PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama tiga puluh tahun terakhir berbagai modifikasi bentuk sediaan obat
dengan system penghantaran obat baru (New Drug Delivery System= NDDS)
sistem baru dapat dirancang untuk sampai ketempat kerjanya serta efektifitas
dan keamanannya lebih baik dan lebih khusus dibandingkan dengan sediaan
ketika Paul Erlich menemukan konsep Magic Bullet yang menekankan pada
lebih pintar melalui penggabungan dengan ligan yang dapat dikenali oleh
reseptor pada target sel. Keuntungan sistem penghantaran tertarget selain dapat
saat ini telah banyak pendekatan mengenai penghantaran obat tertarget. Tujuan
1
utama pengembangan system penghantaran tertarget adalah untuk
meningkatkan kontrol dosis obat pada tempat spesifik seperti pada sel,
jaringan, atau organ, sehingga akan mengurangi efek samping yang tidak
diinginkan pada organ non target. Suatu molekul obat sangat sulit mencapai
tempat aksinya karena jaringan seluler yang komplek pada suatu organisme,
B. Rumusan Masalah
a. Apa saja faktor-faktor yang dapat mepengaruhi Biofarmasetika pada sistem
kolon?
b. Bagaimana evaluasi Biofarmasetika pada sistem penghantaran obat tertarget
kolon?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Biofarmasetika
2
c. Untuk mengetahui bahan tambahan utama dalam formulasi sedian sistem
kolon.
BAB II
PEMBAHASAN
yang dirancang agar suatu obat mampu mencapai organ tertentu yang menjadi
ke dalam tubuh yang akhirnya mencapai site aksi melalui distribusi dan difusi
pasif. Selain itu obat juga berdistribusi ke site jaringan non target. Oleh karena
ketidakselektifan distribusi, suatu dosis obat yang lebih besar diberikan kepada
Sistem penghantaran yang mentarget obat hanya ke site aksi obat yang
2012).
3
B. Tujuan Sistem Penghantaran Tertarget
Tujuan utama pengembangan sistem penghantaran tertarget adalah untuk
meningkatkan kontrol dosis obat pada tempat spesifik seperti pada sel,
jaringan, atau organ sehingga akan mengurangi efek samping yang tidak
diinginkan pada organ non target. Suatu molekul obat sangat sulit mencapai
tempat aksinya karena jaringan seluler yang kompleks pada suatu organisme,
sistem tertarget aktif dan tertarget pasif. Sistem penghantaran tertarget pasif
pasif yang dibuat lebih spesifik dengan penambahan homing device yaitu
suatu ligan yang dapat dikenali oleh suatu reseptor spesifik kemudian
4
Desain sistem penghantaran obat yang baik dan berhasil digunakan
dalam terapi harus memperhatikan barier yang harus dilalui oleh obat
sehingga sampai tempat aksi, selain itu pemahaman tentang sifat unik
tertentu dari target sel dan jaringan juga perlu dipertimbangkan agar dapat
imunogenisitas.
5
pembersihan cepat melalui ginjal, sistem penghantaran didesain dengan
ukuran lebih dari 30kDa selain itu sel endotelia pembuluh darah juga
merupakan hambatan penetrasi obat karena antara satu sel dengan sel
yang lain bersatu dengan kotoran yang kuat dan ketat (tight juncation)
yang sukar dihembus molekul dengan ukuran >10 nm. Namun demikian
dengan ukuran diameter 100 hingga 200mm seperti liver, limpa, dan
organ ini dengan mudah pada tumor yang padat sel endotelial kurang
6
mononuklear untuk mempotensial sistem imun dengan menggunakan
dibersihkan oleh sel Kupfer yang ada di liver. Liposom dengan muatan
sirkulasi darah sehingga dikenal sebagai obyek asing oleh sistem imun
berupa faktor eksternal seperti panas. Radiasi atau yang berasal dari
perubahan pada potensial redoks. Dalam mendesain sistem ini juga perlu
efektif, setelah itu mekanisme limtatik pembuluh darah yang jelek, serta
7
meningkatkan efek permeabilitas dari tensi (EPR) yang memungkinkan
oleh obat yang diberikan karena adanya ikatan ketat fight konjuction.
dalam sel. Sebagai contoh penghantaran gen ke nukleus suatu sel (Winarti,
2013).
