Anda di halaman 1dari 11

Makalah

EKSTRAKSI OLEORESIN DARI KULIT KAYU MANIS (cinnamomum


burmanii) SECARA MASERASI MENGGUNAKAN
PELARUT ETANOL

DISUSUN

OLEH :

RIKA UMAIRA
NPM: 1709200170017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2017
EKSTRAKSI OLEORESIN DARI KULIT KAYU MANIS (cinnamomum
burmanii) SECARA MASERASI MENGGUNAKAN
PELARUT ETANOL

RIKA UMAIRA
Program Studi Magister Pendidikan IPA PPs Unsyiah, Banda Aceh,
Email: rikaumaira96@gmail.com

Abstrak

Oleoresin merupakan hasil ekstraksi kayu manis yang terdiri dari (minyak atsiri)
dan resin dengan menggunakan pelarut organik. Oleoresin banyak digunakan
sebagai pewarna dan flavor dalam industri makanan. Komponen utama dalam
oleoresin kayu manis adalah cinnamic aldehyde. Pada umumnya ekstraksi kayu
manis menggunakan cara perkolasi atau soxhlet dengan berbagai pelarut.
Penelitian ini menggunakan metode maserasi dan dibagi menjadi dua tahap. Tahap
pertama adalah ekstraksi 100 gram kulit kayu manis kering menggunakan pelarut
etanol, pemilihan pelarut didasarkan atas pertimbangan keamanan dan kemudahan
untuk memperolehnya serta kepolaran pelarut. Kepolaran pelarut ini akan
menentukan jumlah komponen yang terekstrak yaitu komponen minyak atsiri
(oleo) dan resin. Perbandingan berat partikel kulit kayu manis dan etanol sebesar
1 : 3, suhu ekstraksi adalah suhu 25˚C, dan didiamkan selama 2 hari. Tahap kedua
adalah proses pemurnian dengan penguapan pada suhu 78˚C - 80˚C selama 6 jam.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, rendemen yang dihasilkan
sebesar 16,6%.

Kata Kunci : Ekstraksi Oleoresin, Kulit Kayu Manis (cinnamomum burmanii),


Maserasi.

Abstrac

Oleoresin extraction yield is composed of cinnamon (essential oils) and resin by


using organic solvents. Oleoresin is widely used as a coloring and flavor in the
food industry. The main components in cinnamon oleoresin is cinnamic aldehyde.
In general the extraction of cinnamon using soxhlet or perkolasi way with a
variety of solvents. This research uses the methods of maceration and is divided
into two stages. The first stage is extraction of 100 grams of cinnamon bark is
dried using a solvent of ethanol, the selection of solvent based upon
considerations of security and convenience to acquire it as well as a moderately
polar solvent. This solvent is moderately will determine the amount of
components that terekstrak that is a component of essential oils (an oleo) and
resin. Comparison of heavy particles, cinnamon bark and ethanol extraction of
1:3, temperature is the temperature of 25 ˚ C, and silenced for 2 days. The second
stage is the process of purification by evaporation at a temperature of 78 to 80 ˚ ˚
C-C for 6 hours. Based on the results of the research that has been done, the
resulting yield amounted to 16,6%.

Keywords : Oleoresin Extraction, cinnamon bark (cinnamomum burmanii),


Maceration.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kayu manis (Cinnamomum burmani) merupakan rempah-rempah dalam


