A. Instinct (naluri)
1. Nutritive instinct (auri maka sejak lahir)
2. Sexual istinct (naluri berjodoh)
3. Paternal instinct (naluri keibuan dan kebapakan)
4. Combative instinct (naluriberjuang)
5. Naluri bertuhan
B. Keturunan
1. Memiliki keturunan pokok beberapa sifat dan pembawaan yang
bersamaan. Misal badan, perasaan, akal pikiran dan perasaan.
2. Menurunkan sifat-sifat manusia.
3. Menurunkan fisik ‘Azam (kemauan keras).
1. Akhlak terhadap Allah
1) Hasad
Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau
cemburu melihat orang lain beruntung. Allah berfirman, ”Dan
janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah
kepada sebagian kamu atassebagian yang lain.(Karena) bagi laki-laki
ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan
(pun) ada bagian dari mereka usahakan.Mohonlah kepada Allah
sebagian dari karunia-Nya...” (Q.S. AnNisa/4:32)
2) Dendam
Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk
membalas kejahatan. Allah berfirman, ”Dan jika kamu membalas,
maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang
ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhlah
itulah yang terbaik bagi orang yang sabar” (Q.S. An Nahl/16:126)
3) Gibah dan Fitnah
Membicarakan kejelekan yang dibicarakan tersebut memang
dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan apabila
kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan
itu disebut fitnah. Allah berfirman, ”...dan janganlah ada diantara
kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Tentu kamu merasa jijik...” (Q.S. Al Hujurat/49:12).
4) Namimah
Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau
perbuatan seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain
dengan maksud terjadi perselisihan antara keduanya. Allah
berfirman, ”Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang
yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita maka
telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu
kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu
menyesali perbuatanmu itu.” (Q.S. Al Hujurat/49:6).
ETIKA
Istilah etika dalam ajaran Islam tidak sama dengan apa yang
diartikan oleh para ilmuan barat. Bila etika barat
sifatnya ”antroposentrik” (berkisar sekitar manusia), maka etika
islam bersipat ”teosentrik” (berkisar sekitar Tuhan). Dalam etika
Islam suatu perbuatan selalu dihubungkan dengan amal saleh atau
dosa dengan pahala atau siksa, dengan surga atau
neraka (Musnamar, 1986: 88)
etika berhubungan erat dengan empat hal:
a) Dilihat dari obyek formal (pembahasannya), etika berupaya
membahasperbuatan yang dilakukan manusia. Dan sebagai
obyek materialnyaadalah manusia.
b) Dilihat dari sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau
filsafat.Sebagai hasil pemikiran maka etika tidak bersifat mutlak,
absolut, danuniversa. Akan tetapi terbatas, dapat berubah,
memiliki kekurangan,kelebihan, dan sebagainya.
c) Dilihat dari fungsinya, etika berfungsi sebagi penilai, penentu
danpenetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan manusia,
yaituapakah perbuatan itu akan dinilai baik, buruk, mulia,
terhormat, hina dan sebagainya. dengan demikian etika lebih
berperan sebagikonseptor terhadap sejumlah perilaku yang
dilakukan manusia.
d) Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat
berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.
Butir-butir Etika Islam
Butir-butir etika Islam yang dapat diidentifkasikan, antara lain:
1.Tuhan merupakan sumber hukum dan sumber moral. Kedua hal tersebut
disampaikan berupa wahyu melalui para Nabi dan para Rasul,
dikodifikasikan ke dalam kitab-kitab suci Allah.
2. Etika Normatif
Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia
tentang bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku.
Mengenai norma norma yang menuntun tingkah laku manusia
dalam kehidupan sehari hari.
Etika dalam keseharian sering dipandang sama denga etiket,
padahal sebenarnya etika dan etiket merupakan dua hal yang
berbeda. Dimana etiket adalah suatu perbuatan yang harus
dilakukan. Sementa etika sendiri menegaskan bahwa suatu
perbuatan boleh atau tidak. Etiket juga terbatas pada pergaulan.
Di sisi yang lain etika tidak bergantung pada hadir tidaknya orang
lain.
Etika Memiliki Peranan Atau Fungsi Diantaranya Yaitu:
1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat
menegemukakan penilaian tentang perilaku manusia
2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi
seseorang atau kelompok dalam melakukan suatu tindakan
atau aktivitasnya sebagai mahasiswa
3. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi
kesulitan moral yang kita hadapi sekarang.
4. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa
dalam menjalankan aktivitas kemahasiswaanya.
5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun,
dan dengan etika kita bisa di cap sebagai orang baik di
dalam masyarakat.
Etika Dalam Penerapan Kehidupan Sehari-hari
1. Etika bergaul dengan orang lain
a) Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina
atau menilai mereka cacat.
b) Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter
dan akhlaq mereka, lalu pergaulilah mereka, masing-masing
menurut apa yang sepantasnya.
c) Berbaik sangkalah kepada orang lain dan jangan memata-
matai mereka.
d) Memaafkan kekeliruan mereka dan jangan mencari-cari
kesalahankesalahannya, dan tahanlah rasa benci terhadap
mereka.
2. Etika bertamu
a) Untuk orang yang mengundang:
Jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan
dengan mengabaikan orang-orang fakir.
Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, karena hal
ini bertentangan dengan kewibawaan.
b) Bagi tamu:
Hendaknya tidak membedakan antara undangan orang fakir
dengan undangan orang yang kaya, karena tidak memenuhi
undangan orang faqir itu merupakan pukulan (cambuk)
terhadap perasaannya.
Bertamu tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan
rumah memaksa untuk tinggal lebih dari itu.
3. Etika di jalan
Berjalan dengan sikap wajar dan tawadlu, tidak berlagak sombong
di saat berjalan atau mengangkat kepala karena sombong atau
mengalihkan wajah dari orang lain karena takabbur.
Menyingkirkan gangguan dari jalan. Ini merupakan sedekah yang
karenanya seseorang bisa masuk surga.
Menjawab salam orang yang dikenal ataupun yang tidak dikenal.
1 Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia,
serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang
bernilai. Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara
apa adanya, suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya.
2. Etika Normatif
etika normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia
bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk sesuai dengan kaidah
atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
3. Etika metaetika
Merupakan sebuah cabang dari etika yang membahas dan menyelidiki serta
menetapkan arti dan makna istilah-istilah normatif yang diungkapkan lewat
pertanyaan-pertanyaan etis yang membenarkan atau menyalahkan suatu tindakan.
Istilah-istilah normatif yang sering mendapat perhatian khusus, antara lain keharusan,
baik, buruk, benar, salah, yang terpuji, tercela, yang adil, yang semestinya.
MORAL
Secara bahasa moral berasal dari kata Latin “Mos” yang dalam
bentuk jamaknya “Mores” yang berarti juga adat atau cara hidup.
Moral dan etika sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada
sedikit perbedaan. Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan
yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem
nilai-nilai yang ada.
moral juga merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan
batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik
atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari
dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan
adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunya baik.
Moral Islam
Persamaan
Ada beberapa persamaan antara akhlak, etika, dan moral yang dapat dipaparkan sebagai
berikut:
akhlak, etika, dan moral mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan,
tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.
akhlak, etika, moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar
martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah kualitas akhlak, etika,
moral seseorang atau sekelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas
kemanusiaannya.
akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata merupakan
faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan konstan, tetapi merupakan potensi
positif yang dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi positif
tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan lingkungan,
mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara tersu menerus,
berkesinambangan, dengan tingkat keajegan dan konsistensi yang tinggi.
Perbedaan