D. Sistem Penghantaran Obat Tertarget Pada Kolon (The colon spesific drug
dan usus halus, menuju kolon agar pelepasan dan penyerapan obat tidak terjadi
8
di daerah perut dan usus halus, juga dapat menghindari obat agar tidak
terdegradasi sehingga obat dapat lepas dan diabsorbsi saat mencapai kolon.
(Jayaprakash, 2012).
1. Kriteria
obat NSAID.
e) Menunda pelepasan obat untuk mengobati penyakit angina,
terlepas.
h) Meningkatkan stabilitas dan bioavaibilitas.
i) Meningkatkan kepatuhan dan kenyamanan pasien. (Malik dkk, 2012)
9
a) Low drug loading
b) Kebutuhan proporsional yang tinggi untuk bahan tambahan
c) Kekurangan dalam kemampuan mereproduksi
d) Banyaknya variable proses
e) Tahapan formulasi yang berulang-ulang
f) Mahalnya biaya produksi
g) Membutuhkan teknologi yang tinggi
h) Dibutuhkan petugas yang terlatih dalam proses produksi.(Malik dkk,
2012)
sistemik.
d) Adanya mikroflora di dalam usus besar dapat mempengaruhi degradasi
a) PULSINCAP
10
pada bagian yang terbuka terisi dengan hydrogel plug lalu ditutup
dengan kepala kapsul yang larut air. Seluruh kapsul disalut dengan
kapsul masuk di usus kecil, salut enterik akan melarut dan hydrogel
plug mulai mengembang. Panjang dari plug dan batas selipan dari
kapsul adalah penentu waktu tinggal obat. Untuk obat yang larut dalam
air, pelepasan obat yang cepat dapat dicapai dengan adanya agen
obat. Kapsul ini disalut dengan 3 lapis film yaitu lapisan larut
organik, setelah itu obat cepat terlepas. Karena itu waktu onset
11
Pada sistem chronotropic obat mengandung inti yang dilapisi
maupun kapsul.
c. PORT system
Sistem PORT dikembangkan oleh Arbor, Michigan, USA.
aktif osmotik dan formulasi obat. Saat kontak dengan medium cair
12
b) PRESSURE CONTROLLED SYSTEM (Sistem tekanan yang
terkontrol)
aktifitas kontak pil dari perut dan gerakan peristaltik untuk mendorong
isi usus. Di usus besar isi berpindah dari satu bagian kebagian lain
mempunyai durasi yang pendek, hanya terjadi 3-4 jam per hari. Tetapi
pada viskositas dan isi luminal. Di perut dan usus kecil, isi bersifat
air dari lumen dan pembentukan feses. Karena itu bisa disimpulkan
yang menggunakan ethyl selulosa, yang tidak larut dalam air. Pada
13
untuk disintegrasi dari formulasi. Ketebalan dinding kapsul yang
selulosa adalah unit kapsul tunggal yang berarti obat berada dalam
dalam 5-6 unit yang saling tolak menolak, tiap diameter 4 mm dilapisi
dengan kapsul gelatin yang keras. Tiap unit yang saling tolak menolak
masuk kedalam air dan cairan encer tetapi tidak permeable saat diluar
14
dengan waktu penghambataan 3-4 jam di lambung untuk mencegah
obat dilepaskan di usus kecil. Pelepasan obat mulai pada saat unit
saluran GI.
Lokasi pH
Lambung 1,5-2,0
Saat puasa 3,0-5,0
Saat terdapat makanan 5,0-6,5
Usus kecil 6,0-7,5
Jejunum 6,4
Uleum 6,7-7,3
Tabel 1. PH dari saluran Gastrointestinal
15
yang menerima perawatan menunjukan pH 5,5. pH pada kolon adalah
pH menjadi 5.
b. Transit gastrointestinal
Sistem penghantaran obat pertama kali memasuki lambung dan usus
dan penyerapan untuk mencapai usus besar dalam bentuk utuh. Sistem
Pada kondisi puasa terjadi empat fase di lambung dan usus kecil yang
berlangsung selama 2-3 jam. Fase satu adalah fase diam yang
usus menghantarkan zat aktif keluar dari lambung dan menuju ke usus
rata-rata transit untuk 1 unit dose sekitar 3-4 jam untuk mencapai
katup ileocecal dengan fase waktu tetap. Pelepasan obat dari bentuk
16
d. Transit kolon
Bioavailabilitas obat, melepaskan dari bentuk obat sangat di pengaruhi
Berbagai faktor seperti jenis kelamin, dan ukuran dari obat dan faktor
waktu transit di usus besar. Pria menunjukan waktu transit yang lebih
pendek daripada wanita. Variasi dari diet serat dan umur tidak
mikroflora pada rongga mulut dan kolon dan berakhir pada rektum.
