Anda di halaman 1dari 12

Nama / Kelas : Lorenz Octavia Simamora / 2C D4

No Absen / NIM : 14 / 1941420012

Mata Kuliah : Review Jurnal Praktikum OTK 2

Judul :

1. PENGARUH UKURAN BAHAN DAN METODE DESTILASI (DESTILASI AIR DAN


DESTILASI UAP-AIR) TERHADAP KUALITAS MINYAK ATSIRI KULIT
BATANG KAYU MANIS
2. EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI DAGING BUAH PALA (TINJAUAN
PENGARUH METODE DESTILASI DAN KADAR AIR BAHAN).

ABSTRAK

Minyak atsiri dari kulit batang kayu manis mengandung paling banyak senyawa
cinnamaldehyde, sedangkan minyak atsiri dari daging buah pala mengandung senyawa yang
bersifat farmakologis.

Minyak atsiri diproduksi dengan cara penyulingan atau destilasi. Proses ekstraksi minyak
atsiri menggunakan 2 metode destilasi yaitu metode destilasi yang terdiri dari destilasi air, dan
destilasi uap air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode destilasi dan kadar
bahan sehingga dapat menghasilkan persen yield yang tinggi, serta mutu minyak atsiri yang baik
sesuai dengan SNI.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran bahan dan metode destilasi berpengaruh
terhadap kualitas minyak atsiri dari kulit batang kayu manis dan terhadap kualitas minyak atsiri
dari daging buah pala. Hasil penelitian randemen minyak atsiri tertinggi pada kulit batang kayu
manis dan pada daging buah pala sama-sama diperoleh melalui destilasi uap air. Dimana pada
kulit batang kayu manis persen yield diperoleh sebesar 0,456% dan pada daging buah pala
sebesar 0,336%. Dan hasil randemen terendah juga sama-sama diperoleh melalui destilasi air,
yaitu pada kulit batang kayu manis persen yield nya sebesar 0,106% dan pada daging buah pala
sebesar 0,204%.

Kata Kunci: Cinnamomum burmannii, daging buah pala, minyak atsiri, destilasi, ekstraksi.
LATAR BELAKANG

Selama ini kulit kayu manis di Indonesia mempunyai pengaruh yang besar dalam pasar
dunia. Sebanyak 80% kayu manis di Indonesia dihasilkan di daerah Sumatera Barat, yang
dikenal sebagai pusat kulit kayu manis. Tetapi selama ini Indonesia masih mengekspornya dalam
bentuk gulungan kulit kayu manis yang mempunyai nilai ekonomi masih rendah bila
dibandingkan dalam bentuk minyak atsiri. Sedangkan, daging buah pala dikenal sebagai tanaman
rempah yang memiliki nilai ekonomis. Minyak pala yang dikenal dunia berasal dari biji dan fuli,
sedangkan daging buah pala jarang diolah menjadi minyak atsiri, sehingga menjadi limbah.
Manfaat minyak atsiri dari kulit batang kayu manis dan daging buah pala banyak
digunakan sebagai bahan kosmetik, parfum, flavor makanan dan minuman, serta sebagai
antiseptik dan antimikroba dalam bidang kedokteran. Faktor yang memengaruhi mutu minyak
atsiri meliputi jenis metode destilasi yang dilakukan, ukuran bahan, jumlah bahan, lamanya
proses destilasi, besarnya tekanan serta mutu uap yang dipakai.
Terdapat dua metode destilasi yang dapat digunakan untuk memproduksi minyak atsiri
diantaranya yaitu metode destilasi langsung dan metode destilasi tidak langsung. Pada metode
destilasi langsung, bahan yang akan didestilasi kontak langsung dengan air mendidih, metode ini
disebut juga dengan destilasi air. Pada metode destilasi tidak langsung, bahan tidak kontak
langsung dengan air mendidih, metode ini disebut dengan uap air.
Namun belum ada penelitian tentang pengaruh kedua metode destilasi tersebut terhadap
minyak atsiri yang dihasilkan. Sehingga, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh ukuran bahan dan metode destilasi terhadap kualitas minyak atsiri kayu manis.
TINJAUAN PUSTAKA

Kayu manis (Cinnamomum burmannii) merupakan tanaman semak atau pohon kecil yang
umumnya dikenal sebagai cassia Indonesia, cassia Batavia, dan cassia Padang, dan merupakan
anggota dari Lauraceae. Tanaman ini tersebar di Asia Tenggara dan dibudidayakan di negara
Indonesia dan Filipina. Tanaman ini memliki bentuk lonjong-elips yang panjangnya 4-14 cm
dengan daun berbentuk bulat yang berwarna hijau mengkilap. Kulit kering dari tanaman ini
sering ditemukan dengan bentuk gulungan di pasar dan digunakan untuk bumbu masakan (Al-
Dhubiab, 2012).

Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang tinggi tanpa
adanya periode (masa) kering yang nyata. Di daerah yang tropis seperti Indonesia, tanaman pala
dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh. Misalnya, di pulau Banda tanaman pala
tumbuh pada ketinggian 500 m dari permukaan laut (dpl). Namun, tanaman pala di daerah yang
ketinggian tempatnya diatas 700 m dpl, dinilai tidak produktif (Rifany, 2016).

Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara umum mudah
menguap sehingga banyak yang menyebut minyak terbang. Minyak atsiri disebut juga etherial
oil atau minyak eteris karena bersifat sepeti eter. Dalam bahasa internasional biasa disebut
essential oil (minyak essen) karena bersifat khas sebagai pemberi aroma/bau (esen). Dalam
keadaan segar dan murni minyak atsiri umumnya tidak berwarna, namun pada penyimpanan
yang lama warnanya berubah menjadi lebih gelap (Ketaren, 1985).

Destilasi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan komponen-komponen suatu


campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap atau
berdasarkan perbedaan titik didih komponenkomponen senyawa tersebut (Geankoplis, 1997).

Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan
tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari tertentu. Ekstrak adalah sediaan pekat
yang diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif dengan menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian, hingga memenuhi baku yang ditetapkan (Depkes RI 1995).
METODOLOGI

JURNAL 1 :

Alat : - satu set alat destilasi (ketel, suling, pendingin/kondensor, penampung hasil
kondensasi)

- neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,001 g

- piknometer

- refraktometer

- viskometer

- instrumen kromatrografi lengkap (tabung gas berisi gas nitrogen “HP” dan regulatornya,
hydrogen, detektor ionisasi nyala, rekorder integrator, dan alat suntik dengan volume 1
mikroliter).

Bahan : - kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii)

- aquadest untuk analisa bobot jenis dan analisa indeks bias

- untuk analisa kelarutan dalam alkohol digunakan etanol 70%

Tahapan Penelitian :

1. Persiapan Bahan Destilasi

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii).

Bahan divariasikan dalam 3 ukuran, yaitu gulungan, ukuran ± 1 cm dan gilingan kasar.
2. Penyulingan atau Destilasi Minyak Atsiri

Ada 2 macam metode destilasi yaitu, destilasi air dan uap air. Bahan yang dibutuhkan dalam
setiap proses destilasi sebanyak 2,5 kg, kemudian waktu destilasi selama 4 jam. Waktu destilasi
selama 4 jam diukur mulai dari tetesan kondensat pertama. Perbandingan air dan bahan yang
digunakan yaitu 1 : 4.

3. Analisis Minyak Atsiri

Analisis minyak atsiri bertujuan untuk mengetahui kualitas dari minyak atsiri yang dihasilkan.
Analisis yang dilakukan :

• Metode Analisis :

No Analisis Metode
1. Bobot Jenis Piknometer (SNI, 2006)
2. Indeks Bias Reflaktometer (SNI, 2006)
3. Kelarutan dalam Alkohol Dalam etanol 70% (SNI, 2006)
4. Viskositas Viskometer
5. Kadar Sinalmaldehid Kromatrografi gas (SNI, 2006)

4. Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor, yaitu variasi
metode destilasi dan ukuran bahan. Setiap sampel variasi akan dilakukan ulangan percobaan
sebanyak dua kali. Jika terdapat perbedaan, maka akan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple
Range Test (DMRT) pada taraf signifikan α = 0,05
JURNAL 2 :

Alat : - seperangkat alat distilasi - corong gelas

- kondensor - corong pemisah

- thermometer - pipa tetes

- kabel pemanas - oven

- erlemeyer 250 ml - pisau

- aerator - cawan

- neraca digital - refraktometer

- alumunium voil - picknometer

Bahan : - Daging buah pala (Myristica Fragrans Houtt)

- aquadest

- alkohol 95%.

Tahapan Penelitian :

1. Perlakuan Bahan

Daging buah pala segar yang telah dikeluarkan biji dan fulinya ditimbang sebanyak 3 kg
kemudian dirajang dan diblender selama 5 menit, dan dipisahkan menjadi 3 bagian, masing-
masing 1 kg untuk kadar air 100%(segar), 1 kg untuk dioven hingga kadar air 75% dan 1 kg
kadar air 50%. Oven yang digunakan untuk mengeringkan diatur pada suhu 55°C. setiap 1 jam
dikeluarkan dari oven dan ditimbang hingga kadar air sesuai dengan yang diharapkan.
2. Penyulingan

Rajangan daging buah pala yang telah dikeringkan dimasukkan kedalam ketel penyulingan dan
diatur agar tidak terlalu padat dan merata. Suhu penyulingan 100°C, dan suhu hydrosol 15°C, 5
jam. Minyak daging buah pala yang dihasilkan ditampung dengan erlenmeyer 250 ml. Setelah
itu, dilakukan pemisahan air dengan minyak menggunakan corong pemisah.

3. Pengujian Mutu

Dilakukan dengan penentuan sifat fisis minyak yang meliputi berat jenis dan indeks bias. Berat
jenis minyak ditentukan dengan cara menimbang berat minyak (piknometer) dan mengukur
volumenya. Indeks bias ditentukan dengan alat refraktometer, diukur pada suhu 250 ℃. Sebelum
digunakan refraktometer dibersihkan dengan alkohol. Pengujian mutu menggunakan pipa tetes,
contohnya minyak diteteskan di atas refraktometer. Selanjutnya refraktometer dirapatkan.
Setelah itu baca besarnya indeks bias yang terukur.

4. Analisis Hasil Penelitian

Rancangan percobaan yang dilakukan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola factorial
dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama adalah pengeringan daging buah pala dengan 3 taraf
factor 100% (segar), 75%, dan 50%. Faktor kedua adalah cara destilasi dengan 2 taraf yaitu
destilasi air dan destilasi uap air.
HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL 1 :

Proses destilasi dari kulit kayu manis menghasilkan minyak atsiri kulit kayu manis atau
yang biasa disebut cinnamon bark oil. Pada destilasi dengan menggunakan ukuran bahan yang
lebih kecil cenderung menghasilkan randemen minyak atsiri yang lebih tinggi. Namun bukan
berarti semakin kecil ukuran bahan maka akan selalu menghasilkan rendemen yang semakin
tinggi, justru ukuran yang terlalu kecil akan menurunkan randemen minyak atsiri, yaitu karena
sifat bubuk kulit kayu manis akan menjadi kental bila kontak dengan air (pada destilasi air).
Perbedaan metode destilasi yang digunakan mempengaruhi randemen minyak atsiri kulit
kayu manis yang dihasilkan. Pada destilasi uap-air, antara air dan minyak atsiri dalam kulit kayu
manis tidak menguap secara bersama-sama. Selain itu, pada destilasi uap-air mempunyai suhu
proses yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan destilasi air. Perbedaan suhu yang
relatif lebih tinggi tersebut yang menyebabkan proses ekstraksi minyak atsiri pada destilasi uap-
air akan berjalan lebih baik dibandingkan pada destilasi air.
Sedangkan pada destilasi air, minyak atsiri dari bahan akan keluar ke media pembawa
(air), kemudian baru akan menguap bersama-sama dengan air setelah proses pemanasan
dilakukan. Oleh karena itu, banyak kandungan minyak atsiri yang masih tertinggal dalam air,
sehingga randemen minyak atsiri menjadi tidak maksimal.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada minyak hasil destilasi uap-air memiliki
randemen yang lebih tinggi karena senyawa-senyawa yang terekstrak lebih banyak dan karena
proses dekomposisi minyak lebih kecil.

Komponen utama pada minyak atsiri adalah senyawa sinamaldehid dan juga golongan
terpen. Walaupun bahan yang didestilasi berukuran besar, senyawa sinamaldehid dan terpenter
oksigenasi masih dapat terekstrak dan jumlahnya tetap terbesar sehingga berat jenis dari minyak
yang dihasilkan cenderung sama. Begitu juga bila ditinjau dari metode destilasi yang dilakukan,
karena perbedaan tekanan dan suhu yang digunakan pada metode destilasi air dan destilasi uap-
air hanya sedikit maka kandungan senyawa sinamaldehid dan terpen yang terekstrak relatif tetap
besar.
Berat Jenis

Berat jenis dari minyak atsiri yang dihasilkan dari penelitian ini masih sedikit dibawah
SNI yaitu 1,008 – 1,030 gram/ml pada suhu 20°C atau sekitar 1,0120 – 1,0340 gram/ml pada
suhu 25°C, hal ini diduga disebabkan karena individual variability tanaman, kondisi tempat
tumbuh, dan faktor-faktor lain. Selain itu berat jenis yang masih terlalu rendah ini dapat juga
dipengaruhi oleh fraksi berat yang bersifat larut dalam air. Fraksi berat tersebut akan tertinggal
dalam air hasil destilasi, karena metode pemisahan yang digunakan (corong pemisah) pada
pemisahan minyak atsiri dan air sulit untuk memisahkan senyawa yang larut dalam air.
Komponen yang larut dalam air sebagian besar terdiri dari senyawa-senyawa
teroksigenasi (termasuk sinamaldehid) yang mempunyai bobot jenis lebih besar dari senyawa-
senyawa tidak teroksigenasi (terpen, sesqueterpene, dan lain-lain). Oleh karena itu, berat jenis
dari minyak atsiri yang dihasilkan dari destilasi kulit kayu manis ini relatif masih rendah.

Indeks Bias

Nilai indeks bias minyak atsiri kulit kayu manis meningkat pada minyak yang memiliki
rantai karbon panjang dan terdapat sejumlah ikatan rangkap. Hal tersebut berarti bahwa nilai
indeks sangat dipengaruhi oleh senyawa sinamaldehid dan terpen yang terkandung dalam
minyak atsiri tersebut. Karena sinamaldehid dan terpen merupakan senyawa yang jenuh, dan
merupakan komponen terbesar dalam minyak atsiri.

Apabila bahan yang di destilasi berukuran besar, senyawa sinamaldehid dan terpen masih
dapat terekstrak dan jumlahnya tetap dominan sehingga nilai indeks bias dari minyak yang
dihasilkan cenderung sama karena senyawa-senyawa tersebut mempunyai pengaruh yang besar
terhadap nilai indeks bias. Begitu juga bila dilihat dari metode destilasi yang dilakukan,
walaupun metode destilasi yang dilakukan berbeda (destilasi uap-air dan destilasi air) tetapi tidak
ada perbedaan nilai indeks bias yang dihasilkan oleh destilasi air dan destilasi uap-air.

Karena tekanan dan suhu yang digunakan pada kedua metode tersebut hanya terdapat sedikit
perbedaan, maka kandungan senyawa sinamaldehid dan terpen yang terekstrak juga relatif tetap
dominan. Hal tersebut yang menyebabkan nilai indeks bias minyak atsiri dari kedua metode
tersebut tidak beda nyata. Karena tidak ada beda nyata dari minyak atsiri yang dihasilkan dari
masing-masing perlakuan maka dapat dianggap kualitas minyak atsiri kulit kayu manis dari
penelitian ini dapat memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).

Analisis Kimia Minyak Atsiri Kayu Manis

Selanjutnya, analisis komponen kimia pada minyak atsiri dilakukan dengan


menggunakan alat GCMS Shimadzu QP2010S dengan kondisi operasi pada tekanan 72,6 kPa,
suhu kolom diatur dari 60° sampai 220°C, dan suhu injeksi 250°C. Sebelum diinjeksikan, sampel
minyak atsiri sebanyak 10 µL dilarutkan dengan metanol sampai volume 1 ml. Kandungan
sinamaldehid pada penelitian ini masih dibawah SNI yaitu minimal 50%. Hal tersebut diduga
disebabkan karena proses pemisahan minyak atsiri yang kurang sempurna.

