Etika dalam islam disebut akhlak. Berasal dari bahasa Arab al-akhlak
yang merupakan bentukjamakdari al-khuluq yang berartibudipekerti,
tabiat atau watak yang tercantum dalam al-qur’an sebagai konsideran.
(Pertimbangan yg menjadi dasar penetapan keputusan,peraturan)
Istilah etika dalam ajaran Islam tidak sama dengan apa yang diartikan
oleh para ilmuan barat. Bila etika barat sifatnya ”antroposentrik” (berkisar
sekitar manusia), maka etika islam bersipat ”teosentrik” (berkisar sekitar
Tuhan). Dalam etika Islam suatu perbuatan selalu dihubungkan dengan
amal saleh atau dosa dengan pahala atau siksa, dengan surga atau
neraka (Musnamar, 1986: 88)
Dipandang dari segi ajaran yang mendasari etika Islam tergolong etika
teologis. Menurut Dr. H. Hamzah Ya’qub pengertian :
etika teologis ialah yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan
manusia, didasarkan atas ajaran Tuhan. Segala perbuatan yang
diperintahkan Tuhan itulah yang baik dan segala perbuatan yang dilarang
oleh Tuhan itulah perbuatan yang buruk .
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu
mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing
mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita
membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata
’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama
mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata
’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah
nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang
membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani
dan ‘moral’ dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan
pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan
orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam
masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral
bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma
yang tidak baik.
‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada
dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara
tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan
atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau
keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Lima Nilai Moral Islam dikenal pula sebagai Sepuluh Perintah Tuhan versi
Islam. Perintah-perintah ini tercantum dalam Al-Qur'an (surat Al-An'aam
6:150-153) di mana Allah menyebutnya sebagai Jalan yang Lurus
(Shirathal Mustaqim ):
4. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak,
yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik
(peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim
mashdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan,
sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti
al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat
(kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din
(agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas
tampaknya kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan
akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang
mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau
isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan
kata tersebut memang sudah demikian adanya.
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk
kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini.
“akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
(ibnu miskawiah)
“akhlak dan etika itu merupakan dua kata yang memiliki wacana yang
sama yaitu wacana tentang baik dan buruk, tidak lebih dari itu.” (al
gazhali)
Sedangkan menurut Musthafa ( 1999: 15) akhlak adalah tabi’at atau sifat
seseorang dalam keadaan jiwa yang sudah terlatih, sehingga dalam jiwa
tersebut benar-benar melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan
dengan mudah dan spontan tanpa difikirkan terlebih dahulu.
A. Instinct (naluri)
B. Keturunan
Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh
(tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim.
di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur
yang serupa Yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.
Akhlak Mahmudah/Karimah
Akhlakul Madzmumah
8. Salah satu rukun agama Islam ialah Ihsan, iaitu merupakan asas
akhlak seseorang muslim. Ihsan iaitu beribadat kepada allah
seolah-olah kita melihatNya kerana walauun kita tidak melihatNya,
maka sesungguhnya Dia melihat kita.
Apabila etika dan moral dihubungkan maka dapat dikatakan bahwa antara
etika dan moral memiliki obyek yang sama yaitu sama-sama membahas
tentang perbuatan manusia untuk selanjutnya di tentukan posisinya baik
atau buruk. Tolak ukur yang di gunakan dalam moral untuk mengukur
tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan, dan lainnya yang
berlaku dimasyarakat.
Menurut Ibnu Arabi hati manusia itu bisa baik dan buruk, karena di dalam
diri manusia terdapat 3 nafsu :
1.Syahwaniyah
Nafsu ini ada pada diri manusia dan binatang yaitu nafsu pada kelezatan
(makanan,minuman) dan syahwat jasmani. Apabila manusia tidak
mengendalikan nafsu ini maka manusia tidak ada bedanya dengan
binatang.
2.Al-Ghadabiyah
Nafsu ini juga ada pada diri manusia dan binatang , cenderung pada
marah, merusak, ambisi dan senang menguasai dan mengalahkan orang
lain serta lebih kuat di banding dengan syahwaniyah dan berbahaya jika
tidak dikendalikan
3.Al-Nathiqah
Nafsu yang membedakan manusia dengan binatang. Nafsu ini mampu
membuat berzikir, mengambil hikmah, memahami fenomena alam dan
manusia menjadi agung, besar cita-citanya, kagum terhadap dirinya
hingga bersyukur kepada Allah. Yang menjadikan manusia dapat
mengendalikan 2 nafsu di atas dan membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk
KESIMPULAN