17
Asoreduktase yang di hasilkan oleh mikro flora memegang peranan
flora pada usus selalu konstan pada kondisi normal tetapi berubah ubah
pengaruhi oleh perubahan mikro flora usus besar yang disebabkan obat
g. Absorbsi di Kolon
Area permukaan dari kolon lebih kecil di bandingkan usus halus
dan oleh sebab itu tidak cocok untuk absorbsi. Dengan keterbatasan ini
bakteri alami dan waktu tinggal di usus besar selama 10-24 jam.
18
amonia yang melalui mukosa dan hal ini lebih terjadi pada bagian
Absorpsi transelular membawa obat melalui sel dan transport ini lebih
melalui tight junction diantara sel-sel dan membawa obat yang bersifat
19
penyembuhan dari pouchitis. Faktor-faktor ini harus di pertimbangkan
B. Faktor Farmasetika
1. Pemilihan Obat
Obat yang sukar diabsorbsi dari lambung atau usus halus termasuk
hidrokortison, budenoside.
2. Zat pembawa obat
Pemilihan dari zat pembawa dari suatu obat tergantung pada
Faktor seperti kimia, stabilitas, dan koefisien partisi dari obat dan tipe
20
Menurut Malik K (2012), uji evaluasi Colon Targeting Drug Delivery
CDDS karena model in vitro ideal harus memiliki kondisi in vivo dari
dan komponen dari makanan. Umumnya kondisi ini di pengarui oleh diet
dan stres fisik dan faktor-faktor ini membuatnya sulit untuk mendesain
jejunal dari usus halus dan pH 7,2 menirukan ileal segmen. Kapsul
disolusi dalam 3 buffer. Uji in vitro untuk penyalutan utuh dan zat
21
waktu pengosongan lambung), studi pelepasan obat pada buffer fosfat
polimer.
b. Evaluasi in vivo
kondisi fisiologi seperti mikro flora dari GIT manusia sementara pemilihan
model untuk uji CDDS. Dalam pemilihan model untuk pengujian CDDS,
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
22
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi biofarmasetika pada sistem penghantaran
(kondisi in vivo dari saluran GI sperti pH, volume pengadukan, bakteri, enzim,
aktivitas enzim dan komponen dari makanan) dan evaluasi in vivo (pengujian
3. Bahan tambahan utama penghantaran obat tertarget pada kolon yaitu Hydrogen
Plug terdiri dari polimer yang mengembang tidak larut tetapi permeable
(contohnya pectin)
23
DAFTAR PUSTAKA
Gothoskar A.V., Manisha, Bhuruk., Yogesh, Pawar., 2004. Colon Spesific Drug
Delivery System : a review. Drug delivery tech,(4) : 64-67
Jayaprakash., Mathew. 2012. Colon Specific Drug Delivery System: A Review On
Various Pharmaceutical Approaches. Journal of applied pharmaceutical
sciene 2(01):163-169. Departmen Of Pharmaceutics Gautham College Of
Pharwqmmacy Bangalor, India.
Malik, L, Goswami., P, Kothiyal., Mukhopadhya. 2012. A Review on Colon
Targeting Drug Delivery System : Novel Approaches, Anatomy and
Evaluation. The Pharma Innovation. (9) : 10
Malik, K., et al. 2012. A Review on Colon Targeting Drug Delivery System:
Novel Approaches, Anatomy and Evaluation. Journal The Pharma
Innovation 1(9):1-12. Departmen of Pharmaceutical Sciences Patel Nagar
Dehradun, Uttarakhand.
Qureshi Altamash, M., et al. 2013. Colon target drug delivery system: A review on
current approaches. Journal Of Pharmaceutical And Biological Researsh
(IJPBR) 1(4):130-147. Departmen Of Pharmaceutics Oriental College of
Pharmacy Sanpada Navi Mumbai, India.
Shargel, Leon. 2012. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan Edisi Kelima.
Universitas Airlangga : Surabaya.
24