunat-primakuin.

3. Alternatif
Alternatif terapi obat dianggaplebihefektifdanlebihmurah.
Terapi yang lebihcosteffectiveantarapenggunanantimalariakombinasi kina-
primakuindankombinasiartesunat-primakuinpadapengobatan malaria
falciparum di RSUD Nabire, yaituterapidengankombinasiartesnuat-primakuin.

4. Penjelasan Alternatif
Perhitungan ICER, didapat hasil negatif yaitu -0.284. Perhitungan ICER
menunjukkan hasil negatif atau semakin kecil, maka suatu alternatif obat
dianggap lebih efektif dan lebih murah, sehigga dapat dijadikanrekomendasi
pilihan terapi.

24
5. Perspektif Ditetapkan
Perspektif penelitian TIDAK DITETAPKAN, Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif.

6. Type Penelitian
Apakahtipepenelitianditetapkan?IYA.
Tipepenelitian yang digunakanadalahCost Effectiveness

7. Biaya Yang Terkait


- Direct medical costper pasien penggunaanobatkombinasi kina-
primakuinpadapasien malaria falciparum di RSUD Nabire adalah Rp.
1.147.330, sedangkan Direct medical costper pasien
penggunaanobatkombinasiartesunat-primakuinpadapasien malaria falciparum
di RSUD Nabire adalah Rp. 1.056.055.
- Perhitungan ACER, kombinasi kina-primakuindidapatsebesar Rp.15.523.
sedangkankombinasiartesunat-primakuindidapatsebesar Rp.12.479.

8. Outcome Relevan
OUTCOME RELEVAN. Pada Cost Effectiveness Analysis dapat
memperkirakan biaya tambahan keluaran atau outcome, karena tidak ada ukuran
sejumlah uang atau outcome klinik yang menggambarkan nilai dari outcome
tersebut.

9. Penyelesaian atau Discounting


Penyesuaianatau Discounting TIDAK ADA

10. Asumsi Dapat Dipertanggungjawabkan


Asumsidapatdipertanggungjawabkanberdasarkan :
1. Data penelitiandaricatatanrekammedikpasien di RSUD
NabireperiodeJanuari-Desember 2016.
2. Data karakteristikberdasarkanumurpasien malaria falciparum di RSUD
Nabire umur 18-45, 46-65 dah <65 tahun.

25
3. Data karakteristik berdasarkan jenis kelamin pada pasien malaria
falciparum di RSUD Nabire.
4. Data karakteristikberdasarkanobat yang digunakanpadapasien malaria
falciparum di RSUD Nabire obat Kombinasi kina-primakuin dan obat
kombinasiartesnuat-primakuin

11. Analisis Sensitivitas


- CEAmerupakanmetodeevaluasiekonomi yang
dapatdigunakanuntukpengambilankeputusandalammemilihalternativeterbaik.
- Data dianalisissecaradeskriptifdiuraikandalambentuktabel. Setelah data
terkumpul, dilakukanperhitunganbiayamediclangsung (biayapengobatan
malaria, biayaperawatandanbiayalaboratorium) padatiappasien.
Kemudiandijumlahkanmasing-masingsesuaipenggunaanobatlaludibuat rata-
ratanya.
- Data inidapatdigunakanuntukmenghitung rata-rata atau ACER,
denganmenggunakanrumus ACER (Average Cost Effectiveness)setelah di
perolehhasildapatdisimpulkandenganrumus ICER (Incremental Cost
Effectiveness).

12. Apakah Keterbatasan Penelitian Disampaikan? Iya, yaitu:


- Data perincianobatpadabagianinstalasifarmasi di RSUD NabireperiodeJanuari-
Desember 2016.
- Data karakteristikberdasarkanumurpasien malaria falciparum di RSUD Nabire
lebih dominan pada rentangusia 18-45.

13. Apakah populasi dijelaskan? Bagaimana pemilihan sampelnya? Apakah


bisa diekstrapolasikan dalam populasi yang lebih luas?
IYA.Pemilihan sampel berdasarkan umur, jenis kelamin dan kombinasi
obat pada pasien malaria falciparum di RSUD Nabire. Bisa dieksplorasikan dalam
populasi lebih luas.

14. Kesimpulan Tidak Bias

26
Terapi yang lebih cost effective antara penggunan antimalaria kombinasi
kina-primakuin dan kombinasi artesunat-primakuin pada pengobatan malaria
falciparum di RSUD Nabire yaitu terapi dengan kombinasi artesnuat-primakuin.

