Anda di halaman 1dari 17

COST MINIMIZATION

ANALYSIS


( CMA )



1
LATAR BELAKANG

Farmakoekonomi merupakan studi yang


mengukur dan membandingkan antara biaya dan
hasil/konsekuensi dari suatu pengobatan.
Tujuan farmakoekonomi adalah untuk
memberikan informasi yang dapat membantu
para pembuat kebijakan dalam menentukan
pilihan atas alternatif-alternatif pengobatan yang
tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi lebih
efisien dan ekonomis

2
METODE ANALISIS
FARMAKOEKONOMI
COST COST
MINIMIZATION EFFECTIVENES
ANALYSIS ANALYSIS

COST BENEFIT COST UTILITY


ANALYSIS ANALYSIS
3
RUMUSAN MASALAH
Apa pengertian dari Apa saja kelebihan
Cost Minimization Cost Minimization
Analysis? Analysis?

Bagaimana penerapan Apa saja kekurangn


Cost Minimization Cost Minimization
Analysis? Analysis?

4
• Cost minimization analisis
merupakan tipe analisis yang
menentukan intervensi mana
yang lebih murah biayanya
PENGERTIAN berdasarkan studi -
terdahulu,
studi walaupun dari segi
output (efektivitas) belum tentu
maksimal (fokus pada input).

5
KELEBIHAN

metode yang relatif mudah dan sederhana untuk


membandingkan alternatif pengobatan selama ekuivalen
terapeutik dari alternatif telah dibandingkan.
Cost minimisasi adalah yang paling simpel dari semua
perangkat farmakoekonomi yang mana membandingkan dua
jenis obat yang sama efikasi dan toleransinya terhadap satu
pasien

6
KEKURANGAN

Suatu kekurangan yang nyata dari analisis cost-


minimization yang mendasari sebuah analisis
adalah pada asumsi pengobatan dengan hasil yang
ekivalen.
Jika asumsi tidak benar, dapat menjadi tidak
akurat, pada akhirnya studi menjadi tidak bernilai.
Pendapat kritis analisis cost-minimization hanya
digunakan untuk prosedur hasil pengobatan yang
sama (Orion, 1997).
CMA hanya menunjukkan biaya yang diselamatkan
dari satu pengobatan atau program terhadap
pengobatan ataupun program yang lain.
7
Penerapan CMA
• Analisis cost minimization digunakan untuk menguji
biaya relative yang dihubungkan dengan intervensi yang
sama dalam bentuk hasil yang diperoleh.
• CMA digunakan ketika dua intervensi telah terbukti untuk
menghasilkan sama, atau serupa. Jika dua terapi
dianggap setara, maka hanya biaya intervensi yang
perlu dipertimbangkan.
• Penggunaan CMA agak terbatas misalnya untuk
: membandingkan obat generik berlogo (OGB)
dengan obat generik bermerek dan
membandingkan obat standar dengan obat baru yang
8
memiliki efek setara.
CONTOH
KASUS

9
CONTOH
KASUS
Fibrile
neutropenia

MEROPENEM CEFTAZIDIME

TERAPI
ANTIBIOTIK
10
■ Populasi target pada penelitian adalah pasien dewasa rawat inap
di RSUP Dr. Hasan Sadikin pada periode 2011 sampai dengan 2013,
yang didiagnosis febrile neutropenia dan mendapatkan antibiotik
meropenem atau ceftazidime minimal 3 hari, dan mempunyai
outcome terapi demam hilang dan ANC normal.

■ Data yang diambil dari rekam medik pasien meliputi diagnosis,


lama rawat inap, penggunaan antibiotik ( jenis, dosis, interval dan
cara pemberian), dan outcome terapi.

■ Sela njutnya jug a data biaya, ya ng melip uti bia ya


diidentifika si pengobatan
neutropenia ya ng dig una ka n selam a raw at inap,
febrile
biay a alat keseha tan y ang berhubungan denga n peng oba tan febr ile
neutropenia , biaya alat kesehatan y ang berhubungan denga n terapi
penun jang, biaya laboratoriu m pen unjan g, jasa ten aga profesional
kesehatan biaya rawat inap, dan biaya administrasi.

11
PERHITUNGAN COST
MINIMIZATION ANALYSIS
(CMA)
■ Perhitungan CMA dilakukan dengan cara menghitung biaya
total dari masing-masing komponen dari biaya, dengan
menggunakan perspektif biaya dari rumah sakit tempat
penelitian dilaksanakan. Pada perhitungan biaya digunakan
asumsi tidak ada kenaikan harga dan penurunan daya beli
pasien, dengan formula:

■ Biaya total = Fixed Cost+ Variable Cost

12
■ fixed cost : biaya rawat inap dan biaya administrasi

■ variable cost : biaya pengobatan febrile neutropenia, biaya


penunjang terapi, dan biaya tindakan.

■ Masing-masing komponen biaya dihitung dengan terlebih dahulu


menghitung biaya masing-masing pasien kemudian dijumlahkan
keseluruhan kemudian dibagi dengan jumlah pasien berdasarkan
kelompok pemberian terapi.

■ Sehingga didapat total biaya rata-rata per pasien. Hasil


perhitungan dianalisis secara minimalisasi biaya dan ditarik
kesimpulan pengobatan febrile neutropenia yang paling murah
terhadap total biaya perawatan.

13
■Perbedaaan biaya antara terapi
dan
meropenemterapi diukur
menggunakan student t-test bila data
ceftazidime
terdistribusi secara normal, dan uji Mann-
Whitney bila tidak terdistribusi secara
normal. Jika nilai p lebih kecil dari 0,05,
maka perbedaan dianggap bermakna.

14
PERHITUNGAN COST MINIMIZATION
ANALYSIS

Biaya total = Fixed Cost + Variable Cost 15


KESIMPULAN

■ Dari perhitungan CMA, didapatkan rata-rata biaya


hasil perawatan per pasien kelompok antibiotik meropenem
total
lebih mahal dibandingkan dengan kelompok antibiotik
ceftazidime. Rata-rata biaya total
antibiotik meropenem adalah sebesar perawatan kelompok
Rp 11.094.147,
sedangkan rata-rata biaya total perawatan kelompok
antibiotik ceftazidime sebesar Rp7.082.523.
diperoleh nilai selisih dari kedua rata-rata biaya
Sehingga
total
perawatan adalah sebesar Rp 4.011.624

■ Kelompok terapi Ceftazidime lebih murah dalam


pelaksanaan terapi febrile neutropenia
dibandingkan
dengan meropenem, dengan asumsi outcome yang sama.

16
TERIMA
KASIH

17

Anda mungkin juga menyukai