Judul : Ekstraksi Piperin Dari Buah Lada Tujuan Percobaan : Mempelajari teknik pemisahan senyawa dari padatan dengan cara ekstraksi. Pendahuluan Tumbuhan lada atau yang memiliki nama ilmiah (Piper nigrum L) merupakan tumbuhan semak atau perdu. Lada dengan nama latin Piper nigrum sudah banyak dikenal sebagai bahan untuk penyedap makanan dan perasa makanan yang tidak berasa atau juga sebagai pengawet daging. Lada ada dua macam yaitu lada hitam dan lada putih. Lada hitam diperoleh dengan cara memetik buah yang masih hiaju dan mengupasnya, difermentasi kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari dan menghasilkan rasa yang lebih pedas. Lada putih diperoleh dengan cara memetik lada yang sudah matang berwarna merah, diremas perlahan-lahan dan direndam dalam air, kulitnya dibuang sebelum dikeringkan sehingga didapatkan lada dengan warna putih (Septiatin, 2008). Tanaman lada mengandung banyak minyak atsiri yang terkandung didalamnya. Pinena, kariofilena, lionena, filandrena, alkaloidpiperina, kasivina, piperitina, zat pahit dan minyak lemak adalah kandungan didalam lada selain minyak atsiri. Lada memiliki rasa yang pedas sehingga menyebabakan kehangatan dan juga melancarkan peredaran darah. Lada hitam merupakan suatu zat yang mampu melindungi tubuh dari penyakit seperti jantung, kanker, usus besar dan mencegah penuaan (Underwood, 1981). Senyawa piperin adalah senyawa organik bahan alam yang masuk ke dalam golongan alkaloid turunan piridin. Akaloid sendiri merupakan golongan senyawa organic yang banyak ditemukan di alam. Alkaloid banyak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Senyawa alkaloid mengandung nitrogen yang bersifat basa dan memiliki cincin heterosiklik. Piperin banyak ditemukan dalam tanaman lada. Piperin memiliki struktur C17H19O3N. Piperin merupakan suatu basa yang tidak aktif dan dapat larut dalam benzena, eter, dan hanya sedikit larut dalam air. Piperin juga diemukan dalam cabe jawa. Kandungan piperin biasanya berkisar 5-92%. Struktur piperin adalah: O
O N
Gambar 1. Struktur molekul Piperin (Anwar, 1994).
Metode pemisahan yang digunakan untuk memisahkan piperin dari lada yaitu metode ekstraksi. Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Cara melakukan ekstraksi ini bermacam–macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical expression dan solvent extraction. Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Rendering menurut pengerjaannya dibagi dalam dua cara yaitu wet rendering dan dry rendering. Dry Rendering merupakan cara rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung. Pemanasan dilakukan pada suhu 220°F sampai 230°F (105°C-110°C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang akan dihasilkan akan dipisahkan dari ampas yang telah mengendapkan dan pengembilan minyak dilakukan pada bagian atas ketel. Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan air selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60 psi). Temperatur rendah dalam proses wet rendering digunakan jika ingin flavor netral dari minyak atau lemak (Kataren, 1986). Ekstraksi yaitu pada bahan ekstraksi dicampur dengan pelarut, maka pelarut menembus kapiler-kapiler dalam bahan padat dan melaritkan ekstrak. Larutan ekstrak dengan konsentrasi yang tinggi terbentuk dibaian dalam bahan ekstraksi. Kesetimbangan konsentrasi antara larutan tersebut dengan larutan luar bahan padat akan terjadi dengan cara difusi. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai kerja ekstraksi atau kecepatan ekstraksi yang paling tinggi pada ekstraksi padat-cair yaitu: 1. Bahan perlu memiliki permukan yang luas mungkin, karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fase padat dan fase cair 2. Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin besar dibandingkan dengan laju alir bahan ekstraksi 3. Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah,kelarutan ekstrak lebih besar) dari pada umumnya unjuk kerja ekstraksi Larutan yang mengandung komponen yang digunakan dalam ekstraksi padat cair harus bersifat tak campur dengan cairan lainnya. Proses ini banyak digunakan dalam pemisahan minyak dari bahan yang mengandung minyak (Winarti, dkk , 2008). Metode yang digunakan untuk ekstraksi piperin adalah metode soxhletasi. Soxhletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam sampel padat dengan cara penyarian berulang–ulang dengan pelarut yang sama, sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan sempurna. Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap. Uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon ( Rene, 2011). Sifat alkaloid sangat mempengaruhi dalam ekstraksinya. Sifat alkaloid yang paling penting adalah kebasaannya. Metode pemurnian campuran umumnya menggunakn sifat fisik dari suatu senyawa yang akan dipisahkan sehingga alkaloid yang tidak bersifat basa harus dipisahkan dengan menggunakan metode lain melalui pendekatannya dengan metode soxhlet. Alkaloid biasanya dapat diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan menggunakan air yang diasamkan dengan melarutkan alkaloid sebangai garam atau bahan tumbuhan dan dapat dibasakan menggunakan natrium bikarbonat. Basa bebas dalam alkaloid di ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik seperti kloroform, eter dan sebagainya. Pelarut yang sering digunakan dalm eksraksi soxhlet adalah kloroform, aseton, ammonia dan metilen klorida. Alkaloid yang mudah menguap dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutan yang dibasakan. Larutan dalam yang air yang memiliki sifat asam juga haru dibasakan kemudian diekstraksi dengan pelarut organic sehingga senyawa netral dan asam mudah tertinggal dalam air (Underwood, 1981). Ekstraktor soxhlet merupakan metode kuantitatif dalam menentukan kadar lemak dalam bahan pangan. Metode ini dilakukan dengan cara melarutkan sampel pada suatu pelarut organik yang telah dipanaskan. Beberapa Kerugian atau kekurangan dari metode soxhlet yaitu metode ini dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas, karena pelarut yang didaur ulang dan secara terus menerus dipanaskan, kemudian jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya, dan metode ini tidak cocok digunakan untuk pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah kondensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif (Harper,1979). Prinsip Kerja Prinsip kerja yang digunakan dalam ekstraksi piperin ini menggunakan ekstraksi soxhlet yaitu metode ekstraksi yang menggunakan pelarut secara berulang dalam ekstraksinya sehingga akan didapatkan kembali pelarutnya melalui kondensasi. Alat Sokhlet, labu alas bulat, kondensor, timbangan, mantel pemanas, erlenmeyer 100 mL, ice-bath, penangas air, pipet mohr, gelas ukur, corong penyaring, alat penentu titik leleh. Bahan Diklorometana, eter, pelarut aseton:heksana (3:2), kertas saring, sampel buah lada. Prosedur Kerja Serbuk lada ditimbang 10 gram lalu dibungkus dengan kertas saring. Sampel dimasukkan kedalam alat sokhlet. Diklorometana dimasukkan sebanyak 20 mL kedalam labu alas bulat 50 mL dan diset alat tersebut menjadi alat sokhlet. Heating mantle dipanaskan selama beberapa sirkulasi sampai terekstrak sempurna (sekitar 1 jam). Labu dinginkan hingga suhu kamar. Ekstrak yang diperoleh dipindah kedalam erlenmeyer 100 mL dan dievaporasi pelarut diklorometana dengan penangas air hingga diperoleh cairan kental seperti minyak kecoklatan. Dilakukan dalam lemari asam. Hasil didinginkan dalam ice-bath dan ditambah 6 mL eter dingin sambil diaduk selama 5 menit. Pelarut yang ada dievaporasi kembali menggunakan penangasan air. Ekstrak didinginkan dalam ice bath dan ditambah 6 mL eter dingin sambil diaduk. Hasil lalu didinginkan selama 10 menit sampai terbentuk kristal jarum.Kristal disaring dan dicuci dengan 5 mL eter dingin. Isolat piperin dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dilarutkan dengan pelarut campuran aseton:heksana (3:2) panas dengan jumlah pelarut seminimum mungkin.Tabung reaksi didiamkan pada suhu kamar, sampai kristal piperin terbentuk kembali (sekitar 15 menit). Perlakuan dilanjutkan dengan pendinginan tabung reaksi dalam ice bath selama 20 menit. Kristal yang terbentuk disaring dan dicuci dengan 5 mL eter dingin. Kristal dikeringkan diudara, ditimbang dan ditentukan titik lelehnya.
Waktu yang Dibutuhkan
No Kegiatan Waktu yang dibutuhkan 1. Preparasi alat dan bahan 20 menit 2. Ekstraksi piperin dari buah lada 80 menit 3. Evaporasi 30 menit 4. Pendinginan 30 menit 5. Pelarutan dengan aseton:heksana panas 20 menit 6. Pembersihan alat 10 menit 7. Pengarahan oleh asisten 20 menit Total waktu 210 menit