3.1.5 Jurnal Pharmacoeconomic Profile of Paclitaxel as a First- Line


Treatment for Patients with Advanced Ovarian Carcinoma

Abstrack
In the recent study on the cost-effectivenes of paclitaxel as first-line chemotherapy
for patient with advance ovarian carsinoma, a novel, lifetime approach was
utilized to analyze the sirvival data of the two extrapolate the Gompertz function.
As pointed out by the autors, one limitation of this approach is that no assesment
of quality of life could be incorporated in this long term model and therefore no
cost-utility evaluation could be performed.

HasilReview Journal Pharmacoeconomic Profile of Paclitaxel as a First- Line


Treatment for Patients with Advanced Ovarian Carcinoma

1. Judul Yang Lengkap

JudulPenelitian :Pharmacoeconomic Profile of Paclitaxel as a First- Line


Treatment for Patients with Advanced Ovarian Carcinoma

Judultidaklengkap, karenaartikelinimembahastentangCost- Effectiveness


dari 2 metodepengobatankankerovariumyaitukombinasi paclitaxel-
cisplatindan cyclophosphamide-cisplatin.

2. TujuanJelas

Tujuan : The authors conducted an incremental cost-effectiveness analysis


to assess the paclitaxel-based regimen in terms of cost per year of life
gained.

TujuanJelas, karenaartikeliniakanmenganalisis,
apakahpengobatankankerovariumdenganmenggunakankombinasiplacitaxel

27
-cisplatindapatmenaikanangkaharapanhidupberdasarkanmetode cost-
effectiveness?

3. Alternatif

Dalamartikelinitidakterdapatalternative lain.
Karena yang akandiukuradalahangkaharapanhidup (Outcome klinik),
outcomenyabukandihitungdariangka nominal (biaya)
makainisesuaidenganprinsipmetodecost-effectivenes analysis.

4. PenjelasanAlternatif

Tidakada..

5. Perspektif

In this study, costs were assessed from a social perspective and were
considered to reflect only the expenses of health care resources,, i.e.,
direct costs, not indirect expenses such as wages or productivity lost
because of illness or death.

Perspektif /sudutpandangdilihatdariPasien, Provider,


Payer.DalamartikeliniperspektifdilihatdariperspektifPasien, bagipasien,
kualitashidupsangatpenting, demikianjugabiayalangsung&tidaklangsung
(Biaya Out of pocket).

6. TipePenelitian

Apakahtipepenelitianditetapkan?IYA!
Tipepenelitian yang digunakanadalah Cost Effectiveness (A Lifetime Cost
Effectiveness Analysis).

7. Biaya yang Terkait

Considering the three sources of cost, the overall cost in the paclitaxel
group was estimated as $986,002 + 196,000 + 120,000 = $1,302,002 per

28
100 subjects. The three corresponding figures in the cyclophosphamide
group were $252,279 + 84,000 + 64,000, yielding a total of $400,279 per
100 subjects..

PlacitaxeLGroup : BiayaObat : $ 986,002

Biaya RS : $ 196,000

Biaya Lain : $ 120,000

$ 1,302,002

Cylcophosphamide : BiayaObat : $ 252,279

Biaya RS : $ 84,000

Biaya Lain :$ 64,000

$ 400,279

The difference in cost between the two patient groups was $901,723
per100 subjects

8. Outcome Relevan

OUTCOME RELEVAN.PadaAnalisis Cost Effectiveness, outcome


dilihatdari Outcome Klinisberupabertambahnyaharapanhidup. Dari
artikeldidapatdenganmenggunakanPlacitaxelGrupdapatmeningkatkanharap
anhidupselama 46 tahununtuksetiap 100 pasien.

The paclitaxel-based treatment was found to improve life expectancy by


46 years for every 100 patients.

9. PenyesuaianatauDiscouting
PenyesuaianTIDAK ADA

29
In cost-effectiveness analyses, conventional practice discounts either costs
or both costs and benefits at an annual discount rate of 5%. Costs of the
two different chemotherapeutic regimens were presumably incurred
exclusively during the first year of the patients follow-up. Because of the
customary practice of discounting costs at yearly intervals, there was no
need to discount costs because these were presumably not incurred after
the first year of follow-up. In the primary analysis of our study, benefits
were not discounted, in accordance with the most recent trends emerging
from the literature on this topic. However, the effect of discounting
benefits was assessed in a secondary analysis in which a standard
5%annual discount rate was introduced.

10. Asumsidapatdipertanggungjawabkan

Asumsidapatdipertanggungjawabkanberdasarkan :

a. Dosisdarikeduagrupdihitungpadakondisipasien yang
samayaituwanitadengan BB 60 kg dan LPT 1,65 m2
b. Semuahargaobatberdasarkanhargapasaran di Amerika
c. Kemoterapidarikeduagrupdilakukan 5-6 sikluspengobatan.

