Anda di halaman 1dari 180

MAKNA AKHLAK DALAM ISLAM

Oleh : Astika, Dwi S, Nafiul, Silvi

A. PENDAHULUAN
Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka
dasar ajaran agama Islam yang memiliki kedudukan
sangat penting. Akhlak merupakan buah yang
dihasilkan dari proses penerapan akidah dan syariah.
Ibarat bangunan, akhlak merupakan kesempurnaan dari
bangunan tersebut setelah dipondasi dengan kuat. Jadi,
tidaklah mungkin akhlak ini akan terwujud apabila
seseorang tidak memiliki aqidah dan syariah yang baik.
Saat ini, istilah akhlak sudah lebih didominasi istilah
karakter yang sebenarnya memiliki makna sama, yakni
sikap dan perilaku seseorang.
Dalam sabda Rasulullah Saw mengisyaratkan
bahwa, kehadirannya dibumi ini akan membawa misi
pokok dan menyempurnakan akhlak mulia. Misi yang
dijalankan olehnya sangatlah agung dan dijalankan lebih
dari 22 tahun. Nabi melakukannya dimulai dengan
pembenahan akidah masyarakat Arab kurang lebih 13
tahun. Kemudian Rasulullah Saw mengajak untuk
menerapkan syariah setelah akidahnya kuat. Dengan
kedua sarana inilah Rasulullah Saw merealisasikan
akhlak mulia dikalangan umat Islam pada waktu itu.
1
Berdasarkan latar belakang tersebut ada beberapa
rumusan masalah yang akan dibahas pada kajian ini,
diantaranya: akhlak, etika, dan moral, pembagian akhlak
dalam Islam serta landasan akhlak yang dijadikan
pedoman atau patokan dalam Islam untuk menerapkan
akhlak mulia tersebut.
Tujuan dari kajian ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman bagi mahasiswa terkait akhlak dalam Islam,
pembagian akhlak dalam Islam, serta landasan akhlak
untuk dapat menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan
seharihari (moral action). Dengan kajian ini
diharapkan mahasiswa dapat memiliki sikap, moral, dan
etika yang baik supaya mampu menjadi bekal untuk
mengamalkan ilmu yang ditekuninya dalam bersosial
kelak.

B. AKHLAK, ETIKA, DAN MORAL


Secara garis besar Agama Islam terdiri dari tiga
dimensi ajaran, yaitu: Iman, Islam, Ihsan. Sebagaimana
hadits dari Umar bin Khattab tentang peristiwa dialog
yang terjadi antara Nabi dengan Jibril yang menyamar
sebagai seorang manusia yang datang kala Nabi sedang
mengajar para sahabat dan bertanya tentang Iman,
Islam, dan Ihsan, maka Nabi menjawab tentang Ihsan.

2
Ihsan adalah jika engkau beribadah kepada Allah
seolah-olah engkau melihat Allah dan jika engkau tidak
mampu melihat Allah maka sesungguhnya Allah melihatMu.
(HR. Bukhari Muslim).
Ihsan berarti marifat kepada Allah, menyaksikan
keberadaan Allah di dalam setiap keadaan dengan
pandangan yang yakin, dengan pengetahuan yang yakin
dan hakikat kenyakinan. Allah memerintahkan agar
manusia mendapatkan kenyakinan yang benar dengan
jalan senantiasa beribadah kepada Allah SWT.

)u9$# y7u?'t 4Lym y7/u 6$#u

Artinya :
Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang
diyakini (ajal). (QS. Al Hijr : 99).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
akhlaknya orang mukmin itu adalah tasawuf, suatu etika
yang terkonsentrasikan pada Allah semata dengan
keterlibatan hati dan jiwa secara utuh.
1. Pengertian Akhlak
Dalam pengertian sehari-hari (bahasa
Indonesia) akhlak umumnya santun dan tidak
berbeda pula dengan arti kata moral. Manusia

3
akan menjadi sempurna jika mempunyai akhlak
terpuji serta menjauhkan segala akhlak tercela.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1989), akhlak seringkali disamakan dengan
kesusilaan, atau sopan santun. Dan tidak berbeda
pula dengan arti kata moral, ethic dalam bahasa
Inggris. Manusia akan menjadi sempurna apabila
memiliki akhlak terpuji serta menjauhkan dari
halhal yang tercela.2
Akhlak bisa menjadi baik atau bahkan
sebaliknya. Hal itu tergantung tata nilai yang
dijadikan landasan atau tolak ukurnya. Di
Indonesia, kata akhlak dikonotasikan sebagai hal
yang positif. Adapun secara istilah, akhlak
merupakan sistem nilai yang mengatur pola sikap
dan tindakan manusia dimuka bumi. Sistem nilai
yang dimaksud adalah ajaran Islam berdasarkan
Al-Quran dan as sunnah.
Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas
pada kajian ini akan menjelaskan pengertian
akhlak dengan nuansa yang berbeda. Kata akhlak
yang berasal dari kata al-akhlaq yang berarti

1
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009) cet. 3, hal.221
2
Matta,Anis, Membentuk Karakter Cara Islam, (Jakarta: Al-Itishom,
2006), cet. 3, hal.14
4
tabiat, perangai, dan kebiasaan. Salah satu hadits
Nabi Muhammad Saw adalah sebagai berikut.
Yang artinya :
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah
Saw bersabda: Sesungguhnya aku hanya diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. ( HR.
Ahmad).
Sedangkan dalam al-Quran ditemukan bentuk
tunggal dari akhlaq yaitu khuluq:

5t @,=z 4n?ys9 y7)u

Artinya :
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam: 4)
Khuluq adalah ibarat dari perilaku manusia
yang membedakan baik dan buruk, lalu disenangi
dan dipilih yang baik untuk dipraktekkan dalam
perbuatan, sedang yang buruk dibenci dan
dihilangkan. 3 Katakata tersebut juga seringkali
disejajarkan dengan budi pekerti, tata susila, tata
krama atau sopan santun.

3
Marzuki, Konsep Akhlak Islam, BAB 4 hal 170, diakses melalui
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr.%20Marzuki,%20M.
Ag./Dr.%20Marzuki,%20M.Ag_.%20%20Buku%20PAI%20UNY%20-
%20BAB%2010.%20Konsep%20Akhlak%20Islam.pdf. Diakses pada tanggal
10 september 2016 pukul 18:05
5
Akhlak kepada Allah SWT merupakan
pengakuan dan kesadaran bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah dan berikut perilaku yang dikerjakan
adalah:
1. Al-Hubb
Yaitu mencintai Allah SWT
melebihi cinta kepada apa dan siapapun
juga dengan mempergunakan firman-Nya
dalam Al-Quran sebagai pedoman hidup
dan kehidupan. Kecintaan kita terhadap
Allah diwujudkan dengan cara
melaksanakan segala perintahnya dan
menjauhi segala larangan-Nya.
2. Al-Raja
Yaitu mengharap karunia dan
berusaha memperoleh keridhaan Allah
SWT.
3. As-Syukr
Yaitu mensyukuri nikmat dan
karunia Allah SWT.
4. Qanaah
Yaitu menerima dengan ikhlas
semua kadar Illahi setelah berikhtiar
maksimal.

6
5. Memohon ampunan hanya kepada Allah
SWT.
6. At-taubat
Yaitu bertaubat hanya kepada Allah
SWT. Taubat yang paling tinggi adalah
taubatan nasuha yaitu taubat yang
sesungguhnya, benarbenar taubat dan
tidak lagi melakukan perbuatan yang
dilarang Allah SWT, dengan tertib
melaksanakan perintah dan menjauhi yang
dilarang Allah SWT.
2. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos
yang berarti watak, susila, adat. Adapaun secara
istilah dari Ahmad Amin mengemukakan bahwa,
etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk. Menerangkan apa yang harus dilakukan
manusia untuk menunjukkan hal apa yang
seharusnya mereka perbuat. Sedangkan Soegarda
Poerbakawatja mengartikan etika sebagai filsafat
nilai, kesusilaan tenang baik dan buruk, serta
berusaha mempelajari nilai-nilai.
Pengertian lebih lanjut dikemukakan oleh
Ki Hajar Dewantara. Menurutnya, etika
merupakan ilmu yang mempelajari tentang
7
kebaikan dan keburukan dalam kehidupan
manusia. Lebih spesifiknya dalam gerak gerik
pikiran dan rasa merupakan pertimbangan dan
perasaan sampai mengenai tujuannya yang dapat
merupakan perbuatan.
Dari beberapa definisi diatas dapat
diketahui bahwa etika berhubungan dengan empat
hal, yakni sebagai berikut:
a. Pertama, dilihat dari segi objek
pembahasannya etika berupaya membahas
perbuatan yang dilakukan manusia.
b. Kedua, dari sumbernya etika bersumber
pada akal pikiran atau filsafat.
c. Ketiga, dari segi fungsinya etika berfungsi
sebagai penilaian, penentu, dan penetap
suatu perbuatan yang dilakukan oleh
manusia.
d. Keempat, dilihat dari segi sifatnya etika
bersifat relatif yakni dapat berubahubah
sesuai dengan tuntutan zaman.4
3. Pengertian Moral
Moral berasal dari bahasa latin mores
artinya kebiasaan. Moral adalah istilah yang

4
Nata,Abuddin, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2013), cet. 2, hal.75-76
8
digunakan untuk menentukan batas-batas suatu
sifat, perangai, kehendak, dan pendapat atau
perbuatan yang layak dikatakan baik, benar, salah
atau buruk. 5 Dalam perkembangan selanjutnya
istilah moral sering didahului dengan kata
kesadaran, sehingga menjadi istilah kesadaran
moral. Kesadaran moral merupakan faktor
penting untuk memungkinkan tindakan manusia
selalu bermoral, berperilaku susila, dan
perbuatannya selalu sesuai dengan norma yang
berlaku.
Kesadaran moral erat kaitannya dengan
hati nurani. Dan kesadaran moral itu mencakup
tiga hal.
a. Pertama, perasaan wajib atau keharusan
untuk melakukan tindakan yang bermoral.
b. Kedua, kesadaran moral juga dapat
berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu
perbuatan yang secara umum diterima oleh
masyarakat, sebagai hal yang objektif dan
dapat diberlakukan secara universal,
artinya disetujui, berlaku pada setiap waktu

5
Ali,Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta; PT Raja
Grafindo Persada, 2001),cet. 11, hal.353
9
dan tempat bagi setiap orang yang berada
dalam situasi yang sejenis.
c. Ketiga, kesadaran moral dapat pula muncul
dalam bentuk kebebasan.

