Anda di halaman 1dari 10

AKHLAK MORAL DAN ETIKA

Etika Menurut Ajaran Islam

Etika dalam islam disebut akhlak. Berasal dari bahasa Arab al-akhlak
yang merupakan bentukjamakdari al-khuluq yang berartibudipekerti,
tabiat atau watak yang tercantum dalam al-qur’an sebagai konsideran.
(Pertimbangan yg menjadi dasar penetapan keputusan,peraturan)

“ Sesungguhnya engkau Muhammad berada di atas budi pekerti yang


agung”

Istilah etika dalam ajaran Islam tidak sama dengan apa yang diartikan
oleh para ilmuan barat. Bila etika barat sifatnya ”antroposentrik” (berkisar
sekitar manusia), maka etika islam bersipat ”teosentrik” (berkisar sekitar
Tuhan). Dalam etika Islam suatu perbuatan selalu dihubungkan dengan
amal saleh atau dosa dengan pahala atau siksa, dengan surga atau
neraka (Musnamar, 1986: 88)

Dipandang dari segi ajaran yang mendasari etika Islam tergolong etika
teologis. Menurut Dr. H. Hamzah Ya’qub pengertian :
etika teologis ialah yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan
manusia, didasarkan atas ajaran Tuhan. Segala perbuatan yang
diperintahkan Tuhan itulah yang baik dan segala perbuatan yang dilarang
oleh Tuhan itulah perbuatan yang buruk .

Karakter khusus etika Islam sebagian besar bergantung kepada     


konsepnya mengenai manusia dalam hubungannya dengan Tuhan,    
dengan dirinya sendiri, dengan alam dan masyarakat .
2. Butir-butir Etika Islam
Butir-butir etika Islam yang dapat diidentifkasikan, antara lain:

1.Tuhan merupakan sumber hukum dan sumber moral. Kedua hal


tersebut disampaikan berupa wahyu melalui para Nabi dan para Rasul,
dikodifikasikan ke dalam kitab-kitab suci Allah.

2.Sesuatu perbuatan adalah baik apabila sesuai dengan perintah Allah,


serta didasari atas niat baik.

3.Kebaikan adalah keindahan ahklak, sedangkan tanda-tanda dosa adalah


perasaan tidak enak, serta merasa tidak senang apabila perbuatanya
diketahui orang banyak.

4.Prikemanusiaan hendaknya berlaku bagi siapa saja, dimana saja, kapan


saja, bahkan dalam perang .

5.Anak wajib berbakti kepada orang tuanya (Musnamar, 1986: 89-93).


3. Definisi Moral

Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu
mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing
mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita
membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata
’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama
mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata
’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah
nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang
membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani
dan ‘moral’ dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan
pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan
orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam
masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral
bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma
yang tidak baik.
‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada
dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara
tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan
atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau
keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.

A .    Moral Islam

Lima Nilai Moral Islam dikenal pula sebagai Sepuluh Perintah Tuhan versi
Islam. Perintah-perintah ini tercantum dalam Al-Qur'an (surat Al-An'aam
6:150-153) di mana Allah menyebutnya sebagai Jalan yang Lurus
(Shirathal Mustaqim ):

Tauhid (Nilai Pembebasan)


1. Katakanlah: "Bawalah ke mari saksi-saksi kamu yang dapat
mempersaksikan bahwasanya Allah telah mengharamkan yang kamu
haramkan ini." Jika mereka mempersaksikan, maka janganlah kamu ikut
(pula) menjadi saksi bersama mereka; dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan orang-
orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sedang mereka
mempersekutukan Tuhan mereka. Katakanlah: "Marilah kubacakan apa
yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu
mempersekutukan sesuatu dengan Dia,
Nikah (Nilai Keluarga)
2. “berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan”
3.” janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka;
dan”
4. “janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji
(homoseks, seks bebas dan incest), baik yang nampak di antaranya
maupun yang tersembunyi, dan Hayat” (Nilai Kemanusiaan)
5. “janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar".
Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu
memahami (nya).”
Adil (Nilai Keadilan)
6. “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara
yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa.”
7. “Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak
memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar
kesanggupannya.”
8. “Dan apabila kamu bersaksi, maka hendaklah kamu berlaku adil
kendati pun dia adalah kerabat (mu), dan “
Amanah (Nilai Kejujuran)
9. “penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu
agar kamu ingat,”
10. “dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang
lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan
(yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-
Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
bertakwa.” (copy @wikipedia)

4. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak,
yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik
(peristilahan).

Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim
mashdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan,
sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti
al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat
(kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din
(agama).

Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas
tampaknya kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan
akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang
mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau
isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan
kata tersebut memang sudah demikian adanya.

Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk
kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini.
“akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
(ibnu miskawiah)
“akhlak dan etika itu merupakan dua kata yang memiliki wacana yang
sama yaitu wacana tentang baik dan buruk, tidak lebih dari itu.” (al
gazhali)
Sedangkan menurut Musthafa ( 1999: 15) akhlak adalah tabi’at atau sifat
seseorang dalam keadaan jiwa yang sudah terlatih, sehingga dalam jiwa
tersebut benar-benar melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan
dengan mudah dan spontan tanpa difikirkan terlebih dahulu.

Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak:

1. Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi


kepribadiannya.
2. Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3. Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada
paksaan atau tekanan dari luar.
4. Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5. Dilakukan dengan ikhlas
5. Faktor-faktor pembentuk akhlak

A. Instinct (naluri)

 Nutritive instinct (auri maka sejak lahir)


 Sexual istinct (naluri berjodoh)
 Paternal instinct (naluri keibuan dan kebapakan)
 Combative instinct (naluriberjuang)
 Naluri bertuhan

B. Keturunan

1. Memiliki keturunan pokok beberapa sifat dan pembawaan yang


bersamaan. Misal badan, perasaan, akal pikiran dan perasaan. 

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah


menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-
laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang
dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kamu.” (An nisa )

Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh
(tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim.
di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur
yang serupa Yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.

Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau


memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah
seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu
dengan nama Allah.

2.Menurunkan sifat-sifat manusia.


“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal.” (Al Hujurat )

3.Menurunkan fisik ‘Azam (kemauan keras).

“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai


keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu
meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab
yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di
dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang
cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.

Perbedaan Akhlakul Karimah dan Akhlakul Mazmumah :

Akhlak Mahmudah/Karimah

Akhlak Mahmudah adalah akhlak yang mulia yang sangat banyak


jumlahnya seperti mengabdi kepada Allah SWT, Mencintai Rasulullah,
Sabar,  Pemaaf, Berbakti kepada orang tua, Suka musyawarah, dll.
namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia
dengan manusia. Akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

Akhlak Terhadap Allah


Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada
Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat
itu, yang jangankan manusia, Malaikatpun tidak akan menjangkau
hakekatnya.

Akhlak Terhadap Diri Sendiri


Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai,
menghormati, menyayangi, dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-
baiknya. Contohnya : tidak merokok, tidak minum-minuman beralkohol.

Akhlak Terhadap Sesama Manusia


Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, karena ia
berjasa dalam ikut serta mendewasakan kita dan merupakan orang yang
paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan dengan
memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan, dan menghargainya.

Akhlakul Madzmumah

Akhlakul Madzmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan atau


kebaikan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut di atas misal :
Ujub, Riya’, Dengki, Iri, Dendam, Hasud. Dalam ajaran Islam tetap
membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami
dengan benar dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya.