bentuk kulit kayu yang biasa dimanfaatkan masyarakat Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari. Selain sebagai penambah cita rasa masakan, tumbuhan
kayu manis dikenal punya berbagai khasiat. Cinnamomum burmannii merupakan
salah satu jenis dari famili Lauraceae yang dipilih untuk penelitian ini. Tumbuhan
ini banyak terdapat di daerah sub tropis dan tropis (Anggriawan, 2015).
Salah satu produk olahan kayu manis disamping minyak kayu manis adalah
oleoresin yang mempunyai nilai jual jauh lebih tinggi dari harga kayu manis tanpa
diolah. Oleoresin dan minyak atsiri rempah-rempah banyak digunakan dalam
industri makanan, minuman, farmasi, flavor (tembakau/rokok), pewarna dan lain-
lain. Oleoresin dalam industri pangan banyak digunakan sebagai pemberi cita rasa
dalam produk-produk olahan daging (misalnya sosis, burger, kornet), ikan dan
hasil laut lainnya, roti, kue, puding, sirup, saus dan lain-lain (Ria, 2014).
Menurut Bakti (2011) penggunaan oleoresin ditinjau dari segi teknis dan
efisiensi penggunaan bahan baku lebih unggul dibanding dengan penggunaan
rempah secara tradisional, khususnya bila diterapkan dalam skala industri.
Keuntungan komparatif yang dapat diperoleh adalah biaya produksi yang lebih
rendah dengan adanya pengurangan biaya angkut bahan baku. Adanya keuntungan
dari segi biaya produksi, disamping keuntungan-keuntungan lain dari segi teknis
menyebabkan penggunaan oleoresin sebagai bahan industri makanan dan
minuman, kosmetik serta kesehatan, merupakan salah satu alternatif yang layak
untuk dikembangkan.
Oleoresin dari kulit kayu manis mempunyai banyak sekali manfaat dalam
manfaat dan khasiat, sehingga peneliti tertarik untuk mencoba mengekstraksi
oleoresin tersebut menggunakan metode ekstraksi yang sederhana yaitu maserasi
dan kemudian dilakukan penguapan agar hasil yang di dapat lebih kental
(Noviano, 2016).
Tiran, (2014) menerangkan bahwa kayu manis adalah salah satu jenis
rempah-rempah yang banyak digunakan sebagai bahan pemberi aroma dan
citarasa dalam makanan dan minuman, dan bahan aditif pada pembuatan parfum
serta obat-obatan. Penggunaan rempah-rempah secara tradisional biasanya
dilakukan dengan menambahkan langsung bahan asal kedalam makanan dan
minuman, baik dalam bentuk utuh, rajangan atau dalam bentuk yang telah
dihaluskan. Cara tersebut merupakan cara yang sederhana.

METODE PENELITIAN

1. Metode Ekstraksi Maserasi

Metode ekstraksi terdiri dari beberapa jenis, salah satu metode tersebut
adalah maserasi. Maserasi adalah salah satu jenis metode ekstraksi dengan sistem
tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda
ini pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali (Nuryanti, 2015).
Secara sederhana, maserasi dapat kita sebut metoda “perendaman” karena
memang proses ekstraksi dilakukan dengan hanya merendam sampel tanpa
mengalami proses lain kecuali pengocokan bila diperlukan (Verawati, 2016).
Prinsip penarikan (ekstraksi) senyawa dari sampel adalah dengan adanya gerak
kinetik dari pelarut, dimana pelarut akan selalu bergerak pada suhu kamar
walaupun tanpa pengocokan. Namun untuk mempercepat proses biasanya
dilakukan pengocokan secara berkala. Jadi, Maserasi merupakan cara ekstraksi
yang paling sederhana dengan cara merendam serbuk simplisia menggunakan
pelarut yang sesuai dan tanpa pemanasan (Mukhriani, 2014).

a. Kayu manis

Menurut Yulianis (2011) di dalam perdagangan yang dimaksudkan dengan


kulit kayu manis adalah kulit batang, cabang, maupun ranting kayu manis yang
sudah dibersihkan dan dikeringkan. Dalam perdagangan dikenal 2 jenis kulit kayu
manis yaitu kayu manis (Cinnamon) dan kayu manis Cina (Cassia cera). Di
Indonesia sendiri spesies tanaman kayu manis yang berkembang adalah jenis kayu
manis Cina spesies Cinnamomum Burmanii BI atau lebih dikenal dengan
nama Cassia vera.
Manfaat yang diperoleh dari mengonsumsi kayu manis yaitu mengontrol
kadar gula pada penderita diabetes, menurunkan kadar kolesterol, mencegah
penyakit jantung, sebagai obat Arthriris (radang sendi/encok), mengatasi pilek
ringan dan berat, mengatasi infeksi kandung kemih, menyembuhkan infeksi kulit,
mengawetkan makanan dan bermanfaat juga untuk pembalseman murni dan lain-
lain (Alusinsing, 2014).

b. Oleoresin Kayu manis

Ekstraksi oleoresin umumnya dilakukan dengan pelarut organik, misalnya


etilen diklhorida, aseton, etanol, metanol, heksan, eter dan isopropil alkohol.
Pemilihan pelarut yang tepat sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas
oleoresin yang diperoleh. Pada umumnya ekstraksi oleoresin dilakukan dengan
menghaluskan bahan yang akan diekstrak, kemudian diekstraksi dengan banyak
cara diantaranya maserasi (Arifianti, 2014). Ekstrak yang tertinggal merupakan
oleoresin yang biasanya bercampur dengan minyak, lemak, pigmen dan
komponen flavor yang terekstrak dari bahan asal. Oleoresin yang diperoleh
merupakan cairan yang kental atau semi padat yang mempunyai karakteristik rasa
dan aroma sama dengan bahan asalnya. Perolehan oleoresin dipengaruhi oleh jenis
pelarut dan temperatur, pelarut yang paling banyak digunakan untuk ekstraksi
oleoresin adalah etanol (Susanti, 2013).
2. Alat dan Bahan
 Alat