C. PEMBAGIAN AKHLAK
Secara garis besar akhlak ada dua macam yakni,
akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah. Untuk
penjelasannya akan dibahas sebagai berikut:
1. Akhlak mahmudah
Yaitu segala bentuk sikap dan perilaku
yang terpuji. Akhlak yang terpuji adalah akhlak
yang dikehendaki oleh Allah SWT dan
dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Akhlak dapat
diartikan sebagai akhlak orangorang yang
6
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Berikut contoh akhlak mahmudah :
a. Sifat setia (al-amanah)
b. Pemaaf (al-afwu)
c. Menepati janji (al-wafa)
d. Tolongmenolong (at-taawun)
e. Murah hati (as-sakhau)

6
Saebani ,Beni Ahmad dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2010), cet. 1, hal.200

10
f. Sabar (as-shabru)
g. Hemat (al-iqtishad)
h. Menghormati tamu (ad-dliyafah)
i. Merendah diri (at-tawadlu)
j. Menundukan diri dihadapan Allah (al-
khusyu)
2. Akhlak madzmumah
Yaitu perbuatan buruk terhadap Tuhan (Al-
Khaliq), sesama manusia, dan makhluk yang
lainnya.
a. Akhlak buruk terhadap Allah SWT:
1) Takabbur (Al-Kibru) yaitu sikap
menyombongkan diri, sehingga tidak
mau mengakui kekuasaan Allah
SWT yang artinya hal ini termasuk
mengingkari nikmat Allah SWT.
2) Musyrik (Al-Syirik) yaitu sikap
mempersekutukan Allah SWT
dengan makhluk-Nya, dengan cara
menganggapnya bahwa ada suatu
makhluk yang menyamai kekuasaan-
Nya
3) Murtad (Ar-riddah) yaitu sikap yang
meninggalkan atau keluar dari Islam
untuk mnjadi kafir.
11
4) Munafiq (An-Nifaaq) yaitu sikap
yang menampilkan dirinya
bertentangan dengan kemauan
hatinya dalam kehidupan beragama.
5) Rakus dan Tamak (Al-Hirshu dan
Ath-Thamau) yaitu sikap yang tidak
pernah merasa cukup, selalu ingin
menambah apa yang ia miliki tanpa
memperhatikan hakhak orang lain.
Hal ini berbanding terbalik dengan
rasa cukup (Qanaah) dan
merupakan akhlak yang buruk.
b. Akhlak buruk terhadap manusia
1) Mudah marah (Al-Ghadhab) yaitu
kondisi emosi seseorang yang tidak
dapat ditahan oleh kesadarannya,
sehingga menonjolkan sikap dan
perilaku yang tidak menyenangkan
orang lain.
2) Iri hati atau dengki (Al-Hasadu atau
Al-Hiqdu) yaitu sikap keiwaan yang
menginginkan agar kenikmatan dan
kebahagiaan hidup orang lain hilang.
3) Mengadu-adu (An-Namiimah) yaitu
perilaku yang suka memindah
12
perkataan kepada orang lain dengan
maksud agar hubungan keduanya
rusak.
4) Mengumpat (Al-Ghiibah) yaitu suatu
perilaku yang membicarakan
keburukan seseorang kepada orang
lain.
5) Berbuat Aniaya (Azh-Zhulmu) yaitu
suatu perbuatan yang merugikan
orang lain. Baik kerugian matriil
maupun non matriil. Dan adapula
yang mengatakan bahwa, seseorang
yang mengambil hakhak orang lain
termasuk perbuatan Dzalim
(menganiaya).

D. LANDASAN AKHLAK DALAM ISLAM


Sumber untuk menentukan akhlak dalam Islam
guna membedakan mana yang baik dan yang buruk
adalah sebagaimana keseluruhan ajaran Islam lainnya
yaitu Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik
dan buruk dalam akhlak Islam ukurannya adalah baik
dan buruk menurut kedua sumber itu, bukan baik dan
buruk menurut akal manusia. Allah SWT berfirman:
Artinya:
13
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah. (Itulah) agama
yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS.
AlRum : 30).
Dengan fitrah itulah manusia akan mencintai
kesucian dan cenderung berbuat kebenaran. Hati
nuraninya selalu mendambakan kebenaran, ingin
mengikuti ajaranajaran Allah dan rasul-Nya, karena
kebenaran tidak mudah untuk dicapai kecuali dengan
Allah SWT sebagai sumber kebenaran yang mutlak.
Harus diakui bahwa fitrah manusia tidak selalu dapat
berfungsi dengan baik. Pendidikan dan pengalaman
manusia dapat mempengaruhi eksistensi fitrah manusia
itu. Dengan pengaruh tersebut tidak sedikit fitrah
manusia menjadi kotor dan tertutup sehingga tidak lagi
dapat menentukan baik dan buruk dengan benar. Karena
itulah ukuran baik dan buruk tidak dapat diserahkan
kepada hati nurani belaka, tetapi harus dikembalikan
kepada wahyu yang terjamin kebenarannya.
Orang Islam yang memiliki aqidah yang benar
dan kuat, berkewajiban untuk berakhlak baik kepada
Allah SWT. dengan cara menjaga kemauan dengan
meluruskan ubudiyah dengan dasar tauhid (QS. al-
Ikhlash:14; QS. al- Dzariyat: 56), menaati perintahnya
(QS. Ali Imran : 132), ikhlas dalam semua amal (QS.
14
al-Bayyinah: 5), tadlarru dan khusu dalam beribadah
(QS. al-Fatihah: 6), berdoa dan penuh harapan pada
Allah Swt. (QS. al-Zumar: 53), berbaik sangka pada
setiap ketentuan Allah (QS. Ali Imran: 154),
bertawakal setelah memiliki kemauan dan ketetapan hati
(QS. Ali Imran: 159), bersyukur (QS. Ibrahim: 7), dan
bertaubat serta istighfar bila berbuat kesalahan (QS. al-
Tahrim: 8).7

E. KESIMPULAN
Demikian kajian yang kami paparkan, dari
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa, akhlak
merupakan attitude atau sikap dan perilaku manusia
yang mencerminkan diri mereka tentang hal yang
dilakukan baik atau buruk. Penilaian baik buruknya
akhlak dilakukan dari beberapa sumber yakni al-Quran,
as-sunnah maupun dan hadits. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa akhlaknya orang mukmin itu adalah
tasawuf, suatu etika yang terkonsentrasikan pada Allah
semata dengan keterlibatan hati dan jiwa secara utuh.

7
Marzuki, Konsep Akhlak Islam, BAB 4 hal 178, diakses melalui
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr.%20Marzuki,%20M.
Ag./Dr.%20Marzuki,%20M.Ag_.%20%20Buku%20PAI%20UNY%20-
%20BAB%2010.%20Konsep%20Akhlak%20Islam.pdf. Diakses pada tanggal
10 september 2016 pukul 16:33
15
Akhlak tidak sulit untuk diperbincangkan, tetapi
sangaltlah sulit untuk diterapkan. Untuk bisa berakhlak
mulia, seseorang tidak harus memulai dari memahami
apa itu akhlak dan apa saja nilainilai mulia dalam
akhlak, akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana ia
dapat menerapkan dalam kehidupan seharihari.
Meskipun demikian, pemahaman yang benar tentang
akhlak juga menjadi dasar awal bagi seseorang sehingga
memiliki motivasi yang kuat untuk bisa berakhlak dan
berkarakter mulia.
Untuk bisa merealisasikannya nilainilai akhlak
dalam kehidupan nyata butuh pemahaman yang benar,
fasilitas yang cukup, aturanaturan yang tegas (law
inforcement), keteladanan (role model).