Sinamaldehid merupakan senyawa yang agak larut dalam air sehingga banyak senyawa
tersebut yang masih bercampur dalam destilat. Selain itu hal tersebut dapat terjadi karena faktor
bahan baku yang digunakan, karena kualitas kulit kayu manis sangat dipengaruhi oleh individual
variability tanaman.

JURNAL 2 :

Tabel 1. Persen Yield, Berat Jenis, Indeks Bias

Metode Kadar Air (%) Yield (%) Berat Jenis (gr/ml) Indeks Bias
Destilasi Air 100 0,204 0,8849 1,346
75 0,291 0,8959 1,379
50 0,253 0,8879 1,354
Destilasi Uap 100 0,248 0,8942 1,374
Air 75 0,336 0,9082 1,453
50 0,287 0,9019 1,387
Dari Tabel diatas didapat hasil analisis sifat fisis dengan piknometer (berat jenis) dan
refraktometer (indeks bias). Destilasi uap air dengan kadar air 75% memiliki berat jenis 0,9082
gr/ml tertinggi dan terendah pada destilasi air dengan bahan segar yaitu 0,8849 gr/ml. Berat jenis
yang dihasilkan sesuai dengan SNI yaitu 0,876-0,919 (g/ml). Indeks bias tertinggi terjadi pada
destilasi uap air dengan kadar air 75% yaitu 1,453 dan terendah pada destilasi air dengan bahan
segar (100%) yaitu 1,346. Indeks bias yang dihasilkan dibawah SNI yaitu 1,488-1,495.

Pengaruh Metode Destilasi dan Kadar Air Bahan Terhadap Yield

Destilasi minyak atsiri yang telah dilakukan menghasilkan minyak yang berupa cairan bening
dengan warna kekuningan. Dari penelitian yang telah dilakukan, yield minyak atsiri yang
diperoleh yaitu sebesar 0,204 % sampai 0,336%. Yield tertinggi diperoleh pada metode destilasi
uap air dengan kadar air bahan 75% yaitu sebesar 0,336 %. Hal ini dikarenakan kadar air bahan
75 % dapat memudahkan sel – sel minyak atsiri menerobos daging buah pala sedangkan jika
kadar air bahan 50% sel minyak atsiri akan lebih sulit untuk keluar dikarenakan kondisi daging
buah pala yang terlalu kering.

Pengaruh Metode Destilasi dan Kadar Air Bahan Terhadap Indeks Bias

Dari hasil uji indeks bias yang telah dilakukan, didapat indeks bias minyak atsiri berkisar antara
1,346 sampai 1,453. Seluruh minyak atsiri yang dihasilkan mempunyai indeks bias lebih kecil
dari standar mutu minyak atsiri daging buah pala yang ditetapkan oleh SNI, yaitu antara 1,488 -
1,495.
DAFTAR PUSTAKA

Fuki Tri Yuliarto; Lia Umi Khasanah; R. Baskara Katri Anandito. 2012. PENGARUH
UKURAN BAHAN DAN METODE DESTILASI (DESTILASI AIR DAN
DESTILASI UAP-AIR) TERHADAP KUALITAS MINYAK ATSIRI KULIT
KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii). Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Lina Sari; Donny Lesmana; Taharuddin. 2018. ESTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI
DAGING BUAH PALA (TINJAUAN PENGARUH METODE DESTILASI
DAN KADAR AIR BAHAN). Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Agusta, Andrea. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. ITB. Bandung.

Agusta, Andrea; Yuliasri Jamal dan Mindarti Harapini. Komponen Kimia Minyak Atsiri
Kayu Manis Halmahera.Hayati Volume 4 No. 1 April 1997. Bogor.

Anonim. 2010. Kayu Manis. http://www.bpdaspemalijratun.net/index.php?


option=com_content&view=article &id=101:kayumanis &catid=40:tanaman-
obat&Itemid=47. Diakses pada tanggal 2 Mei 2021.

Dewan Atsiri Indonesia dan IPB. 2009. Minyak Atsiri Indonesia.


http://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/atsiri/. Diakses pada tanggal 2 Januari
2011.

Anda mungkin juga menyukai