Anda di halaman 1dari 17

METODE EKSTRAKSI III :

-SOXHLETASI-

Oleh :
M.F. Imawati, S. Si., M. Farm.
PENDAHULUAN
 Pada tahun 1830, Anselme Payen (1795-1871)
seorang kimiawan Perancis memperkenalkan
ekstraktor kontinyu (berkesinambungan) dimana
di atas kolom ditempatkan sebuah pendingin.
Dengan adanya pendingin balik ini, proses
perkolasi menjadi lebih sempurna karena adanya
proses pemanasan selama ekstraksi.
 Ekstrak yang dihasilkan tidak terus menerus
mengalir ke labu pelarut, melainkan mengalir
hanya setelah mencapai volume kritis yang
ditentukan oleh ketinggian siphon.
 Pada tahun 1879, Franz Ritter von Soxhlet
seorang ahli kimia berkebangsaan Jerman
mengembangkan ekstraktor kontinyu tersebut
dengan spesifikasi khusus yaitu dapat
mempertahankan jumlah pelarut dan pelarut
yang sudah terpakai akan disedot dan
kemudian kembali menetesi sampel.
 Pelarut melewati jalur yang berbeda setelah
melewati sampel sehingga proses ekstraksi
selalu melibatkan pelarut dengan kekentalan
yang berbeda setiap kali siklus ekstraksi.
Pelarut sepenuhnya merendam sampel dan
waktu kontak semakin panjang.
 Berkat jasa dan inspirasi dari Franz Ritter von
Soxhlet maka alat ekstraktor padat-cair yang
ada sekarang diberi nama ekstraktor Soxhlet.
PENGERTIAN SOXHLETASI
Beberapa definisi tentang soxhletasi :
 Soxhletasi adalah proses pemisahan dari suatu
komponen yang terdapat dalam bahan padat dengan
cara penyarian berulang-ulang menggunakan pelarut
tertentu.
 Soxhletasi adalah proses ekstraksi menggunakan
pelarut yang selalu baru menggunakan alat soxhlet
sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya
pendingin balik.
 Soxhletasi adalah metode penyarian secara berulang
dari senyawa kimia yang terdapat dalam bahan alam
dengan menggunakan alat soxhlet.
 Soxhletasi merupakan teknik penyarian dengan
pelarut organik menggunakan alat soxhlet dimana
antara pelarut dan sampel ditempatkan secara
terpisah.
 Suatu metode pemisahan suatu komponen yang
terdapat di dalam contoh padat dengan cara
penyarian berulang dengan pelarut tertentu.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat


disimpulkan bahwa soxhletasi adalah metode
pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam
suatu contoh berbentuk padatan dengan cara
penyarian berulang menggunakan pelarut tertentu
dengan memakai alat soxhletasi.
PRINSIP SOXHLETASI
 Soxhletasi merupakan proses ekstraksi dari senyawa
kimia yang terdapat dalam bahan alam menggunakan
pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan
senyawa kimia yang terdapat dalam bahan alam
tersebut dengan cara penyarian berulang-ulang.
 Soxhletasi umumnya menggunakan pelarut yang
mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa kimia
yang terdapat pada bahan tetapi tidak melarutkan zat
padat yang diinginkan. Metode soxhletasi seolah-olah
merupakan gabungan antara metode maserasi dan
perkolasi karena pada metode ini digunakan pelarut
tertentu yang dipanaskan. Uap yang ditimbulkan
akibat pemanasan dengan adanya pendingin balik
secara kontinyu akan membasahi sampel. Secara
teratur pelarut akan masuk kembali ke dalam labu
soxhlet membawa senyawa kimia yang akan diisolasi
(tetesan teratur = perkolasi) hasil tetesan lama-lama
akan merendam sampel (merendam = maserasi).
PERSYARATAN PELARUT DAN SAMPEL PADA SOXHLETASI

Pelarut berfungsi untuk melarutkan senyawa yang


akan diekstraksi. Biasanya pelarut yang digunakan
bersifat non polar seperti metana. Pelarut tersebut akan
menguap dengan adanya pemanasan, uap panas
dengan adanya kondensor akan mengembun dan jatuh
mengenai material padat sehingga senyawa yang
terkandung dalam material padat akan larut bersama
larutan tersebut.