6. Aktualisasi akhlak dalam kehidupan masyarakat

Akhlak tehadap Allah


Berucap dan bertingkah laku terpuji terhadap Allah SWT, baik melalui
ibadah langsung maupun melalui perilaku tertentu yang mencerminkan
hubungan atau komunikasi dengan Allah diluar ibadah itu.
Akhlak terhadap diri sendiri
Setia (Al-Amanah), Benar (As-Shidqu), Adil (Al-Adlu), Memelihara
kesucian diri(Al-Ifafah),Malu(Al-Hayah),Keberanian(As-
Sajaah),Kekuatan(Al-Quwwah),Kesabaran(As-Shabru), Kasih sayang(Ar-
Rahman), Hemat(Al-Iqtishad).
Akhlak terhadap keluarga
Prinsip-prinsip dalam melaksanakan akhlak mahmudah terhadap orang
tua adalah: patuh, ihsan, berterima kasih, dll.
Akhlak terhadap lingkungan
Seotang muslim dituntut untuk menebarkan rahmad bagi seluruh alam
(rahmatan lil ‘alamin) yaitu memandang alam dan lingkungannya denan
penuh kasih sayang.

 Kedudukan Akhlak Dalam Islam

Akhlak mempunyai kedudukan yang paling penting dalam agama Islam.


Antaranya:

1. Akhlak dihubungkan dengan tujuan risalah Islam atau antara


perutusan utama Rasulullah saw. Sabda Rasulullah saw yang
bermaksud: “Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia.” Pernyataan Rasulullah itu menunjukkan
pentingnya kedudukan akhlak dalam Islam.
2. Akhlak menentukan kedudukan seseorang di akhirat nanti yang
mana akhlak yang baik dapat memberatkan timbangan amalan
yang baik. Begitulah juga sebaliknya. Sabda Rasulullah saw yang
bermaksud: “Tiada sesuatu yang lebih berat dalam daun timbangan
melainkan akhlak yang baik.”
3. Akhlak dapat menyempurnakan keimanan seseorang mukmin.
Sabda Rasulullah saw yang bermaksud: “Orang mukmin yang
paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya.”
4. Akhlak yang baik dapat menghapuskan dosa manakala akhlak yang
buruk boleh merosakkan pahala. Sabda Rasulullah saw yang
bermaksud: “Akhlak yang baik mencairkan dosa seperti air
mencairkan ais (salji) dan akhlak merosakkan amalan seperti cuka
merosakkan madu.”
5. Akhlak merupakan sifat Rasulullah saw di mana Allah swt telah
memuji Rasulullah kerana akhlaknya yang baik seperti yang
terdapat dalam al-Quran, firman Allah swt yang bermaksud:
“Sesungguhnya engkau seorang yang memiliki peribadi yang agung
mulia).” Pujian allah swt terhadap RasulNya dengan akhlak yang
mulia menunjukkan betapa besar dan pentingnya kedudukan akhlak
dalam Islam. Banak lagi ayat-ayat dan hadith-hadith Rasulullah saw
yang menunjukkan ketinggian kedudukan akhlak dan
menggalakkan kita supaya berusaha menghiasi jiwa kita dengan
akhlak yang mulia.

6. Akhlak tidak dapat dipisahkan dari Islam, sebagaimana dalam


sebuah hadith diterangkan bahawa seorang lelaki bertanya kepada
Rasulullah saw: “Wahai Rasulullah, apakah itu agama?” Rasulullah
menjawab: “Akhlak yang baik.”

7. Akhlak yang baik dapat menghindarkan seseorang itu daripada


neraka sebaliknya akhlak yang buruk menyebabkan seseorang itu
jauh dari syurga. Sebuah hadisth menerangkan bahawa, “Si fulan
pada siang harinya berpuasa dan pada malamnya bersembahyang
sedangkan akhlaknya buruk, menganggu jiran tetangganya dengan
perkataannya. Baginda bersabda : tidak ada kebaikan dalam
ibadahnya, dia adalah ahli neraka.”

8. Salah satu rukun agama Islam ialah Ihsan, iaitu merupakan asas
akhlak seseorang muslim. Ihsan iaitu beribadat kepada allah
seolah-olah kita melihatNya kerana walauun kita tidak melihatNya,
maka sesungguhnya Dia melihat kita. 