N
Nama Alat Jumlah Fungsi
O
1 Timbangan
1 Menimbang Sampel
Analitik
2 Memanaskan sampel agar larut
Hot Plate 1
dalam pelarut etanol
3 1 (500 mL dan Melarutkan sampel dengan pelarut
Gelas Beker
1000 mL) etanol
4 Mengukur volume etanol dan hasil
Gelas Ukur 1 (50 mL)
yang diperoleh
5 Memindahkan sampel yang sudah
Corong 1
diekstraksi
6 Kertas Saring - Menyaring Sampel
7 Menutupi Sampel agar etanol tidak
Aluminium Foil -
menguap
8 Erlenmeyer 1 (250 mL) Untuk menampung hasil estraksi

 Bahan

NO Nama Bahan Jumlah Fungsi


100
1 Kayu Manis Sebagai sampel
gram
Etanol
2 250 mL Melarutkan Sampel
(C2H5OH)
Untuk membuat penangas
3 Aquadest 200 mL
air

3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja Gambar


Ditimbang sebanyak 100 gram kayu
manis yang sebelumnya telah
dibersihkan terlebih dahulu, kemudian
dipotong kecil-kecil
Dimasukkan potongan tersebut ke
dalam gelas kimia 500 mL, selanjutnya
ditambahkan ke dalam gelas kimia
tersebut 250 mL etanol

Ditutup sampel menggunakan


aluminium foil, dan didiamkan selama
24 jam (terlindung dari sinar matahari)

Selanjutnya disaring filtrat yang


dihasilkan menggunakan kertas saring

Diuapkan larutan yang didapatkan


menggunakan penangas air

HASIL PEMBAHASAN
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak
substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya (Ni Luh Putu Diah
Rupini, dkk, 2017). Ekstraksi terdiri dari beberapa jenis salah satunya adalah
maserasi. Maserasi merupakan proses ekstraksi dengan perendaman sampel
menggunakan pelarut organik pada temperatur ruang (Wiwin Herdwiani, 2015).
Menurut Khasanah, dkk (2014) minyak atsiri kayu manis dapat diperoleh
melalui proses maserasi terhadap kulit kayu manis. Pemilihan pelarut didasarkan
atas pertimbangan keamanaan dan kemudahan untuk memperolehnya serta
kepolaran pelarut. Kepolaran pelarut ini akan menentukan jumlah komponen yang
terekstrak yaitu komponen minyak atsiri (oleo) dan resin.
Sebelum proses dilakukan perlakuan pendahuluan berupa pengeringan dan
pengecilan ukuran untuk mempercepat proses penyulingan dan memperoleh
rendemen yang tinggi dengan mutu yang lebih baik, sedangkan pemanasan dapat
meningkatkan jumlah rendemen karena pemanasan yang dibutuhkan oleh suatu
pelarut untuk mencapai titik didihnya dapat melarutkan komponen oleoresin yang
tidak terekstrak dengan perlakuan tanpa pemanasan (Latief, 2013).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ekstrak yang diperoleh dari hasil
maserasi sebesar 100 gram kulit kayu manis menghasilkan oleoresin sebanyak 25
mL dan berwarna merah kecoklatan, rendemen yang dihasilkan sebesar 16,6 %.
Perlakuan sebelum penyulingan seperti kebersihan kulit kayu manis dan
pengecilan ukuran mempengaruhi rendemen minyak yang dihasilkan, dimana
semakin kecil ukuran bahan yang disuling maka semakin besar rendemen minyak
yang akan diperoleh, karena luas permukaan bertambah besar dan difusi minyak
ke permukaan bahan semakin mudah. Hasil yang didapat tidak jauh berbeda
dengan percobaan yang dilakukan oleh Rahayu (2014), rendemen yang dihasilkan
sebesar 17,69 % dan mutu minyak atsiri terbaik dari perlakuan bahan yang
dibersihkan, dengan ukuran panjang 1 cm dan waktu penyulingan selama 8 jam.