11. AnalisisSensitivitas

Terdapat 3 AnalisisSensitivitas:

3. In our first sensitivity analysis we introduced ±20 % variations in


these data.
4. In our second sensitivity analysis, we tested the effect of ±20%
variations on costs derived from hospitalization, day hospital, and in-
hospital management of neutropenic fever.
5. A third sensitivity analysis was carried out in which we exclusively
used the AUC values from 0 to 4 years. The two extrapolated tails
were therefore disregarded in this latter analysis. The cost-

30
effectiveness ratio was recalculated from the modified data of these
three sensitivity analyses.

12. ApakahKeterbatasanPenelitianDisampaikan?

IYA!Seperti yang telahdisampaikansebelumnya, penelitianiniterbataspada


:

4. Pasiendengankondisi yang samayaituwanitadengan BB 60 kg dan LPT


1,65 m2
5. Obatdihitungberdasarkanhargapasaran di Amerika.
6. Kemoterapidarikeduagrupdilakukan 5-6 sikluspengobatan.

13. Apakahbisadiekstrapolasikandalampopulasi yang lebihluas?

TIDAK!Karenapenelitianiniterbataspadapasiendengankondisi yang
sudahdisebutkansebelumnya.

14. Kesimpulan

CONCLUSIONS.

 The paclitaxel-based treatment was found to improve life


expectancy by 46 years for every 100 patients.
 The pharmacoeconomic profile of paclitaxel compares favorably
with economic data previously calculated for other types of
pharmacologic treatment.

Kesimpulantidak Bias.

DenganpengobatanmenggunakanPlacitaxel group
terbuktidapatmenaikanangkaharapanhidup yang lebihbesaryaitu 46
tahununtuksetiap 100 pasien, disbandingCyclopospamide group.

31
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Costeffectivenessanalysis atau CEA merupakan suatu metoda yang

didesain untuk membandingkan antara outcome kesehatan dan biaya yang

digunakan untuk melaksanakan program tersebut atau intervensi dengan

alternatif lain yang menghasilkan outcome yang sama.

2. Perbedaan CEA dan CBA dilihat dari tujuannya. Tujuan CEA adalah

menentukan jika nilai suatu intervensi sangat ditentukan oleh

biayanya.Tujuan dari metode Cost Benefit Analysis yaitu menetukan

apakah merupakan suatu investasi yang baik.

3. Prinsip dasar dari Cost-effectiveness analysisadalah cara untuk

merangkum health benefits dan sumber daya yang digunakan dalam

program-program kesehatan sehingga para pembuat kebijakan dapat

memilih diantara itu.

4. Kelebihan CEA mengatasi kekurangan dalam Cost Benefit Analysis saat

benefit sulit ditransformasikan dalam bentuk uang sebab dalam CEA

dilakukan perhitungan perbandingan outcome kesehatan dan biaya yang

digunakan jadi tetap dapat memilih program yang lebih efektif untuk

dilaksanakan meskipun benefitnya sulit untuk diukur. Kelemahannya yaitu

alternatif tidak dapat dibandingkan dengan tepat.

32
Daftar Pustaka

Grosse D.S.,Teutsch M.S. Developing, Implementing and Population

Intervention. Genetics and Prevention Effectiveness.Genetics and Public

Health in 21st Century: Oxford University Press 2000.

Gift TL, Marrazzo J. 2008. Behavioral Interventions for Prevention and Control of

Sexually Transmitted Diseases. New York: Springer Sciece and Bussiness

Media. Halaman 486-487

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman Penerapan Kajian

Farmakoekonomi. Bakti Husada

Muennig, Peter. 2008. Cost Effectiveness Analysis in Health: A Practical

Approach. San Fransisco: Jossey-Bass.

Shepard, Donald S. and Mark S.Thompson. First Principles Of Cost-Effectiveness

Analysis in Health. English Publication in Public Health Reports 93:535 –

543, 1979.

Sumiarti L.,Citraningtyas.,Yudistira.A. 2018. Analisis Efektivitas Biaya Terapi

Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Rawat Inap di RSU Pancaran Kasih

GMIM Manado. Pharmacon nomor 1(7).

Tjiptoherijanto, Prijono dan Soesetyo, Budhi. 1994. Ekonomi Kesehatan. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Vogenberg R.F. Introduction to Applied Pharmacoeconomics. New York:

McGraw-Hill. Medical Publishing Division 2001.

World Health Organization. 2003. WHO Guide To Cost-effectiveness Analysis.

Geneva : WHO. Halaman 5-6

33

Anda mungkin juga menyukai