Anda di halaman 1dari 9

Paraf Asisten

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


EKSTRAKSI REMPAH REMPAH DENGAN
METODE EKTRAKSI MASERASI

Tujuan Percobaan :

- Mengekstraksi senyawa yang ada pada bahan rempah tersebut

- Menentukan senyawa dari rempah rempah menggunkan pelarut etanol 95 %

Pendahuluan
Rempah – rempah merupakan bahan pelengkap masakan yang biasa digunakan oleh
banyak orang yang berasal dari tanaman. Seiring dengan kemajuan teknologi, pemakaian
rempah – rempah sebagai bumbu produk pangan membutuhkan bentuk penyajian yang lebih
praktis agar dapat diproduksi secara massal untuk kebutuhan industri pangan. Rempah –
rempah biasanya dikeringkan kemudian dibuat menjadi serbuk atau oleoresin dalam bentuk
konsentrasi cair. Oleoresin merupakan bentuk ekstraktif dari rempah – remah yang didalamnya
terkandung komponen – komponen utama pembentuk perisa yang berupa zat volatile dan non
volatile yang masing – masing berperan dalam aroma dan rasa (Sudarsono, 1996).
Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan.
Secara umum, ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan dan isolasi zat dari suatu
zat dengan penambahan pelarut tertentu. Hal ini berguna untuk mengeluarkan atau melepas
komponen dari suatu bahan yang akan diekstrak. Fraksi padat yang diinginkan bersifat larut
dalam pelarut sedangkan fraksi padat yang lainnya tidak dapat larut. Proses tersebut akan
menjadi sempurna jika solute dipisahan dari pelarutnya misalnya dengan cara destilasi
(Hardjono, 2004).
Ekstraksi satu tahap atau ekstraksi langsung adalah proses pengambilan oleoresin secara
langsung dengan penambahan pelarut melalui proses penyulingan yang mana menghasilkan
oleoresin murni. Proses ekstraksi dua tahap adalah proses pengambilan oleoresin dengan
melakukan penyulingan terlebih dahulu untuk mendapatkan komponen yang terdapat dalam
rempah - rempah kemudian dilakukan proses pengambilan oleoresin secara ekstraksi. Proses
ekstraksi oleoresin meliputi persiapan bahan, ekstraksi, filtrasi, dan evaporasi. Kesempurnaan
proses ekstraksi dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu ukuran dan jenis bahan baku,
pemilihan pelarut, lama waktu proses ektraksi, konsentrasi pelarut, dan temperatur. Komponen
oleoresin yang dihasilkan tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dengan ditinjau dari
tingkat kepolaran senyawa yang ada (Abfidah, 2014).
Metode ekstraksi menggunakan pelarut terdiri dari cara dingin dan cara panas. Cara
dingin terdiri dari maserasi dan perkolasi sedangkan cara panas terdiri dari digesti, infus,
refluks, dan dengan alat soxhlet. Maserasi yang merupakan proses pengekstrakkan simplisia
yang menggunkan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
kamar. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan
penyaringan maserat pertama hingga seterusnya. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut
yang selalu baru, yang umumnya dilakukan pada suhu ruang. Proses ini terdiri dari tahapan
pengembangan bahan, tahapan maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya atau penampungan
ekstrak terus menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1 – 5 kali dari jumlah bahan
yang digunakan. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur sesuai dengan titik
didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendinginan balik. Secara umum dilakukan pada residu pertama 3 – 5 kali sehingga proses
ekstraksi berjalan sempurna. Penggunaan alat soxhlet pada ekstraksi terjadi secara kontinu
dengan jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik. Digesti merupakan
maserasi kinetic atau pengadukan secara kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari
temperatur kamar, umumnya dilakukan pada suhu berkisar antara 40 - 50ᴼC. Infus adalah
ekstraksi dengan pelarut air pada suhu 96 - 98ᴼC selama 15 – 20 menit dalam penangas air
(Solehudin, 2001).
Maserasi adalah cara penyarian yang sederhana dan digunakan untuk simplisia yang
mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Maserasi dilakukan dengan cara
merendam serbuk simpisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel
dan akan masuk ke rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif tersebut akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel. Hal tersebut
menyebabkan larutan yang pekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berlanjut sehingga tejadi
kesetimbangan konsentrasi antara larutan didalam dan diluar sel. Cairan penyari yang dapat
digunakan yaitu air, etanol, atau yang lainnya. Cairan penyari yang digunakan misalnya air
maka untuk mencegah timbulnya kapang dapat ditambahkan dengan bahan pengawet yang
diberikan pada awal penyarian. Semakin besar perbandingan cairan pengekstraksi terhadap
simplisia maka semakin banyak hasil yang diperoleh. Metode maserasi ini memiliki kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan yang dimiliki yaitu cara pengerjaan yang digunakan adalah
sederhana dan mudah diusahakan. Kekurangan dari metode maserasi ini adalah pengerjaannya
lama dan penyariannya kurang sempurna. Terdapat pula kejenuhan konsentrasi didalam larutan
penyari dimana konsentrasi didalam simplisia dengan didalam penyari adalah sama (Voigt,
1994).
Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan beberapa factor. Cairan penyari
yang baik harus memenuhi kriteria yaitu harganya murah, mudah didapat, bersifat stabil secara
fisik dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap, tidak mudah terbakar, dan bersifat
selektif. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dipilih berdasarkan kemampuannya
dalam melarutkan kandungan zat aktif yang maksimal dan seminimal mungkin bagi unsur
yang tidak diiinginkan (Ansel, 1985). Cairan yang biasa digunakan adalah air, eter, atau
campuran dari air dan etanol. Air dan etanol sering digunakan sebagai pelarut karena air dan
etanol bersifat sebagai pelarut universal. Hal ini dikarenakan air dan etanol dapat melarutkan
sebagian besar suatu zat terlarut atau suatu bahan ekstraksi. Etanol tidak menyebabkan
pembengkakan membran sel dan memperbiki stabilitas zat terlarut. Kelebihan menggunakan
cairan penyari berupa etanol yaitu mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja
enzim. Etanol dengan konsentrasi 95% sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif
yang optimal. Hal ini dikarenakan bahan pengganggu berukuran dalam skala kecil yang turut
kedalam cairan pengestraksi dan ekstrak etanol sulit ditumbuhi kapang dan kuman (Voigt,
1994).