Syarat pelarut yang dapat digunakan dalam proses


soxhletasi adalah :
1. Mudah menguap. Contoh : n-heksan, eter, PE, metil
klorida, dan alkohol.
2. Titik didih pelarut rendah
3. Tidak melarutkan senyawa yang tidak diinginkan
4. Merupaka pelarut terbaik untuk bahan yang akan
diekstraksi
5. Pelarut dapat terpisah cepat setelah pengocokan
6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi,
polar atau non-polar.
Sedangkan persyaratan sampel yang dapat
diekstraksi secara soxhletasi yaitu :
1. Sampel yang digunakan mempunyai pori-
pori yang lebih besar. Contoh : Teh.
2. Sampel yang digunakan tidak dapat
dilarutkan oleh pelarut yang digunakan.
3. Dinding sampel yang digunakan harus
mudah ditembus oleh pelarut
KOMPONEN SOXHLET
Secara umum alat soxhletasi terdiri dari 3 bagian
besar yaitu :
1. Labu soxhlet

2. Ekstraktor soxhlet

3. Kondensor

1 2 3
Nama bagian dan fungsinya :
1. Kondensor : berfungsi sebagai pendingin dan mempercepat
proses penyembuhan.
2. Timbal/selongsong : berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang
ingin diambil zatnya.
3. Pipa F : berfungsi sebagai tempat jalan uap bagi pelarut.
4. Sifon : berfungsi sebagai penghitung siklus soxhletasi.
Apabila sifon penuh maka larutan akan jatuh ke
labu alas bulat. Proses ini dinamakan siklus.
5. Labu alas bulat : berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan
pelarutnya.
LANGKAH-LANGKAH PENGGUNAAN EKSTRAKTOR SOXHLET

1. Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang dan


dibungkus kertas saring agar material padat tidak
ikut larut bersama pelarut. Sampel kemudian
ditempatkan dalam “Thimble” (selongsong tempat
sampel)
2. Masukkan pelarut ke dalam labu alas bulat
(biasanya volume pelarut 2 kali sirkulasi) dan
tambahkan beberapa butir batu didih untuk
meratakan panas.
3. Soxhlet dirangkai seperti gambar disamping dan
pastikan air untuk pendingin berjalan.
4. Panaskan pelarut dengan cara refluk dimana suhu
pemanas harus lebih rendah dari titik didih
senyawa yang akan diekstraksi.
5. Pelarut akan mencapai titik didihnya kemudian
akan menguap dan naik melewati pipa F menuju
kondensor. Air yang mengalir melewati bagian luar
kondensor akan mengembunkan uap pelarut
sehingga kembali ke fase cair lalu menetes secara
teratur pada thimble/selongsong yang berisi sampel.
Pelarut secara perlahan akan merendam dan
melarutkan zat aktif yang terdapat dalam thimble.
Ketika pelarut telah memenuhi ruangan bahan,
sifon akan mengeluarkan seluruh pelarut kembali
menuju labu alas bulat.
6. Satu siklus soxhlet berakhir ketika sifon
mengeluarkan seluruh isinya menuju labu alas
bulat. Siklus tersebut dilakukan berulang-ulang
hingga seluruh senyawa yang diinginkan
terekstraksi.
7. Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan zat
aktif dapat dipisahkan melalui proses penyulingan.
KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN SOXHLETASI
Keuntungan :

1. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang


lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara
langsung.
2. Sampel dapat diekstraksi dengan sempurna karena
dilakukan berulang-ulang.
3. Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metode
maserasi atau perkolasi.
4. Pelarut yang digunakan tidak akan habis karena
selalu didinginkan dengan adanya kondensor dan
dapat digunakan lagi setelah hasil isolasi dipisahkan.
5. Waktu yang digunakan lebih efisien.
6. Proses soxhletasi berlangsung cepat.
7. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
8. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik
berulang kali.
Kerugian :

1. Tidak baik untuk mengekstraksi bahan alam


tumbuhan yang mudah rusak dengan adanya
pemanasan karena dapat menyebabkan penguraian
contohnya : Beta karoten.
2. Terjadinya reaksi penguraian akibat proses daur
ulang pelarut. Ekstrak yang terkumpul pada bagian
bawah wadah akan terus-menerus dipanaskan
sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh
panas.
3. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian
dengan menggunakan pereaksi Mayer, Na, Wegner,
dan reagen-reagen lainnya.
4. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih
rendah sehingga mudah menguap.
5. Jumlah total senyawa yang diekstraksi akan
melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu
sehingga dapat mengendap dalam wadah dan
dibutuhkan pelarut dalam jumlah yang banyak
untuk melarutkannya.
6. Bila soxhletasi dilakukan dalam skala besar mungkin
tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik
didih yang terlalu tinggi seperti metanol atau air.
7. Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni
atau campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan
untuk ekstraksi menggunakan campuran pelarut karena
uap pelarut mempunyai komposisi yang berbeda dalam
pelarut cair.
DAFTAR PUSTAKA

Harborne, J.B., 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara


Modern Menganalisis Tumbuhan, diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Penerbit ITB,
Bandung.
Mardjoni, 2016. Dasar-Dasar Fitokimia untuk Diploma III
Farmasi. Penerbit Trans Info Media: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai