Anda di halaman 1dari 93

BAB 1

KETAKWAAN

1.1 Definisi Ketaqwaan


Taqwa adalah terpeliharanya sifat diri untuk tetap taat melaksanakan
perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya atau keinsafan yang diikuti
kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala
larangan-Nya. Orang yang bertaqwa adalah orang yang beriman, yaitu orang yang
berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah menurut sunnah rasul.
1.1.1 Takwa Menurut Etimologi
Para pengarang ensiklopedi sepakat mengatakan bahwa akar kata takwa adalah
waqa-wiqayah yang berarti memelihara dan menjaga. Seperti diungkapkan oleh al-Khalil
bin Ahmad, al-Azhary dalam Maqayis al-Lughah, al-Jauhary dalam al-Shihhah, dan juga
al-Ashfahany dalam al-Mufradat fi Gharib al-Quran. Dari makna dasar itulah secara
bahasa takwa mengandung beberapa pengertian. Pertama : menjaga sesuatu dari yang
menyakitkan dan membahayakan. Kedua : menjaga diri dari yang ditakutkan (al-
Ashfahany, t.th : 530). Ketiga: menghalangi antara dua hal (Ibnu Ismail, 1996 : 3/169).
Keempat: bertameng (berlindung) dengan sesuatu atau dengan orang ketika menghadapi
musuh atau sesuatu yang dibenci. Kelima: menghadapi sesuatu dan melindungi diri (dari
bahayanya). Keenam: mengambil perisai untuk menutupi dan menjaga. Ketujuh: menjaga
diri dan menolak hal-hal yang tidak disukai. Kedelapan: hati-hati, waspada dan menjauh
dari yang menyakitkan. Kesembilan takut kepada Allah dan merasakan pengawasan-Nya
(Al- Buzy, 2011 : 101-103).
1.1.2 Makna Takwa dalam Al-Quran
Habib Abdurrahman Asad Al-Habsyi mengatakan, manusia bertakwa adalah
merekalah raja-raja dunia dan akhirat, merekalah pemilik kebahagiaan yang sejati dan
kemuliaan yang agung di dunia juga di akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT, surah
Thaha ayat ke-132: "Dan akibat yang baik itu adalah bagi orang yang bertakwa.”
Habib Abdurrahman Asad Al-Habsyi menyampaikan, dalam Alquran kata takwa
digunakan pada tiga hal. Pertama, memiliki makna al-khasyyah dan al-haibah (takut).

1
Kedua, bermakna taat dan ibadah. Dan Ketiga, bermakna pensucian hati dari perbuatan
dosa.
Menurut al-Razy (2000 : /20) takwa dalam al-Quran bermakna khasyyah (rasa
takut). Seperti dalam firman Allah dalam surat an- Nisa ayat 1 :
‫ﯾﺎأﯾﮭﺎ اﻟﻨﺎس اﺗﻘﻮا رﺑﱠ ُﻜ ُﻢ‬
"Wahai manusia takutlah kepada Tuhan kamu"
1.2 Wujud Iman dan Taqwa
Wujud iman termuat dalam 3 unsur yaitu isi hati, ucapan dan perbuatan. Dalam
artian diyakini dalam hati yaitu dengan percaya kepada Allah SWT, diucapkan dengan
lisan yaitu dengan mengucapkan dua kalimat syahadat dan dilakukan dengan
perbuatan maksudnya dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi
semua larangan-Nya.
Akidah Islam sebagai keyakinan membentuk perilaku bahkan mempengaruhi
kehidupan seorang muslim. Abu A’la Maududi menyebutkan tanda orang beriman
sebagai berikut:
1. Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik.
2. Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri.
3. Mempunyai sifat rendah hati dan khidmat.
4. Senantiasa jujur dan adil.
5. Tidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi.
6. Mempunyai pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan, dan optimisme.
7. Mempunyai sifat ksatria, semangat dan berani, tidak gentar menghadapi resiko,
bahkan tidak takut kepada maut.
8. Mempunyai sikap hidup damai dan ridha.
9. Patuh, taat, dan disiplin menjalankan peraturan Ilahi. (A. Toto Suryana AF, et.al,
1996 : 69).
1.3.Macam-Macam Akhlaq
Ketakwaan seseorang tercermin dari akhlaq dan perbuatan yang dilakukannya.
Dibawah ini dijelaskan tentang macam-macam akhlaq.
1.3.1 Akhlaq terhadap Allah

2
Sikap batin dan perilaku manusia terhadap Allah dalam rangka memenuhi hak
Allah, dan menunaikan kewajiban manusia terhadap Allah. Dan Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS.Az-Zariyat-56).
Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) (QS. Al-Hijr 99).
Contoh-contoh Akhlaq terhadap Allah :
1. Beriman dengan benar/tidak musyrik
2. Menjalankan perintah, menjauhi laranganNya
3. Husnudzan terhadap Allah
4. Membaca (mempelajari) tanda-tanda kekuasaan Allah
5. Syukur atas nikmat Allah
1.3.2 Akhlaq terhadap Rasul
Sikap batin dan perilaku umat Rasul dalam rangka memenuhi hak Rasul dan
menunaikan kewajiban umat terhadap Rasulnya. Apa yang diberikan Rasul kepadamu,
Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya. (QS: al-Hasyr, 59: 7)
Bentuk Akhlaq terhadap Rasul :
1. Meneladani sifat-sifatnya (Shiddiq, amanah, tabligh, fathanah)
2. Memegangi ajaran-ajarannya
3. Menjalankan sunnahnya
4. Mengucapkan shalawat dan salam kepadanya
5. Menghormati keluarganya (ahlal bait)
6. Menghormati shahabat-shahabat, dan pengikutnya
1.3.3 Akhlaq terhadap Diri Sendiri
Sikap batin dan perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri baik dari aspek
pemenuhan hak asasi/privasi, maupun dari aspek menunaikan kewajiban terhadap diri
sendiri. Sebagai pribadi manusia wajib menjaga keselamatan dirinya, baik jasmani
maupun rohani, wajib memelihara keduanya secara seimbang dan memperlakukannya
secara adil. Kewajiban untuk memenuhi kebutuhan fisik dan mental spiritual adalah
mutlak. Bagi manusia yang mengabaikan pemenuhan kebutuhan spiritualnya dan hanya
memikirkan dan memuaskan kebutuhan jasmaniyahnya berarti ia tidak adil dan tidak
menunaikan kewajibannya sebagai pribadi secara sempurna.

3
1.3.4 Akhlaq terhadap sesama manusia
Agama islam mempunyai konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan,
kemasyarakatan, kebangasaan dll. Semua konsep tersebut memberikan gambaran tentang
ajaran-ajaran yang berhubungan dengan manusia dengan manusia (hablum minannas)
atau disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan, manusia diciptakan oleh Allah terdiri
dari laki-laki dan perempuan. Mereka hidup berkelompok-kelompok, berbangsa-bangsa
dan bernegara. Mereka saling membutuhkan satu sama lain sehingga manusia dirsebut
sebagai makhluk sosial. Maka tak ada tempatnya diantara mereka saling membanggakan
dan menyombongkan diri., sebab kelebihan suatu kaum tidak terletak pada kekuatannya,
harkat dan martabatnya, ataupun dari jenis kelaminnya karena bagaimanapun semua
manusia sama derajatnya di mata Allah, yang membedakannya adalah ketakwaannya.
Artinya orang yang paling bertakwa adalah orang yang paling mulia disisi allah swt.
Hubungan dengan Allah menjadi dasar bagi hubungan sesama manusia.
Hubungan antara manusia ini dapat dibina dan dipelihara antara lain dengan
mengembangkan cara dan gaya hidupnya yang selaras dengan nilai dan norma agama,
selain itu sikap takwa juga tercemin dalam bentuk kesediaan untuk menolong orang lain,
melindungi yang lemah dan keberpihakan pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu
orang yang bertakwa akan menjadi motor penggerak, gotong royong dan kerja sama
dalam segala bentuk kebaikan dan kebijakan.
1.3.5 Akhlaq terhadap Lingkungan
Takwa dapat di tampilkan dalam bentuk hubungan seseorang dengan lingkungan
hidupnya. Manusia yang bertakwa adalah manusia yang memegang tugas
kekhalifahannya di tengah alam, sebagai subjek yang bertanggung jawab menggelola dan
memelihara lingkungannya. Sebagai penggelola, manusia akan memanfaatkan alam
untuk kesejahteraan hidupnya di dunia tanpa harus merusak lingkungan disekitar mereka.
Orang yang bertakwa adalah orang yang mampu menjaga lingkungan dengan sebaik-
baiknya. Ia dapat mengelola lingkungan sehingga dapat bermanfaat dan juga
memeliharanya agar tidak habis atau musnah. Fenomena kerusakan lingkungan sekarang
ini menunjukan bahwa manusia jauh dari ketakwaan .

4
1.3.6 Akhlaq terhadap kehidupan
• Etika sosial budaya: interaksi untuk membangun nilai-norma-kerarifan lokal yang
sejalan dengan ajaran Islam
• Etika politik: strategi mengelola negara, pemerintahan untuk kesejahteraan warganya
dengan prinsip-prinsip yang bersumber dari niali-nilai Islam
• Etika ekonomi: Cara memperoleh, mengelola dan mendistribusikan harta sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam
• Etika hukum: penghargaan terhadap hukum, kepatuhan menjalankan hukum,
penegakan hukum dalam berbagai situasi sesuai dengan ajaran Islam
• Etika pertahanan dan keamanan: mempertahankan yang haq dengan cara yang benar
dan dengan etika sesuai dengan aturan dan nilai-nilai Islam.
1.4 Makna Ketakwaan dalam Etika Profesi
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’
yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu
: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Pengertian
Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika berkaitan erat dengan perkataan moral
yang berarti juga dengan adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan
perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika
dan moral memiliki pengertian yang hampir sama, namun dalam kegiatan sehari-hari
terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan,
sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Menurut Bertens etika memiliki rincian sebagai berikut: Pertama, etika
merupakan nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan dalam kehidupan
seseorang atau suatu kelompok yang digunakan untuk mengatur tingkah lakunya. Kedua,
Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral. Kumpulan asas atau nilai moral yang
dimiliki oleh suatu masyarakat biasanya diaplikasikan dalam bentuk kode etik. Tujuannya
untuk mempermudah masyarakat tersebut mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, Etika memiliki arti ilmu tentang yang baik dan buruk. Etika baru menjadi ilmu
bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik

5
dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat. (Bertens dalam Darmastuti,
2007)
Kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar,salah, baik, buruk,
dan tanggung jawab. Istilah profesi sendiri berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang
mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam
pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk
memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti
sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan
sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi
merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang
memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari
manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian
tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang
lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan
hidupnya serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok
anggota yang menyandang profesi tersebut.
Prinsip dasar di dalam etika profesi :
1. Tanggung jawab
• Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
• Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada
umumnya.
2. Keadilan
3. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi
haknya.

6
4. Prinsip Kompetensi,melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya, kompetensi
dan ketekunan
5. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi
6. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi
Sedangkan menurut KBBI, profesionalisme adalah mutu, kualitas dan tindak
tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional. Dengan begitu
profesionalisme memiliki 3 hal kriteria pokok yang pasti dimiliki yaitu.
1. Skill/kemampuan : profesional harus memiliki kemampuan yang menunjukkan dirinya
ahli pada bidang yang bersangkutan.
2. Knowledge : profesional harus memiliki pengetahuan dan berwawasan mengenai ilmu
yang berkaitan dengan bidangnya.
3. Attitude : profesional tidak cukup hanya memiliki skill, pengetahuan atau wawasan
yang luas, melainkan juga harus memiliki sikap etika yang baik dan diterapkan dalam
bidang profesionalnya.
Dari pengertian tentang etika diatas dapat disimpulkan bahwa etika adalah akhlaq
atau perilaku yang sangat berkaitan dengan ketakwaan. Berikut pentingnya taqwa
dalam etika profesi antara lain:
1. taqwa menekan sifat keserakahan kepada dunia. Pada dasarnya manusia itu
mempunyai kecenderungan senang menumpuk-numpuk harta dan menghitung-
hitungnya. Namun iman dan takwa mampu mengendalikan kecenderungan itu dengan
mengajarkan tentang batas diperbolehkannya mencintai keduniaan dan mengajarkan
sifat berbagi kepada sesama, tidak secara berlebihan ataupun berkekurangan dalam
menggunakan hartanya adalah jenis rasa kemanusiaan dan tanggungjawab sosial yang
tinggi. Sebab jika berlebihan, seperti yang terjadi pada gaya hidup konsumerisme
akan mengundang masalah sosial. Akan tetapi begitu pula sebaliknya jika orang hanya
menumpuk kekayaan tanpa mau menggunakannya, kelancaran ekonomi masyarakat
akan terganggu. Dalam hal ini iman dan takwa mampu menekan sifat materialisme,
konsumerisme dan kapitalisme.
2. taqwa membentuk sikap “self-help” dalam kehidupan. Taqwa menghilangkan rasa
keluh kesah dan perasaan takut, sebab ia mengajarkan prinsip bahwa dalam dunia ini
kita hanya berpegang teguh pada ajaran Allah dan tidak ada yang perlu ditakuti selain

7
Allah dengan cara melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi segala yang
dilarang-Nya. Banyak penegasan dalam Al Qur’an bahwa orang yang beriman dan
berbuat baik tidak akan merasa takut, dan tidak pula merasa kuatir.Sikap ini akan
berdampak luas dan banyak sekali, antara lain kita akan menjadi manusia penuh rasa
percaya diri (self confidence). Psikologi mengatakan bahwa rasa penuh percaya diri
adalah pangkal kesehatan jiwa. Ia juga membuat penampilan yang simpatik, toleran,
bersahabat dan damai serta tidak mudah tersinggung dan berprasangka.Yang pada
akhirnya kehidupan ini akan dijalani dengan penuh semangat dan harapan untuk
mendapat ridha dari Allah semata.
3. taqwa mampu membentuk nilai-nilai luhur dalam kehidupan. Sebagaimana diketahui
dalam kriteria orang-orang yang beriman dan bertakwa banyak terkandung nilai-nilai
yang luhur di dalamnya, seperti jujur, adil dalam segala situasi, mengucapkan
kebenaran walaupun pahit sekalipun, menafkahkan hartanya di jalan Allah baik dalam
keadaan lapang maupun sempit, memaafkan kesalahan orang lain, menahan amarah
dan sebagainya. Dan masih banyak nilai-nilai luhur yang dibentuk oleh kekuatan iman
dan takwa.
4. taqwa memberikan ketenangan dan ketenteraman jiwa. Pada dasarnya manusia
mempunyai watak egois dan serakah yang akibatnya menimbulkan sikap permusuhan
dan perampasan terhadap hak-hak orang lain. Namun dalam hal ini taqwa mampu
menekan sifat itu. Iman dan takwa mengajarkan bagaimana kehidupan bersosial dan
bersusila yang baik yang pada akhirnya akan membawa kepada ketenangan (sakinah)
dan ketentraman (mutmainnah)dalam kehidupan, sehingga terciptalah kehidupan yang
baik.
Dengan demikian, pentingnya taqwa dalam etika profesi tidak perlu diragukan
lagi. Karena ketaqwaan sangat berpengaruh terhadap perubahan jiwa manusia baik
sebagai makhluk individu mapun maupun sebagai makhluk sosial. Taqwa bukan sekedar
kepercayaan dalam hati, melainkan juga menjadi kekuatan yang mendorong dan
membentuk sikap dan perilaku dalam hidup.

8
BAB II
HIERARKI KEBUTUHAN MANUSIA

2.1 Teori Hierarki Kebutuhan Maslow


Teori Maslow merupakan pembahasan cabang dari bagian teori organisasi dan
teori kepemimpinan. Teori kebutuhan maslow merupakan teori yang dikemukakan oleh
seorang ahli bernama lengkap Abraham H. Maslow. Teori kebutuhan maslow
mengemukakan mengenai berbagai kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi lebih dulu
kemudian dilanjutkan dengan kebutuhan selanjutnya.
Kebutuhan dasar manusia yang akan dijabarkan pada teori kebutuhan maslow
digambarkan dengan skema piramida. Skema piramida pada teori kebutuhan maslow
terdiri dari tingkatan kebutuhan manusia yang harus terpenuhi. Teori hirarki kebutuhan
maslow menjelaskan bahwa terdapat lima kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi.
Lima level kebutuhan yang dapat terlihat perbedaan masing-masing khususnya
dari segi kesejahteraan. Teori kebutuhan maslow merupakan teori yang telah diakui
dalam dunia manajemen maupun psikologi. Pada dunia psikologi digunakan untuk
melihat kebutuhan manusia secara umum. Sedangkan pada dunia manajemen digunakan
untuk melihat kebutuhan dasar karyawan perusahaan. Secara ringkas kebutuhan yang
dikemukakan pada teori hierarki kebutuhan maslow tersusun bertingkat-tingkat.
Tingkaan dimulai dari kebutuhan mendasar dan mendesak kemudian setelah kebutuhan
paling dasar terpenuhi maka dilanjutkan kebutuhan lainnya.

Gambar 2.1 Teori Kebutuhan Maslow

9
A. Konsep teori hierarki kebutuhan Maslow
Awal perkembangan teori kebutuhan maslow adalah saat maslow mengamati
perilaku kera. Hasil pengamatan maslow disimpulkan bahwa ditemukan sebagian
kebutuhan yang diprioritaskan dari kebutuhan lain. Sebagai contoh adalah kebutuhan
akan air bagi setiap makhluk hidup. Tanpa air, makhluk hidup akan cepat mati
dibandingkan apabila kekurangan makanan. Hasil pengamatan maslow tersebutlah yang
disimpulkan sebagai kebutuhan dasar. Selanjutnya maslow menyusunnya menjadi
tingkatan-tingkatan kebutuhan. Abraham Maslow pada karirnya mengembangkan bahwa
kebutuhan dasar harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke tingkat
kebutuhan selanjutnya.
Berdasarkan apa yang dikemukakan Abraham Maslow khususnya pada teori
hierarki kebutuhan maslow. Pemenuhan kebutuhan didorong oleh motivasi. Motivasi
dalam hal ini adalah motivasi kekurangan (deficiency growth) dan perkembangan
(motivation growth). Motivasi kekurangan dalam teori hierarki kebutuhan maslow
merupakan usaha yang dijalankan oleh seseorang dalam rangka mengatasi kekurangan
yang diderita. Disamping itu motivasi perkembangan yaitu dorongan dari dalam diri
seseorang untuk meraih tujuan diri sesuai dengan kemampuannya dalam
perkembangannya. Hal tersebut disesuaikan dengan kondisi masing-masing orang dan
latar belakangnya.
B. penjelasan teori hierarki kebutuhan Maslow
Teori kebutuhan maslow mengemukakan bahwa manusia mempunyai tingkatan
kebutuhan hidup untuk dipenuhi. Seumur hidupnya manusia akan berusaha untuk tetap
mengatasi kebutuhannya dari yang paling mendasar. Tingkatan kebutuhan dalam teori
maslow membedakan seseorang dilihat dari kesejahteraan hidupnya. Teori yang dikenal
di berbagai dunia/ bidang ini menjabarkan tingkatan kebutuhan dengan skema piramida.
Kebutuhan pada teori maslow disusun dari yang paling mendasar atau mendesak.
Kemudian dilanjutkan dengan kebutuhan dasar lainnya dan seterusnya.
Kebutuhan dasar lanjutan yang diutarakan dalam teori maslow tidak dapat
terpenuhi apabila kebutuhan dasar sebelumnya belum terpenuhi. Setiap manusia pasti
merasakan tingkatan kebutuhan tersebut dan harus berusaha keras dalam memenuhinya.

10
Meski demikian hanya sedikit yang mencapai puncak dari tingkatan kebutuhan menurut
Abraham Maslow.
Terdapat 5 tingkatan kebutuhan yang dikemukakan oleh teori kebutuhan maslow
diantaranya kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.
Kelima kebutuhan tersebut disusun pada teori kebutuhan maslow secara bertingkat dari
yang paling mendasar (fisiologis/ fisik) hingga yang tertinggi (aktualisasi diri).
1. Fisiologis/ fisik
Secara umum
Kebutuhan dasar pada teori maslow yaitu kebutuhan fisik/fisiologi. Pada
kehidupan secara umum kebutuhan fisik dapat dicontohkan seperti kebutuhan akan
makanan, minuman, tempat tidur, aktivitas seksual, tempat tinggal, dan oksigen.
Kebutuhan tersebut adalah suatu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi sebelum
kebutuhan lainnya. Sebagai permisalan, seseorang akan mencari makanan/minuman
terlebih dahulu ketika merasa dirinya kelaparan/kehausan dan cenderung menahan diri
untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Akan berbeda cerita apabila seseorang sudah
terpenuhi kebutuhan dasarnya seperti makanan, minuman, dll. Dia akan cenderung
mencari kepuasan lain seperti citarasa makanan dan minuman. Lain halnya dengan yang
belum terpenuhi kebutuhan fisiologisnya. Mereka tidak akan memperdulikan citarasa,
tekstur ataupun sejenisnya.
Contoh Dalam Manajemen Perusahaan
Pada teori hirarki kebutuhan maslow juga membahas dari sisi manajemen dalam
organisasi/perusahaan. Kebutuhan fisik/fisiologis yang harus dipenuhi karyawan di suatu
perusahaan adalah upah minimum/standar gaji minimum. Karyawan mencari pekerjaan
pada sebuah perusahaan pastilah gaji/upah yang akan menjadi alasan utama. Sebelum
kebutuhan dasar ini terpenuhi maka karyawan akan sulit untuk berkembang apalagi
memberikan prestasi dan kontribusi besar pada perusahaan. Oleh karena menurut teori
hierarki kebutuhan maslow maka perusahaan harus mampu memenuhi kebutuhan dasar
dari para karyawannya. Hal ini juga dapat menjadi motivasi awal bagi karyawan untuk
bekerja lebih giat dan memperbaiki citra perusahaan di mata angakatan kerja.
Informasi Tambahan

11
Pandangan manusia akan kebutuhan fisiologi/fisik sangat berbeda dengan
kebutuhan lain seperti yang dikemukakan oleh teori maslow. Pertama, kebutuhan
fisiologi/fisik sangatlah mendasar dan wajib dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini dapat
dikatakan tanpa kompromi baik itu kebutuhan akan makanan minuman atau upah
minimum. Kedua, kebutuhan fisiologis/fisik merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan
berulang. Apabila manusia merasa kelaparan maka dia akan makan, begitu seterusnya
saat rasa lapar muncul kembali. Seperti halnya, setiap bulan atau periode tertetnu
karyawan akan selalu menagih hak gajinya. Hal ini yang membedakan dengan kebutuhan
lainnya di teori maslow.
2. Rasa Aman
Pandangan Secara Umum
Tingkatan kebutuhan kedua pdaa teori maslow adalah kebutuhan akan keamanan.
Kebutuhan rasa aman yang dirasakan seperti kestabilan hidup, kesehatan fisik, adanya
tempat bergantung, ada perlindungan, serta merasakan kebebasan dan aman dari
bermacam-macam ancaman (pembunuhan, bencana alam, wabah penyakit, hutang, dll).
Maka dari itu setelah manusia terpenuhi kebutuhan dasar fisiologinya maka kemudian
mereka memerlukan kebutuhan akan rasa aman.
Menurut teori kebutuhan abraham maslow, perilaku seseorang yang merasa
dirinya terancam akan berbeda. Tindak tanduk mereka lebih sering ketakutan dan gelisah.
Bahkan adayang merasa frustasi hingga ingin bunuh diri. Oleh karenanya manusia yang
merasa tidak aman akan mencari rasa aman dengan tujuan kestabilan hidup yang
dijalaninya.
Contohnya Pada Aplikasi Manajemen Perusahaan
Pada tingkat manajemen perusahaan, teori hirarki kebutuhan maslow yang kedua ini juga
merepresentasikan rasa aman. Rasa aman bagi karyawan seperti lingkungan kerja yang
aman, bersih, dan lebih jauh lagi terdapat jaminan pasca pensiun sehingga merasa aman
secara finansial. Karyawan akan bertahan pada suatu perusahaan lebih lama atau bahkan
hingga masa pensiunnya apabila kebutuhan rasa amannya terpenuhi. Karyawan yang
merasa aman secara lingkungan ditambah dengan adanya perencanaan setelah pensiun
cenderung akan bertahan lama dan loyal pada perusahaan.