16
SEJARAH TASAWUF
Esa, Mumun, Anjar, Ana

A. PENDAHULUAN
Tasawuf merupakan salah satu aspek (esoteris)
Islam, sebagai perwujudan dari ihsan yang berarti
kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung
seorang hamba dengan tuhan-Nya. Tasawuf sebenarnya
tidak pernah mengajarkan untuk menjauhi urusan
kehidupan dunia. Hanya saja praktek tasawuf yang
berlebihan dapat mengurangi perhatian terhadap
kepentingan hidup duniawi. Misalnya banyak sufi
sering berpuasa di siang hari dan beribadah dan berzikir
pada malam hari, sehingga mereka kurang memiliki
kesempatan untuk memperhatikan kehidupan dunia.
Dalam ajaran tasawuf, tidak semua orang bahkan
seorang sufi pun tidak begitu saja dapat berada dekat
dengan Tuhan, melainkan terlebih dahulu ia harus
menempuh beberapa tahap proses tertentu. Misalnya
harus menempuh beberapa maqam (stasiun), yaitu
disiplin dalam kerohanian yang ditunjukan oleh seorang
calon sufi dalam bentuk berbagai pengalaman yang
dirasakan dan diperoleh melalui usaha-usaha tertentu.
Seperti dalam Al-Quran, "Barang siapa yang
mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun
17
perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan." (An-Nahl: 97).

Dalam makalah ini kami akan membahas


mengenai makna dan sejarah tasawuf, macam-macam
aliran tasawuf, dan landasan tasawuf dalam Islam.
Berdasarkan pembahasan diatas, penulisan makalah ini
bertujuan untuk memahami apa makna dan sejarah
tasawuf, mengetahui macam-macam tasawuf, serta
mengetahui landasan tasawuf dalam Islam.

B. MAKNA DAN SEJARAH TASAWUF


Pada hakikatnya tasawuf adalah tashfiyatul qalbi
anis shifatil madzmumah, yang berarti membersihkan
hati dari sifat-sifat yang tercela. Oleh karena itu yang
menjadi sasaran tasawuf adalah hati, jiwa, rohani, atau
batin yang menjadi sumber segala sikap dan tingkah
laku manusia untuk menuju kebersihan hati agar
memperoleh keridhaan Allah.8 Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa tasawuf adalah suatu ajaran dalam

8
Simuh,dkk. Tasawuf dan Krisis (Pustaka Pelajar:Semarang,2001).
hlm 170
18
Islam yang mengajarkan bagaimana seharusnya
seseorang bersikap mental dalam hubungannya dengan
Allah, dengan sesama manusia dengan alam
lingkungannya yang didasarkan petunjuk Al-Quran dan
Al-Sunnah.
Tasawuf disini meliputi dua macam bentuk, yaitu:
tasawuf ammah (yang umum) dan tasawuf khashshah
(yang khusus). 9 Yang pertama berupa semua bentuk
kegiatan dalam usaha peningkatan moral dan akhlak,
yaitu meliputi segala perbuatan baik yang dilakukan
dengan istiqamah, seperti: shalat, wirid, infak, sedekah,
menolong orang lain, amar maruf nahi munkar, bahkan
juga kegiatan mencari nafkah didasari niat yang benar.
Yang kedua berupa kegiatan tata wirid yang
dipraktekkan secara istiqamah, yang diterima dari guru-
guru tertentu yang berkesinambungan secara berangkai
(bersanad muttasil) sampai kepada Rasulallah Saw.10
Tasawuf merupakan usaha untuk melaksanakan
ajaran agama Islam secara murni dengan maksud untuk
mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menempuh
kehidupan zuhud, menghindari gemerlap kehidupan
dunia, rela hidup dalam keprihatinan, melakukan

9
Ibid. Simuh,dkk. Tasawuf dan Krisi, hlm.171
10
Op.cit Simuh,dkk. Tasawuf dan Krisis, hal.171
19
berbagai jenis amalan ibadah, melaparkan diri,
mengerjakan sholat malam.11
Bahkan tidak sedikit orang menderita sakit dalam
bertasawuf, kemudian orang tersebut sembuh dengan
melakukan meditasi.Meditasi terdapat dalam berbagai
budaya dan agama.Dalam Islam misalnya meditasi
diajarkan dalam tasawuf. Ada beberapa kegiatan yang
dapat dikategorikan sebagai meditasi dalam tasawuf,
yaitu tafakkur, wirid, zikir, doa dan uzlah.12
Tafakkur berarti perenungan, yaitu merenungkan
ciptaan Allah, kekuasaannya yang nyata dan
tersembunyi serta kebesaran-Nya diseluruh langit dan
bumi. Kita dianjurkan untuk bertafakkur tentang
karunia, kemurahan dan nikmat yang telah dilimpahkan
oleh Allah. Tafakkur seperni ini akan mendorong kita
untuk selalu mensyukuri dan menyibukkan diri dengan
ibadah dan amalsaleh sebagai wujud kecintaan kita
kepada Allah.
Kegiatan lain dalam tasawuf adalah wirid. Wirid
adalah latihan spiritual dengan menyebut nama-nama

11
Ayahanif, Tasawuf dan Perkembangannya, diakses dari
http://plosorejokuluwut.blogspot.co.id/2016/04/tasawuf-dan-
perkembangannya.html pada tangal 03 April 2016 pukul 21.13
12
Sudirman Tebba. Tasawuf Positif (Kencana:Bogor, 2003). hlm. 54-
58
20
Allah, yang biasa disebut asmaul husna, jumlahnya
99nama. Wirid juga adalah mengerjakan shalat sunnah,
membaca Al-Quran, zikir doa dan tafakkur.
Kegiatan lainnya adalah zikir.Zikir berarti
mengingat, menyebut atau mengagungkan Allah dengan
mengulang-ulang salah satu nama-Nya atau kalimat
keagungan-Nya. Zikir yang hakiki adalah sebuah
keadaan spiritual dimana seorang yang mengingat Allah
memusatkan segenap kekuatan fisik dan spiritualnya
kepada Allah, sehingga seluruh wujudnya bisa bersatu
dengan Yang Maha Mutlak. Ini adalah amalan dasar
dalam menempuh jalan sufi.
Berikutnya adalah doa. Doa berarti permintaan
atau permohonan, yaitu permohonan manusia kepada
Allah untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan
keselamatan di akhirat. Dengan demikian, doa itu
dipanjatkan hanya kepada Allah, tidak kepada selain
Allah. Walaupun misalnya ada orang berdoa di kuburan,
tetapi doanya tetap kepada Allah, tidak kepada orang
mati yang ada dalam kubur itu.
Yang terakhir adalah uzlah. Uzlah berarti
mengasingkan diri dari pergaulan dengan masyarakat
untuk menghindari maksiat dan kejahatan serta melatih
jiwa dengan melakukan ibadah, zikir, doa dan tafakkur

21
tentang kebesaran Allah dalam mendekatkan diri
kepada-Nya.
Istilah Sufi baru muncul kepermukaan pada abad
kedua Hijriyah, sebelum itu kaum muslimin dalam
kurun awal Islam sampai abad pertama Hijriyah belum
mengenal istilah tersebut. Namun bentuk amaliah para
sufi itu tentu sudah ada sejak dari awal kelahiran Islam
itu dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW., bahkan
sejak manusia diciptakan.
Sejarah historis ajaran tasawuf mengalami
perkembangan yang sangat pesat, berawal dari upaya
meniru pola kehidupan Rasulullah SAW., baik sebelum
menjadi Nabi dan terutama setelah beliau bertugas
menjadi Nabi dan Rasul, perilaku dan kepribadian Nabi
Muhammad lah yang dijadikan tauladan utama bagi
para sahabat yang kemudian berkembang menjadi
doktrin yang bersifat konseptual. Tasawuf pada masa
Rasulullah SAW adalah sifat umum yang terdapat pada
hampir seluruh sahabat-sahabat Nabi tanpa terkecuali.
Berikut sejarah perkembangan tasawuf dari abad I
hingga sekarang.13

13
Rasyid Rizani, S.HI. M.HI, Sejarah Kelahiran Ilmu Tasawuf, diakses
dari http://konsultasi-hukum-online.com/2013/06/sejarah-kelahiran-ilmu-
tasawuf/ pada tanggal 24 Juni 2013
22
1. Masa pembentukan (Abad I dan II H)
Masa ini dimulai sekitar abad I dan II
Hijriyah. Tokoh-tokohnya seperti Hasan al-Basri,
Ibrahim bin Adham, Sufyan al-Sauri, dan Rabiah
al-Adawiyah. Abu al Wafa menyimpulkan bahwa
karakter zuhud pada abad I dan II H yaitu sebagai
berikut:
a. Menjauhkan diri dari dunia menuju ke
akhirat yang berakar pada nas agama yang
dilatarbelakangi oleh sosio-politik,
coraknya bersifat sederhana, praktis,
tujuannya untuk meningkatkan moral.
b. Masih bersifat praktis dan para pendirinya
tidak menaruh perhatian untuk menyusun
prinsip-prisnip teoritis atas kezhuduannya
itu. Sementara sarana-sarana praktisnya
adalah hidup dalam ketenangan dan
kesederhanaan secara penuh, sedikit makan
maupun minum, banyak beribadah dan
mengingat Allah SWT, dan berlebih-
lebihan dalam merasa dosa, tunduk mutlak
kepada kehendak-Nya dan berserah diri
kepada-Nya. Tasawuf pada masa ini
mengarah pada tujuan moral.