Prinsip Kerja
Prinsip kerjap percobaan ini menggunakan bahan berupa serbuk simplisia dan etanol
95%. Ekstraksi serbuk simplisia ini ditinjau dari warna dan bau yang dihasilkan setelah
direaksikan dengan etanol 95%, direndam , dan dipekatkan pada suhu 50ᴼC.
Alat
Alat-alat yang diperlukan pada percobaan ini diantaranya kertas saring, erlenmeyer,
gelas ukur 100 mL, gelas beker, corong gelas, pipet tetes, pengaduk kaca, botol gelap dan
botol semprot.

Bahan
Bahan - bahan yang digunakan pada percobaan kali ini diantaranya simplisia atau
rempah – rempah berupa jahe dan pelarut etanol 95 %.

Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari percobaan ini yaitu dimasukkan 20 gram serbuk simplisia atau
rempah – rempah yang telah ditumbuk dengan halus kedalam botol gelas. Bahan tersebut
kemudian ditambahkan dengan etanol 95 % sebanyak 100 Ml yan berguna untuk melarutkan
bahan tersebut. Campuran tersebut kemudian direndam selama 2 jam sambil diaduk sesekali
kemudian disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh kemudian dipekatkan pada
suhu penangas yaitu 50ᴼ C. Campuran yang telah dipanaskan kemudia disimpan dalam botol
dan diidentifikasi warna dan bau yang ditimbulkan.

Waktu yang Dibutuhkan

No Kegiatan Waktu

1 Persiapan praktikum 10 menit

2 Pemasukan bahan kedalam botol 10 menit

3 Penambahan etanol 95 % ke setiap bahan 120 menit

4 Penyaringan setiap bahan 10 menit

Pemanasan filtrat, identifikasi warna dan bau setiap


5 10 menit
bahan

Total waktu 160 menit


Hasil
1. Ekstraksi simplisia
No Sampel Hasil Massa jahe Gambar
1 Simplisia Kuning cerah 20 gram
berupa jahe (sebelum pemanasan)

2 Simplisia Kuning pekat 20 gram


berupa jahe (setelah pemanasan)

Pembahasan Hasil
Praktikum kali ini membahas tentang ekstrasi rempah – rempah dengan metode ektraksi
maserasi. Ekstraksi adalah proses pemisahan dan isolasi zat dari suatu zat dengan penambahan
pelarut tertentu. Hal ini berguna untuk mengeluarkan atau melepas komponen dari suatu bahan
yang akan diekstrak. Maserasi yang merupakan proses pengekstrakkan simplisia yang
menggunkan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
kamar. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan
penyaringan maserat pertama hingga seterusnya. Ekstrasi maserasi ini termaauk jenis ekstraksi
dengan cara dingin karena dilakukan dengan tidak terkena cahaya. Bahan yang digunakan
dalam percobaan ini adalah etanol 95% dan simplisia berupa jahe.
Perlakuan yang pertama yang dapat dilakukan pada percobaan ini adalah pembuatan
simplisia. Simplisia yang digunakan adalah jahe yang telah melalui proses demi proses
sehingga didapat jahe yang kering. Proses pembuatan simplisia dimulai dari jahe dikumpulkan
dan dibersihkan dari kotoran yang menempel kemudian dibuang bagian rimpang yang tidak
terpakai misalnya busuk dan kering. Jahe tersebut kemudian dicuci dengan air mengalir
sampai bersih dan ditiriskan untuk mebebaskan partikel – partikel air. Jahe yang telah bersih
dan bebas dari air cucian dikeringkan dengan cara menjemurnya dibawah sinar matahari.
Simplisia yang kering kemudian disortasi untu membuang bagian – bagian yang tidak dapat
dibersihkan ketika sortasi sebelumnya. Simplisia kering yang sudah disortasi kemudian
digrinder dan diayak menggunakan ayakan mesh 30 lalu disimpan dalam wadah yang tertutup
rapat.
Perlakuan yang kedua memasukkan 20 gram simplisia kedalam botol gelap yang
tertutup. Penggunaan botol gelap ini bertujuan agar proses ekstraksi dapat berjalan tanpa
terkena cahaya. Hal ini dikarenakan akan berpengaruh pada suhu, jika terkena cahaya maka
suhu akan naik. Jenis ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi maserasi maka harus
dilakukan pada ruang yang minim cahaya karena ekstraksi maserasi termasuk ekstraksi cara
dingin. Ekstraksi maserasi ini membutuhkan ruangan yang minim cahaya akan tetapi dapat
diganti dengan penggunaan botol gelap pada ektraksi simplisia tersebut. Simplisia yang berada
dalam botol gelap ditambah dengan etanol 95% sebanyak 100 mL. Penggunaan etanol 95%
ini berfungsi sebagai pelarut sehingga senyawa oleoresin pada rempah dapat terekstrakkan
dalam pelarut. Etanol merupakan pelarut universal dan sangat efektif digunakan untuk proses
eketraksi. Hal ini dikarenakan etanol dapat melarutkan sebagian besar senyawa oleoresin
dalam simplisia melalui prinsip ekstraksi yaitu difusi-osmosis atau osmosis-difusi. Larutan
etanol 95% dipilih karena bersifat polar sehingga cocok untuk mengekstraksi senyawa
oleoresin dan aman digunakaan karena bersifat tidak beracun. Etanol dapat mengekstraksi
oleoresin lebih bayak dibandingkan pelarut organic yang lainnya misalnya aseton dan heksana.
Campuran tersebut kemudian direndam selama 30 menit dengan setiap 10 menit
dilakukan pengocokan. Tujuan dilakukan perendaman yaitu agar cairan penyari berupa etanol
95% dapat melarutkan senyawa oleoresin pada simplisia. Pengocokan dilakukan dengan tujuan
untuk menjamin bahwa semua permukaan simplisia dapat berinteraksi dengan dengan cairan
penyari sehingga senyawa oleoresin dapat larut secara sempurna. Selama proses perendaman
dan pengocokan berlangsung akan terjadi proses osmosis dimana cairan penyari akan masuk
dalam dinding sel simplisia sehingga terjadi perbedaan konsentrasi didalam dan diluar sel. Hal
tersebut menyebabkan konsentrasi didalam sel lebih tinggi sehingga komponen kimianya
terdesak keluar maka caiaran penyari yang bersatu dengan senyawa oleoresin akan keluar dan
terjadi proses difusi. Semakin lama waktu ekstraksi maka semakin besar pula angka kelaruta
oleoresin. Hal ini disebabkan karena interaksi antara etanol dengan simplisia lebih lama dan
oleoresin kan terekstrak jumlahnya lebih banyak dan merata. Kelarutan oleoresin dalam etanol
disebabkan olh adanya komponen kimia yang mengandung gugus OH. Semakin banyak
senyawa yang mengandung gugus OH maka akan semakin tinggi kelarutannya. Simplisia yang
telah larut kemudian disaring menggunakan kertas saring. Tujuan dilakukannya penyaringan
yaitu untuk memisahkan rempah dengan larutan yang mengandung senyawa oleoresin. Hasil
yang didapat setelah penyaringan adalah warna yang ditimbulkan mejadi kuning cerah. Hal ini
menandakan bahwa dalam larutan tersebut mengandung senyawa oleoresin dari simplisia.
Filtrat yang diperoleh kemudian dipanaskan dengan suhu 50ᴼC sampai pelarut teruapkan
semua dan tersisa senyawa oleoresin nya saja. Pemanasan dilakukan dengan memperhatikan
jangan sampai filtrat tersebut mendidih. Hal ini dapat menyebabakan senyawa oleoresin nya
dapat ikut menguap dengan pelarut. Senyawa oleoresin tersebut kemudian dimasukkan dalam
botol dan diidentifikasi warna yang dihasilkan dan bau yang ditimbulkan. Hasil yang didapat
setelah pemanasan yaitu warna berubah menjadi kuning pekat dengan bau khas seperti jahe.
Hasil ekstraksi maserasi ini akan diketahui oleoresin yang terkandung dalam jahe.
Komponen kimia yang terkandung dalam jahe terdiri dari minyak menguap, minyak tidak
menguap, dan pati. Contoh dari minyak menguap adalah minyak atsiri yang berfungsi sebagai
memberi bau khas seperti jahe. Minyak tidak menguap contohnya yaitu gingerol, zingiberen,
dan shogaol yang memiliki fungsi pemberi rasa pahit dan pedas dalam jahe. Gingerol,
zingiberen, dan shogaol memiliki manfaat berupa efek farmakologi seperti antioksidan,
atiinflammasi, analgesic, dan antikarsinogenik. Penyulingan minyak jahe yang berasal dari
rimpang jahe semakin berkembang untuk dijadikan bahan baku pembuatan obat pada
perusahaan farmasi. Gingerol berfungsi untuk menghambat replica virus human immune
deficiency virus-1 pada kultur sel limfosit T manusia. Gingerol merupakan bahan alam yang
terkandung dalam jahe yang dibutuhkan untuk modifikasi pati. Gingerol bersifat labil terhadap
perubahan suhu selama proses pengolahan maupun penyimpanan. Degenerasi gingerol
terdapat 2 jalur yaitu :
 Dehidrasi menjadi shogaol yakni campuran tiga homolog gingerol yang sama.
 Kondensasi retro-aldol menjadi zingiberen, 4-(3 metoksi-4 hidroksifenil)-2-butanon)
merupakan salah satu komponen yang menyebabkan rasa pedas pada jahe serta merupakan
aldehid alifatik yang dapat menghilangkan rasa jahe. Shogaol disebut juga (6)-shogaol
meruakan senyawa pedas pada jahe yang memiliki struktur kimia mirip dengan gingerol.
Shogaol dapat dihasilkan ketika jahe dikeringkan atau dimasak. Kandungan senyawa ini pada
jahe lebih sedikit dibandingkan dengan gingerol. Sifat pedas dari shogaol lebih kuat
dibandingkan dengan gingerol. Jahe segar hanyak mengandung sedikit shogaol. Hal ini
dikarenakan shogaol dapat terbentuk apabila terjadi proses dehidrasi selama proses
penyimpanan jahe. Shogaol telah diidentifikasi sebagai komponen antioksidan fenolik jahe.
Berikut ini struktur molekul dari gingerol, shogaol, dan zingiberen secara berturut – turut
adalah

(Struktur molekul gingerol) (Struktur molekul shogaol) (Struktur molekul zingiberen)

Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan mengenai ekstraksi rempah – rempah dengan metode
ekstraksi maserasi adalah sebagai berikut :
- Proses ekstraksi senyawa dalam simplisia dapat menggunakan metode ekstraksi
maserasi yang termasuk dalam ekstraksi cara dingin. Ekstraksi ini ditinjau berdasarkan
warna dan bau yang dihasilkan. Warna yang dihasilkan setelah pemanasan adalah
kuning pekat sedangkan bau yang ditimbulkan berupa bau menyengat khas seperti jahe.
- Senyawa yang terdapat dalam simplisia berupa jahe terdiri atas minyak menguap,
minyak tidak menguap, dan pati. Minyak atsiri merupakan cotoh minyak menguap
sedangkan minyak tidak menguap terdiri atas shogaol, gingerol, dan zingiberen.

Referensi
Abfidah, Rizqiani. 2014. Ekstraksi dan Uji Stabilitas Antosianin dari Daun Jati Muda. Riau :
UIN Sultan Syarif Kasim.
Ansel. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
Hardjono, S. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press.
Solehudin, M. 2001. Ekstraksi Minyak dan Oleoresin dari Kulit Kayu Manis. Bogor : Institut
Pertanian Bogor.
Sudarsono. 1996. Tumbuhan Obat. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Tim Dosen Kimia Organik. 2019. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Jember: Universitas
Jember.
Voigt. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi Kelima. Yogyakarta : Universitas
Gadjah Mada Press.

Saran
Percobaan tentang ekstraksi rempah – rempah dengan metode ekstraksi maserasi
diharapkan kepada praktikan agar dilakukan dengan teliti dan cermat dalam melakukan
perendaman dan pemanasan sampel simplisia agar hasil yang didapatkan sesuai dengan
literatur. Praktikan juga harus mengerti prosoedur kerja dari praktikum ini agar tidak
kebingungan ketika praktikum dilaksanakan. Praktikan harus cermat membagi prosedur mana
yang harus dikerjakan terlebih dahulu agar praktikum tidak melebihi batas waktu yang telah
ditentukan.

Nama Praktikan
M. Ari Pratama (181810301065)

Anda mungkin juga menyukai