Gambar 2.1. Struktur sinamaldehida

Ekstraksi oleoresin dengan pelarut dipengaruhi oleh jenis dan polaritas


pelarut yang digunakan. Polaritas dan titik didih pelarut merupakan faktor yang
perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi
oleoresin (Fitriana Djafar, 2012). Pelarut non polar dapat mengekstrak beberapa
komponen volatile dan pelarut polar adalah pelarut yang cocok untuk
mengekstraksi oleoresin. Ekstraksi oleoresin dapat juga dilakukan dengan teknik
soxhlet selama 6 jam dengan menggunakan pelarut heksana, etanol, metanol dan
air (Aprianto, 2011), dimana hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1.1.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian hasil yang diperoleh bahwa pada kulit kayu manis
(Cinnamomum sp) terdapat oleoresin yang komponen utama minyak tersebut
yaitu cinnamaldehyde sebanyak 25 mL, cinnamaldehyde itu sendiri merupakan
senyawa yang terdapat dalam kayu manis dan diperoleh dengan cara maserasi dari
kulit kayu manis. Dengan ciri-ciri cairan berwarna jernih kekuning-kuningan,
kental dan harum serta rendemen yang dihasilkan sebesar 16,6 %.
Cinnamaldehyde banyak digunakan sebagai pemberi aroma pada farmasi, rokok,
dan kosmetik, permen, minuman dan juga digunakan dalam industri parfum.

B. Saran
1. Perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui peran
kayu manis sebagai antioksidan dalam mengatasi keluhan atau penyakit.
Selain itu juga dilakukan penelitian agar dapat mengetahui cara yang tepat
untuk mendapatkan minyak atsiri dengan metode yang mudah namun hasil
yang didapat banyak.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan data
yang lebih dipercaya sehingga penggunaannya lebih efektif dan tepat guna.

DAFTAR PUSTAKA
Alusinsing, G., Bodhi, W., dan Sudewi, S., (2014). Uji Efektivitas Kulit Batang
Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) Terhadap Penurunan Kadar Gula
Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus) yang Diinduksi
Sukrosa. Jurnal Ilmiah Farmasi .Vol. 3 No. 3. Hal. 275-278.
Bakti, J., Pramudono, B., dan Aprianto. (2014). Ekstraksi Oleoresin Dari Kayu
Manis Dengan Menggunakan Pelarut Alkohol. Reaktor, Vol. 13 No. 4.
Hal. 231-236.
Khasanah, L., Rachmawaty, T., dan Utami, R., (2015). Pengaruh Rasio Bahan
Penyalut Maltodekstrin, Gum Arab, Dan Susu Skim Terhadap
Karakteristik Fisik Dan Kimia Mikrokapsul Oleoresin Daun Kayu Manis
(Cinnamomum burmannii). Agritech. Vol. 35.No. 4. Hal. 414-42.
Anggriawan B, Anna P., dan Roswiem.(2015). Potensi Ekstrak Air Dan Etanol
Kulit Batang Kayu Manis Padang (Cinnamomum Burmanii) Terhadap
Aktivitas Enzim A Glukosidase. Jurnal Kedokteran Yarsi. Vol. 2. No. 23.
Hal. 91-102.
Noviano B., Mambo, C., dan Wuisan, J., (2016). Uji efek antibakteri ekstrak kulit
kayu manis (Cinnamomum burmannii) terhadap Escherichia coli dan
Streptococcus pyogenes. Jurnal e-Biomedik. Vol. 4. No.1. Hal. 121-125.
Rafita, I., D., Kusmiawati, T., dan Nurain. (2015). Pengaruh Ekstrak Kayu Manis
(Korteks Sinamum) Terhadap Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus
(Rattus Norwegittus) Yang Diinduksi Parasetamol. Sainteknol. Vol. 13. No.
2. Hal. 127-134.
Rahayu, D., I., (2013). Pengaruh Penambahan Berbagai Komposisi Kayu Manis
Dan Madu Dalam Pembuatan Acne Lotion Terhadap Penyamaran Noda
Jerawat Pada Kulit Wajah Berminyak. e-jurnal. Vol. 2. No. 3. Hal 98-104.
Ria A., Husni M., dan Allen B., (2014). Uji Aktivitas Antidiabetes Tipe II Ekstrak
Etanol Sisa Penyulingan Kulit Batang Kayu Manis Dengan Induksi Lemak
Terhadap Mencit Putih Jantan. Scientia. Vol. 4. No. 2. Hal. 51-54.
Rismunandar, Paimin, Farry, B., (2001). Kayu Manis Budidaya dan
Pengelolaannya. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tiran, A., Christofori, N., (2014). Aktivitas Antibakteri Lotion Minyak Kayu
Manis Terhadap Staphylococcus epidermidis Penyebab Bau Kaki. Jurnal
Farmasi Sains Dan Komunitas. Vol. 11. No. 2. Hal. 72-80.
Ulyarti, A., Y., (2014). Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kulit Kayu Manis dan Lama
Perendaman Terhadap Umur Simpan Bakso Udang Pada Suhu Ruang.
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.Vol. 16. No. 2. Hal. 01-10.

Anda mungkin juga menyukai