23
c. Motif zuhudnya ialah rasa takut, yaitu rasa
takut yang muncul dari landasan amal
keagamaan secara sungguh-sungguh.
Sementara pada akhir abad II Hijriyah di
tangan Rabiah al-Adawiyah muncul motif
rasa cinta, yang bebas dari rasa takut
terhadap adzab-Nya maupun terhadap
pahala-Nya. Hal ini dicerminkan lewat
penyucian diri, dan abstraksi dalam
hubungan antara manusia dengan Tuhan.
d. Menjelang akhir abad II Hijriyah, sebagian
zahid, khususnya di Khurasan dan rabiah
al-Adawiyah ditandai dengan kedalaman
membuat analisa, yang bisa dipandangs
ebagai fase pendahuluan tasawuf, atau
cikal bakal para pendiri tasawuf falsafi
abad III dan IV Hijriyah.
Pada masa ini kata zuhud lebih populer
ketimbang kata tasawuf. Untuk menjadi sufi
seseorang harus menjadi zahid, tiap sufi adalah
zahid, tapi bukan setiap zahid adalah sufi.
Mistisisme pada masa itu menjadi ciri mereka
yang dikenal dengan sebutan zuhhad (orang-
orang zuhud), nussak (ahli ibadah), qurra (ahli
baca), qushshash (ahli cerita hikmah), bukka
24
(yang menangisi dosa), urafa (ahli marifat),
darawisy (darwisy atau tunawisma).
2. Masa pengembangan (Abad III dan IV H)
Jika pada akhir abad II ajaran sufi berupa
kezuhudan, maka pada abad ketiga ini orang
sudah ramai membicarakan tentang lenyap dalam
kecintaan (fana fi mahbub), bersatu dalam
kecintaan (ittihad fi mahbub), bertemu dengan
Tuhan (liqa) dan menjadi satu dengan Tuhan
(ain al jama). Abu Yazid al-Bushthami (261 H)
adalah seorang sufi Persia yang pertamakali
menggunakan istilah fana sehingga dia dibilang
sebagai peletak batu pertama dalam aliran ini.
Nicholson mengatakan bahwa Abu Yazid adalah
dijuluki sebagai pendiri tasawuf yang berasal dari
Persia yang memasukkan ide wahdatul wujud
sebagai pemikiran orisinil dari Timur
sebagaimana thesofi merupakan kekhususan
pemikiran Yunani.
Sesudah Abu Yazid, muncul lagi seorang
sufi kenamaan Al Hallaj (w. 309 H) yang terkenal
dengan teori hululnya (inkarnasi Tuhan).
Percampuran antara roh manusia dengan Tuhan
diumpamakan al Hallaj bagaikan bercampurnya
air dengan khamer, jika ada sesuatu yang
25
menyentuh-Nya maka mententuh aku. Di
samping teori hululnya dia juga mempunyai
pandangan tentang teori nur Muhammad dan
wahdat al adyan.
Dengan demikian tasawuf pada abad III
dan IV Hijriyah lebih mengarahkan pada ciri
psikomoral dan perhatiannya diarahkan pada
moral serta tingkah laku. Sudah sedemikian
berkembang, sehingga sudah merupakan mazhab,
bahkan seolah-olah agama yang berdiri sendiri.
Pada abad III dan IV Hijriyah ini terdapat 2
aliran, yaitu :
a. Aliran tasawuf sunni, yaitu bentuk tasawuf
yang memagari dirinya dengan Alquran
dan al-Hadits secara ketat, serta
mengaitkan ahwal (keadaan) dan maqamat
(tingkatan rohaniah) mereka kepada kedua
sumber tersebut.
b. Aliran tasawuf semi falsafi, di mana para
pengikutnya cenderung pada ungkapan-
ungkapan ganjil (syathahiyat) serta
bertolak dari keadaan fana menuju
pernyataan tentang terjadinya penyatuan
(ittihad atau hulul).

26
Tokoh-tokoh tasawuf pada abad II dan IV
H lainnya seperti Maruf al-Karkhi, Abu al-Hasan
Surri al-Saqti, Abu Sulaiman al-Darani, haris al-
Muhasibi, Zu al- Nun al-Misri, Junaid al-
baghdadi, dan Abu Bakar al-Syibli.
3. Masa Konsolidasi (Abad V H)
Pada masa ini ditandai kompetisi dan
pertarungan antara tasawuf semi falsafi dengan
tasawuf sunni. Tasawuf sunni memenangkan
pertarungan dan berkembang sedemikian rupa,
sedang tasawuf falsafi tenggelam dan akan
kembali lagi pada abad VI Hijriyah dalam bentuk
yang lain. Kemenangan tasawuf sunni ini
dikarenakan menangnya teologi ahl as Sunnah
wa al Jamaah yang dipelopori oleh Abu al
Hasan al Asyari (w. 324 H) yang mengadakan
kritik pedas terhadap teori Abu Yazid al
Bushthami dan al-Hallaj, sebagaimana yang
tertuang dalam syathahiyatnya yang nampak
bertentangan dengan kaidah dan aidah Islam.
Periode ini ditandai dengan pemantapan dan
pengembalian tasawuf ke landasannya Alquran
dan Hadits. Tokoh-tokohnya ialah al-Qusyairi
(376-465 H), al-Harawi ( 396 H), dan al-Ghazali
(450-505 H).
27
Al-Qusyairi adalah salah seorang sufi
utama abad V H ini terkenal dengan karyanya
Risalah al-Qusyairiyah, isinya lengkap bauik
secara teoritis maupun praktis. Dia terkenal
pembela theologi ahl al Sunnah wa al Jamaah
yang mampu mengkompromikan syariah dan
hakikat. Ada 2 hal yang dikritiknya tentang
syatahiyat yang dikatakan oleh kaum sufis emi
falsafi dan cara berpakaian mereka yang
menyerupai orang miskin, sementara pada saat
yang sama tindakan mereka bertentangan dengan
pakaiannya. Dia menekankan bahwa kesehatan
bathin dengan berpegang teguh pada Alquran dan
Sunnah lebih penting daripada pakaian lahiriah.
Al-harawy dengan karya terkenalnya
Manazil al-Sairin ila Rabb al-Alamin, dia
dikenal sebagai penyusun teori fana dalam
kesatuan, namun fananya berbeda dengan
fananya kaum sufi semi falsafi sebelumnya.
Baginya fana bukanlah fana wujud sesuatu selain
Allah, tetapi dari penyaksian dan perasaan
mereka sendiri. Dengan kata lain ketidaksadaran
atas segala sesuatu selain yang disaksikan,
bahkan juga ketidaksadaran terhadap
penyaksiannya serta dirinya sendiri.
28
Tokoh lainnya adalah Al Ghazali, corak
tasawufnya dapat dilihat pada karyanya ihya ulum
al-Din, Bidayah al Hidayah, dan lain-lain. Al
Ghazali menilai negatif terhadap syathahiyat,
karena dianggapnya mempunyai 2 kelemahan,
yaitu :
a. Kurang memperhatikan amalan lahiriyah
hanya mengungkapkan kata-kata yang sulit
dipahamidan mengemukakan kesatuan
dengan Tuhan, tersingkapnya tirai, dan
tersaksikannya Allah. Dan ini membawa
dampak negatif terhadap orang awam, lari
meninggalkan pekerjaannya lalu
menyatakan ungkapan-ungkapan yang
mirip dengannya.
b. Keganjilan ungkapan yang tidak dipahami
maknanya diucapkan dari hasil pikiran
yang kacau, hasil imajinasi sendiri.
4. Masa Falsafi (Abad VI H)
Setelah tasawuf semi falsafi mendapat
hambatan dari tasawuf sunni tersebut, maka pada
abad VI Hijriyah tampillah tasawuf falsafi, yaitu
tasawuf yang bercampur dengan ajaran filsafat,
kompromi dalam pemakaian term-term filsafat
yang maknanya disesuaikan dengan tasawuf.
29
Oleh karena itu, tasawuf yang berbau filsafat ini
tidak sepenuhnya bisa dikatakan tasawuf, dan
juga tidak bisa dikatakan sebagai filsafat. Karena
itu disebut sebagai tasawuf falsafi, karena di satu
pihak memakai term-term filsafat, namun secara
epistimologis memakai dzauq / intuisi / wujdan
(rasa).
Ibnu Khaldun dalam Muqaddimahnya
menyimpulkan bahwa tasawuf Falsafi
mempunyai 4 objek utama, dan menurut Abu al
Wafa bisa dijadikan karakter sufi falsafi, yaitu :
a. Latihan rohaniah dengan rasa, intuisi serta
intropeksi yang timbul darinya.
b. Illuminasi atau hakikat yang tersingkap
dari alam ghaib.
c. Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun
kosmos berpengaruh terhadap berbagai
bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.
d. Penciptaan ungakapan-ungkapan yang
pengertiannya sepintas samar-samar
(syathahiyat).
Adapun methode pencapaian tujuan
tasawuf sama dengan tasawuf sebelumnya, baik
mengenai maqamat, ahwal, riyadhah,

30
mujahadah, dzikir, mematikan kekuatan syahwat,
maupun yang lainnya.
Tokoh-tokohnya ialah Ibnu Araby dengan
teori wahdat al wujud, Suhrawardi al Maqtul
(yang terbunuh) dengan teori isyraqiyah
(pancaran), Ibnu Sabiin dengan teori Ittihad,
Ibnu Faridh dengan teori Cinta, Fana dan
wahdat al-syuhudnya.
Pada abad VI H dan dilanjutkan abad VII
H muncul cikal bakal orde-orde (thariqah) sufi
kenamaan. Hingga dewasa ini pondok-pondok
tersebut merupakan oasis-oasis di tengah-tengah
gurun pasir duniawi. Kemudian tibalah saat
mereka berjalan dalam suatu kekerabatan para
sufi yang tersebar luas yang mengakui seorang
guru dan menerapkan disiplin dan ritus yang
lazim. Thariqah yang terkenal dan berkembang
sampai sekarang antara lain Thariqah Qadariyah
yang diciptakan oleh Abdul Qadir al Jailani (471-
561 H), Thariqah Suhrawardiyah yang
dicetuskan oleh Syihab al-Din Umar ibn Abdillah
al-Suhrawardy (539-631 H), Thariqah
Syadziliyah yang dirintis oleh Abu Hasan al-
Syadzily (592-656 H), Thariqah Badawiyah yang
dicetuskan oleh Muhammad al-Badawy (596-675
31
H), Thariqah Naqsyabandiyah yang dicetuskan
oleh Muhammad ibn Baha al-Din al-Uwaisi al-
Bukhary (717-791 H), dan lain sebagainya.
5. Masa Pemurnian
A.J. Arberry menyatakan bahwa masa Ibnu
Araby, Ibnu Faridh dan Ar-Rumy adalah masa
keemasan gerakan tasawuf secara teoritis ataupun
praktis. Pengaruh dan praktek-praktek tasawuf
kian tersebar luas melalui thariqah-thariqah dan
para sultan serta pangeran tidak segan-segan pula
mengeluarkan perlindungan dan kesetiaan
peribadi mereka. Contoh paling menonjol ialah
figur terhormat Dharma Syekh, putra kaisar
Mogul, Syekh Johan yang menulis sejumlah kitab
di antaranya al Majma al-Bahrain di dalamnya
dia mencoba merujukkan teori tasawuf Vedanta.
Tasawuf pada waktu itu ditandai bidah,
khurafat, mengabaikan syariat dan hukum-
hukum moral dan penghinaan terhadap ilmu
pengetahuan, berbentengkan diri dari dukungan
awam untuk menghindarkan diri dari rasionalitas,
dengan menampilkan amalan yang irrasional.
Azimat dan ramalan serta kekuatan ghaib
ditonjolkan.

32
Bersamaa dengan itu muncullah pendekar
ortodox, Ibnu Taimiyah yang dengan lantang
menyerang penyelewengan-penyelewengan para
sufi tersebut. dia terkenal kritis, peka terhadap
lingungan sosialnya, polemis dan tandas berusaha
meluruskan ajaran Islam yang telah
diselewengkan para sufi tersebut, untuk kembali
kepada sumber ajaran Islam, Alquran dan
Sunnah. Kepercayaan yang menyimpang
diluruskan seperti kepercayaan kepada wali,
khurafat, dan bentuk-bentuk bidah pada
umumnya. Menurut Ibnu Taimiyah yang disebut
wali (kekasih Allah) ialah orang yang berperilaku
baik (shaleh), konsisten dengan syariah
Islamiyyah. Sebutan yang tepat untuk diberikan
kepada orang tersebut ialah Muttaqin. Firman
Allah SWT :

tts u n=t yz !$# u!$u9r& ) Ir&

)Gt (#%2u (#t#u %!$#

Artinya :
Ingatlah, seungguhnya wali-wali Allah itu, tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hai. (yaitu) orang-orang

33
yang beriman dan mereka selalu bertakwa. QS.
Yunus: (62-63)
Ibnu Taimiyah melancarkan kritik terhadap
ajaran Ittihad, hulul, dan wahdat al-Wujud
sebagai ajaran yang menuju kekufuran
(atheisme), meskipun keluar dari orang-orang
yang terkenal arif (orang yang telah mencapai
tingakatan marifah), ahli tahqiq (ahli hakikat)
dan ahli tauhid (yang mengesakan Tuhan).
Pendapat tersebut layak keluar dari orang Yahudi
dan Nasrani. Mengikuti pendapat tersebut
hukumnya sama dengan yang menyatakan, yakni
kufur. Yang mengikutinya karena kebodohan,
masih dianggap beriman.
Ibnu taimiyah masih mentolerer ajaran
fana, sesuatu tingkatan yang diperoleh oleh
orang yang arif tatkala kesadarannya hilang, baik
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang
lain. Fana yang seperti ini sering dialami oleh
sebagain muhibbin (pecinta Tuhan) dan sebagian
ahli suluk (yang meniti jejak menuju marifat),
namun ia bukan menjadi tujuan dan cita-citanya.
Fana yang ditolerer adalah yang disertai tauhid.
Ibnu Taimiyah membagi fana menjadi 3
bagian yaitu:
34
a. Fana Ibadah, yakni fana dalam
beribadah.
b. Fana Syuhud al-Qalb, yakni fana
pandangan hati.
c. Fana wujud ma Siwa Allah, yakni fana
wujud selain Allah.
Terhadap fana pertama dan kedua masih
dalam batas kewajaran, baik ditinjau dari segi
psikologis maupun agamis. Sedang fana yang
ketiga dianggap menyeleweng dari ajaran Islam,
dianggap kufur, karena ajaran tersebut
beranggapan bahwa wujud Khaliq adalah wujud
makhluk, berarti tidak mengakui adanya wujud
selain Allah. Padahal dalam kenyataannya wujud
ini ada 2, dan dipisah antara al-Khaliq dan al-
Makhluq. Di samping dianggap kafir, juga
disebut zindiq yang patut dijatuhi hukuman yang
setimpal (hukuman mati).
Ibnu Taimiyah lebih cenderung bertasawuf
sebagaimana yang pernah diajaran Rasulullah
SAW, yakni menghayati ajaran Islam, tanpa
mengikuti aliran thariqah tertentu, dan tetap
melibatkan diri dalam kegiatan sosial,
sebagaimana manusia pada umumnya. Tasawuf

35
model ini yang cocok dikembangkan di masa
modern seperti sekarang.

C. MACAM-MACAM ALIRAN TASAWUF


Aliran-aliran itu meliputi aliran tasawuf Falsafi,
tasawuf amali, dan tasawuf akhlaki. Pada masa tasawuf
sunni ajarannya berpedoman pada al-quran dan al-
Hadits. Pada masa tasawuf falsafi adalah tasawuf yang
menggunakan pendekatan rasio atau akal pikiran.
Tasawuf yang diartikan dengan kehendak memperbaiki
budi dan membersihkan batin adalah tasawuf amali.
1. Tasawuf Falsafi adalah aliran yang ajaran-
ajarannya memadukan antara visi mistik (ghaib)
dan visi rasional (akal).Terminology filosofis
yang berasal dari macam-macam ajaran filsafat
yang telah mempengaruhi para tokohnya, namun
orisinalitasnya sebagai tasawuf tetap tidak
hilang.Walaupun demikian tasawuf filosofis tidak
bisa dipandang sebagai filsafat, karena ajaran dan
metodenya didasarkan pada rasa dan tidak pula
bisa dikatagorikan pada tasawuf (yang murni)
karena sering diungkapkan dengan bahasa
filsafat.Selain itu tasawuf falsafi memiliki
pengertian sebagai berikut tasawuf yang

36
menggunakan pendekatan rasio atau akal
pikiran.14
2. Tasawuf amali adalah aliran tasawuf ini
lebih menekankan pembinaan moral dalam upaya
mendekatan diri kepada tuhan untuk mencapai
hubungan yang dekat dengan tuhan, seseorang
harus mentaati dan melaksanakan syariat atau
ketentuan agama.
Tasawuf amali berkonotasikan tarekat.
Tarekat disini dibedakan antara kemampuan sufi
yang satu dari pada yang lain, ada orang yang
dianggap mampu dan tahu cara mendekatkan diri
kepada allah, orang yang memerlukan bantuan
orang lain dianggap memiliki otoritas dalam
masalah itu. Dalam tasawuf amali yang
berkonotasikan tarekat ini mempunyai aturan,
prinsip dan sistem khusus. Menurut J.Spencer
Trimingham, tarekat adalah suatu metode praktis
untuk menuntun seorang sufi secara berencana
dengan jalan pikiran, perasaan, dan tindakan,
terkendali terus-menerus kepada suatu rangkaian

14
Ainun Najib, Aliran-Aliran dalam Tasawuf, diakses dari
http://ainunnajib1994.blogspot.co.id/2016/03/aliran-aliran-dalam-
tasawuf.html pada tanggal 17 Maret 2016 pukul 21.03
37
maqam untuk dapat merasakan hakekat
sebenarnya.15
3. Tasawuf akhlaki adalah membersihkan tingkah
laku atau saling membersihkan tingkah laku.
Tasawuf akhlaki gabungan antara ilmu tasawuf
dan ilmu akhlak, akhlak hubungnnya sangat
erat dengan tingkah laku dan perbuatan
manusia sdalam interaksi sosial pada
lingkungan tempat tinggalnya. Tasawuf akhlaki
biasa disebut dengan istilah tasawuf
16
sunni. Tasawuf model ini berusaha untuk
mewujudkan akhlak mulia dalam diri si sufi,
sekaligus menghindarkan diri dari akhlak
mazmumah (tercela). Dan tasawuf sunni juga
memiliki pengertian yaitu bentuk tasawuf yang
memagari dirinya dengan al-Quran dan al-
hadits secara ketat, serta mengaitkan
ahwal(keadaan) dan Maqomat (tngkatan
rohaniah) mereka kepada kedua sumber
tersebut.Dalam ilmu tasawuf dikenal dengan
sebutan takhali (pengosongan diri dari sifat-
sifat tercela), tahali (menghiasi diri dengan
sifat-siat terpuji), dan tajalli (terungkapnya nur

15
Ibid, Ainun Najib, Aliran-Aliran dalam Tasawuf (online)
16
Op.cit, Ainun Najib, Aliran-Aliran dalam Tasawuf (online)
38
Ghaib bagi hati yang telah bersih sehingga
mampu melihat cahaya ketuhanan).

D. LANDASAN TASAWUF DALAM ISLAM


Timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan
dengan kelahiran agama Islam itu sendiri, yaitu
semenjak diutusnya Muhammad Saw.menjadi rasul
untuk segenap umat manusia dan seluruh alam semesta.
Fakta sejarah menunjukkan bahwa pribadi Nabi
Muhammad sebelum diangkat menjadi rasul melakukan
tahanuts dan khalwat di Gua Hira berulang kali,
disamping untuk mengasingkan diri dari masyarakat
kota Makkah yang sedang mabuk memperturutkan hawa
nafsu keduniaan, juga Nabi Muhammad mencari jalan
untuk membersihkan hati dan menyucikan jiwa dari
noda-noda yang menghinggapi masyarakat di waktu
itu.17
Tahanuts dan khalwat yang dilakukan Nabi
Muhammad tersebut bertujuan untuk mencari
ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh
liku-liku problema-problema hidup yang beraneka
ragam ini, berusaha mendapat petunjuk dan hidayah dari

17
Ulfah Kholiliana Nefiyanti , Tasawuf dalam Al-Hadits, diakses dari
http://mybarokahblog.blogspot.co.id/2015/02/tasawuf-dalam-al-hadits-
karya-inayatul.html pada tanggal 20 Februaru 2015 pukul 20.26

39
pencipta alam semesta ini, mencari hakikat kebenaran
yang dapat mengatur segala-galanya dengan baik. Maka
dalam situasi yang demikianlah Nabi Muhammad
menerima wahyu dari Allah SWT.yang penuh berisi
ajaran-ajaran dan peraturan-peraturan sebagai pedoman
untuk umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup
di dunia dan di akhirat.
Nabi Muhammad Saw. sudah menjelang usia
empat puluh tahun ketika beliau pergi ke Gua Hira
untuk melakukan tahanuts. Jiwanya sudah penuh iman
atas segala apa yang telah dilihatnya. Beliau telah
membebaskan diri dari segala kebathilan.Dengan
sepenuh kalbu beliau menghadapkan diri ke jalan lurus,
kepada kebenaran yang abadi.Beliau telah
menghadapkan diri kepada Allah SWT.dengan sepenuh
jiwanya agar dapat memberikan hidayah dan bimbingan
kepada masyarakat yang sedang hanyut dalam lembah
18
kesesatan. Segala pola tingkah laku, amal amal
perbuatan dan sifat-sifat Nabi Muhammad Saw.sebelum
diangkat menjadi Rasul merupakan menifestasi dari
kebersihan hati dan kesucian jiwanya yang sudah
menjadi pembawaan sejak kecil.

18
Imam Fahrudin , Nabi Muhammad SAW Berkhalwat di Hua
Hira,diakses melalui http://ulumulislam.blogspot.co.id/2014/04/nabi-
muhammad-saw-berkhalwat-di-gua-hira.html#.WETpCl54Nck pada tanggal
21 April 20146 pukul 09.29
40
Masyarakat Islam mengisi kehidupan rohani
mereka dengan menurutkan himbauan dan ajakan
agama yang digariskan dalam Al-Quran dan
Hadits.Pola pengamalan Rasulullah menjadi anutan para
sahabat, tabiin, dan tabiit tabiin dalam berbagai aspek
kehidupan mereka.Kehidupan dunia bagi mereka tidak
menyebabkan lalai terhadap kehidupan akhirat dan
begitu pula sebaliknya, karena kehidupan akhirat
merupakan kehidupan yang hakiki. Hal ini sesuai
dengan sabda Rasulullah Saw :


( )
.

Artinya:
Beramallah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup
selamanya dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan
engkau mati besok pagi. (H.R. Ibnu Asakir)

Pandangan mengenai cinta kepada Tuhan


berdasarkan ucapan Rasul yang menyampaiakn ucapan
Tuhannya yaitu:







Artinya:
Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, maka Aku
menjadikan makhluk agar mengenalKu.

41
Berdasarkan hal tersebut, maka ini sebenarnya
adsalah cermin Pencipta jadi setiap apa yang ada akan
kembali kepada sesuatu yang azali (yaitu Allah).
Hadist Qudsi yang artinya:
Senantiasalah seorang hamba itu mendekatkan diri kepadaKu
dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku
mencintainya.Maka apabila mencintainya, maka jadilah Aku
pendengarannya yang dia pakai untuk melihat dan lidahnya
yang dia pakai untuk berbicara dan tangannya yang dia pakai
untuk mengepal dan kakinya yang dia pakai untuk
berusaha.Maka denganKu lah dia mendengar, melihat,
berbicara, berfikir, meninju, dan berjalan. (H.R. Bukhari-
19
Muslim)

E. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari
pembahasan di atas yaitu bahwa makna tasawuf
merupakan usaha untuk melaksanakan ajaran agama
islam secara murni dengan maksud untuk mendekatkan
diri kepada Allah dengan cara menempuh kehidupan
zuhud, menghindari gemerlap kehidupan dunia, rela
hidup dalam keprihatinan, melakukan berbagai jenis
amalan ibadah, melaparkan diri, dan mengerjakan sholat
malam. Sejarah tasawuf dimulai pada masa Nabi, masa
para sahabat, masa Muawiyah dan masa Abbasiyah.

19
Ulfah Kholiliana Nefiyanti , Tasawuf dalam Al-Hadits, diakses dari
http://mybarokahblog.blogspot.co.id/2015/02/tasawuf-dalam-al-hadits-
karya-inayatul.html pada tanggal 20 Februaru 2015 pukul 20.26
42
Tasawuf mempunyai tiga aliran mahzab menurut Abd
al-Qadir Mahmud yaitu Tasawuf Salafi, Tasawuf Sunni
dan Tasawuf Falsafi. Landasan tasawuf dalam Islam
telah ada dalam Al Quran dan Al Sunnah salah satunya
terdapat pada surah Al Maidah : 54 dan Al Sunnah
(H.R. Bukhari-Muslim).

43
NALAR SUFI IRFANI
Oleh : Disky, Hana, Nurul Z, Widya

A. PENDAHULUAN
Al-Irfan dalam bahasa Arab berasal dari kata
arafa dan marifah, satu makna dengan Irfan. Kata
Irfan muncul dari para sufi muslim yang menunjuk
pada suatu bentuk pengetahuan yang tinggi, terhujam
dalam hati dalam bentuk ilham. Ilham disini bukan
dalam pengertian ilham kenabian, tetapi merupakan
intuisi seketika yang biasanya ditimbulkan oleh praktik-
praktik rohani.
Pengetahuan irfani tidak didasarkan atas teks
seperti bayani, juga tidak atas rasio seperti burhani.
Tersingkapnya rahasiarahasia realitas oleh Allah,
karena itu pengetahuan Irfani tidak diperoleh
berdasarkan analisa teks atau keruntutan logika. Tetapi,
dengan olah rohani. Dimana dengan kesucian hati,
Allah akan melimpahkan pengetahuan langsung
kepadanya. Kemudian dikonsep atau masuk dalam
pikiran sebelum dikemukakan kepada orang lain.
Dengan demikian, sebagaimana disampaikan
Suhrawardi, secara metodologis, pengetahuan ruhani
setidaknya diperoleh melalui tiga tahapan yaitu :

44
persiapan, penerimaan, pengungkapan baik dengan lisan
atau tulisan.
Melihat latar belakan di atas maka penuli
merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian Nalar Sufi?
2. Apa pengertian Nalar Tasawuf / Irfani?
3. Apa pengertian Antara Nalar Irfani dan Burhani?