12
3. Sosial dan Kasih Sayang
Sudut Pandang Umum
Selanjutnya kebutuhan yang perlu dipenuhi setelah kebutuhan dasar fisiologi dan
rasa aman yaitu kebutuhan akan interaksi sosial dan kasih sayang. Pada teori hirarki
kebutuhan abraham maslow, manusia sebagai makhluk sosial akan cenderung
membutuhkan orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia akan menjalin persahabatan,
menikah, memiliki keturunan dan interaksi dengan keluarga. Lebih jauh manusia juga
merasa ingin disayang dan menyayangi. Saling mencintai antar sesama merupakan
kebutuhan yang juga penting dalam kehidupan.
Manusia yang merasakan kasih sayang maka akan terlihat lebih stabil karena
dirinya merasa diterima oleh lingkungan/orang sekitar. Teori kebutuhan maslow
menjelaskan bahwasanya kebutuhan akan kasih sayang dan cinta dibagi menjadi dua
yaitu kebutuhan menyayangi/mencintai dan menolak untuk dicintai. Sehingga pada
kebutuhan ini kita memerlukan seni dalam penerapannya.
Aplikasi Pada Manajemen Perusahaan
Karyawan pada perusahaan sejatinya juga memerlukan kebutuhan interaksi sosial
dan kasih sayang. Teori kebutuhan maslow pada kasus ini menyatakan bahwa karyawan
memenuhi kebutuhan ini dengan menjalin persahabatan dengan rekan sekerja, satu tim
dan interaksi antara atasan dan bawahan. Adanya hubungan dan komunikasi yang baik di
dalam perusahaan akan membuat perusahaan lebih mudah bersinergi demi mencapai
tujuannya.
4. Kebutuhan akan Penghargaan
Contoh Secara Umum
Selanjutnya dalam teori kebutuhan abraham maslow yaitu kebutuhan akan
penghargaan. Penghargaan dalam teori maslow ini seperti status sosial, prestasi,
penghormatan dari orang lain, nama baik/reputasi, ketenaran, perhatian, dan lain-
lain.Berdasarkan teori hirarki kebutuhan abraham maslow kebutuhan ini dibagi menjadi
dua level yaitu level tinggi dan rendah. Level yang rendah dicontohkan seperti kebutuhan
untuk memperoleh penghormatan dan menghormati orang lain, keinginan memiliki status
yang lebih tinggi, popularitas, pujian. Sedangkan kebutuhan penghargaan pada level yang
lebih tinggi yaitu kebutuhan akan harga diri. Harga diri seseorang biasanya diekspresikan

13
dari keyakinan, penguasaan/dominasi, perasaan, kontribusi, kebebasan dan kemandirian.
Abraham Maslow memiliki pendapat bahwa jika harga diri telah terpenuhi maka manusia
akan berkeinginan untuk meraih tingkatan kebutuhan yang lebih tinggi yaitu aktualisasi
diri.
Pada Manajemen Perusahaan
Kondisi karyawan pada pemenuhan kebutuhan penghargaan ini adalah terkait
dengan jabatan yang lebih tinggi. Posisi tertentu akan membuat karyawan merasa dirinya
dihargai, disegani dan dihormati. Sehingga karyawan yang telah terpenuhi kebutuhan
dasar sebelumnya akan bekerja lebih giat untuk melampui target demi memperoleh
promosi jabatan.
Banyak dari para manajer yang mengikuti teori kebutuhan maslow ini untuk
mempromosikan bawahannya ke posisi yang lebih tinggi. Tentu dengan syarat tertentu.
Hal ini akan menjadikan bawahannya tersebut merasa dihargai atas kerjanya ditambah
dengan promosi yang membuat kebutuhan akan harga dirinya terpenuhi.
5. Aktualisasi Diri
Pada Kondisi Umum
Level atau tingkatan kebutuhan yang paling tinggi sekaligus yang terakhir
menurut teori kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow adalah “aktualisasi diri”.
Kebutuhan akan aktualisasi merupakan dorongan keinginan yang timbul secara terus
menerus. Dorongan ini akhirnya berubah menjadi potensi yang sangat dahsyat. Maslow
mengatakan bahwa kebutuhan ini ada di dalam diri seseorang dengan cara mendorong
diri sendiri untuk bertindak sesuai dengan yang dikehendaki. Tindakan tersebut
didasarkan pada kemampuan yang dimiliki. Hasrat yang ingin dicapai juga disesuaikan
keinginan yang telah ada dalam waktu yang cukup lama.
Penerapan Pada Manajemen Perusahaan
Pekerjaan menantang yang dipilih oleh karyawan atau sumber daya manusia
lainnya di dalam perusahaan merupakan kebutuhan aktualisasi diri. Melalui pemilihan
pekerjaan yang dianggap sebuah tantangan maka kemampuan karyawan akan meningkat.
Kreatifitas dan ketrampilan akan selalu dilatih serta terus berkembang. Perkembangan itu
akan membawanya kepada karir yang lebih gemilang.

14
Dalam hal ini pimpinan puncak atau top manager dapat mendelegasikan
bawahannya untuk melakukan pekerjaan yang menantang. Biasanya karyawan yang
merasa dipercaya akan merasa senang dan adrenalinnya meningkat untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut.
Tentu saja kebutuhan ini dikhususkan bagi seseorang yang telah tercukupi dan
terpuaskan dengan keempat kebutuhan lainnya yaitu kebutuhan fisiologi, rasa aman,
sosial dan kasih sayang, dan penghargaan.’
Tambahan informasi Abraham Maslow mendefinisikan aktualisasi diri menjadi :
1. Acceptance and Realism
Memiliki pandangan yang sesuai fakta terhadap diri sendiri, orang lain dan kondisi
sekitar.
2. Problem-Centering
Peka terhadap permasalahan orang/lingkungan sekitar termasuk membantu dan
menemukan solusinya. Perasaan tersebut berasal dari motivasi diri sendiri dan
tanggung jawab yang kuat.
3. Spontanity
Bertingkah laku secara spontan khususnya secara pemikiran dan tindakan. Memiliki
penyesuaian diri yang tinggi terhadap norma dan aturan sosial. Orang yang mengejar
aktualisasi diri akan cenderung memiliki komunikasi yang baik dan terbuka dan lebih
fleksibel.
4. Autonomy and Solitude
Memiliki kebutuhan akan kebebasan yang tinggi. Di sisi lain kebutuhan terhadap
privasi juga semakin tinggi.
5. Continued Freshness of Appreciation
Memiliki sudut pandang yang positif terhadap setiap kejadian. Dapat mengambil
hikmah dan inspirasi dari setiap pengalaman. Selain itu mampu menghargai setiap
proses yang dijalani.
6. Peak Experiences
Seseorang yang meraih aktualisasi dirinya akan merasakan pengalaman puncak
maslow atau dengan kata lain adalah sukacita. Melalui kejadian inilah mereka akan

15
memperoleh inspirasi dan memiliki keinginan yang semakin kuat yang diperbarui dan
ditransformasikan dalam pemikiran serta tindakan.
C. Kelebihan dan kelemahan teori hierarki kebutuhan Maslow
Teori hierarki kebutuhan Maslow ini mempunyai kelebihan dan kelemahan
sebagai berikut (Hasibuan, Malayu, S. P., 2007: 107):
Kelebihannya:
1. Teori ini memberikan informasi bahwa kebutuhan manusia itu jamak (materiil dan
nonateriil) dan bobotnya bertingkat-tingkat pula.
2. Manajer mengetahui seseorang berperilaku/bekerja adalah untuk dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan (materiil dan non-materiil) yang akan memberikan kepuasan
baginya. Pendekatan Hierarkhi Abraham.
3. Kebutuhan manusia itu berjenjang sesuai dengan kedudukan atau sosial ekonominya.
Seseorang yang berkedudukan rendah (sosial ekonominya lemah) cenderung
dimotivasi oleh materiil, sedang orang yang berkedudukan tinggi cenderung
dimotivasi oleh nonmateriil.
4. Manajer akan lebih mudah memberikan alat motivasi yang paling sesuai untuk
merangsang semangat bekerja bawahannya.
Kelemahannya:
1. Menurut teori ini kebutuhan manusia itu adalah bertingkat-tingkat atau hierarki, tetapi
dalam kenyataannya manusia menginginkannya tercapai sekaligus dan kebutuhan
manusia itu merupakan siklus, seperti lapar-makan-lapar lagi makan lagi dan
seterusnya.
2. Walaupun teori ini sangat populer, tetapi belum pernah dicoba kebenarannya, karena
Maslow mengembangkannya hanya atas dasar pengamatan saja.
Hofstede (dalam Stoner dan Freeman, 1994, dalam buku Edy Sutrisno, 2010),
mampu menentukan sejauh mana teori Maslow dapat diterapkan di negara-negara lain
untuk membantu manajemen memotivasi karyawannya. Ia menemukan terdapat banyak
perbedaan diantara berbagai kebudayaan dan juga perbedaan dalam motivasi karyawan,
gaya manajemen. Hofstede menyimpulkan bahwa teori motivasi seperti hierarki
kebutuhan dari Maslow sama sekali bukan gambaran dari proses motivasi manusia

16
universal. Sebaliknya, bahwa itu merupakan gambaran dari sistem nilai, yakni sistem nilai
masyarakat kelas menengah Amerika Serikat yang mana Maslow masuk di dalamnya.
Negara-negara yang mengembangkan sistem nilai lain bisa jadi menganggap
kebutuhan akan rasa aman melampaui kebutuhan sosial atau penghargaan diri. Contoh,
di Swedia, yang cukup berhasil menerapkan gaya manajemen partisipatif, kebutuhan
sosial bernilai lebih dari kebutuhan akan penghargaan. Di Jerman, Jepang, Swiss, Italia,
dan Austria, kebutuhan akan rasa aman pada umumnya dinilai lebih daripada kebutuhan
akan penghargaan. Di Kanada, India, dan Inggris seperti juga di Amerika Serikat, pada
umumnya prinsip teori Maslow diterapkan relatif baik (Sutrisno, Edy, 2010: 127-128).
Bagaimanapun juga teori kebutuhan Maslow juga telah menerima pengakuan luas
diantara anajer pelaksana karena teori ini logis secara intuitif. Namun, penelitian tidak
memperkuat eori ini dan Maslow tidak memberikan bukti empiris dan beberapa penelitian
yang berusaha engesahakan teori ini tidak menemukan pendukung yang kuat.
(id.m.wikepedia.org/wiki/ Motivasi, diakses tanggal 3 November 2014 pukul 20.19
WIB). Terlepas dari itu semua, teori Maslow telah banyak digunakan secara luas dalam
dunia industri untuk menunjukkan adanya hubungan antara pekerja dengan performansi
kerja (Robert, Thomas B., 1972).
2.2 Kebutuhan dasar menurut Watson
Dr. Watson adalah seorang sarjana keperawatan Amerika yang lahir di West
Virginia dan sekarang tinggal di Boulder, Colorado sejak tahun 1962. Dari University of
Colorado, ia meraih gelar sarjana di keperawatan dan psikologi, gelar master di
keperawatan kesehatan mental-kejiwaan, dan terus mendapatkan gelar Ph.D dalam
psikologi pendidikan dan konseling. Sekarang ini Dr. Jean Watson adalah seorang
Profesor yang membedakan keperawatan dan sebagai ketua Caring Science di University
of Colorado, Sekolah Keperawatan dan merupakan pendiri Center for Human Caring di
Colorado. Dia merupakan anggota dari Amecican Academy of Nursing yang telah
menerima penghargaan nasional dan internasional. Dia telah menerbitkan berbagai karya
yang menjelaskan filsafat dan teori kepedulian manusia, yang dipelajari oleh perawat di
berbagai belahan dunia. Dasar dari teori keperawatan Jean Watson di terbitkan pada tahun
1979 di keperawatan yaitu ”The Philosphy and Science of Caring”. Pada tahun 1988,
teorinya diumumkan dalam "nursing: Human Science and Human Care”. Postmodern

17
Nursing and Beyond (1999). Assessing and Measuring Caring in Nursing and Health
Sciences (2002). Watson berpendapat bahwa fokus utama dalam keperawatan ada di
faktor carative. Dia percaya bahwa bagi perawat untuk mengembangkan filsafat
humanistik dan sistem nilai, seorang liberal dengan latar belakang seni yang kuat
diperlukan. Sistem filsafat dan nilai memberikan fondasi yang kokoh bagi science of
caring.
Watson mengemukakan bahwa caring merupakan inti dari keperawatan. Dalam
hal ini caring merupakan perwujudan dari semua faktor yang digunakan perawat dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada klien. Kemudian caring juga menekankan harga
diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu
menghargai klien dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien. Watson juga
mengemukakan bahwa respon setiap individu terhadap suatu masalah kesehatan unik,
artinya dalam praktik keperawatan, seorang perawat harus mampu memahami setiap
respon yang berbeda dari klien terhadap penderitaan yang dialaminya dan memberikan
pelayanan kesehatan yang tepat dalam setiap respon yang berbeda baik yang sedang
maupun akan terjadi. Selain itu, caring hanya dapat ditunjukkan dalam hubungan
interpersonal yaitu hubungan yang terjadi antara perawat dengan klien, dimana perawat
menunjukkan caring melalui perhatian, intervensi untuk mempertahankan kesehatan
klien dan energi positif yang diberikan pada klien. Watson juga berpendapat bahwa caring
meliputi komitmen untuk memberikan pelayanan keperawatan yang didasarkan pada
ilmu pengetahuan. Dalam praktiknya, perawat di tantang untuk tidak ragu dalam
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam praktik keperawatan.
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan Human
Caring Theory. Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan.
Jean Watson, 1985 (dalam B. Talento, 1995) membagi kebutuhan dasar manusia dalam
dua peringkat utama, yaitu kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower order needs)
dan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher order needs).
Pemenuhan kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah tidak selalu membantu upaya
kompleks manusia untuk mencapai aktualisasi diri. Tiap kebutuhan dipandang dalam
konteksnya terhadap kebutuhan lain dan semuanya dianggap penting. Kebutuhan manusia
yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk

18
hidup yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi, kebutuhan
ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan
aktivitas dan istirahat, kebuthan seksualitas; kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk
integrasi) yang meliputi kebutuhan intrapersonal dan interpersonal (kebutuhan aktualisasi
diri).
Berdasarkan kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia adalah
makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga
dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik
fisik, mental, dan spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran,
badan dan jiwa sehingga untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan
dalam meningkatkan status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati
berbagai penyakit dan penyembuhan kesehatan.
J.W dalam memahami konsep keperawatan, terkenal dengan teori pengetahuan
manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan JW ini didasari pada unsur teori
kemanusiaan. Teori JW ini memahami bahwa manusia memiliki Empat cabang
kebutuhan yang saling berhubungan, diantaraanya:
1. Kebutuhan Dasar Biofisikal (Kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan Makan
dan Cairan, Kebutuhan Eliminasi, dan Kebutuhan Ventilasi
2. Kebutuhan Dasar Psikofisikal (Kebutuhan Fungsional) yang meliputi Kebutuhan
Aktifitas dan Istirahat, serta Kebutuhan Sexualitas.
Skema Kebutuhan Dasar menurut J.Watson

19
3. Kebutuhan dasar Psikososial (Kebutuhan untuk Integrasi) yang meliputi Kebutuhan
untuk Berprestasi dan Berorganisasi
4. Kebutuhan dasar Intrapersonal dan Interpersonal (Kebutuhan untuk Pengembangan)
yaitu Kebutuhan Aktualisasi Diri.

2.3 Kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Henderson


Virginia Henderson adalah ahli teori keperawatan yang penting, yang telah
memberi pengaruh besar pada keperawatan sebagai teori yang mendunia. Ia lahir pada
tahun 1897 di kota Kansas, Missouri, Amerika Serikat. Ia memulai karir keperawatan di
Army School of Nursing psds tahun 1918. Pada tahun 1960-an, ia membuat model
konseptual ketika profesi keperawatan mencari identitasnya sendiri. Masalah intinya
adalah apakah perawat cukup berbeda dengan prrofesi yang lain dalam layanan kesehatan
dalam kinerjanya. Pertanyaan ini merupakan hal penting sampai tahun 1950-an sebab
perawat lebih sering hanya melakukan instruksi dokter. Virgina Henderson merupakan
orang pertama yang mencari fungsi unik dari keperawatan. Pada saat menulis pada tahun
1960-an ia dipengaruhi oleh aspek negatif dan positif dari praktek keperawatan pada masa
itu. Hal tersebut meliputi :
• Autiritaria dan struktur hirarki di rumah sakit.
• Sering terdapat fokus satu pihak yaitu pada penyembuhan gangguan fungsi fisik
semata.
• Fakta bahwa mempertahankan kontak oribadi dengan pasien merupakan hal yang tidak
mungkin dilakukan pada masa itu.
• Adanya keanekaragaman yang ia miliki selama karier keperawatannya di Amerika
Serikat diberbagai bidang layanan kesehatan
Virginia Henderson diminta untuk memplubikasikan model konseptualnya oleh
International Council of Nurse (ICN) pada tahun 1960-an. Oleh karena diarahkan lebih
pada aspek-aspek psikologis dari perawatan pasien. Kontribusi penting oleh Henderson
(1966) adalah definisi perawatan berikut yang menjadi definisi yang sudah diterima
secara umum. Fungsi unik dari perawat adalah untuk membantu individu sehat atau sakit.
Dalam hal memberikan pelayanan kesehatan atau pemulihan atau kematian yang damai,
yang dapat ia lakukan tanpa bantuan jika ia memiliki kekuatan, kemauan, atau

20
pengetahuan. dan melakukannya dengan cara tersebut dapat membantunya mendapatkan
kemandirian secepat mungkin.
Teori Handerson berfokus pada individu yang berdasarkan pandangannya, yaitu
bahwa jasmani (body) dan rohani (mind) tidak dapat dipisahkan. Menurut Handerson,
manusia adalah unik dan tidak ada dua manusia yang sama. Kebutuhan dasar individu
tercermin dalam 14 komponen dari asuhan keperawatan dasar (basic nursing care).
Pemahaman konsep teori keperawatan dari Virginia Handerson didasari kepada
keyakinan dan nilai yang dimilikinya manusia akan mengalami perkembangan mulai dari
prtumbuhan dan perkembangan dalam rentang kehidupan, dalam melaksanakan aktifitas
sehari – hari individu akan mengalami ketergantungan sejak lahir hingga menjadi mandiri
pada dewasa yang dapat dipengaruhi oleh pola asuh, lingkungan dan kesehatan, dan
dalam melaksanakan aktifitas sehari hari individu dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok diantaranya terhambat dalam melakukan aktifitas, belum dapat melaksanakan
aktifitas dan tidak dapat melakukan aktifitas.
Handerson membagi kebutuhan dasar manusia itu menjadi 14 komponen
penanganan perawatan, dimana kebutuhan dasar manusia itu diklasifikasikan menjadi 4
kategori yaitu komponen kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual.
Diantaranya yaitu:
a. Biologis
• Bernapas secara normal.
• Makan dan minum dengan cukup.
• Membuang kotoran tubuh.
• Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan.
• Tidur dan istirahat.
• Memilih pakaian yang sesuai.
• Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian
dan mengubah lingkungan.
• Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integumen.
• Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai.
b. Psikologis

21
• Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi,kebutuhan, rasa
takut, atau pendapat.
• Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada
perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan yang
tersedia.
c. Sosiologis
• Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi.
• Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi.
d. Spiritual
• Beibadah sesuai dengan keyakinan
Menurut Henderson, ke-14 kebutuhan dasar yang harus menjadi fokus tersebut
dipengaruhi oleh :
1. Usia
2. Kondisi emosional (mood & temperamen)
3. Latar belakang sosial dan budaya.
4. Kondisi fisik dan mental, termasuk berat badan, kemampuan dan ketidakmampuan
sensorik, kemampuan dan ketidakmampuan lakomotif, dan status mental
Henderson juga menekankan pada pentingnya merencanakan asuhan
keperawatan. Didalam modelnya ia menggambarkan rencana keperawatan, metode
skematik untuk pengawasan asuhan. Perencanaan yang cermat akan mengklarifikasikan
hal-hal berikut:
1. Urutan aktifitas yang harus dilakukan.
2. Aktifitas perawat yang harus dan tidak boleh dilakukan
3. Perubahan-perubahan yang telah dibuat.
Sebagai ringkasannya, prinsip-prinsip dasar dari model Henderson adalah sebagai
berikut:
1. Fungsi unik dari perawat
2. Upaya pasien kearah kemandirian
3. Asuhan keperawatan dasar berdasarkan kebutuhan dasar manusia
4. Perencanaan yang akan diberikan.

22
2.4 Kebutuhan dasar manusia menurut Sister Calista Roy
Menurut Roy, manusia sebagai individu dapat meningkatkan kesehatannya
dengan mempertahankan perilaku yang adaptif dan mengubah perilaku maladaptif.
Sebagai makhluk biopsikososial, manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk mencapai keseimbangn atau homeostasis, manusia harus beradaptasu dengan
perubahan yang terjadi. Adaptasi tersebut dilakukan dengan stimulasi fokal, stimulasi
konstektual dan stimulasi residual. Dalam proses penyesuaian diri, individu harung
meningkatkan energinya agar mampu mencapai tujuan berupa kelangsungan hidup,
perkembangan, reproduksi serta keunggulan (Nasrul, 2000).
Dengan demikian, individu memiliki tujuan untuk meningkatkan respon adaptif.
Karenanya, Roy secara ringkas berpendapat bahwa individu sebagai makhluk
biopsikososio-spiritual yang merupakan satu kesatuan yang utuh, memiliki mekanisme
untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi melalui interaksi yang
dilakukan terhadap perubahan lingkungan tersebut (Nasrul, 2000).
Menurut Calista manusia merupakan makhluk yang kompleks dengan segala
kebutuhannya. Dalam merumuskan kebutuhan dasar manusia, Calista memandangnya
dari beberapa aspek yakni :
• Bilogis
Dalam aspek biologis ini manusia merupakan susunan dari sistem organ tubuh yang
dimana mereka membutuhkan sesuatu yang bisa mempertahankan hidupnya layaknya
nutrisi, air, oksigen dan lainnya.
• Psikologis
Dalam hal ini manusia memiliki sebuah perasaan dan kepribadian, manusia
membutuhkan segala hal yang bisa membangkitkan mood perasaan dan semangat dari
dalam dirinya, layaknya pujian, perhatian, ajaran dan lainnya.
• Sosial
Dalam segi ini manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan pihak lain untuk
melanjutkan kehidupannya atau juga bisa mencari sebuah pemecahan masalah dalam
hidupnya. Kebutuhan ini berkaitan dengan komunikasi dan interaksi dengan orang
lain.
• Kultural

23
Dalam segi ini kultural adalah aspek yang berhubungan dengan kebudayaan, dimana
manusia itu hidup maka mereka memiliki sebuah kebudayaan yang menjadi ciri khas
atau jati dirinya.
• Spiritual
Manusia hidup di dunia ini membutuuhkan sebuah dorongan dan pedoman untuk
bertahan. Dimana aspek yang bisa memnuhinya adalah aspek spiritual atau
hubungannya dengan Tuhan.
2.5. Kebutuhan dasar manusia menurut King
King (1987, dalam Potter, 2005) mengatakan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar
manusia berfokus pada tiga sistem yakni, sistem personal, personal, interpersonal,
interpersonal, dan sistem sosial. Atau dengan kata lain, manusia berusaha menstimulasi
respon dalam mencapai keseimbangan (Potter, 2005).
Dalam hal ini King mendefinisikan manusia menjadi 3 subjek yaitu manusia
sebagai makhluk individu, makhluk yang berorientasi pada waktu dan makhluk sosial.
Manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai reaktifan yakni mereka bisa bereaksi
terhadap rangsangan yang ada baik dari situasi, orang lain maupun objek tertentu.
Sedangkan untuk makhluk yang berorientasi pada waktu yakni manusia bergantung pada
kejadian masa lampau dan masa mendatang. Dan untuk makhluk sosial diartikan
bahwasannya manusia tidak akan mampu hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain.
Dari hal tersebut King merumuskan kebutuhan dasar manusia menjadi tiga yaitu :
• Kebutuhan akan informasi tentang kesehatan
• Kebutuhan akan cara pencegahan sebuah penyakit
• Kebutuhan akan cara perawatan atau penyembuhan ketika sakit.
2.6. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
1. Penyakit.
Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhankebutuhan,
baik secara fisiologis maupun psikologis, karena beberapa fungsi organ tubuh
memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih besar dari biasanya.
2. Hubungan Keluarga.

24
Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar
karena adanya saling percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak adarasa curiga,
dan lain-lain.
3. Konsep Diri.
Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Konsep diri
yang positif memberikan makna dan keutuhan (wholeness) bagi seseorang. Konsep
diri yang sehat menghasilkan perasaan positif tentang diri. Orang yang merasa positif
tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan
mengembangkan cara hidup yang sehat., sehingga mudah memenuhi kebutuhan
dasarnya.
4. Tahap Perkembangan.
Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia mengalami perkembangan. Setiap tahap
perkembangan tersebut memiliki kebutuhan dasar yang berbeda, baik kebutuhan
psikologis, biologis, sosial, maupun spiritual, mengingat berbagai fungsi organ tubuh
juga mengalami proses kematangan dengan aktivitas yang berbeda.

25
BAB III
HAK dan TANGGUNG JAWAB PROFESIONAL

3.1 Perbedaan Pekerjaan, Profesi dan Professional


Profesi adalah suatu pekerjaan yang dikerjakan sebagai sarana untuk mencari
nafkah hidup sekaligus sebagai sarana untuk mengabdi kepada kepentingan orang lain
(orang banyak) yang harus diiringi pula dengan keahlian, ketrampilan, profesionalisme,
dan tanggung jawab.
Biasanya sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang
dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut
profesi karena profesi menuntut keahlian para pemangkunya. Hal ini mengandung arti
bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh
sembarang orang, akan tetepi memerlukan suatu persiapan melelui pendidikan dan
pelatihan yang dikembangkan khusus untuk itu.
Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh
masyarakat awam adalah: sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun
sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki mekanisme serta
aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan
tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu.
Profesi suatu bentuk pekerjaan menuntut :
• Pendidikan tinggi
• Latihan khusus
• Punya keterampilan
• Punya keahlian
• Tanggung jawab
• Kesetiaan
Sedangkan professional adalah orang yang memiliki profesi atau pekerjaan yang
dilakukan dengan memiliki kemampuan yang tinggi dan berpegang teguh kepada nilai
moral. Profesional juga bisa diartikan dengan seseorang yang dalam kehidupannya
mempraktikkan keahlian khusus dan menjalankannya tidak untuk sekedar hobi atau
bersenang-senang semata. Orang disebut profesional jika memiliki tolak ukur perilaku di

26
atas rata-rata manusia pada umumnya. Umumnya, seorang profesional mempunyai
tantangan serta tuntutan yang cukup berat. Akan tetapi, ia memiliki citra atau pola
perilaku yang baik karena apa yang dilakukan adalah dalam rangka kepentingan
masyarakat itu sendiri.
Dalam bekerja, setiap manusia dituntut untuk bisa memiliki profesionalisme
karena di dalam profesionalisme tersebut terkandung kepiawaian atau keahlian dalam
mengoptimalkan ilmu pengetahuan, skill, waktu, tenaga, sember daya, serta sebuah
strategi pencapaian yang bisa memuaskan semua bagian/elemen. Profesionalisme juga
bisa merupakan perpaduan antara kompetensi dan karakter yang menunjukkan adanya
tanggung jawab moral.
Profesional diharapkan di dalam semua bidang. Karena perumpamaannya adalah
jika di dalam kehidupan ini setiap orang melakukan tugas dengan standar profesional
tinggi, maka itu akan dapat memperbaiki kualitas masyarakat itu sendiri. Sehingga,
profesional dari setiap orang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang karyawan profesional merupakan karyawan yang dibayar dan
menjalankan tugas sesuai dengan arahan yang ada. Profesional sesungguhnya tidak hanya
berhubungan dengan keahlian, namun juga berkorelasi dengan pendapatan.
Orang yang profesional cenderung memiliki keahlian tertentu dan juga semangat
untuk melakukan kegiatan kerja. Di dalam melakukan pekerjaan yang digeluti, orang
yang profesional harus bisa bertindak secara objektif dan bebas dari berbagai sikap buruk,
seperti sentimen, malu, benci, ataupun malas dalam mengambil suatu keputusan.
3.2. Syarat Umum Profesional
Setidaknya terdapat tiga syarat profesional yang harus dimiliki oleh seseorang
profesional. Berikut ini adalah penjelasan mengenai ketiga hal pokok tersebut.
1. Skill
Hal pertama yang dibutuhkan untuk menjadi profesional adalah skill. Seseorang
disebut sebagai profesional apabila ia terbukti sebagai orang yang ahli di bidangnya.
Tidak memandang bidang apapun. Mulai dari bidang yang paling sederhana hingga yang
paling elit. Kemampuan seorang profesional bisa dilihat dari keahliannya yang di atas
rata-rata dari orang lain. Selain itu kemauan bekerja keras dan pantang menyerah dalam

27
memecahkan masalah serta selelu berinovasi merupakan salah satu kelebihan yang
dimiliki oleh seorang profesional.
2. Pengetahuan
Hal pokok selanjutnya yang harus ada pada seorang profesional adalah
pengetahuan atau knowledge. Artinya, seseorang harus benar-benar menguasai atau
setidaknya memiliki wawasan atas ilmu yang berhubungan dengan bidangnya. Biasanya
seorang yang profesional akan selalu menambah ilmu yang mana tidak mudah puas
dengan pengetahuan yang dimilikinya saat ini.
3. Attitude
Sisi lain yang tidak kalah penting untuk seorang profesional adalah attitude.
Artinya, seseorang tersebut tidak sebatas pintar, namun juga mempunyai etika baik untuk
diterapkan di bidang masing-masing. Mampu bekerja baik mandiri maupun bekerja
secara kelompok, yang berarti dapat mengimbangi rekan kerja yang lainnya. Melakukan
sesuatu yang tidak semata hanya dilakukan karena uang, tetapi lebih mengutamakan
manfaat untuk bersama.
3.3. Ciri Ciri Profesional
Seseorang yang profesional memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan
yang lain. Sehingga, seseorang tidak akan disebut profesional apabila tidak masuk ke
dalam kriteria atau ciri-ciri yang akan disebutkan berikut.
1. Mempunyai keterampilan yang sangat tinggi di bidang tertentu. Atau seseorang yang
memiliki kepandaian di dalam mengoperasikan alat tertentu. keahlian dan
keterampilan tersebut dibutuhkan untuk pelaksanaan tugas yang berkaitan dengan
bidang masing-masing.
2. Mempunyai ilmu serta pengalaman yang luas. Di samping itu, juga memiliki
kecerdasan khusus untuk menganalisis permasalahan dan peka terhadap situasi.
Selanjutnya, mereka juga orang yang mampu membaca situasi dengan cepat dan tepat
serta cermat terhadap pengambilan keputusan yang terbaik untuk semua pihak.
3. Seseorang yang profesional akan berorientasi kepada masa depan. Sehingga ia
memiliki keahlian dalam mengantisipasi perkembangan lingkungan yang ada di
depannya. Ini akan memunculkan sikap kedewasaan tersendiri kepada seseorang.

28
4. Memiliki sikap yang cenderung mandiri. Seseorang yang profesional juga yakin
terhadap kemampuan pribadi dan terbuka untuk menghargai pendapat dari orang lain.
Akan tetapi, orang profesional memiliki kecermatan dalam menentukan mana yang
terbaik untuk dirinya dan untuk perkembangan pribadinya.
5. Pemikiran Terbuka yang mana senantiasa mempertimbangkan dan menerima opini dari
orang lain tanpa mengedepankan ego diri sendiri demi kebaikan bersama.
6. Memiliki integritas yaitu mengutamakan prinsip dasar dengan mengedepankan nilai
kebenaran, keadilan dan kejujuran. Hal ini ditujukan karena untuk meningkatkan
kualitas diri sendiri dan juga membangun komunitas yang baik.
7. Komitmen yang tinggi untuk terus menjaga kualitasnya merupakan hal cukup penting
yang dimiliki oleh seorang profesional. Komitmen ini dapat dilihat dengan tidak
mudahnya seseorang mengubah sikap dan kualitas baik yang dimiliki hanya karena
situasi yang terkadang berubah ubah ntah baik ataupun buruk.
8. Mampu Memotivasi baik diri sendiri maupun orang disekitarnya merupakan satu ciri
yang dimiliki seorang profesional. Terkadang ada saatnya situasi sulit yang terjadi
membuat seorang kehilangan harapan dan menjadi putus asa. Seorang profesional
dapat memotivasi orang lain dan diri sendiri dengan menjadikan situasi yang sulit
sebagi tantangan yang akan membangun kualitas diri untuk kedepannya dengan
memecahkan masalah menggunakan pikiran yang tanang.
9. Loyalitas dimiliki oleh seorang profesional dengan mengerjakan sesuatu secara
sungguh-sungguh dan totalitas. Hal yang dikerjakan tidak dianggap sebagai beban
yang merugikan kehidupannya, tetapi menjadikannya sebagai panggilan hidup.
3.4. Contoh Profesional
1. Terdapat berbagai contoh profesional yang ada di masyarakat sekitar. Mulai dari yang
yang paling kecil, profesionalitas harus diakui. Berikut adalah contoh profesional
sebagai bahan untuk diteladani dalam kehidupan sehari-hari.
2. Karyawan yang profesional adalah mereka yang bekerja menerima upah kemudian
menjalankan kewajiban sebagai karyawan dengan baik. Beragam pekerjaan yang
dibebankan kepadanya diselesaikan dengan baik dan tepat waktu tanpa mengeluh. Di
samping itu, juga senantiasa memperbaiki kesalahan agar menjadi lebih baik.

29
3. Seorang guru yang mengajar anak didiknya dengan sangat baik. Tidak hanya bekerja
untuk mendapatkan bayaran, namun sebagai pengabdian kepada bangsa untuk
mencerdaskan anak bangsa. Guru yang tidak pernah lelah berbagi kepada banyak
orang kapanpun dan di manapun berada. Senantiasa meningkatkan kompetensi sebagai
seorang guru.
4. Seorang dokter yang menjalankan tugas dan tanggung jawabnya mengobati pasien
dengan baik. Juga senantiasa mengutamakan kesehatan dan keselamatan pasien
kapanpun di Memiliki sikap hati-hati dalam mendiagnosa penyakit pasien dan proses
pengobatannya. Mengutamakan orang lain dan tidak hanya mementingkan diri sendiri.
5. Pejabat pemerintah yang menjalankan tanggung jawab mengurus Negara dengan bersih
dan baik. Mementingkan kemaslahatan rakyat dari pada kepentingan diri sendiri.
Bertindak adil dan menghargai hak setiap orang. Semua yang dilakukan tidak lain
adalah untuk kepentingan bangsa dan Negara.
6. Seorang hakim yang tegas dan patuh kepada Undang Undang yang berlaku.
Mengutamakan sikap adil dan tidak memihak kepada siapapun. Berupaya menegakkan
hukum di Negara ini dengan maksimal dengan mengutamakan kebenaran dan tidak
menerima berbagai suap.
7. Seorang polisi yang benar-benar maksimal dalam meningkatkan keamanan. Bersiap
siaga setiap saat untuk menjaga keamanan dan mencegah berbagai tindak kejahatan.
Berupaya mengungkap kasus dengan maksimal dan tegas. Tidak lambat dalam
mencari tersangka kejahatan dan sebagainya.
8. Seorang pedagang yang jujur dan melayani pelanggan dengan sepenuh hati. Tidak
melakukan berbagai tindakan penipuan dan memberikan produk yang terbaik kepada
orang lain. Senantiasa meneguhkan diri bahwa apa yang ia lakukan adalah untuk
kebaikan orang lain sehingga menghindarkan diri dari proses berjualan yang tidak
baik.
9. Peternak yang merawat hewan ternaknya dengan baik dan maksimal. Memberi makan
yang terbaik untuk kesehatan ternaknya. Dan tidak pernah menyakiti hewan ataupun
telat memberikan makanan kepada hewan ternaknya. Selain itu, senantiasa
mengutamakan kualitas dan kejujuran saat menjajakan hewan ternak tersebut.

30
Selain beberapa contoh yang disebutkan di atas, masih banyak lagi contoh
profesional jika dihubungkan dengan profesi tiap orang. Pada dasarnya profesional adalah
bertindak dengan sebaik mungkin untuk mewujudkan kebaikan bersama. Jika tindakan
profesional ini diterapkan dalam berbagai sisi kehidupan, maka akan mampu
menciptakan iklim negara yang sejahtera.
Memiliki sikap profesional dalam berbagai hal sangat penting bagi setiap orang.
Sekalipun menerapkan profesionalisme bukanlah hal yang mudah. Namun, akan dapat
terwujud jika dimulai dari hal kecil dan dari diri sendiri. Dengan memulai dari diri sendiri,
diharapkan sikap dan tindak profesional tersebut akan diikuti oleh orang lain.
3.5. Hak Profesional
Hak adalah kewenangan ataupun kekuasaan untuk melakukan/membuat/ menilai
sesuatu sesuai dengan ketentuan/perundangan yang berlaku. Kewajiban adalah sesuatu
yang harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan nilai/perundangan yang berlaku.
Hak engineer yang paling mendasar adalah hak kesadaran moral profesional
(Martin dan Schinzinger, 2000). Hak ini mencakup hak untuk melakukan penilaian ini
dengan cara beretika. Hak kesadaran moral profesional bisa memiliki banyak aspek.
Aspek ini mungkin disebut sebagai “Hak Penolakan Berdasarkan Moral” (Martin dan
Schinzinger, 2000). Hak ini merupakan hak untuk menolak untuk terlibat dalam perilaku
tidak etis.
Contoh: Seorang engineer menolak untuk memalsukan hasil pengujian tentang
sebuah produk. Hak ini seringkali tidak bisa dipahami oleh Perusahaan, sehingga tidak
diakomodasi dan dianggap sebagai pembangkangan.
Engineer juga mempunyai hak berjalan seiring dengan tanggung jawabnya. Ada
hak-hak individual yang tidak memperhatikan status profesional, termasuk hak privasi,
hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan di luar pekerjaan, hak untuk secara rasional
mengajukan keberatan atas kebijakan perusahaan tanpa merasa takut akan hukuman, dan
hak untuk melakukan protes
Hak-Hak sebagai individu, yaitu :
1) Hak privasi

31
Privasi yang dimaksud di sini adalah Privasi dalam hal hak individu atau hak
seseorang dalam mempertahankan informasi yang bersifat pribadi dari pengaksesan oleh
orang lain yang tidak berhak atau yang dirahasiakan.
2) Hak untuk berserikat atau terlibat kegiatan diluar pekerjaan
Para tenaga kerja berhak untuk membentuk dan menjadi anggota serikat tenaga
kerja. Mereka diperbolehkan mengembangkan dan meningkatkan potensi kerja sesuai
dengan minat serta bakatnya. Selain itu, perusahaan haruslah menjamin keselamatan,
kesehatan, moral, kesusilaan, serta perlakuan yang sesuai dengan harkat martabat
berdasarkan norma dan nilai-nilai agama. Aturan ini tertulis di Undang-undang nomor 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Undang-undang nomor 21/200 mengenai
Serikat Pekerja.
Serikat pekerja didefinisikan sebagai organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan
untuk pekerja baik di perusahaan maupun diluar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka,
mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memeperjuangkan, memebela serta
melindungi hak dan kepentingan pekerja itu sendiri, serta meningkatkan kesejahteraan
pekerja dan keluarganya. Setiap pekerja memiliki hak untuk membentuk dan bergabung
dengan serikat pekerja. Serikat pekerja berhak untuk memungut iuran atau mengelola
serta bertanggung jawab atas keuangan organisasinya.
3) Hak mengajukan keberatan terhadap kebijakan perusahaan tanpa merasa takut
diancam
Dalam suatu perusahaan pastinya terdapat suatu aturan-aturan atau kebijakan –
kebijakan yang ditegakan dalam perusahaan tersebut. Seringkali pihak atasan membuat
aturan/kebijakan seenaknya sendiri tanpa memikirkan dampak/resiko dari aturan tersebut
atau tidak sesuai dengan Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Sebagai karyawan kita berhak mengajukan keberatan atas adanya kebijakan tersebut, jika
terdapat dampak atau resiko yang berbahaya atau tidak sesuai Undang-undang No 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
4) Hak untuk Protes
Sering terdapat kondisi di mana terjadi kesalahpahaman mengenai hasil pekerjaan
atau diri karyawan oleh atasan dan rekan kerja. Namun, setiap karyawan berhak untuk
berpendapat dan “membela” diri mereka sendiri. Karyawan juga berhak untuk berbicara

32
kepada pihak berwenang jika merasa dirinya dirugikan oleh perusahaan, seperti
mengalami berbagai diskriminasi seperti penjelasan sebelumnya.
3.6. Pengertian Tanggung Jawab
Tanggungjawab menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya. Sehingga tanggungjawab dapat dipahami sebagai
kewajiban menanggung, memikul jawab, dan menanggung segala sesuatunya.
Bertanggungjawab berarti dapat menjawab bila ditanya tentang perbuatan-perbuatan
yang dilakukan. Orang yang bertaggung jawab dapat diminta penjelasan tentang tingkah
lakunya dan bukan saja ia bisa menjawab melainkan juga harus menjawab.
Dalam pengertian kamus Bahasa Inggris, tanggung jawab itu diterjemahkan
dengan kata: “Responsibility: having the character of a free moral agent; capable of
determining one’s own acts; capable of deterred by consideration of sanction or
consequences”. Definisi ini memberikan pengertian yang dititiberatkan pada:
1. Harus ada kesanggupan untuk menetapkan sikap terhadap sesuatu perbuatan,
2. Harus ada kesanggupan untuk memikul resiko dari sesuatu perbuatan.
Bila pengertian diatas dianalisis lebih luas, akan kita dapati bahwa dalam kata;
“Having the character” itu dituntut sebagai suatu keharusan, akan adanya pertanggungan
moral/ karakter. Karakter di sini merupakan suatu nilai-nilai dari perbuatan. Konsekuensi
selanjutnya berarti bahwa terhadap sesuatu perbuatan hanya terdapat dua alternative
penilaian yaitu: tahu bertanggung jawab atau tidak tahu bertanggung jawab.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya
yang disengaja maupun yang tidak sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajiban.
3.7. Tanggung Jawab Professional
Ada 3 pokok dasar insinyur dalam menjalankan pekerjaan sebagai tanggung jawab
professional yaitu:
• Informasi Pribadi dan Rahasia
• Konflik Kepentingan
• Etika Lingkungan
3.7.1. Tanggung Jawab dalam Informasi Pribadi dan Rahasia

33
• Karakteristik profesi : seorang profesional harus menjaga informasi tentang rahasia/
kepentingan klien. Contoh: rahasia info medis pasien, info klien hukum, desain produk
perusahaan.
• Mengapa harus dirahasiakan? Karena informasi tersebut akan mempengaruhi
kemampuan perusahaan bersaing di pasar Contoh tipe informasi yg harus
dirahasiakan:
- Hasil pengujian produk
- Info produk yang akan diluncurkan ke pasar
- Rancangan/ formulasi produk
• Tingkat kerahasiaan sebuah informasi juga tergantung karakter bisnis/kegiatan satu
perusahaan atau lembaga. Contoh: Industri Pertahanan milik pemerintah lebih ketat
daripada Industri Consumer Good
3.7.2. Tanggung Jawab dalam Konflik Kepentingan
• Terjadi ketika upaya pemenuhan sebuah keinginan membuat seseorang profesional
tidak memenuhi salah satu kewajibannya. Contoh: Insinyur yang bertanggungjawab
dalam pembangunan jaringan Perusahaan memiliki saham pada salah satu perusahaan
supplier.
• Beberapa jenis konflik kepentingan:
• Aktual : Mengkompromikan penilaian engineering yang objektif dengan kepentingan
untuk memihak kepada salah satu perusahaan supplier
• Potensial : Seorang insinyur menjalin persahabatan dengan salah satu pemasok
perusahaan
• Situasional : Seorang insinyur dibayar sesuai prosentase biaya desain, makin mahal
makin besar penghasilan
3.7.3. Tanggung Jawab dalam Etika Lingkungan
Dalam dunia industri insinyur bertanggung jawab terhadap kinerja hasil kerjanya
agar tidak berdampak pada kerusakan lingkungan sekitar, dan jika ada dampak kerusakan
maka harus dicari cara untuk memperbaikinya agar tidak menimbulkan masalah yang
akan berdampak pada perusahaan tersebut.
Di dalam suatu perusahaan juga terdapat istilah Whistleblowing, yaitu tindakan
seorang pekerja yang memutuskan untuk melapor kepada media, kekuasaan internal atau

34
eksternal tentang hal-hal ilegal dan tidak etis yang terjadi di lingkungan kerja, sedangkan
whistleblower adalah seorang pegawai (employee) atau karyawan dalam suatu organisasi
yang melaporkan, menyaksikan, mengetahui adanya kejahatan ataupun adanya praktik
yang menyimpang dan mengancam kepentingan publik di dalam organisasinya dan yang
memutuskan untuk mengungkap penyimpangan tersebut kepada publik atau instansi yang
berwenang.
Ada tiga kriteria atas whistleblowing yang adil. Pertama, organisasi yang dapat
menyebabkan bahaya kepada para pekerjanya atau kepada kepentingan publik yang
luas. Kedua, kesalahan harus dilaporkan pertama kali kepada pihak internal yang memiliki
kekuasaan lebih tinggi. Ketiga, apabila penyimpangan telah dilaporkan kepada pihak
internal yang berwenang namun tidak mendapat hasil, dan bahkan penyimpangan terus
berjalan, maka pelaporan penyimpangan kepada pihak eksternal dapat disebut sebagai
tindakan kewarganegaraan yang baik.
Ada empat cara untuk menyelesaikan masalah tindakan pengungkapan kesalahan
di dalam perusahaan.
• Pertama, harus ada budaya etika yang kuat di dalam perusahaan. Budaya ini harus
meliputi komitmen yang jelas terhadap perilaku etis, yang dimulai pada tingkat
manajemen tertinggi,training etika bagi seluruh karyawan pun dijadikan kewajiban.
Semua manajer harus menetapkan irama untuk prilaku etika para karyawannya.
• Kedua, harus ada garis komunikasi yang jelas di dalam perusahaan. Keterbukaan ini
memberikan jalur yang jelas bagi karyawan yang merasa harus ada sesuatu yang harus
diperbaiki untuk mengungkapkan kekhawatirannya.
• Ketiga, semua karyawan harus mempunyai akses yang berarti terhadap manajer
tingkat atas, kepada siapa mereka harus mengungkapkan kekhawatirannya. Sebaliknya
karyawan yang berani mengungkapkan kekhawatirannya harus dihargai karena
komitmen mereka untuk mendorong perilaku etis perusahaan.
• Keempat, harus ada kemauan dari pihak untuk mengakui kesalahan,
mengumumkannya jika perlu. Perilaku ini akan menjadi contoh bagi perilaku etis
karyawan lainnya.
3.8. Penanganan Jika Ada Yang Melanggar Hak Dan Kewajiban
Adapun penanganan untuk meminimalkan pelangaran hak dan kewajiban yaitu.

35
1. Adanya supermasi hukum dan demokrasi yang harus ditegakkan.
2. Pendekatan hukum dan pendekatan dialogis bisa dikemukakan dengan melibatkan
partisipasi para pekerja lain.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan untuk para pekerja

36
BAB IV
KLASIFIKASI DAN KODE ETIK

4.1. Etika
4.1.1. Pengertian Etika
1) Menurut Etimologi
Kata etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos berarti watak kesusilaan atau
adat-istiadat (kebiasaan) (Zubair, 2013). Menurut Suhrawadi K.Lubis, secara etimologi
etika berasal dari kata ethos yang diartikan sebagai kesusilaan, perasaan batin atau
kecenderungan hati seseorang untuk berbuat kebaikan dalam kehidupan di atas dunia ini.
Etika termasuk ilmu pengetahuan tentang asas-asas tingkah laku yang berarti juga
• Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk, tentang hak dan kewajiban.
• Kumpulan asa atau nilai yang berkaitan dengan tingkah laku manusia.
• Nilai mengenai benar-salah, halal-haram, sah-batal, baik-buruk, dan kebiasaan-
kebiasaan yang dianut suatu golongan masyarakat.
2) Menurut Terminologi
Berikut ini pandangan para ahli mengenai etika :
• Ahmad Amin mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang sebenarnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang
harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk
melaksanakan apa yang seharusnya diperbuat.
• Soegarda Poerbakawatja mengartikan sebagai filsafat nilai, kesusilaan tentang baik
buruk, berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan pengetahuan tentang nilai-
nilai itu sendiri.
• Asmaran AS mengartikan etika Sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
untuk menentukan nilai-nilai perbuatan baik atau buruk, sedangkan ukuran
menetapkan nilainya adalah pakai akal pikiran mnusia.
• Hamzah Ya’cub menyatakan etika sebagai imu yang menyelidiki mana yang baik dan
mana yang buruk dengan memperhatikan ama perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran.

37
• Burhanuddin Salam mengartikan etika sebagai sebuah refleksi kritis dan rasional
menyamai nilai-nilai dan norma mora yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan
pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok.
• M. Amin Abdullah mengartikan etika sebagai ilmu yang mempelajari tentang baik dan
buruk. Jadi, bisa dikatakan etika berfungsi sebagai teori perbuatan baik dan buruk
(ethics atau ‘ilm al akhlak al-qarimah), praktiknya dapat dilakukan dalam disiplin
pilsafat.
• Lewis Mustafa adam mengartikann etika sebagai ilmu tentang filsafat, tidak mengenai
fakta, tetapi tentang nilai-nilai, tidak mengenai sifat tindakan manusia tetapi tentang
idenya.
Beberapa definisi etika di atas dapat diketahui bahwa etika berhubungan dengan
empat hal. Pertama dilihat dari obyek pembahasannya, etika berupaya membahas
perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Kedua dilihat dari segi sumbernya, etika berasal
dari pikiran atau filsafat. Etika bersifat relative dan partikuler, dapat berubah sesuai
dengan tuntunan zaman, dan memiliki kekurangan, dan keterbatasan, kelebihan dan
sebagainya. Ketiga dari segi hubungan dengan ilmu lain, maka etika berkaitan dengan
antropologi, psikologi, sosiologo, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya. Etika
membahas perilaku manusia, sedangkan berbagai ilmu yang disebutkan itu sama-sama
memiliki obyek pembahasan yang sama dengan etika, yaitu perbuatan
manusia. Keempat dari fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap
terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut
akan bernilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya, karena konsep atau
pemikiran mengenai nilai-nilai untuk digunakan dalam menentukan posisi atau status
yang dilakukan manusia. Kelima dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat
berubah-ubah sesuai dengan tuntunan zaman.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika
memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak
secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang pelru kita
pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan

38
kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek
atau sisi kehidupan manusianya.
4.1.2. Klasifikasi Etika
1) Etika Deskriptif
Etika deskriptif merupakan usaha menilai tindakan atau perilaku berdasarkan pada
ketentuan atau norma baik buruk yang tumbuh dalam kehidupan bersama di dalam
masyarakat. Kerangka etika ini pada hakikatnya menempatkan kebiasaan yang sudah ada
di dalam masyarakat sebagai acuan etis. Suatu tindakan seseorang disebut etis atau tidak.
Tergantung pada kesesuaiannya dengan yang dilakukan kebanyakan orang.
Etika deskriptif mempunyai dua bagian yang sangat penting yaitu sejarah
kesusilaan dan fenomenologi kesusilaan. Sejarah kesusilaan adalah apabila orang
menerapkan metode historik dalam etika deskriptif. Hal yang di selidiki adalah pendirian-
pendirian mengenai baik dan buruk, norma-norma kesusilaan yang pernah berlaku, dan
cita-cita kesusilaan yang dianut oleh bangsa-bangsa tertentu apakah terjadi penerimaan
dan bagaimana pengolahannya. Perubahan-perubahan apakah yang di alami kesusilaan
dalam perjalanan waktu, hal-hal apakah yang mempengaruhinya, dan sebagainya.
Sehingga bagaimanapun sejarah etika penting juga bagi sejarah kesusilaan.
Bagian yang kedua ialah fenomenologi kesusilaan. Istilah fenomenologi
dipergunakan dalam arti seperti dalam ilmu pengetahuan agama. Fenomenologi agama
mencari makna keagamaan dari gejala-gejala keagamaan, mencari logos, susunan
batiniah yang mempersatukan gejala-gejala ini dalam keselarasan tersembunyi dan
penataan yang mengandung makna. Fenomenologi kesusilaan memiliki arti yaitu ilmu
pengetahuan yang melukiskan kesusilaan sebagaimana adanya, memperlihatkan ciri-ciri
pengenal, bagaimana hubungan yang terdapat antara ciri yang satu dengan yang lain, atau
singkatnya, mempertanyakan apakah yang merupakan hakekat kesusilaan (De vos, 1987).
Contohnya: Mengenai masyarakat Jawa yang mengajarkan tatakrama
berhubungan dengan orang yang lebih tua dari pada kita.
2) Etika Normatif
Kelompok ini mendasarkan diri pada sifat hakiki kesusilaan bahwa di dalam
perilaku serta tanggapan- tanggapan kesusilaannya, manusia menjadikan norma- norma
kesusilaan sebagai panutannya. Etika menetapkan bahwa manusia memakai norma-

39
norma sebagai panutannya, tetapi tidak memberikan tanggapan mengenai kelayakan
ukuran-ukuran kesusilaan. Sah atau tidaknya norma- norma tetap tidak dipersoalkan yang
di perhatikan hanya berlakunya.
Etika normatif tidak dapat sekedar melukiskan susunan - susunan formal
kesusilaan. Ia menunjukkan prilaku manakah yang baik dan prilaku manakah yang buruk.
Hal ini biasa disebut ajaran kesusilaan, sedangkan etika deskriptif disebut juga ilmu
kesusilaan. Etika normatif memperhatikan kenyataan-kenyataan, yang tidak dapat di
tangkap dan diverifikasi secara empirik.
Etika yang berusaha menelaah dan memberikan penilaian suatu tindakan etis atau
tidak, tergantung dengan kesesuaiannya terhadap norma-norma yang sudah dilakukan
dalam suatu masyarakat. Norma rujukan yang digunakan untuk menilai tindakan
wujudnya bisa berupa tata tertib, dan juga kode etik profesi. Contohnya: Etika yang
bersifat individual seperti kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab.
3) Etika Deontologi
Etika Deontologi adalah suatu tindakan dinilai baik buruk berdasarkan apakah
tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Dengan kata lain, suatu tindakan
dianggap baik karena tindakan itu memang baik pada dirinya sendiri, sehingga
merupakan kewajiban yang harus kita lakukan. Sebaliknya suatu tindakan dinilai buruk
secara moral karena tindakan itu memang buruk secara moral sehingga tidak menjadi
kewajiban untuk kita lakukan. Bersikap adil adalah tindakan yang baik, dan sudah
kewajiban kita untuk bertindak demikian.
Etika deontologi sama sekali tidak mempersoalkan akibat dari tindakan tersebut:
baik atau buruk. Akibat dari suatu tindakan tidak pernah diperhitungkan untuk
menentukan kualitas moral suatu tindakan. Atas dasar itu, etika deontologi sangat
menekankan motivasi, kemauan baik dan watak yang kuat untuk bertindak sesuai dengan
kewajiban (Keraf, 2002).
Etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik.
Jadi, etika Deontologi yaitu tindakan dikatakan baik bukan karena tindakan itu
mendatangkan akibat baik, melainkan berdasarkan tindakan itu baik untuk dirinya sendiri.
4) Etika Teleologi

40
Etika Teleologi menilai baik buruk suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat
dari tindakan tersebut. Suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan baik dan mendatangkan
akibat baik. Jadi, terhadap pertanyaan, bagaimana harus bertindak dalam situasi kongkret
tertentu, jawaban teleologi adalah pilihlah tindakan yang membawa akibat baik.
Etika teleologi lebih bersifat situasional dan subyektif. Kita bisa bertindak berbeda
dalam situasi yang lain tergantung dari penilaian kita tentang akibat dari tindakan
tersebut. demikian pula, suatu tindakan yang jelas-jelas bertentangan dengan norma dan
nilai moral bisa di benarkan oleh kita teleologi hanya karena tindakan itu membawa akibat
yang baik.
Suatu tindakan dikatakan baik jika tujuannya baik dan membawa akibat yang baik
dan berguna. Dari sudut pandang “apa tujuannya”, etika teleologi dibedakan menjadi dua,
yaitu:
• Teleologi Hedonisme (hedone = kenikmatan) yaitu tindakan yang bertujuan untuk
mencari kenikmatan dan kesenangan.
• Teleologi Eudamonisme (eudemonia = kebahagiaan) yaitu tindakan yang bertujuan
mencari kebahagiaan yang hakiki
5) Etika Keutamaan
Etika keutamaan tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan. Etika keutamaan
juga tidak mendasarkan penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum moral universal.
Etika keutamaan lebih mengutamakan pengembangan karakter moral pada diri setiap
orang.
Aristoteles mengatakan nilai moral ditemukan dan muncul dari pengalaman hidup
dalam masyarakat, dari teladan dan contoh hidup yang diperlihatkan oleh tokoh-tokoh
besar dalam suatu masyarakat dalam menghadapi dan menyikapi persoalan-persoalan
hidup ini.
Etika keutamaan sangat menekankan pentingnya sejarah kehebatan moral para
tokoh besar dan dari cerita dongeng ataupun sastra kita belajar tentang nilai dan
keutamaan, serta berusaha menghayati dan mempraktekkannya seperti tokoh dalam
sejarah, dalam cerita, atau dalam kehidupan masyarakat. Tokoh dengan teladannya
menjadi model untuk kita tiru.

41
Etika keutamaan sangat menghargai kebebasan dan rasionalitas manusia, karena
pesan moral hanya di sampaikan melalui cerita dan teladan hidup para tokoh lalu
membiarkan setiap orang untuk menangkap sendiri pesan moral itu. Setiap orang
dibiarkan untuk menggunakan akal budinya untuk menafsirkan pesan moral itu, artinya,
terbuka kemungkinan setiap orang mengambil pesan moral yang khas bagi dirinya, dan
melalui itu kehidupan moral menjadi sangat kaya oleh berbagai penafsiran.
4.1.3. Manfaat Etika
Beberapa manfaat Etika adalah sebagai berikut ,
a. Dapat membantu suatu pendirian dalam beragam pandangan dan moral.
b. Dapat membantu membedakan mana yang tidak boleh dirubah dan mana yang boleh
dirubah.
c. Dapat membantu seseorang mampu menentukan pendapat.
d. Dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai.
4.2. Profesi
4.2.1. Pengertian Profesi
Istilah profesi berasal dari kata profess artinya mengakui, pengakuan. Istilah
tersebut sudah ada dalam kosa kata inggris sejak abad ke 12 sebagai bagian dalam ibadah
agama katolik. Kemudian istilah profesi mulai berkembang sekitar abad ke 18 bersamaan
dengan munculnya revolusi industri. Revolusi industri yang terjadi di Inggris ini
membutuhkan tenaga manusia yang memerlukan keahlian khusus yang disebut profesi.
Menurut Brandies profesi adalah pekerjaan yang memerlukan beberapa
persyaratan khusus:
a. Pekerjaan berorentasi pada jasa untuk orang lain juga untuk diri sendiri.
b. Keberhasilan sebuah pekerjaan tidak selalu di ukur dengan uang melainkan dengan
seberapa jauh terpenuhinya kebutuhan orang lain.
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang memerlukan keterampilan
khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan keterampilan dan keahlian tinggi guna
memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakian dengan cara yang
benar akan keterampilan dan keahlian tinggi hanya dapat di capai dengan dimilikinya
penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia,

42
kecendrungan sejarah, dan lingkungan hidupnya; serta adanya disiplin etika yang di
kembangkan dan di terapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia profesi adalah suatu bidang pekerjaan
yang dilandasi pendidikan keahlian (Keterampilan atau kejuruan) tertentu.
Kecendrungan yang semakin kuat kearah kespesialisan dalam segala bidang
pekerjaan, semakin banyak timbul kelompok yang mengidentifikasikan dirinya sebagai
sebuah profesi. Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-bidang pekerjaan
seperti kedokteran, guru, militer, pengacara, dan sebagainya, tetapi meluas sampai
mencakup pula bidangnya seperti manajer, wartawan, pelukis, dan sekretaris. Maka dapat
disimpulkan bahwa profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok
untuk menghasilkan nafkah hidup dengan mengandalkan suatu keahlian.
4.2.2. Ciri-Ciri Profesi
Menurut Arifin (2006), secara umum profesi memiliki 3 ciri yaitu :
a. Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah profesi.
b. Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan.
Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat.
4.3. Etika Profesi
4.3.1. Pengertian Etika Profesi
Etika profesi menurut keiser dalam (Suhrawardi Lubis, 1994:6-7) adalah sikap
hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat
dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan
tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat. Hak adalah wewenang atau kekuasaan
secara etis untuk mengerjakan, meninggalkan, memilki, mempergunakan, atau menuntut
sesuatu. Supaya hak tersebut dapat terlaksana, harus ada pihak lain yang memenuhi
tuntutan hak tersebut. Keharusan untuk memenuhi hak tersebut disebut dengan kewajiban
(Zubair,1995: 59). Dengan demikian, bagi anggota profesi, wajib mematuhi norma etika
profesi dan bagi yang melanggar norma yang berlaku tersebut, organisasi mepunyai hak
memberikan sanksi sesuai peraturan yang telah disepakati sebelumnya. Sanksi ini dapat
berbentuk hukuman disiplin (ringan, sedang, atau berat), administratif, bahkan dapat
menjadi suatu delik hukum (perdata atau pidana), tergantung pada jenis dan beratnya
pelanggaran yang di lakukan.

43
Etika profesi merupakan bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk
dari etika sosial. Kata hati atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan.
Dan isi dari karsa inilah yang akan direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal
merealisasikan ini ada (4 empat) variabel yang terjadi :
• Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik.
• Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya; kelihatannya baik.
• Tujuannya tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak baik.
• Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik.
4.3.2. Prinsip-prinsip Etika Profesi
Tuntutan professional sangat erat hubungannya dengan suatu kode etik profesi
untuk masing-masing bidang profesi. Tiga prinsip etika profesi pada umumnya :
• Tanggung jawab. Setiap orang yang mempunyai profesi tertentu diharapkan selalu
bersikap bertanggung jawab dalam dua arah, yaitu :
➢ Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
➢ Terhadap dampak dari segi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada
umumnya.
• Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya
• Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum professional memiliki dan diberi
kebebasan dalam menjalankan profesinya
Dalam code of Professional Ethics (APA, 2003:4), suatu etika profesi menuntut
memiliki prinsip-prinsip yang menjadi bagian dari kewajiban moral anggotanya yang
berupa :
• Respect for rights and dignity of the person, yaitu prinsip yang selalu menghormati
hak dan martabat manusia .
• Competence, yaitu kemampuan atau keahlian yang sesuai dengan bidang kerja yang
ditekuni.
• Responsibility, yaitu tanggung jawab dalam setiap pelaksanaan tugas-tugas.
• Integrity, yaitu tidak terpisah-pisah antara hak dan kewajiban, selalu ada
keseimbangan antara tuntutan hak dan pelaksanaan kewajiban di setiap tugasnya.

44
4.4. Kode Etik
4.4.1. Pengertian Kode Etik
Kode etik berasal dari dua kata yaitu “kode” dan “etik”. Kode berarti kumpulan
peratura atau prinsip yang sistematis, dan etik berarti azas akhlak (moral). Kode etik
diartikan dengan norma dan azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai
landasan tingkah laku.
Konvensi nasional IPBI ke-1 mendefinisikan kode etik sebagai pola ketentuan,
aturan, tata cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan aktivitas suatu
profesi. Pola, ketentuan, aturan tersebut seharusnya diikuti dan ditaati setiap orang yang
menyandang dan menjalankan profesi tersebut. Keharusan dalam definisi di atas
memperkuat usaha penafsiran bahwa jika anggota profesi tidak berperilaku seperti apa
yang tertera dalam kode etik maka konsenkuensi ia akan berhadapan dengan sanksi.
Paling tidak, sanksi dari masyarakat berupa lunturnya kepercayaan masyarakat kepada
profesi itu bahkan sampai mengarah kepada hukuman pidana (Gibson, 2013).
Para ahli mendefinisikan kode etik sebagai berikut :
• Abin Syamsudin Makmun, mendefinisikan dengan pola aturan, tata cara, tanda,
pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.
• Sardiman AM, mendefinisikan dengan tata susila (etika) atau hal-hal yang
berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
• Oteng Susiana, mendefinisikan kode etik sebagai seperangkat pedoman.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kode etik merupakan pola
aturan atau tata cara etis sebagai pedoman berperilaku. Etis berarti sesuai dengan nilai-
nilai, dan norma yang dianut oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu. Jika kode
etik dijadikan standar, aktivitas anggota profesi, kode etik tersebut sekaligus sebagai
pedoman. Bahkan sebagai pedoman bagi masarakat untuk mengantisipasi terjadinya bias
interaksi antara masyarakat dengan anggota profesi tersebut.
Kode etik profesi merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang
telah dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas,
mempertegas dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun
sebenarnya norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian
kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta

45
terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan
perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang professional.
4.4.2. Tujuan Kode Etik
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan
mengadakan kode etik adalah sebagai berikut (Habibie, 2012):
• Menjunjung tinggi martabat profesi. Kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan
pihak luar atau masyarakat, agar mereka tidak memandang rendah terhadap profesi
yang bersangkutan. Oleh karena itu setiap kode etik suatu profesi akan melarang
berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggotanya yang dapat mencemarkan
nama baik profesi.
• Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya Kesejahteraan mencakup
lahir (material) maupun batin (spiritual, emosional, dan mental). Kode etik umumnya
memuat larangan-larangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan
kesejahteraan para anggotanya.
• Pedoman berperilaku. Kode etik mengandung peraturan yang membatasi tingkah laku
yang tidak pantas dan tidak jujur bagi para anggota profesi dalam berinteraksi dengan
sesama rekan anggota profesi.
• Meningkatkan pengabdian anggota profesi. Kode etik berkaitan dengan peningkatan
kegiatan pengabdian profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdianya dalam melaksanakan tugasnya.
Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para
anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
• Meningkatkan mutu profesi. Kode etik memuat norma-norma dan anjuran agar para
anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para
anggotanya.
• Meningkatkan mutu organisasi profesi. Kode etik mewajibkan seluruh anggotanya
untuk aktif berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan
yang dirancang organisasi.
E. Mulyasa merumuskan manfaat dan tujuan kode etik secara umum yaitu :
• Menjunjung tinggi martabat profesi.

46
• Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotannya.
• Pedoman berperilaku.
• Meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
• Meningkatkan mutu profesi.
Jadi, tujuan suatu profesi menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi
martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan
pengabdian anggota profesi, dan meningkatkan mutu profesi serta mutu organisasi
profesi.
4.4.3. Fungsi Kode Etik
Kode etik profesi pada dasarnya adalah norma perilaku yang sudah dianggap
benar, untuk memuaskan para pihak yang berhubungan, yaitu pelaku profesi misalnya:
hakim; jaksa; notaris, jurnalis, dokter, sekretaris, dan sebagainya) dengan klien. Norma
ini mengikat, dan pelanggarannya dapat dikenai sanksi. Oleh karena itu, kode etik profesi
dapat mencegah terjadinya konflik dan berguna sebagai bahan refleksi nama baik profesi.
Fungsi Kode etik profesi, sebagai berikut (Nuh, 2011):
• Kode etik profesi sebagai kontrol moral dan pengawasan perilaku yang sanksinya lebih
dikonsentrasikan secara psikologis dan kelembagaan.
• Kode etik profesi menuntut terbentukannya integritas moral dikalangan pengemban
profesi.
• Martabat dan jatidiri organisasi profesi ditentukan oleh kualitas pemberdayaan etik
profesi itu sendiri. Bukan hanya klien yang diartikulasikan hak-haknya, melainkan
kepentingan negara secara umum yang harus dijaga.
4.4.4. Kode Etik Engineer
1) Pengertian Kode Etik Engineer
Kode etik merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu
kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun
bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak tegas dalam kategori norma hukum
yang didasari kesusilaan. Kode etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara,
tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik
merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku dan berbudaya. Tujuan

47
kode etik agar profesionalisme memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai jasa
atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
Engineer adalah sebagai sebuah profesi dimana pengetahuan matematika dan
sains dieterapkan secara berhati-hati dan penuh pertimbangan untuk memanfaatkan
secara ekonomis bahan-bahan dan kemampuan alam demi keuntungan manusia (ABET).
Engineer berkutat dengan pembuatan berbagai struktur, alat, dan sistem untuk
dimanfaatkan manusia.
2) Ciri-Ciri Profesi Engineer
• Memenuhi kebutuhan yang sangat penting dan bermanfaat.
• Menuntut kehati-hatian dan pertimbangan, tidak tergantung pada standarisasi.
• Melibatkan jenis kegiatan yang membutuhkan tingkat intelektualitas yang tinggi dan
membutuhkan pengetahuan dan keahlian yang biasanya tidak dimiliki oleh orang
kebanyakan.
• Memiliki esadaran kelompok untuk mempromosikan pengethuan dan tujuan-tujuan
profesional dan untuk memberikan pelayanan sosial.
• Memiliki status hukum dan memerlukan standar penerimaan yang diformulasikan
dengan baik.
3) Nilai Nilai Kode Etik Engineering :
• Engineering harus mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan umum.
• Engineering hanya boleh memberikan pelayanan dalam bidang kompetensinya.
• Engineering dalam mengeluarkan pernyataan pada publik harus dengan cara yang
obyektif dan benar.
• Bertanggung jawab.
• Memperlakukan klien dengan hubungan yang saling percaya
4) Fungsi Kode Etik Engineer
• Kode etik Engineering memberikan pedoman bagi setiap anggota Engineering tentang
prinsip Engineeringonalitas yang digariskan. Kode etik Engineering merupakan sarana
kontrol sosial bagi masyarakat atas Engineering yang bersangkutan.
• Kode etik Engineering mencegah campur tangan pihak diluar organisasi Engineering
tentang hubungan etika dalam keanggotaan Engineering. Arti tersebut dapat

48
dijelaskan bahwa para pelaksana Engineering pada suatu instansi atau perusahaan
yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan Engineering di lain instansi atau
perusahaan.
4.4.5. Sanksi Pelanggaran Kode Etik
1. Sanksi moral
2. Sanksi dikeluarkan dari organisasi
Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan
kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya adalah
mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga berisikan
ketentuan-ketentuan profesional, seperti kewajiban melapor jika ketahuan teman sejawat
melanggar kode etik.
Ketentuan itu merupakan akibat logis dari self regulation yang terwujud dalam
kode etik; seperti kode itu berasal dari niat profesi mengatur dirinya sendiri, demikian
juga diharapkan kesediaan profesi untuk menjalankan kontrol terhadap pelanggar. Namun
demikian, dalam praktek sehari-hari control ini tidak berjalan dengan mulus karena rasa
solidaritas tertanam kuat dalam anggota-anggota profesi, seorang profesional mudah
merasa segan melaporkan teman sejawat yang melakukan pelanggaran. Tetapi dengan
perilaku semacam itu solidaritas antar kolega ditempatkan di atas kode etik profesi dan
dengan demikian maka kode etik profesi itu tidak tercapai, karena tujuan yang sebenarnya
adalah menempatkan etika profesi di atas pertimbanganpertimbangan lain. Lebih lanjut
masing-masing pelaksana profesi harus memahami betul tujuan kode etik profesi baru
kemudian dapat melaksanakannya.

49
BAB V
KLASIFIKASI STANDAR PROFESI TEKNIK KIMIA

5.1. Profesi dan professional


Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan
dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian. Menurut De
George, timbul kebingungan mengenai pengertian profesi itu sendiri, sehubungan dengan
istilah profesi dan profesional. Kebingungan ini timbul karena banyak orang yang
profesional tidak atau belum tentu termasuk dalam pengertian profesi. Profesi merupakan
pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan
yang mengandalkan suatu keahlian dengan landasan moral yang religious. Sedangkan
Profesional, adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup
dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi.
Yang harus kita pahami bahwa “Pekerjaan/Profesi” dan “Profesional” terdapat
beberapa perbedaan:
a. Dalam sebuah profesi dibutuhkan:
1. Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
2. Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
3. Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
4. Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
b. Profesional membutuhkan:
1. Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.
2. Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.
3. Hidup dari situ.
4. Bangga akan pekerjaannya.
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu
(Isnanto, 2009):
• Memiliki pengetahuan khusus, umumnya keahlian dan keterampilan ini dimiliki dari
pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang lama.

50
• Memiliki kaidah dan standar moral yang sangat tinggi, kegiatan yang dilakukan
didasarkan pada kode etik profesi.
• Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
• Memiliki izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa
keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk
menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
• Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
• Adapun beberapa ciri profesionalisme, yaitu:
• Profesionalisme umumnya memiliki sifat mengejar hasil yang sempurna (perfect
result), sehingga kita dituntut untuk selalu meningkatkan mutu.
• Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat
diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan.
• Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, tidak mudah puas atau putus asa
sampai hasil tercapai.
• Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh “keadaan
terpaksa” atau godaan iman seperti harta dan kenikmatan hidup.
• Profesionalisme memerlukan adanya keteguhan dalam fikiran dan perbuatan, sehingga
terjaga efektivitas kerja yang tinggi.
5.2. Standar Profesi
Dari penjelasan-penjelasan sebelumnya mengenai standar dan profesi di atas,
didapat pengertian standar profesi memberikan batasan yang dimaksud dengan standar
profesi adalah pedoman yang harus digunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan
profesi secara baik. Semua profesional dalam melaksanakan pekerjaannya harus sesuai
dengan apa yang disebut standar (ukuran) profesi.
Menurut Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004, yang dimaksud dengan standar
profesi adalah batasan kemampuan (knowledge, skill and professional attitude) minimal
yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan
profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi.

51
5.3. Klasifikasi Profesi Teknik Kimia
Sarjana Teknik Kimia banyak dibutuhkan di bidang industri, terutama industri
proses, khususnya industri kimia. Indonesia berusaha meningkatkan peran industri di
dalam menopang perekonomian nasional yang sebelumnya didominasi oleh bidang
pertanian. Industri, khususnya industri kimia yang dikembangkan di Indonesia ini
diarahkan antara lain untuk:
a. Penyokong bidang pertanian:
• Industri berbagai macam pupuk: Urea, TSP, ZA
• Industri berbagai macam pestisida •
b. Pengolahan bahan baku menjadi produk jadi atau setengah jadi untuk bahan baku
industri yang lain, baik untuk konsumen dalam negeri maupun ekspor:
• Hasil hutan/Perkebunan: Pulp, Kertas, Karet Ban.
• Hasil minyak bumi (Gas): LNG, LPG, Methanol, PTA, Serat sintetis, Berbagai
macam bahan baku plastik dan polimer, benzene dan lain-lain hasil produk industri
produk industri petrokimia, amonia, carbon black, dll.
• Hasil tambang: Semen, tawas
c. Penyedia bahan baku industri lainnya:
• Industri soda dan khlor serta asam khlorida
• Industri asam sulfat
• Industri alkohol dan asam asetat
• Industri asam sitrat, asam glutamat
• Industri asam nitrat
• Industri aneka gas: Oksigen, Nitrogen, Karbon Dioksida, Argon, Hidrogen.
Melihat perkembangan industri kimia di Indonesia akhir-akhir ini yang sangat
pesat, ruang lingkup profesi Teknik Kimia diklasifikasikan menjadi beberapa profesi,
meliputi::
1) Penelitian Proses
Penelitian proses adalah penelitian awal, skala bangku (bench scale) yang
dilakukan di laboratorium yang bertujuan untuk meneliti kelayakan suatu proses baru dari
segi teknis dan ekonomis, pengumpulan data-data yang diperlukan untuk membuat pabrik

52
skala pilot dan untuk pembuatan simulasi proses dengan komputer. Jadi penelitian proses
adalah satu langkah lebih maju dari penelitian eksplorasi dasar yang biasanya dilakukan
oleh ahli kimia murni. Tahap dari studi ini adalah sebagai berikut :
• Penelitian Proses
• Rekayasa Proses Awal
• Evaluasi Proses Awal
Studi ini dimulai dari penelitian awal laboratorium dan disertai perhitungan-
perhitungan teknik ekonomis, dimana data-data teknik yang diperlukan diperoleh dari
penelitian-penelitian yang terpisah satu dengan yang lainnya, baik diunit proses maupun
di unit-unit operasionalnya, dan dibantu pula dengan data-data sekunder dari literatur.
Karena itu hasil dari penelitian proses perlu dievaluasi dengan cara membuat pabrik skala
pilot untuk mengembangkan proses.
2) Pengembangan Proses
Tahap-tahap dalam pengerjaan pengembangan proses adalah sebagai berikut:
• Pengembangan Proses
• Rekayasa final
• Evaluasi Proses Final
Program pengembangan proses ini akan didapatkan data-data kondisi operasi
yang lengkap serta kebutuhan jenis dan ukuran peralatan-peralatan pembantu dan
peralatan kontrolnya. Perhitungan perancangan perlatan-peralatan proses yang diperlukan
dilanjutkan dengan evaluasi ekonomi.
Untuk mendapatkan data-data teknis-operasional yang akurat, perlu dibuat pabrik
berskala pilot, yang ukurannya sudah terskala dengan teliti. Dengan data-data dari pabrik
berskala pilot ini diadakan reevaluasi perhitungan-perhitungan teknik dan ekonomis yang
merupakan evaluasi proses final. Hasil dari pengembangan proses ini juga belum bisa
memberikan kepastian tentang seberapa besar keuntungan yang akan didapat bila hasil
dari pengembangan proses ini diterapkan ke skala pabrik.
3) Rekayasa Proses
Untuk memastikan berapa ongkos produksi yan diperlukan apabila hasil
pengembangan proses diterapkan pada skala pabrik perlu adanya rekayasa proses, dimana
perhitungan yang diperoleh dari pengembangan proses diulang, neraca massa dan energi

53
serta ukuran alat dihitung lagi untuk kapasitas pabrik yang diinginkan (scale up),
kemudian evaluasi ekonomi dilakukan lagi tetapi dengan menggunakan data yang berlaku
saat ini. Misalnya perlu dihitung biaya di unit evaporasi : perlu diketahui berapa harga
per kilogram upah pemanas pada saat itu, berapa biaya proses pendinginan air dengan
peralatan pendingin air dengan peralatan pendingin yan tersedia di pasar waktu itu, berapa
harga evaporator, pompa dan sistem vacuum, pipa-pipa, isolasi, sistem kontrol, tenaga
kerja, bahan baku, bahan pembantu dan lainnya pada waktu itu. Itu semua adalah contoh
komponen yang harus dihitung untuk kepastian berapa nantinya ongkos produksi di unit
evaporasi yang dibutuhkan.
4) Analisa Ekonomi
Tujuan utama pendirian perusahaan adalah untuk mencari keuntungan, oleh
karena itu faktor ekonomi memegang peranan penting. Seorang insinyur teknik kimia di
industri proses harus berfikir dengan orientasi ekonomi, bagaimana caranya agar
perusahaan mendapat keuntungan sebesar mungkin tanpa meninggalkan kode etik.
Karena itu hasil perhitungan dari insinyur rekayasa proses perlu faktor eksternal di dalam
perhitungan ekonomi.
Beberapa faktor eksternal yang perlu dimasukkan antara lain harga dan kualitas
bahan baku dan bahan pembantu, harga produk sejenis dipasaran beserta perbandingan
kualitasnya, bunga bank, berapa besar depresiasi alat, ongkos transportasi dan lainnya
selengkap mungkin untuk bisa menghitung dan menyajikan berbagai kemungkinan yang
nantinya bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, untuk
memperoleh proses yang bisa menghasilkan keuntungan terbesar bagi perusahaan.
5) Rekayasa Proyek dan Konstruksi
Setelah rancangan pabrik disetujui, perlu dipelajari oleh para insinyur Teknik
Kimia yang bekerja di bidang rekayasa proyek dan konstruksi. Insinyur tersebut harus
meneliti setiap bagian rancangan. Mungkin juga harus mengubah lagi tipe peralatan, jenis
material yan paling cocok dan ekonomis pada proyek. Menentukan bentuk bangunan
yang diperlukan, penempatan peralatan dan bangunan (lay out alat dan bangunan) agar
operasi dan pengontrolan pabrik bisa dengan mudah dilakukan serta eknomis, kemudian
dibuatkan gambar konstruksinya dengan bantuan insinyur sipil dan arsitek serta sekaligus
mengestimasi ongkos bangunannya. Kemudian dia harus membuat jadwal pembelian

54
peralatan dan material proses serta utilitasnya, menjadwalkan pembangunan gudang
peralatan yang ada pada saat konstruksi sangat diperlukan untuk mengamankan peralatan
yang sudah dibeli, menjadwalkan pembangunan gedung untuk pabriknya sendiri.
6) Operasi Pabrik
Pabrik selesai dibuat dan siap dijalankan, tentunya tidak langsung bias beroperasi
dengan lancer. Terkadang tedapat kendala atau hal-hal baru yang tidak terduga sehingga
perlu diadakan perbaikan hingga perubahan agar berjaland dengan lancar.
Seorang insinyur Teknik Kimia yang bekerja sebagai operator pabrik, pada saat
trial run (uji jalannya pabrik baru) mungkin harus bekerja 24 jam untuk memastikan
bahwa tidak timbul masalah-masalah baru, kemudian mengamati dan mempelajari data-
data operasi. Dengan data-data operasi harian, insinyur Teknik Kimia harus bisa
mengevaluasi kinerja alat dan proses dan mengambil keputusan-keputusan seperti
mengubah kondisi operasi: suhu, tekanan, konsentrasi komponen dan sebagainya. Bahkan
jika diperlukan harus membongkar dan memperbaiki/membersihkan peralatan-peralatan
yang dinilai sudah tidak ekonomis lagi kinerjanya. Semua itu dilakukan agar operasi
pabrik berjalan pada kondisi optimal dan ongkos produksi yang minimal. Namun
demikian, sebetulnya masih ada tugas lain yang membutuhkan pemikiran mendalam,
kadang-kadang perhitungan rumit yaitu selalu berusaha agar pabrik yang ditanganinya
berjalan mulus dan efisien, mungkin dengan cara menambah peralatan atau mengubah
kondisikondisi operasi. Dengan selalu berupaya agar lebih baik dan efisien ini justru
pengalamannya akan bertambah, bisa dimanfaatkan untuk menangani perancangan
pabrik baru yang sejenis, yang pasti lebih efisien dibandingkan yang lama yang telah dia
ketahui kelemahan-kelemahannya, sehingga bisa diperbaiki pada pabrik yang baru.
Dengan melihat tugas yang berat tersebut, seorang mahasiswa calon insinyur Teknik
Kimia haruslah menyadari, bahwa masa kuliah adalah masa pembekalan dirinya sendiri
dengan ilmu keteknikan dan pengalaman dalam bidang yang lain, pengalaman ini sering
menjadi bekal utama untuk sukses berkarya setelah lulus. Oleh karena itu pengalaman
yang dapat membentuk pribadi perlu dikembangkan misalnya, kepemimpinan dan
hubungan antar manusia.

55
5.4. Kode Etik Insinyur Teknik Kimia dari AIChE
Anggota dari American Institute of Chemical Engineers (AIChE) harus
menjunjung tinggi integritas, kehormatan dan martabat dari profesi insinyur dengan
berlaku jujur, netral/tidak berat sebelah, dan melayani baik majikannya, pelanggannya
maupun publik, dengan setia; dengan selalu berjuang untuk meningkatkan kompetensi
dan prestis dari profesi insinyur; dan menggunakan pengetahuan dan keahliannya untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia.
Untuk mencapai tujuan ini, anggota harus:
• Mementingkan keamanan, kesehatan dan kesejahteraan dari publik dan melindungi
lingkungan sebagai bentuk dari tanggung jawab profesional.
• Secara formal, menasehati majikan atau pelanggannya (dan mempertimbangkan
penyingkapan yang lebih jauh lagi) jika mereka merasa bahwa konsekuensi dari
tanggung jawab mereka akan mempengaruhi kesehatan atau keamanan masa kini dan
juga mendatang dari kolega mereka atau publik.
• Menerima tanggung jawab dari tindakan mereka, mencari dan memperhatikan tinjauan
kritis kerja mereka dan menawarkan kritik objektif dari kerja sesama profesional.
• Mempublikasi pandangan atau memberikan informasi dengan objektif dan jujur.
• Berperilaku, dalam lingkup professional, untuk tiap majikan atau pelanggan sebagai
agen setia dan menghindari konflik kepentingan serta tidak pernah melanggar kode
kerahasiaan.
• Memperlakukan semua kolega dengan sama rata dan hormat serta menyadari
kontribusi dan kemampuan unik mereka.
• Melakukan pelayanan professional hanya pada daerah kompetensi mereka.
• Membangun reputasi professional sebagai hasil dari pelayanan mereka.
• Melanjutkan perkembangan profesional sepanjang karir mereka dan menyediakan
peluang untuk perkembangan professional dari mereka yang di bawah
pengawasannya.
• Tidak pernah mentolerasi penganiayaan.
• Memperlakukan diri mereka sendiri secara adil, bermartabat dan dengan hormat.

56
57
BAB VI
ETIKA KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN
LINGKUNGAN

6.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan


Istilah kesehatan, keselamatan, dan keamanan saling terkait erat. Keselamatan
kerja diartikan sebagai suatu upaya agar pekerja selamat ditempat kerjanya sehingga
terhindar dari kecelakaan termasuk juga untuk menyelamatkan peralatan serta
produksinya.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan
“kesehatan kerja (occupational health)” atau sering disebut dengan istilah “kesehatan
industri (industrial hygiene)” yaitu suatu upaya untuk menjaga kesehatan pekerja dan
mencegah pencemaran di sekitar tempat kerjanya. Istilah-istilah yang sering ditemui
dalam K3 yaitu:
1. Hazard ( sumber bahaya )
Hazard adalah suatu keadaan yang dapat menimbulkan kecelakaan, penyakit,
kerusakan atau menghambat kemampuan kerja. Contoh : listrik tegangan tinggi,
konsleting, reaksi kimia.
2. Danger ( bahaya )
Danger adalah suatu kondisi yang dapat mengakibatkan peluang bahaya yang sudah
mulai tampak, sehingga memunculkan suatu tindakan.
3. Risk
Risk adalah prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu.
4. Incident
Incident adalah munculnya yang bahaya yang dapat mengadakan kontak dengan
sumber energi yang melebihi ambang batas normal.
5. Accident
Accident adalah kejadian bahaya yang disertai dengan adanya korban atau kerugian
baik manusia atau peralatannya.

58
Contoh : kebakaran, gempa bumi.
Secara umum, tujuan Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3), adalah:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan dan kesehatan orang lain yang berada ditempat dan sekitar
pekerjaan itu.
3. Menjamin terpeliharanya sumber produksi dan pendayagunaannya secara
aman,efisien dan efektif,
4. Khusus dari segi kesehatan, mencegah dan menghilangkan resiko penyakit akibat
kerja.
Keselamatan, kesehalan kerja lingkungan diatur dalam perundang-undangan,
diantaranya:
1. UU No. 1 Tahun 1970, tentang ruang lingkup K3 yang ditentukan oleh 3 unsur :
Adanya tempat kerja, adanya pekerja, adanya bahaya kerja.
2. UU No. 21 Tahun 2003, tentang pengesahan ILO No. 81 ( Konversi ILO No.81
mengenai pengawasan ketenagakerjaan dalam industri dan perdagangan )
3. UU Pasal 86 dan 87 No. 13 Tahun 2003, tentang ketenagakerjaan.
4. Pelaksanaan pembangunan Nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan
yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan.
Program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dilaksanakan karena tiga faktor
penting sebagai berikut:
1. Berdasarkan perikemanusiaan.
Keselamatan kesehatan kerja melindungi pekerja dan masyarakat dari resiko kerja.
Adanya kecelakaan dapat menyebabkan penderitaan bagi korban dan keluarganya
sehingga hal ini perlu dicegah.
2. Berdasarkan Undang-Undang.
Adanya Undang-undang yang mengatur perusahaaan untuk mengadakan keselamatan,
kesehatan kerja bagi pakerjanya, sehingga ada kewajiban pada perusahaan untuk
melaksanakannya. Pelanggaran terhadap k3 ini akan dijatuhi hukuman denda.
3. Berdasarkan Ekonomi.

59
Alasan ekonomi untuk sadar keselamatan kerja karena biaya kecelakaan dampaknya
sangat besar bagi perusahaan. Sehingga dengan adanya keselamatan kesehatan kerja
dapat mengurangi resiko dan meningkatkan produktivitas.
Berikut ini terdapat 2 faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja:
1. Faktor manusia
a. Tingkat pengetahuan
Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja salah satunya ialah pengetahuan.
Tingkat pengetahuan yang kurang, sering menjadi alasan terjadinya kecelakaan
kerja. Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka lebih cenderung untuk
menghindari bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
b. Perilaku
Perilaku merupakan salah satu diantara faktor individual yang mempengaruhi tingkat
kecelakaan kerja. Sikap yang aman menjadi sangat penting dalam melakukan suatu
prkerjaan. Banyak terjadi kecelakaan disebabkan oleh keverobohan dari pekerjanya.
c. Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku
dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan metode yang lebih mengutamakan
praktek daripada teori, dalam hal ini yang dimaksud adalah pelatihan keselamatan
dan kesehatan kerja. Timbulnya kecelakaan bekerja biasanya sebagai akibat atas
kelalaian tenaga kerja atau perusahaan. Dengan adanya pelatihan keselamatan dan
kesehatan kerja maka dapat mengetahui dan menekan kemungkinan resiko
kecelakaan yang terjadi.
2. Faktor peralatan
Salah satu faktor terjadinya kecelakaan kerja yaitu kondisi mesin dan ketersediaan
alat pengaman mesin. Mesin dan alat mekanik harus dipastikan dalam kondisi yang aman
dan tidak beresiko. Mesin juga dapat diamankan dengan pemasangan pagar dan
perlengkapan pengamanan mesin atau disebut pengaman mesin.
Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai keselamatan kerja,
diantaranya:
a. Memberikan Intruksi Kerja yang Jelas

60
Pembekalan tentang instruksi keselamatan dalam bekerja sangat penting bagi
karyawan. Pelatihan untuk memperjelas dan meningkatan pemahaman karyawan.
Kemudian juga memberikan instruksi dalam bentuk tertulis.
b. Menjaga Peralatan dan Mesin dalam Keadaan Baik
Melakukan pengecakan mesin secara berkala akan mengurangi potensi kerusakan
mesin yang menyebabkan kecelakaan oleh karyawan.
c. Melakukan review
Setiap tahun, atau tiap ada perubahan di tempat kerja harus dilakukan
peninjauan kembali pedoman kerja keselamatan di tempat kerja. review tahunan
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan tempat kerja, dan penelaahan menyeluruh
terhadap sistem program keselamatan.

6.2. Hubungan antara Etika Profesi dengan Keselamatan Kerja dan Kesehatan
Lingkungan
Dalam suatu perusahaan pasti memiliki etika profesi dalam menjaga keselamatan
kerja dan kesehatan lingkungan atau suatu sistem norma, nilai, atau aturan yang
menegaskan tentang baik atau tidaknya suatu perbuatan. Memberikan suatu batasan
antara yang benar dan salah sehingga seorang karyawan bisa membatasi diri dalam
berperilaku agar tidak berperilaku ke arah yang tidak benar sehingga bisa merugikan
lingkungan sekitar dan hal tersebut juga bisa mempengaruhi produktivitas sebuah
perusahaan. Ketika mereka melaksanakan pekerjaan harus dilakukan dengan cara dan
dalam lingkungan K3 yang memenuhi syarat serta menganggarkan alokasi dana untuk
pelaksanaan program K3. Pekerjaan yang menuntut produktivitas kerja tinggi hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan kondisi kesehatan yang prima dan kebiasaan
menerapkan K3L yang baik.
Kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau kondisi yang tidak aman.
Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan.
Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan, ventilasi yang
memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan pekerja,
pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang tak
mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang baik.

61
Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti latihan
sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan pelindung
mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan penuh, menambah daya dan
lain-lain. Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai
ataupun kondisi kerja yang kurang aman. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini
mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan
peralatan keselamatan.
6.3. Teori Penyebab Kecelakaan
1. Teori Domino
Teori ini diperkenalkan oleh H.W. Heinrich pada tahun 1931. Menurut Heinrich,
88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan/tindakan tidak aman dari manusia (unsafe
act), sedangkan sisanya disebabkan oleh hal -hal yang tidak berkaitan dengan kesalahan
manusia, yaitu 10 % disebabkan kondisi yang tidak aman (unsafe condition) dan 2%
disebabkan takdir Tuhan.
Heinrich menekankan bahwa kecelakaan lebih banyak disebabkan oleh kekeliruan
atau kesalahan yang dilakukan oleh manusia. Menurutnya, tindakan dan kondisi yang
tidak aman akan terjadi bila manusia berbuat suatu kekeliruan. Hal ini lebih jauh
disebabkan karena faktor karakteristik manusia itu sendiri yang dipengaruhi oleh
keturunan (ancestry) dan lingkungannya (environment).

Gambar 6.1 Teori Domino


Apabila terdapat suatu kesalahan manusia, maka akan tercipta tindakan dan
kondisi tidak aman serta kecelakaan serta kerugian akan timbul. Heinrich

62
menyatakan bahwa rantai batu tersebut diputus pada batu ketiga sehingga
kecelakaan dapat dihindari. Konsep dasar pada model ini adalah :
• Kecelakaan adalah sebagai suatu hasil dari serangkaian kejadian yang
berurutan.
• Penyebabnya adalah faktor manusia dan faktor fisik.
• Kecelakaan tergantung kepada lingkungan fisik dan sosial kerja.
• Kecelakaan terjadi karena kesalahan manusia.

2. Teori Bird & Loftus


Kunci kejadian masih tetap sama seperti yang dikatakan oleh Heinrich, yaitu
adanya tindakan dan kondisi tidak aman. Bird dan Loftus tidak lagi melihat
kesalahan terjadi pada manusia/pekerja semata, melainkan lebih menyoroti pada
bagaimana manajemen lebih mengambil peran dalam melakukan pengendalian agar
tidak terjadi kecelakaan.

Gambar 6.2 Teori Bird & Loftus

3. Teori Swiss Cheese


Kecelakaan terjadi ketika terjadi kegagalan interaksi pada setiap komponen
yang terlibat dalam suatu sistem produksi. Kegagalan suatu proses dapat dilukiskan
sebagai “lubang” dalam setiap lapisan sistem yang berbeda. Dengan demikian
menjelaskan apa dari tahapan suatu proses produksi tersebut yang gagal. Sebab-
sebab suatu kecelakan dapat dibagi menjadi Direct Cause dan 10 Latent Cause.
Direct Cause sangat dekat hubungannya dengan kejadian kecelakaan yang
menimbulkan kerugian atau cidera pada saat kecelakaan tersebut terjadi.
Kebanyakan proses investigasi lebih konsentrasi kepada penyebab langsung

63
terjadinya suatu kecelakaan dan bagaimana mencegah penyebab langsung tersebut.
Tetapi ada hal lain yang lebih penting yang perlu di identifikasi yakni “Latent
Cause”. Latent cause adalah suatu kondisi yang sudah terlihat jelas sebelumnya
dimana suatu kondisi menunggu terjadinya suatu kecelakaan.

Gambar 6.3 Teori Swiss Cheese


4. Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja (Three Main Factor Theory)
Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factor Theory) Dari beberapa teori
tentang faktor penyebab kecelakaan yang ada, salah satunya yang sering digunakan
adalah teori tiga faktor utama (Three Main Factor Theory). Menurut teori ini
disebutkan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
Ketiga faktor tersebut dapat diuraikan menjadi :
a. Faktor Manusia
• Umur
Umur harus mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi fisik,
mental, kemampuan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Umur pekerja juga
diatur oleh Undang-Undang Perburuhan yaitu Undang-Undang tanggal 6
Januari 1951 No.1 Pasal 1. Karyawan muda umumnya mempunyai fisik yang
lebih kuat, dinamis, dan kreatif, tetapi cepat bosan, kurang bertanggung jawab,
cenderung absensi, dan turnover-nya rendah. Umum mengetahui bahwa
beberapa kapasitas fisik, seperti penglihatan, pendengaran dan kecepatan
reaksi, menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih.
• Jenis Kelamin

64
Jenis pekerjaan antara pria dan wanita sangatlah berbeda. Pembagian kerja
secara sosial antara pria dan wanita menyebabkan perbedaan terjadinya
paparan yang diterima orang, sehingga penyakit yang dialami berbeda pula.
• Masa Kerja
Masa kerja adalah sesuatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja
disuatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun
negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya
masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya.
Sebaliknya, akan memberi pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya
masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja.
• Tigkat Pendidikan
Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap,
dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup,
proses sosial yakni orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang
terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat
memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan
kemampuan individu yang optimal.
• Perilaku
Variabel perilaku adalah salah satu di antara faktor individual yang
mempengaruhi tingkat kecelakaan. Sikap terhadap kondisi kerja, kecelakaan
dan praktik kerja yang aman bisa menjadi hal yang penting karena ternyata
lebih banyak persoalan yang disebabkan oleh pekerja yang ceroboh
dibandingkan dengan mesin-mesin atau karena ketidakpedulian karyawan.
Pada satu waktu, pekerja yang tidak puas dengan pekerjaannya dianggap
memiliki tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi
• Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang
berlaku dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan metode yang lebih
mengutamakan praktek daripada teori, dalam hal ini yang dimaksud adalah

65
pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja. Timbulnya kecelakaan bekerja
biasanya sebagai akibat atas kelalaian tenaga kerja atau perusahaan.
• Peraturan K3
Peraturan perundangan adalah ketentuan-ketentuan yang mewajibkan
mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan
dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri,
tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan perawatan
medis. Ada tidaknya peraturan K3 sangat berpengaruh dengan kejadian
kecelakaan kerja. Untuk itu, sebaiknya peraturan dibuat dan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya untuk mencegah dan mengurangi terjadinya
kecelakaan.
b. Faktor Lingkungan
• Kebisingan
Bising adalah suara/bunyi yang tidak diinginkan . Kebisingan pada tenaga
kerja dapat mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu
komunikasi/percakapan antar pekerja, mengurangi konsentrasi, menurunkan
daya dengar dan tuli akibat kebisingan. Sesuai dengan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Nomor: KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika di Tempat Kerja, Intensitas kebisingan yang dianjurkan adalah 85 dBA
untuk 8 jam kerja
• Suhu Udara
Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia
akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24°C- 27°C.
Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku dan kurangnya
koordinasi otot.
• Penerangan
Faktor penerangan yang berperan pada kecelakaan antara lain kilauan
cahaya langsung pantulan benda mengkilap dan bayang-bayang gelap. Selain
itu pencahayaan yang kurang memadai atau menyilaukan akan melelahkan
mata. Kelelahan mata akan menimbulkan rasa kantuk dan hal ini berbahaya

66
bila karyawan mengoperasikan mesin-mesin berbahaya sehingga dapat
menyebabkan kecelakaan.
• Lantai Licin
Lantai dalam tempat kerja harus terbuat dari bahan yang keras, tahan air
dan bahan kimia yang merusak. Karena lantai licin akibat tumpahan air,
tahan minyak atau oli berpotensi besar terhadap terjadinya kecelakaan,
seperti terpeleset.
c. Faktor Peralatan
• Kondisi Mesin
Dengan mesin dan alat mekanik, produksi dan produktivitas dapat
ditingkatkan. Selain itu, beban kerja faktor manusia dikurangi dan
pekerjaan dapat lebih berarti. Apabila keadaan mesin rusak, dan tidak
segera diantisipasi dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja
• Letak Mesin
Terdapat hubungan yang timbal balik antara manusia dan mesin. Fungsi
manusia dalam hubungan manusia mesin dalam rangkaian produksi adalah
sebagai pengendali jalannya mesin tersebut. Mesin dan alat diatur
sehingga cukup aman dan efisien untuk melakukan pekerjaan dan mudah.
Kemungkinan resiko yang dapat muncul sebisa mungkin untuk dikendalikan.
Untuk mengendalikan resiko semampu mungkin seluruh resiko harus dicegah atau
dihilangkan. Jika tidak bisa dihilangkan maka resiko harus diturunkan serendah mungkin
dan dikelola sesuai hirarki yang benar, sehingga resiko yang masih ada pada tingkat yang
masih bisa diterima. Contoh-Contoh Pengendalian Risiko:
1. Menghilangkan (Elimination)
• Menghilangkan sumber bahaya kaki tersangkut/terbentur (trip hazard) di atas
lantai
• Membuang/ memusnahkan bahan kimia yang tidak diperlukan lagi
• Memperbaiki peralatan yang rusak
2. Penggantian (Subtitution)
• Mengganti pemakaian bahan-bahan kimia dengan bahan yang rendah tingkat
bahayanya

67
• Mengganti pasir silika (sand blasting) dengan copper slag (grit blasting) pada
pekerjaan abbrfasive blasting
• Mengganti proses kering dengan proses basah
• Mengganti cara kerja manual handling dengan mechanical handling
3. Rekayasa (Engineering)
• Program desain ulang untuk mengurangi tingkat kebisingan
• Memasang/ mengatur ventilasi udara di daerah lingkungan pengecatatan
• Memasang pagar pengaman mesin pada bagian-bagian mesin yang bergerak
• Menggunakan anti-glare screen pada layar monitor computer
• Memasang flashback arrestor pada saluran oksigen dan asetilin pada pekerjaan
oxy-cutting
4. Administrasi (Administrative)
• Pemeliharaan secara reguler
• Mendesain ulang cara kerja
• Penyediaan SOP
• Membatasi paparan pekerja terhadap bahaya
• Pelatihan
5. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD/PPE)
Adapun tujuan dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain:
• Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administrative tidak dapat dilakukan dengan baik.
• Meningkatkan efektifitas dan produktivitas kerja.
• Menciptakan lingkungan kerja yang aman.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang
di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Hal ini tertulis di Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri. Adapun
bentuk dari alat tersebut adalah :
- Safety Helmet : Melindungi kepala dari resiko benda yang terjatuh

68
- Ear Plug : Melindungi telinga dari kebisingan
- Masker Protection : Melindungi pernafasan dari bahayan seperti debu atau bau
bahan kimia
- Sarung tangan : Melindungi tangan dari bahaya
- Safety glasses : Melindungi mata dari bahaya
- Safety shoes : Melindungi kaki dari bahay benda terjatuh atau bahan
berbahaya.

Safety Helmet Ear Plug Masker Protection

Sarung tangan Safety glasses Safety shoes


Gambar 6.4 Alat Pelindung Diri (APD)

69
BAB VII
PENYELESAIAN MASALAH

7.1. Pengertian Penyelesaian Masalah (Problem Solving)


Secara bahasa penyelesaian masalah atau problem solving berasal dari dua kata
yaitu problem dan solves. Makna bahasa dari problem yaitu “a thing that is difficult to
deal with or understand” (suatu hal yang sulit untuk melakukannya atau memahaminya),
dapat jika diartikan “a question to be answered or solved” (pertanyaan yang butuh
jawaban atau jalan keluar), sedangkan solve dapat diartikan “to find an answer to
problem” (mencari jawaban suatu masalah). Sedangkan secara terminologi problem
solving seperti yang diartikan Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain adalah suatu cara
berpikir secara ilmiah untuk mencari pemecahan suatu masalah. Sedangkan menurut
istilah Mulyasa problem solving adalah suatu pendekatan pengajaran menghadapkan pada
peserta didik permasalahan sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara
berpikir kritis dan keterampilan permasalahan, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep esensial dari materi pembelajaran.
Problem solving adalah kemampuan dalam pemecahan masalah yang diantaranya
adalah usaha menemukan urutan yang benar dari alternatif jawaban, sehingga
menggerakkan kita agar lebih dekat dengan tujuan kita juga proses yang dapat membantu
seseorang untuk menemukan apa yang mereka inginkan dan bagaimana mencapainya
dengan cara yang paling efektif dengan cara merumuskan masalah, menyusun rencana
tindakan, dan melaksanakan tindakan yang mengarah pada penyelesaian masalah.
Pemecahan masalah juga didefinisikan sebagai suatu proses terencana yang perlu
dilaksanakan agar memperoleh penyelesaian tertentu dari sebuah masalah yang mungkin
tidak didapat dengan segera. Pendapat lainnya menyatakan bahwa pemecahan masalah
sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan. Menurut Goldstein dan Levin,
pemecahan masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang
memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan rutin atau dasar. Pemecahan
masalah juga merupakan aktivitas berpikir yang diarahkan untuk menemukan jawaban
atas permasalahan yang meliputi pembentukan respon dan seleksi atas berbagai
kemungkinan respon. Problem solving menekankan pada kegiatan belajar seseorang yang

70
yang optimal bersifat, dalam, upaya pemecahan menemukan jawaban atau terhadap suatu
permasalahan semacam ini memungkinkan belajar seseorang mencapai pemahaman
terhadap apa yang tinggi yang dipelajari. Disamping itu, proses belajar menekankan
prinsip-prinsip pada berpikir ilmiah, yang bersifat kritis proses analitis. Dengan demikian,
diharapkan menguasai seseorang pun prosedur melakukan penemuan ilmiah, proses
mampu melakukan proses berpikir analitis.
Teori Problem solving yang berdasarkan pada teori konstruktivistik menekankan
pada pemahaman juga menghilangkan kesalahpahaman, serta memecahkan persoalan
dalam konteks pemaknaan yang dimiliki. Proses strategis yang dilakukan dimulai dari
cara proses pemikiran deduktif dan pemikiran induktif digabungkan. Dengan demikian
orang mengetahui prinsip-prinsip yang mendasar dari suatu fakta atau data lapangan yang
dijumpai diolah melalui proses proses induktif. Problem solving (pemecahan masalah)
tidak dirancang untuk membantu memberikan informasi sebanyak-banyaknya.
Problem solving memiliki bertujuan:
a. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir seseorang proses keterampilan
pemecahan masalah,
b. Belajar peranan orang dewasa yang autentik,
c. Menjadi pembelajar yang mandiri. Menurut Killen penggunaan problem solving
diarahkan ke dalam tiga kategori, yakni mengajarkan untuk memecahkan masalah,
mengajarkan dengan menggunakan pemecahan masalah, serta sistem pembelajaran
berbasiskan masalah.
Cara pertama penekanannya pada itu sendiri pemecahan masalah, sedangkan
kategori kedua penekanannya ada suatu pembelajaran pada subjek didik melalui
pemecahan masalah. Kategori ketiga proses pembelajaran ini adalah justru dimulai proses
pada berbasiskan ketrampilan memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada,
masalah-masalah dengan utama yang bersifat berkelanjutan. Kategori yang penulis
penelitian ini pakai dalam, kategori ketiga adalah, dimana pemecahan masalah itu hanya
digunakan sebagai alat analisis salah satu dalam, memahami materi pembelajaran.

71
7.2. Tahapan-Tahapan Penyelesaian Masalah
Adapun langkah-langkah lain yaitu menurut konsep Dewey yang merupakan
berpikir itu menjadi dasar untuk menyelesaikan masalah adalah sebagai berikut:
1. Adanya kesulitan yang dirasakan atau kesadaran akan adanya masalah.
2. Masalah itu diperjelas dan dibatasi.
3. Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan atau
diklasifikasikan.
4. Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesa-hipotesa kemudian
hipotesa-hipotesa dinilai, diuji agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak.
5. Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sebagai
pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai kepada kesimpulan.
7.2.1 Langkah Penyelesaian Masalah
Adapun empat langkah problem solving yaitu :
1. Mengidentifikasi masalah secara tepat
Dari segi serangkaian kesulitan atau rintangan yang harus diatasi dalam mencapai
suatu tujuan, maka pentinglah bagi anggota kelompok untuk menyetujui tujuannya, maka
ketidak sepakatan ini harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum kelompok tersebut
mengidentifikasikan rintangan-rintangan untuk mencapai tujuan. Sejauh mana kelompok
mendiagnosa masalah-masalahnya dengan baik sangat mempengaruhi hasil akhirnya.
Diagnosa masalah merupakan suatu proses yang sulit, lebih-lebih bila kelompoknya tidak
menyetujui tentang tujuannya. Beberapa kesalahan umum yang di lakukan selama
diagnosis masalah meliputi :
a. Pencampur adukan fakta dengan masalah.
b. Pencampur adukan gejala dengan penyebab.
c. Mencari kambing hitam untuk dikecam.
d. Mengusulkan jawaban pemecahan sebelum masalahnya dipahami dengan baik.
e. Mengalihkan diagnosa masalah dengan menampilkan pemecahan yang disukainya.
2. Menentukan sumber dan akar penyebab dari masalah
Setiap masalah yang akan dipecahkan perlu di ketahui sebab masalah itu terjadi
dan akibat / konsekuensi yang akan muncul bila tidak di atasi. Dalam menganalisa sebab
akibat dari suatu masalah memerlukan pengetahuan dan pengalaman, memerlukan data

72
dan fakta yang jelas / akurat. Tanpa hal itu akan sulit mencari solusi dari masalah yang di
hadapi. Hal ini bertujuan untuk memperkecil resiko yang muncul dari sebuah keputusan
yang di ambil dari pemecahan masalah yang di hadap atau yang di alami.
Beberapa kesalahan umum yang sering muncul ketika kita menganalisa sebab dan
akibat dari suatu permasalahan , yaitu :
a. Menyarankan pemecahan yang tidak relevan dengan masalahnya.
b. Mendiskusikan apa yang seharusnya dikerjakan pada masa yang silam dan bukannya
apa yang bisa dikerjakan saat ini.
c. Membicarakan keuntungan dan kerugian suatu pemecahan sebelum setiap orang telah
mendapat kesempatan untuk memberikan saran pemecahan.
d. Memusatkan pada pemecahan-pemecahan yang telah di gunakan pada masa
sebelumnya tanpa suatu usaha menciptakan cara-cara pemecahan yang baru.
3. Mengumpulkan alternatif pemecahan masalah.
Mencari berbagai kemungkinan yang dapat dipilih untuk di laksanakan sebagai
jalan keluar dari masalah yang di hadapi. Setiap alternatif harus dikaji faktor-faktor
pendukung dan faktor penghambat yang ada dalam setiap alternatif. Keuntungan apakah
yang akan diperoleh apabila alternatif tersebut menjadi pilihan atau sebaliknya kerugian/
resiko apa yang akan muncul apabila alternatif tersebut menjadi pilihan. Di samping itu
juga harus diperhitungkan kekuatan kemauan dan kemampuan untuk melaksanakannya
untuk menghindari munculnya masalah baru, dan masalah ini lebih sulit di pecahkan dari
pada masalah aslinya.
Kesalahan-kesalan umum yang dilakukan kelompok selama menghimpun
berbagai alternatif pemecahan , meliputi :
a) Kegagalan mencurahkan perhatian yang lebih memadai untuk meramalkan berbagai
akibat dari pemecahan suatu masalah.
b) Mengalihkan ramalan tentang suatu akibat pemecahan serta perkiraan kemungkinan
kepada usaha mendukung suatu pemecahan yang “favorit”.
c) Melakukan serangan lisan kepada anggota lain ketimbang membatasi pembicaraan
pada pemecahan masalah itu sendiri.
d) Tergesa – gesa melakukan pilihan sebelum pemecahan itu di atasi dengan baik
4. Melakukan pengecekan/evaluasi terhadap pemecahan masalah

73
Setelah kita menghimpun beberapa alternatif pemecahan masalah di evaluasi
secara terpisah, kelompok seharusnya membandingkan diantara hasil evaluasi dan
berusaha memilih alternatif pemecahan yang terbaik. Terkadang pilihan akan di tentukan
lebih dahulu sebelum tahap menghimpun alternatif pemecahan, bila kelihatan jelas bahwa
suatu pemecahan lebih unggul dalam segala aspeknya. Namun lebih banyak kasus dimana
ditemukan beberapa pemecahan yang baik serta masuk akal, tetapi masing-masing
kejelasan jelas kebaikan dan keburukannya.
Ukuran alternatif yang paling tepat dapat di lihat dari segi biaya, waktu, sarana,
kemampuan dalam melaksanakan. Dengan kata lain apakah alternatif pemecahan yang di
pilih dapat mempermudah tercapainya tujuan, dapat mengurangi kerugian, dapat
mengurangi konflik dengan orang lain, dapat memberikan kepuasan, dapat atau mampu
melaksanakannya dan sebagainya.
7.2.2 Langkah-langkah menyelesaikan masalah
Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak
dengan metode yang efisien sesuai situasi. Proses tersebut untuk menemukan dan
menyelesaikan masalah organisasi. Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan
ialah sekali kerangka yang tepat sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat. Dengan kata
lain, keputusan mempercepat diambilnya tindakan, mendorong lahirnya gerakan dan
perubahan. Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai proses memilih tindakan dari
beberapa alternatif untuk mencapai tujuan/sasaran (proses mengakhiri suatu masalah).
Oleh karena itu ’pemecahan masalah dan pengambilan keputusan’ dapat diartikan sebagai
suatu proses identifikasi, mencari penyebab, pemilihan alternatif dan mengantisipasi
hambatan yang mungkin menghalangi terlaksananya keputusan. Pengambilan keputusan
dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara teoritis dan realistis, bagaimana cara
membuat suatu keputusan. Langkah-langkah Solusi masalah yang efektif dan efisien
yaitu:
1. Mendefinisikan masalah
Untuk mengetahui hakekat suatu masalah tidaklah mudah, karena masalah yang
sebenarnya dihadapi sering terselubung dan tidak terlihat jelas.Oleh karena itu diperlukan
keahlian, pendidikan dan pengalaman untuk membuat diagnosa yang tepat.
2. Membangun diagram sebab akibat yang dimodifikasi untuk mendefinisikan:

74
a. Akar penyebab dari masalah itu.
b. Penyebab-penyebab yang tidak dapat dikendalikan, namun dapat diperkirakan.
Setiap akar penyebab dari masalah dimasuskkan ke dalam diagram sebab
akibat.Sedangkan penyebab yang tidak dapat diperkirakan, didaftarkan pada sebab
akibat itu secara tersendiri.
Pengumpulan data atau informasi dikerjakan secara berkesinambungan melalui
proses yang sistematis, sehingga upaya untuk mengantisipasi keadaan/masalah yang
mungkin timbul akan lebih mudah dilaksanakan seperti ;
a. Apakah masalah yang dihadapi diketahui dengan jelas?
b. Apakah keadaan yang dihadapi merupakan masalah sebenarnya?
c. Apakah sistem pelaporan di dalam organisasi sudah memungkinkan untuk prediksi
secara tepat?
3. Mendefinisikan tindakan atau solusi yang efektif melalui memperhatikan dan
mempertimbangkan :
a. Pencegahan terulang atau muncul kembali penyebab-penyebab itu
b. Tindakan yang diambil harus ada di bawah pengendalian kita
c. Memenuhi tujuan dan target kinerja yang ditetapkan.
4. Menerapkan atau melakukan implementasi atau tindakan-tindakan yang diajukan.
Langkah terakhir dalam pembuatan keputusan adalah bagaimana keputusan itu
akan di tetapkan dalam suatu tindakan atau kegiatan terencana. Langkah langkah tindakan
yang terinci serta metode monitoring dan evaluasi kemajuannya seharusnya
dikembangkan. Keputusan yang baik menjadi gagal hanya karena tidak ada orang yang
tidak mau memperhatikan bagaimana langkah ini di laksanakan.
7.3. Hubungan antara Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah
Setiap saat manusia dihadapkan pada persoalan yang membutuhkan jalan keluar.
Pilihan atas jalan keluar tentang setiap persoalan merupakan pengambilan keputusan.
Oleh karena itu pemecahan persoalan (problem-solving) tidak terpisahkan dari
pengambilan keputusan. Hubungan pengambilan keputusan dengan pemecahan masalah
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pengambilan keputusan mencakup:

75
(a) kegiatan mengidentifikasi persoalan, memberi batasan atas persoalan dan
mendiagnosa persoalan,
(b)kegiatan menemukan berbagai alternatif pemecahan atas persoalan, dan
(c) kegiatan menilai berbagai alternatif pemecahan dan memilih dari berbagai alternatif
pemecahan tersebut.
2. Kegiatan ketiga (butir c) adalah membuat pilihan. Selain ketiga kegiatan tersebut,
pemecahan masalah (problem-solving) juga mencakup kegiatan:
a) pelaksanaan alternatif pemecahan yang telah dipilih, dan
b) kegiatan memelihara, memonitoring dan mereview program pemecahan tersebut.
Dari berbagai kegiatan di atas, jelas bahwa pemecahan masalah lebih luas dari
pengambilan keputusan. Selanjutnya, dalam pemecahan masalah perlu diperhatikan dua
hal, yaitu diagnosis dan tindakan. Keduanya harus seimbang dan dijalankan dengan baik
dan benar. Jadi yang diperlukan dalam pemecahan masalah adalah obyektifitas penilaian
akan segala aspek permasalahan yang dihadapi dan mengambil keputusan yang realistis
untuk dijalankan agar konsekuensi keputusan yang akan dihadapi dapat diantisipasi
dengan baik dan semestinya.
Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan seperti pada gambar 7.1.
Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diatas adalah salah satu
penyelesaian yang dinamis. Penyebab umum gagalnya penyelesaian masalah adalah
kurang tepat mengidentifikasi masalah. Oleh karena itu identifikasi masalah adalah
langkah yang paling penting. Kualitas hasil tergantung pada keakuratan dalam
mengidentifikasi masalah.

76
Masalah

Pengumpulan Data

Analisa Data

Mengembangkan Pemecahan

Memilih Alternatif

Implementasi

Evaluasi

7.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan


1. Faktor Internal
Faktor internal dari diri manajer sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan.
Faktor internal tersebut meliputi: keadaan emosional dan fisik, personal karakteristik,
kultural, sosial, latar belakang filosofi, pengalaman masa lalu, minat, pengetahuan dan
sikap pengambilan keputusan yang dimiliki.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal termasuk kondisi dan lingkungan waktu. Suatu nilai yang
berpengaruh pada semua aspek dalam pengambilan keputusan adalah pernyataan
masalah, bagaimana evaluasi itu dapat dilaksanakan. Nilai ditentukan oleh salah satu
kultural, sosial, latar belakang, filosofi, sosial dan kultural.
7.5. Kelebihan dan Kekurangan Problem Solving
Kelebihan dari problem solving ini antara lain:
a. Problem solving merupakan pemecahan masalah yang bagus yang untuk
memahami isi pelajaran,

77
b. Seseorang dapat menantang kemampuan serta memberikan kepuasan untuk
pengetahuan menemukan baru bagi seseorang,
c. Dapat meningkatkan aktifitas seseorang pembelajaran dapat membantu
bagaimana mentransfer seseorang pengetahuan mereka memahami untuk masalah
dalam, kehidupan nyata,
d. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis seseorang
mengembangkan proses
e. Kemampuan mereka menyesuaikan untuk dengan pengetahuan baru. Memberikan
kesempatan pada seseorang untuk mengaplikasikasikan pengetahuan yang mereka
miliki dalam, dunia kehidupan sehari.
Kelemahan problem solving pembelajaran problem solving adalah:
a. Kurangnya kesiapan pengajar seseorang proses untuk berkolaborasi dalam,
memecahkan masalah yang diangkat cara membuat problem solving ini tidak
efektif,
b. Problem solving pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama segi dalam,
persiapan. Saat seseorang tidak memiliki minat atau tidak mempunyai masalah
kepercayaan bahwa yang sulit dipelajari untuk dipecahkan, maka mereka merasa
tidak mau untuk mencoba.

78
BAB VIII
ETIKA PENELITIAN DAN EKSPERIMEN

8.1. Pengertian Penelitian (Riset)


Menurut Clifford Woody riset adalah suatu pencarian yang dilaksankan dengan
teliti untuk memperoleh kenyataan-kenyataan atau fakta atau hukum-hukum baru. Di
dalamnya terdapat usaha dan perencanaan yang sungguh-sungguh yang relatif makan
waktu yang cukup lama. Whiteney (1950) mengatakan, bahwa di dalam riset terkandung
suatu attidute yang gandrung dan cinta akan adanya perubahan-perubahan. Berkner
(1985), bahwa riset adalah usaha secara ilmiah untuk mendapatkan dan memperluas ilmu
yang telah dimiliki. Folson, dalam tahun yang sama, mengemukakan, bahwa riset adalah
kegiatan ilmiah untuk menemukan sesuatu yang baru sama sekali. National Science
Foundation (1956) memberikan pengertian bahwa riset itu adalah usaha pencarian secara
sistematik dan mendalam untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih luas dan lebih
sempurna lenlang subyek yang sedang dipelajari. Uraian yang lebih jelas kiranya dapat
diperoleh dari uraian Sutrisno Hadi (1978) sebagai berikut: riset berarti usaha
menemukan, mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan secara ilmiah Penelitian
didefinisikan sebagai: "Suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan, dan usaha-usaha itu dilakukan dengan metode ilmiah".
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa riset/Penelitian adalah
kegiatan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip (baik kegiatan untuk
penemuan, pengujian atau pengembangan) dari suatu pengetahuan dengan cara
mengumpulkan, mencatat dan menganalisa data yang dikerjakan secara sistematis
berdasarkan ilmu pengetahuan (metode ilmiah). Guna pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang bermuara kepada kesejahteraan umat manusia. Dalam kegiatan
penelitian tidak akan terlepas terjadinya hubungan atau relasi antara pihak-pihak yakni
pihak peneliti dengan pihak subjek yang peneliti dengan pihak subjek yang diteliti. Dalam
penelitian kesehatan, khususnya penelitian kesehatan masyarakat, subjek penelitian
tersbut adalah manusia.

79
8.2. Definisi Etika Penelitian
Di dalam penelitian, etika adalah jaminan agar tidak ada seorang pun yang
dirugikan atau memperoleh dampak negatif kegiatan penelitian, misalnya pelanggaran
terhadap persetujuan publikasi hasil penelitian, kerahasiaan, salah penyajian hasil
temuan, besarnya biaya penelitian, dan sebagainya. Pada penelitian survei, peneliti tidak
boleh melupakan hak-hak responden yang harus dilindungi saat pengumpulan data.
Peneliti perlu mempersiapkan instrumen penelitian yag dapat menghindarkan responden
dari rasa takut, gelisah, malu, menderita fisik, dan kehilangan kebebasan pribadi. Peneliti
perlu pula mendapatkan peretujuan resmi dari responden mengenai rancangan penelitian,
tujuan, dan alasan penelitian. Bagi penelitian bidang bisnis, persetujuan cukup secara
lisan, tetapi tidak demikian halnya dengan jenis penelitian medis, psikologi, atau
penelitian dengan responden anak-anak. Responden pun harus diberi kebebasan pribadi
dalam menjawab kuesioner untuk menjaga validitas dalam penelitian, serta menjaga dan
melindungi responden
Kode etik peneliti adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan
penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek penelitian)
dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut. Etika peneliti
ini mencakup juga perilaku peneliti atau perilakuan peneliti terhadap subjek penelitian
serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat.
Etika memiliki peranan atau fungsi diantaranya yaitu:
1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian tentang
perilaku manusia.
2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam
melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa.
3. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi
sekarang.
4. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan
aktivitas kemahasiswaanya.
5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa
dicap sebagai orang baik di dalam masyarakat.

80
Berangkat dari landasan berpikir di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada
prinsipnya orang melakukan kegiatan penelitian tiada lain disamping untuk memenuhi
rasa ingin tahu terhadap sebuah gejala atau peristiwa juga untuk memecahkan masalah
secara ilmiah dan dapat diterima dengan logika kemanusiaan. Dari hasil penelitian itu
pula maka manusia dapat mengembangkan pengetahuan yang bermakna bagi kehidupan
ilmiah maupun kehidupan sosial. Untuk itulah, dalam kerangka menjaga kemurnian hasil
penelitian yang dilakukan serta untuk menjaga timbulnya berbagai persoalan dari hasil
penelitian yang dilakukan maka persoalan etika menjadi sebuah keniscayaan yang harus
diperhatikan dalam penelitian.
8.3. Prinsip Etika Penelitian
Selain didasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah (metode ilmiah), pelaksanaan
penelitian harus mengikuti etika penelitian. Etika penelitian berkaitan dengan norma-
norma:
a. Norma sopan-santun; peneliti memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam
tatanan di masyarakat
b. Norma hukum; bila terjadi pelanggaran maka peneliti akan dikenakan sanksi
c. Norma moral; peneliti mempunyai itikad dan kesadaran yang baik dan jujur dalam
penelitian
Dalam menerapkan etika penelitian, perlu diperhatikan beberapa prinsip-prinsip
yang harus diimplementasikan. Menurut Belomont, dikenal 3 prinsip utama etika
penelitian yang diterapkan oleh para peneliti, yaitu:
1. Manfaat
Dalam menerapkan prinsip azas manfaat adalah untuk mempertimbangkan rasio
antara manfaat dan resiko yang akan dibebankan pada peneliti itu sendiri. Dalam meneliti,
manfaat yang diperoleh peneliti adalah hal yang paling penting. Karena, selain merupakan
tujuan awal diadakannya sebuah penelitian, manfaat tersebut juga haruslah berguna bagi
orang lain, bukan hanya untuk kepuasan peneliti itu sendiri. Manfaat tersebut juga harus
dapat mempengaruhi masyarakat.
Selain manfaat, resiko juga menjadi hal yang harus ditanggung oleh peneliti.
Peneliti harus mampu berpikir secara kritis dengan resiko yang akan diterima agar tidak

81
menjadi beban yang berat sehingga menghalangi kebebasan sang peneliti untuk
menyelesaikan penelitian yang dijalankan
Selain itu juga sekaligus untuk bebas dari bahaya dan eksploitasi dari pihak lain.
Bahaya dan hal seperti eksploitasi dapat juga menjadi bagian dari resiko yang diterima
peneliti, namun peneliti juga memiliki hak untuk bebas dengan tidak menerima gangguan
dari luar.
2. Menghargai sesama
Hak yang dimaksud adalah hak untuk menetapkan diri dan hak untuk
mendapatkan penjelasan yang lengkap. Hak untuk menetapkan diri yaitu peneliti
memiliki hak untuk memutuskan dengan sukarela apakah ia ingin berpartisipasi dalam
suatu penelitian, tanpa beresiko untuk dihukum ataupun dipaksa. Hal ini juga berkaitan
dengan eksploitasi kepada kebebasan yang dimiliki seorang peneliti.
Pada hak untuk mendapatkan dan memberikan penjelasan yang lengkap, peneliti
harus mengetahui berbagai macam kejelasan berkaitan dengan hal yang akan diteliti,
tanggung jawab, resiko yang akan didapat, dan hak subjek untuk menolak ikut berperan.
Selain dua hal di atas, peneliti juga harus memperlakukan setiap individu dengan
sama dan memposisikan dirinya sebagai individu yang tidak menganggap subjek yang
ditelitinya hanya untuk dimanfaatkan semata.
3. Hak Keadilan.
Selain hak untuk mendapatkan keadilan dan kebebasan yang diperoleh oleh
seorang peneliti, peneliti juga harus mampu memperlakukan orang lain dengan baik dan
membuat penelitian tersebut memiliki manfaat yang merata kepada setiap orang dengan
tidak merugikan pihak lain ataupun masyarakat yang terlibat maupun yang tidak terlibat.
Selain prinsip yang dikemukakan oleh Belmont, terdapat prinsip-prinsip lainnya yang
tidak boleh dikesampingkan. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
a. Plagiarisme dan manipulasi didalam penelitian
Tidak mengutip sebagian ataupun keseluruhan dari isi referensi yang menjadi
panutan, sekaligus memanipulasi rancangan penelitian hingga titik akhir dari
penyelesaian penelitian yang dijalankan menjadi prinsip yang harus selalu ditekankan
untuk setiap peneliti. Karena hal ini tidak mencerminkan dari penghargaan terhadap hak
cipta yang dimiliki orang lain.

82
b. Privasi yang dimiliki oleh subjek
Dalam melakukan proses penelitian, dibutuhkan bantuan subjek untuk mencari
kebenaran dari objek yang akan diteliti. Khususnya untuk orang-orang atau lapisan
masyarakat tertentu. Terkadang, beberapa subjek lebih memilih untuk tidak diberi tahu
identitas aslinya karena hak privasi yang dimiliki. Sebagai peneliti, harus mematuhi hal
tersebut sebagai bentuk menghormati hak milik orang lain.
Berkenaan dengan etika sosial, Kemmis dan Taggart dalam Hopkins menjelaskan
bahwa terdapat beberapa etika/pedoman yang harus ditaati sebelum, selama dan sesudah
penelitian dilakukan sebagai berikut:
1) Meminta persetujuan dan ijin kepada orang-orang, panitia, atau pejabat yang
berwenang.
2) Ajaklah kawan-kawan sejawat terlibat dan berpartisipasi dalam penelitian.
3) Terhadap yang tidak langsung terlibat, perhatikan pendapat mereka.
4) Penelitian berlangsung terbuka dan transparan, saran-saran diperhatikan, dan
kawan sejawat diperbolehkan mengajukan protes.
5) Meminta izin eksplisit, untuk mengobservasi dan mencatat kegiatan mitra
peneliti, tidak termasuk izin dari siswa apabila penelitian bertujuan
meningkatkan pembelajaran.
6) Meminta izin untuk membuka dan mempelajari catatan resmi, surat menyurat
dan dokumen. Membuat fotokopi hanya diperkenankan apabila di ijinkan.
7) Catatan dan deskripsi kegiatan hendaknya relevan, akurat dan adil.
8) Wawancara, pertemuan atau tukar pendapat tertulis hendaknya memperhatikan
pandangan lain, relevan, akurat dan adil.
9) Rujukan langsung, rujukan observasi, rekaman, keputusan, kesimpulan, atau
rekomendasi hendaknya mendapat izin atau otorisasi kutipan.
10) Laporan disusun untuk kepentingan yang berbeda, seperti laporan verbal pada
pertemuan staf jurusan, tertulis untuk jurnal, surat kabar, orang tua murid dan
lain-lain.
11) Tanggung jawab untuk hal-hal atau pribadi-pribadi yang sifatnya konfidensial.
12) Semua mitra penelitian mengetahui dan menyetujui prinsip-prinsip kerja di atas,
sebelum penelitian berlangsung.

83
13) Hak melaporkan kegiatan dan hasil penelitian, apabila sudah disetujui oleh para
mitra peneliti, dan laporan tidak bersifat melecehkan siapapun yang terlibat,
maka laporan tidak boleh di veto atau dilarang karena alasan kerahasiaan.
14) Nama sumber data atau informan, terutama dalam penelitian kualitatif, tidak
boleh dicantumkan apabila pencantuman nama tersebut dapat merugikan sumber
data atau informan. Sebagai gantinya, nama sumber data atau informan
dinyatakan dalam bentuk kode atau nama samaran.
Etika mencakup norma untuk berperilaku, memisahkan apa yang seharusnya
dilakukan dan apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Rangkuman etika penelitian
meliputi butir-butir berikut:
1) Kejujuran; Jujur dalam pengumpulan bahan pustaka, pengumpulan data,
pelaksanaan metode dan prosedur penelitian, publikasi hasil. Jujur pada
kekurangan atau kegagalan metode yang dilakukan. Hargai rekan peneliti, jangan
mengklaim pekerjaan yang bukan pekerjaan Anda sebagai pekerjaan Anda.
2) Obyektivitas; Upayakan minimalisasi kesalahan/bias dalam rancangan percobaan,
analisis dan interpretasi data, penilaian ahli/rekan peneliti, keputusan pribadi,
pengaruh pemberi dana/sponsor penelitian.
3) Integritas; Tepati selalu janji dan perjanjian; lakukan penelitian dengan tulis,
upayakan selalu menjaga konsistensi pikiran dan perbuatan.
4) Ketelitian; Berlaku teliti dan hindari kesalahan karena ketidakpedulian; secara
teratur catat pekerjaan yang Anda dan rekan anda kerjakan, misalnya kapan dan
di mana pengumpulan data dilakukan. Catat juga alamat korespondensi
responden, jurnal atau agen publikasi lainnya.
5) Keterbukaan; Secara terbuka, saling berbagi data, hasil, ide, alat dan sumber daya
penelitian. Terbuka terhadap kritik dan ide-ide baru.
6) Penghargaan terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI); Memperhatikan
paten, copyrights, dan bentuk hak-hal intelektual lainnya. Jangan
menggunakan data, metode, atau hasil yang belum dipublikasi tanpa ijin
penelitinya. Menuliskan semua narasumber yang memberikan kontribusi pada
riset Anda.

84
7) Penghargaan terhadap kerahasiaan (Responden); bila penelitian menyangkut data
pribadi, kesehatan, catatan kriminal atau data lain yang oleh responden dianggap
sebagai rahasia, maka peneliti harus menjaga kerahasiaan data tersebut.
8) Publikasi yang terpercaya; Hindari mempublikasikan penelitian yang sama
berulang-ulang ke pelbagai media (jurnal, seminar).
9) Pembinaan yang konstruktif; Membantu membimbing, memberi arahan dan
masukan bagi mahasiswa/peneliti pemula. Perkenankan mereka mengembangkan
ide mereka menjadi penelitian yang berkualitas.
10) Penghargaan terhadap kolega/rekan kerja; Hargai dan perlakukan rekan penelitian
Anda dengan semestinya. Bila penelitian dilakukan oleh suatu tim akan
dipublikasikan, maka peneliti dengan kontribusi terbesar ditetapkan sebagai
penulis pertama (first author), sedangkan yang lain menjadi penulis kedua (co-
author(s)). Urutan menunjukkan besarnya kontribusi anggota tim
dalam penelitian.
11) Tanggung jawab sosial; Upayakan penelitian Anda berguna demi kemaslahatan
masyarakat, meningkatkan taraf hidup, mudahkan kehidupan dan meringankan
beban hidup masyarakat. Anda juga bertanggung jawab melakukan
pendampingan bagi masyarakat yang ingin mengaplikasikan hasil penelitian
Anda.
12) Tidak melakukan Diskriminasi; Hindari melakukan pembedaan perlakuan pada
rekan kerja atau mahasiswa karena alasan jenis kelamin, ras, suku, dan faktor-
faktor lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kompetensi dan
integritas ilmiah.
13) Kompetensi; Tingkatkan kemampuan dan keahlian meneliti melalui pendidikan
dan pembelajaran seumur hidup; secara bertahap tingkatkan kompetensi Anda
sampai taraf pakar.
14) Legalitas; Pahami dan patuhi peraturan institusional dan kebijakan pemeintah
yang terkait dengan penelitian Anda.
15) Rancang pengujian dengan hewan percobaan dengan baik; Bila penelitian
memerlukan hewan percobaan, maka percobaan harus dirancang sebaik mungkin,
tidak dengan gegabah melakukan sembarang perlakuan pada hewan percobaan.

85
16) Mengutamakan keselamatan manusia; Bila harus menggunakan manusia untuk
menguji penelitian, maka penelitian harus dirancang dengan teliti, efek negatif
harus diminimalkan, manfaat dimaksimalkan; hormati harkat kemanusiaan,
privasi dan hak obyek penelitian Anda tersebut; siapkan pencegahan dan
pengobatan bila sampel Anda menderita efek negatif penelitian (jika untuk
penelitian medis).
Dalam sebuah penelitian, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, etika
merupakan hal yang harus dijunjung tinggi. Etika berperan sebagai batasan seorang
peneliti agar tidak keluar dari batasan yang ada. Convention scientific research
mengemukakan perlunya memperhatikan masalah etika dalam penelitian yang
melibatkan subjek manusia. Hal ini menyangkut masalah tata aturan dan nilai bagi
peneliti maupun yang diteliti agar tidak terjadi benturan antarnilai yang dianut oleh kedua
belah pihak atau untuk menghindari eksploitasi dan manipulasi yang berdampak
merugikan bagi salah satu pihak. Dengan demikian, etika sosial dan etika penelitian harus
benar-benar diperhatikan sebelum terjun ke lapangan, ketika penelitian berlangsung, dan
setelah penelitin selesai dilakukan.
8.4. Kecurangan dalam Riset
Berikut ini adalah beberapa contoh kecurangan dalam riset yang sering dilakukan.
1. Fabrication (Manipulası Data)
Fabrikasi adalah mengarang hasil dan rekaman atau pelaporan. Fabrikasi juga
termasuk pemalsuan informasi, data atau kutipan melalui akses dan menampilkan bahwa
data sesuai aslinya; menyajikan informasi atau data yang tidak berkumpul sesuai dengan
standar pedoman menentukan metode yang tepat untuk mengumpulkan atau
menghasilkannya, seperti merekayasa data karena gagal untuk memasukkan account yang
akurat.
2. Plagiarism (Plagiat/meniru)
Plagiarisme atau sering disebut plagiat adalah penjiplakan atau pengambilan
karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan
dan pendapat sendiri Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak
cipta orang lain.
3. Ghostwriting

86
'Ghostwriter' atau penulis bayangan adalah seorang penulis profesional. Artinya,
dia memang sudah berpengalaman di dunia kepenulisan dan bukan seorang penulis
pemula. Ada yang spesialis pada bidang tertentu dan ada pula yang cenderung generalis.
Mereka dibayar untuk menuliskan sesuatu dengan langsung menyerahkan hak cipta
(termasuk hak ekonomi dan hak moral penulisan) kepada si pemesan. Dengan demikian,
urusan eksploitasi naskah tersebut menjadi produk bisnis dan nama pencipta yang
dicantumkan sudah menjadi hak si pemesan.

8.5. Studi Kasus


Perilaku Yang Sering Dilakukan Mahasiswa Dalam Melakukan Penelitian
Kejahatan intelektual berupa perbuatan plagiatisme dan pemalsuan data
sepertinya sudah menjadi fenomena umum dalam dunia pendidikan maupun dalam
masyarakat kita. Ada banyak motif dibalik perbuatan tercela tersebut. Penyebab
terjadinya kejahatan intelektual tersebut juga sangat kompleks. Karena itu, solusi dan
agenda aksi untuk mencegah perbuatan yang tidak beretika tersebut perlu dilakukan
secara sistematis, terintegrasi, komprehensif dan berkesinambungan serta memerlukan
komitmen bersama dari semua pihak
Banyak usaha yang telah dilakukan sejumlah pimpinan perguruan tinggi (PT)
yang memiliki komitmen tinggi menegakkan etika akademik juga sudah banyak
melakukan tindakan tegas kepada para mahasiswa, alumni dan dosennya yang terbukti
melakukan plagiasi. Misalnya, terpaksa mencabut gelar sarjana kepada para alumni yang
terbukti melakukan plagiasi karya orang lain dalam penulisan skripsi, tesis dan disertasi.
Sejumlah dosen yang terbukti melakukan pelanggaran etika ilmiah akademik juga
diberikan sanksi tegas sesuai dengan kadar dan tingkat pelanggarannya.
Salah satu kasus yang mungkin sering terjadi di kalangan mahasiswa/i dalam
melakukan penelitian Tugas akhir misalnya banyak mahasiswa apabila mendapatkan data
yang jelek melakukan pemalsuan/manipulasi data (falsification) atau kegiatan mengubah
suatu informasi supaya sesuai dengan keinginan penulis. Falsifikasi biasanya dilakukan
terhadap data yang diperoleh, yang kemudian dirubah agar selaras dan sesuai dengan
simpulan yang ingin diambil dari sebuah peneitian. Biasanya hal tersebut dilakukan jika
hasil yang didapatkan oleh peneliti tidak sesuai degan yang diharapkan, dan jika data

87
tidak difalsisifikasi dikhawatirkan simpulan yang diambil tidak sesuai dengan teori yang
ada dan akan sulit mempertahankannya di depan penguji sehingga falsifikasi dianggap
sebagai jalan keluar terbaik.
Seharusnya hal ini harus dihindari karena penelitian harus dilaporkan sesuai
dengan hasil yag sudah dilakukan, karena penilitiaan bisa saja masih membutuhkan
pengkajian lebih jauh untuk menemukan kelemahan-kelemahan di dalamnya untuk
kemudian dibangun sebuah penyempurnaan.
Pelanggaran lain yang terjadi adalah plagiasi, ketika peneliti dengan sengaja
mengambil data dari jurnal, dan mempublikasikannya lagi tanpa memberikan keterangan
sumber data tersebut dari artikel atau sumber publikasi ilmiah penulis lain sebelumnya.
Hal seperti ini yang paling banyak dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhir baik dalam
melakukan penelitian Tugas akhir maupun skripsi
Dalam melakukan plagiatisme yang dilakukan oleh mahasiswa banyak jenisnya
Pertama, plagiarisme total yaitu tindakan plagiasi yang dilakukan seorang penulis dengan
cara menjiplak atau mencuri hasil karya orang lain seluruhnya dan mengklaim sebagai
karyanya sendiri. Biasanya, dalam plagiasi ini seorang penulis hanya mengganti nama
penulis dan instansi penulis aslinya dengan nama dan instansinya sendiri. Lalu, penulis
mengubah sedikit judul artikel hasil jiplak, kemudian juga mengubah abstrak, kata-kata
kunci tertentu (key words), sub judul artikel, kata dan kalimat tertentu dalam bagian
tulisan dan kesimpulan dengan kata-kata atau kalimat tertentu agar terlihat berbeda
dengan artikel aslinya. Modus operandi itu sudah banyak dilakukan para penulis yang
memiliki niat buruk. Tapi, modus itu biasanya mudah terdeteksi oleh para reviewer yang
kompeten. Biasanya kalau ketahuan, penulisnya akan dikenakan sanksi berat, tercemar
nama baiknya dan dikucilkan masyarakat akademik dan masyarakat luas. Kedua,
plagiarisme parsial yaitu tindakan plagiasi yang dilakukan sesorang penulis dengan cara
cara menjiplak sebagian hasil karya orang lain untuk menjadi hasil karyanya sendiri.
Biasanya, dalam plagiasi jenis ini seorang penulis mengambil pernyataan, landasan teori,
sampel, metode analisis, pembahasan dan atau kesimpulan tertentu dari hasil karya orang
lain menjadi karyanya tanpa menyebutkan sumber aslinya. Plagiasi parsial tersebut juga
banyak dilakukan para penulis yang memiliki motif dan niat buruk. Bahkan, ada
sinyalemen bahwa dalam banyak karya tulis akademik seperti skripsi, tesis dan bahkan

88
disertasi serta dokumen-dokumen penelitian, ada banyak indikasi terjadi plagiasi parsial.
Modus operandi ini juga sebenarnya mudah terdeteksi oleh para reviewer yang kompeten
dengan cara mencocokkan dengan karya aslinya. Apabila ketahuan dan terbukti
melakukan plagiasi parsial maka penulisnya akan dikenakan sanksi tegas berupa
pencabutan gelar sarjana, pemecatan atau penurunan pangkat dan golongan. Ketiga, auto-
plagiasi (self-plagiarisme) yaitu plagiasi yang dilakukan seorang penulis terhadap
karyanya sendiri, baik sebagian maupun seluruhnya. Misalnya, ketika menulis suatu
artikel ilmiah seorang penulis meng-copy paste bagian-bagian tertentu dari hasil karyanya
dalam suatu buku yang sudah diterbitkan tanpa menyebut sumbernya. Jenis plagiasi ini
banyak dilakukan para penulis yang memiliki banyak karya tulis dan terfokus pada
bidang-bidang ilmu tertentu sehingga antar satu tulisan dengan tulisan lainnya memiliki
banyak kemiripan. Misalnya, kemiripan dalam basis teori dan proposisi, hasil temuan dan
kesimpulan. Karena memiliki kesamaan atau kemiripan, ketika menulis suatu karya tulis
baru penulis lalu melakukan copy paste pada bagian-bagian tertentu dari karya tulisnya
yang sudah diterbitkan sebelumnya. Jenis auto-plagiasi ini tergolong plagiasi ringan.
Biasanya, penulis yang ketahuan melakukan plagiasi jenis ini diberikan teguran atau
pemahaman yang komprehensif oleh komisi kode etik akademik agar tidak boleh lagi
melakukannya di masa mendatang. Keempat, plagiarisme antarbahasa yaitu plagiasi
yang dilakukan seorang penulis dengan cara menerjemahkan suatu karya tulis yang
berbahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Kemudian, penulis menjadikan hasil
terjemahan tersebut sebagai hasil karyanya tanpa menyebut sumbernya. Modus
operandinya hampir mirip dengan jenis plagiasi total dan plagiasi parsial. Asumsinya,
para pembaca tidak akan tahu bahwa artikel tersebut adalah hasil terjemahan karena
berbeda bahasa.
Perilaku plagiatisme ini bisa dilakukan oleh siapapun termasuk tenaga pendidik
Beberapa waktu lalu misalnya, muncul lagi berita buruk yang mencoreng wajah dunia
pendidikan Indonesia. Seorang dosen dari salah satu universitas islam negeri yang
diketahui melakukan tindakan kejahatan intelektual dalam penulisan artikel ilmiah. Ia
melakukan plagiat atau penjiplakan karya skripsi mahasiswa bimbingannya untuk
kenaikan jabatan fungsional akademik. Rektor UIN langsung memberi sanksi pemecatan
sebagai dosen pada yang bersangkutan.

89
Melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam penipuan ilmiah, secara umum,
ada beberapa hal yang memotivasi orang untuk melakukan penipuan saintifik. Pertama,
tekanan karir. Tekanan ini dapat terlihat bagi para mahasiswa program doktor di Jepang
yang rata-rata harus mempunyai publikasi di jurnal dalam bidangnya untuk memperoleh
gelar doktor. Kedua, Mengetahui atau berusaha menjawab pertanyaan dari riset tanpa
susah payah melakukan eksperimen yang memakan waktu dan tenaga di laboratorium.
Dan ketiga, Bekerja pada bidang dimana hasil eksperimen tidak akan selalu sama jika
diulang (reproducible). Hal ini dapat menjelaskan mengapa penipuan saintifik banyak
terjadi pada bidang biologi dan biomedik, karena sulit mendapatkan data-data yang betul-
betul bisa diulang, karena tergantung kepada banyak faktor yang susah dikontrol.

90
DAFTAR PUSTAKA
.
Budi, Ginanjar L. 2012. Makalah Teknik Kimia. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Isnanto, R. Rizal. 2009. Buku Ajar Etika Profesi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Kasanah, Nur. 2013. Etika Profesi dan Profesional Bekerja. Jakarta:Direktorat
Pembianaan SMK.
Ardana, I Komang, dkk. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Azmi, R. 2008. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Oleh
P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Tahun
2008. Skripsi FKM USU. Medan.
Dainur,D. 1993. Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Widya
Medika.
Hadiningrum,H., Kunlestiowati, K. 2003. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Bandung:
Politeknik Negeri Bandung.
Mangkunegara, Anwar P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: Remaja Rsodakarya

Moekijat, M. 2004. Manajemen Lingkungan Kerja. Bandung: Mandar Maju.


Ramli, Soehatman, “Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire Manajement)”,
Dian Rakyat, Jakarta, 2010.
https://www.google.com/amp/s/nurarifinerizal.wordpress.com/2015/04/14/kesel
amatan-dan-kesehatan-kerja-k3/amp/ (diakses 28 Maret 2020)
Abdul Djamil, Mengelola Konflik Membangun Damai, Semarang: Walisongo Mediation
Centr, 2015, hlm. 6.
Gagne, R.M. & Briggs, L.J. 1979. Principles of Instructinal Design. Second Edition;
New York: Holt, Rinehart and Winston.

Greeno, J.G. 1978. Natures of Problem SolvingAbilities. Dalam W.K. Estes (ed)
Handbook of Learning and Cognitive Processes. Volume 5. Human

91
Information Processing; New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates,
Publisher.

Hasibuan. Wahir Intan. 2016. Penyelesaian Masalah Pengambilan Keputusan


(Problem Solving) Dalam Bidang IT. http://intanamik.blogspot.com/ Diakses
pada 1 Maret 2020.

Kast, Fremont E., and James E. Rosenzweig (1985). Organization and Management: A
Systems and Contingency Approach., Fourth Edition., New York: McGraw–Hill
Book Company.
Marriner, A.T. (1995). Nursing Management and Leadership (5th ed), Mosby St
Louis, Baltimore.

R.Rizal Isnanto, ST, MM, MT. 2019. Buku Ajar Etika Profesi. Universitas
Diponegoro. Steinberg, R.J. 1999. Cognitive Psychology.Second Edition.
Philadephia: Harcout Brace College Publishers.

Riadi, Muchlisin. Pengertian Pemecahan Masalah.


https://www.kajianpustaka.com/2016/04/pengertian-dan-tahapan-pemecahan-
masalah.html. Diakses pada tanggal 04 Maret 2020

Sulasmono, Bambang Suteng. 2012. Problem Solving : Signifikasi, Pengertian, dan


Ragamnya. Setya Widya, 28, 2, 156-165.

Swansburg, A.C. (1996). Management and Leadership for Nurse Managers. Jones
and Bartlett Publishers International, London England

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), 102
Agape Yeselia Jujati Selly, 2015. Makalah Problem Solving Tugas Mata Kuliah
Perilaku Organisasi. Kupang. Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

Crane, Julia G. & Michael V. Angrosino. 1998. Field Projects: A Student Handbook,
edisi kedua. Illinois: Waveland Press Inc.

Dirgantara Wicaksono, Etika dalam Ilmu dan PenulisanIlmiah, dalam situs:


http://dirgantarawicaksono. blogspot.com/diunggahhariSelasatanggal 25 Maret
2014.

92
Haery as-Sazali, Etika dalam Melakukan Sebuah Penelitian, http://kampungsharing.
blogspot.com/2012/06/etika-dalam-melakukan-sebuah-penelitian.html.diunggah
hari Rabu tanggal 4 Juni 2014
Herdiansyah, H. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika.

Hopkins, David. 1993. A Teacher’s Guide Classroom Research. Philadelphia: Open


University Press.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008

Mulyana, Deddy. 2003. Metodologi Penelitian Kuaitatif: Paradigma Baru Ilmu


Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mustansyir, Rizal dan Misnal Munir. 2001. Filsafat Ilmu.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Notoadmojo,Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka

Setiawan, N. 2011. Kode Etik Penulisan Karya Ilmiah. Bahan TOT Penulisan Karya
Ilmiah.

Shamoo A, dan Resnik D. 2003. Responsible Conduct of Research. New York: Oxford
University Press.

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Sulasomono, Bambang Suteng. 2012. Problem Solving: Signifikasi, Pengertian dan


Ragamnya. Satya Widya, Vol. 28 No. 2. Desember 2012: 156-155. Salatiga.
Universitas Kristen Satya Wacana

Usman Husain, Akbar Purnomo Setiady. 2000. Metodologi Penelitian social


Jakarta:Bumi Aksara.

WHO. 1992. Health Research Methodology. WHO : Manila.

93

Anda mungkin juga menyukai