Hermawan,agus.2012.Pengantar Pendidikan di Perguruan Tinggi.(Kudus:An-


Nur)

7. Keterkaitan Etika, Moral, dan Akhlak


Moral, etika dan akhlak memiliki substansi yang sangat dekat bahkan bisa
dikatakan sama. Sebab tujuan ketiganya adalah mencari nilai-nilai positif
dalam bertingkah laku untuk menjadi makhluk yang bermoral etis sebagai
ciptaan, baik di mata Tuhan maupun makhluknya. Namun disini peneliti
lebih memilih moral sebagai bahasan sebab penggunaan moral seperti
tersebut di atas lebih cenderung digunakankepada sosial.

Apabila etika dan moral dihubungkan maka dapat dikatakan bahwa antara
etika dan moral memiliki obyek yang sama yaitu sama-sama membahas
tentang perbuatan manusia untuk selanjutnya di tentukan posisinya baik
atau buruk. Tolak ukur yang di gunakan dalam moral untuk mengukur
tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan, dan lainnya yang
berlaku dimasyarakat.
Menurut Ibnu Arabi hati manusia itu bisa baik dan buruk, karena di dalam
diri manusia terdapat 3 nafsu :

1.Syahwaniyah
Nafsu ini ada pada diri manusia dan binatang yaitu nafsu pada kelezatan
(makanan,minuman) dan syahwat jasmani. Apabila manusia tidak
mengendalikan nafsu ini maka manusia tidak ada bedanya dengan
binatang.

2.Al-Ghadabiyah
Nafsu ini juga ada pada diri manusia dan binatang , cenderung pada
marah, merusak, ambisi dan senang menguasai dan mengalahkan orang
lain serta lebih kuat di banding dengan syahwaniyah dan berbahaya jika
tidak dikendalikan

3.Al-Nathiqah
Nafsu yang membedakan manusia dengan binatang. Nafsu ini mampu
membuat berzikir, mengambil hikmah, memahami fenomena alam dan
manusia menjadi agung, besar cita-citanya, kagum terhadap dirinya
hingga bersyukur kepada Allah. Yang menjadikan manusia dapat
mengendalikan 2 nafsu di atas dan membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk

Manfaat etika, moral dan akhlak dalam kehidupan

 Menjadikan insan yang lebih taqwa kepada Allah.


 Dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
 Memperbaiki tingkah laku manusia untuk menjadi pribadi yang baik.
 Mengetahui dampak positif  hidup rukun  dalam kehidupan.
 Memahami pentingnya arti persatuan di dalam kehudipan.
 Menumbuhkan kesadaran pribadi untuk membentuk nuansa
kebersamaan dalam kehidupan sosial.
 Dapat berperilaku mahmudah yaitu berakhlak terpuji dan mampu
mennghindari akhlak madzmumah.
Wahyudin,Achmad,dkk. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.(Grasindo)h 53

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas saya disimpulkan bahwa etika merupakan


suatu pola perilaku yang dihasilkan oleh akal manusia dan suatu paham
keilmuan yang berguna untuk menentukan pakah perbuatan manusia itu
dikatakan baik atau buruk berdasarkan pendapat akal pikiran. Definisi
moral merupakan nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Moral dalam islam memeiliki Lima Nilai Moral Islam dikenal pula sebagai
Sepuluh Perintah Tuhan versi Islam. Perintah-perintah ini tercantum
dalam Al-Qur'an surat Al-An'aam 6:150-153 yaitu Nilai Pembebasan, Nilai
Keluarga ,Nilai Kemanusiaan,Nilai Keadilan, dan Nilai Kejujuran. Dan
definisi Akhlak menurut Ibnu Miskawaih merupakan sifat yang tertanam
dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Keterkaitan Etika Moral dan
Akhlak sangatlah penting bagi kehidupan sehari hari dan Kesemuanya itu
juga dapat menjadi pedoman bagi kita untuk mengevaluasi keadaan di
sekitar kita serta kita dapat dengan mudah memfilterisasi segala sesuatu
yang kita dapatkan, agar kita menjadi pribadi yang ber-etika, moral, dan
akhlak yang baik

Anda mungkin juga menyukai