B. NALAR SUFI IRFANI


Sufi adalah istilah untuk mereka yang mendalami
ilmu tasawuf yaitu ilmu yang mendalami ketaqwaan
Allah SWT yang sebagaimana seperti berdzikir. Istilah
sufi berkaitan dengan dua aspek, yaitu lahiriah dan
batiniah. Misalnya, orang yang berada di serambi
masjid, begitu pula bulu domba, keduanya merupakan
tinjauan aspek lahiriah sufi. Sedang ditinjau dari aspek
batiniah, kaum sufi adalah orang-orang yang istimewa
di sisi Tuhannya.20
Setelah dunia Islam mengalami kontak massif-
akulturatif dengan budaya luar dan mengintrodusir
khazanah ulm al-awil (ilmu-ilmu kuno), khususnya
dari tradisi Persia, maka nalar pun mulai berkembang
dalam diskursus intelektual Islam dan melahirkan
epistemologi irfani. Pendekatan irfani adalah

20
Agus Aliyuddin, Jejak Sufi, (Kediri: Lirboyo Press, 2011), hal.12
45
pendekatan pemahaman yang bertumpu kepada
pengalaman-pengalaman batiniyah misalnya intuisi.
Nalar ini bertumpu pada klaim atas kemungkinan
terjadinya penyatuan spiritual dengan daya-daya
rohaniah samawi dan menganggap rasio sebagai tirai
penghalang antara jiwa manusia dengan Tuhan. Bukan
rasio yang mampu menerima pengetahuan dari sumber
aslinya (Tuhan) melainkan hati (intuisi) yang telah
mengalami kondisi kasyf.
Pendekatan irfani ini biasanya digunakan oleh
ahli tasawuf. Kebenaran ilmiah yang diperoleh melalui
pendekatan ini memang tidak boleh dinafikan sama
sekali. Namun, penggunaannya secara berlebihan juga
akan menimbulkan masalah pada masyarakat awam
yang mungkin tidak memahaminya secara mendalam.
Hal ini memang telah diterapkan sepenuhnya oleh Imam
Ghazali di dalam kitab Ihya Ulumuddin, dimana beliau
menggangap bidang fiqh perlu dikaitkan dengan elemen
sufisme untuk mendapatkan intisari ketakutan terhadap
akhirat kepada masyarakat Islam secara umum.21
Tasawuf irfani atau tasawuf dzauqi yang
menekankan intensitas dan ekstensitas ibadah agar

21
Sahroni, Penalaran Bayani Burhani Irfani dan Amaly,
http://shamistryislam.blogspot.co.id, pada tanggal 17 September pukul
12.30
46
diperoleh penghayatan spiritual dalam beribadah
sehingga mencapai tingkat al- ubudiyah dan selanjutnya
berada di tingkat tertinggi menjadi al- abbudah. Hal ini
sebagaimana pandangan Ibn Atai Allah Alaskandari.
Diantara tokoh tasawuf tipe ini adalah al-Muhasibi,
Junaid al-Baghdadi dan lain-lain.22
Orang-orang suci yang telah mencapai maqam
walyah dan nubuwwah diyakini memiliki pengetahuan
tersebut sehingga terjaga dari kesalahan (ishmah).
Secara hierarki, jenis pengetahuan semacam ini
dianggap berada pada posisi paling tinggi dan prasyarat
pemerolehannya amat bergantung pada mujhadah dan
riydah. Hasil dari penalaran ini adalah ilmu-ilmu
intuitif, seperti akhlak dan tasawuf.
Pendekatan irfani adalah pendekatan pemahaman
yang bertumpu pada instrumen pengalaman batin,
dhawq, qalb, wijdan, basirah dan intuisi. Epistemologi
irfan merupakan penalaran berdasarkan intuisi. Intusi
adalah salah satu cara untuk mencapai kebenaran.
Berbeda dengan nalar yang menekankan pemikiran
manusia sebagai cara untuk sampai kepada kebenaran.

22
Dr. H. Dahlan Tamrin, Tasawuf Irfan,(Malang: UIN-MALIKI Press,
2010), hal. 25

47
Intuisi tidak menggunakan nalar melainkan melalui
aprehensi langsung.
Tasawuf irfani yakni tasawuf yang bertujuan agar
bisa marifat kepada Allah SWT melalui penyikapan
langsung yang sering disebut dengan kasf al-Hijab.
Tasawuf ini bersifat teoristis dengan seperangkat
pengetahuan secara khusus yang diformulasikan secara
sistematis analisis.23

C. METODE NALAR IRFANI


Pengetahuan Irfani tidak didasarkan atas teks
seperti bayani, juga tidak atas rasio seperti burhani.
Karena itu, pengetahuan Irfani tidak diperoleh
berdasarkan analisa teks atau keruntutan logika. Tetapi
dengan olah rohani, dimana dengan kesucian hati, Allah
SWT akan melimpahkan pengetahuan langsung
kepadanya. Dari situ kemudian dikonsep atau masuk
dalam pikiran sebelum dikemukakan kepada oang lain.
Dengan demikian, sebagaimana disampaikan
Suhrawardi, secara metodologis, pengetahuan rohani
setidaknya diperoleh melalui tiga tahapan, yaitu :

23
Sahroni, Penalaran Bayani Burhani Irfani dan Amaly,
http://shamistryislam.blogspot.co.id, pada tanggal 17 September 2016
pukul 12.30
48
persiapan, penerimaan, pengungkapan, baik dengan
lisan atau tulisan.
1. Tahap Persiapan
Untuk bisa menerima limpahan
pengetahuan (kasyf), seseorang yang biasanya
disebut slik (penempuh jalan spiritual) harus
menyelesaikan jenjang-jenjang kehidupan
spiritual. Para tokoh berbeda pendapat tentang
jumlah jenjang yang harus dilalui. Namun,
setidaknya ada tujuh tahapan yang harus dijalani,
yang semua ini berangkat dari tingkatan yang
paling dasar menuju pada tingkatan puncak
dimana saat itu qalbu (hati) telah menjadi netral
dan jernih sehingga siap menerima limpahan
pengetahuan. Antara lain taubah. wara`, zuhud,
faqir dan seterusnya.
a. Al-Taubah
Taubat dari kata al-Taubah adalah
padanan kata dari al-Inabah dan al-Aubah
yang terjemahan lughawi-nya adalah
kembali (al-Ruju). Taubat merupakan asal,
pokok, dan pondasi dari setiap maqam,
kunci setiap ahwal dan awal dari

49
maqamat24 Taubat diibaratkan sebagaimana
bumi. Dan diatasnya didirikan bangunan,
sehingga orang yang tidak memiliki tanah
atau bumi, maka tiada bangunan baginya.25
Dalam pandangan sufi penghalang
seseorang dalam mendekatkan diri (Al-
Taqarrub) kepada Allah SWT adalah
karena dosa yang dimiliki oleh seorang
hamba, al-Haqq Yang Maha Suci tidak bisa
dihampiri oleh hamba yang tidak suci. Dia
harus membersihkan dirinya dengan jalan
taubat yang sesuai dengan kehendak al-
Haqq, sebagaimana dalam firman-Nya
yang berbunyi :

| r& (#n=s r& tss (#=ys #s) %!$#u

t tu /9 (#x tG$$s !$# (#x.s

u (#=ys $t 4n?t (# s9u !$# ) U%!$#

n=t

24
Dr. H. Dahlan Tamrin, Tasawuf Irfan,(Malang: UIN-MALIKI Press,
2010), hal. 34
25
Agus Aliyuddin, Jejak Sufi, (Kediri: Lirboyo Press, 2011), hal.64
50
Artinya :
Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya
diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa
selain dari pada Allah? dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang
mereka mengetahui.(QS. Ali-Imran: 135)
Yang dimaksud perbuatan keji
(faahisyah) ialah dosa besar yang mana
mudharatnya tidak hanya menimpa diri sendiri
tetapi juga orang lain, seperti zina, riba.
Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa
yang mana mudharatnya hanya menimpa diri
sendiri baik yang besar atau kecil.
Arti taubah menurut pandangan sufi
berbeda-beda. Pertama taubat dalam
pengertian meninggalkan segala
kemaksiatan menuju melakukan kebajikan
secara terus menerus. Kedua, taubat keluar
dari kejahatan dan memasuki kebaikan
karena takut murka Allah SWT. Ketiga,
taubat dengan terus menerus walaupun
sudah tidak pernah lagi berbuat dosa.26

26
Dr. H. Dahlan Tamrin, Tasawuf Irfan,(Malang: UIN-MALIKI Press,
2010), hal. 35
51
b. Wara
Secara bahasa wara adalah
menjauhkan diri dari dosa serta
menahannya dari hal-hal subhat dan
maksiat. Sedang menurut terminologi wara
adalah menjauhi perkara subhat.27
c. Al- Taqwa
Fuqaha adalah melaksanakan semua
perintah dan menjauhi semua larangan-
Nya. Perintah dan larangan ini merupakan
takwa lahiriah.
Sedangkan takwa dalam pandangan
al-Ghazali dibagi dalam takwa lahir dan
batin. Takwa lahir sebagaimana pengertian
di atas sedangkan takwa batin dengan
selalu menjaga hati agar tetap bersih dan
suci dari segala penyakit hati. Takwa lahir
tidak sempurna tanpa takwa batin,
sedangkan takwa batin tidaklah nampak
tanpa takwa lahir.
d. Al-Iatiqamah
Al-Iatiqamah dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan dengan terus-
menerus. Al-Iatiqamah adalah ajeg secara

27
Agus Aliyuddin, Jejak Sufi, (Kediri: Lirboyo Press, 2011), hal.68
52
lahiriah di dalam bertakwa, maka dengan
ajeg ini Allah akan memberikan
kenikmatan yang besar, sebagaimana
firman-Nya yang berbunyi :

$]%yx !$ os)V{ s)9$# n?t (#s)tF$# 9r&u

Artinya :
Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap
berjalan Lurus di atas jalan itu (agama Islam),
benar-benar Kami akan memberi minum
kepada mereka air yang segar (rezki yang
banyak). (QS. Al-Jin: 16)

2. Tahap penerimaan
Jika telah mencapai tingkat tertentu dalam
jenjang spiritual, seseorang akan mendapatkan
limpahan pengetahuan langsung dari Tuhan
secara illuminatif atau noetic. Dalam kajian
filsafat Mehdi Yazdi, pada tahap ini seseorang
akan mendapatkan realitas kesadaran diri yang
demikian mutlak (kasyf), sehingga dengan
kesadaran itu ia mampu melihat realitas dirinya
sendiri (musyahadah) sebagai objek yang
diketahui. 28

28
Muhammad Dainuri, S.Th.I, Estimologi Irfani, di akses dari
http://daeeleea.blogspot.co.id/2013/05/epistemologi-irfani.html, pada
tanggal 14 September 2016 pukul 20.00
53
Al-Tariqah atau tarekat secara terminologi
sebagaimana pandangan Shaikh Muhammad
Amin al-Kurdi al-Irbili al-Syafi al-Naqshabandi
dalam kitab Tanwir al-Qulub adalah beramal
dengan syariat dengan mengambil/memilih yang
berat (azimah) daripada yang ringan (rukhah),
menjauhkan diri dari mengambil pendapat yang
mudah pada amal ibadah yang tidak sebaiknya
dipermudah, menjauhkan diri dari semua larangan
syariat lahir dan batin, melaksanakan semua
perintah Allah SWT. Meninggalkan semua
larangan-Nya, baik yang haram, makruh atau
mubah yang sia-sia, melaksanakan semua ibadah
fardlu dan sunah. Kegiatan ini dilakukan
berdasarkan arahan, naungan dan bimbingan
seorang guru/syeikh/mursyid yang arif yang telah
mencapai maqamnya (layak menjadi seorang
Syeikh/Mursyid). Pada tingkatkan ini ada tiga al-
Maqamat yaitu:
a. Al-Ikhlas
Al-Ikhlash dalam bahasa Indonesia
di terjemahkan dengan bersih. Maka salik
dalam menampaki takwa harus bersih
karena al-Haqq semata, tidak
terkontaminasi dari kotoran-kotoran hati
54
seperti riya, takabbur, hubb al-Mal wa
hubb al-Jah. Ahmad ibn Muhammad ibn
Ajibah al-Hasany membagi iklas dalam tiga
bagian. Yaitu :
a. Iklas al-awam
Yaitu bersahabatanya seorang
hamba dengan sang pencipta dengan
mencari bagian duniawi dan tidak
untuk ukhrawi seperti terjaganya
badan, harta, dan luasnya rezeki.
b. Iklas al-khawwas
Yaitu mencari bagian
ukhrawiyah dan tidak untuk
duniawiyah. Seperti mendapatkan
gedung-gedung dan bidadari.
c. Iklas khawwas al-khawwas
Yaitu meniadakan bagian baik
duniawiah maupun ukhrawiah,
ibadahnya untuk mewujudkan
penghambaan dan menegakkan
kewajiban kepada Allah SWT atau
karena cinta dan senang untuk bisa
musyadah kepada Allah SWT.

55
3. Pengungkapan
Allah SWT memberikan hambanya dua
penglihatan, penglihatan melalui mata kepala (al-
Basar) dan melalui mata hati (al-Basirah). Mata
kepala melihat yang kasat mata, nampak jelas
hanya berdasar pada perkiraan, sedangkan mata
hati melihat makna yang halus berdasarkan
cahaya ke Allah SWT.
Contoh penglihatan manusia melalui mata
hati (al-Basirah) adalah jika ada seseorang yang
mendengarkan kota makkah dan belum
melihatnya maka hal ini baru tahap ilmu al-
Yaqin, apabila dia mendatanginya dan melihatnya
dan belum memasukinya maka sudah masuk
tahap ain al-Yaqin sedangkan bila sudah
memasukinya dan menetap di sana maka sudah
memasuki tahap haqq al-Yaqin.
Dalam kaitan dengan pandangan mata
kepala dan mata hati manusia terbagi dalam
empat kelompok. Yaitu :
a. Bisa melihat sesuatu dengan mata kepala
dan mata hati.
b. Bisa melihat sesuatu dengan mata kepala
saja tanpa mata hati.

56
c. Bisa melihat sesuatu dengan mata hati
tanpa mata kepala.
d. Tidak bisa melihat sesuatu dengan mata
kepala dan mata hati.

C. Antara Nalar irfani dan Burhani


1. Nalar Irfani
Merupakan model metodologi yang
didasarkan atas pendekatan dan pengalaman
langsung atas realitas spiritual keagamaan.
Berbeda dengan sasaran bayani yang bersifat
eksoteris, sasaran bidik irfani adalah bagian batin
(esoteris) untuk menjelaskan berbagai
pengalaman spiritual tersebut.
Adapun cara kerja irfani adalah proses
pemahaman dari makna sebuah teks menuju
lafadz teks tersebut. Persoalannya adalah
bagaimana mengungkap makna atau dimensi
batin yang diperoleh dari proses tersebut ?
Dengan demikian kendati proses pengetahuan
irfani terletak pada aktifitas akal yakni pada
proses intuitif, akan tetapi proses pengetahuan ini
dituntun oleh rambu-rambu Al-quran dan hadist.
Hal ini dapat dilihat dari bagaimana proses
pengungkapan makna dari sebuah teks.
57
2. Nalar burhani
Merupakan metodologi yang tidak
didasarkan atas teks maupun pengalaman,
melainkan atas dasar runtutan nalar logika,
bahkan dalam tahap tertentu interpretasi teks
hanya bisa diterima apabila tidak bertentangan
dengan aturan yang logis.
3. Sumber dan prinsip dasar epistimologi burhani
Epistimologi burhani bersumber pada
realitas atau waqi baik realitas alam, sosial,
humanitas maupun keagamaan.
4. Adapun prinsip dasar yang dipakai oleh
epistimologi ini adalah:
a. Prinsip kuasalitas bahwa didalam alam ini
ada hukum yang menyebutkan bahwa
sesuatu ada sebab dan akibatnya.
b. Kepastian atau (certainity) yang berarti
bahwa segala sesuatu pasti dapat dicerna
dan dipahami oleh akal.
c. Kesesuaian antara hukum akal dan hukum
alam metode dan tolak ukur validitasnya
Tolak ukur validitas epistimologi ini
bukanlah kedekatan teks pada realitas seperti
tolak ukur validitas epistimologi bayani bukan

58
pula kematangan sosial skill (simpati dan empati)
seperti pada epistimologi irfani.
5. Kelemahan nalar burhani
Epistimologi burhani tak luput dari
kelemahan. Diantaranya :
a. Meskipun rasional, tapi masih berdasar
pada model pemikiran induktifdeduktif.
Kedua metode tersebut sangat tidak
memadai dalam perkembangan pemikiran
kontemporer.
b. Rasio belum juga dapat menjawab semua
secara tuntas. Akal hanyasekedar dapat
menjabarkan apa yang ada dalam memori
otak, dengan kata lain kaitan antara indera
dan akal begitu erat. Akal hanya bisa
menjelaskan sesuatu jika itu pernah dijajaki
oleh indera.

D. KESIMPULAN
Pendekatan irfani adalah pendekatan pemahaman
yang bertumpu pada instrumen pengalaman batin,
dhawq, qalb, wijdan, basirah dan intuisi. Tasawuf irfani
yakni tasawuf yang bertujuan agar bisa marifat kepada
Allah SWT. Tasawuf ini bersifat teoristis dengan
seperangkat pengetahuan secara khusus yang
59
diformulasikan secara sistematis analisis. Pengetahuan
Irfani tidak didasarkan atas teks seperti bayani, juga
tidak atas rasio seperti burhani. Karena itu, pengetahuan
Irfani tidak diperoleh berdasarkan analisa teks atau
keruntutan logika. Tetapi dengan olah rohani, dimana
dengan kesucian hati, Allah SWT akan melimpahkan
pengetahuan langsung kepadanya. Nalar irfani
merupakan model metodologi yang didasarkan atas
pendekatan dan pengalaman langsung atas realitas
spiritual keagamaan. Berbeda dengan sasaran bayani
yang bersifat eksoteris, sasaran bidik irfani adalah
bagian batin (esoteris) untuk menjelaskan berbagai
pengalaman spiritual tersebut. Nalar Burhani merupakan
metodologi yang tidak didasarkan atas teks maupun
pengalaman, melainkan atas dasar runtutan nalar logika,
bahkan dalam tahap tertentu interpretasi teks hanya bisa
diterima apabila tidak bertentangan dengan aturan yang
logis.

60
MENUJU AKHLAK TASAWUF
Tyas Arum dkk.

A. PENDAHULUAN
Islam sebagai agama yang bersifat universal dan
mencakup berbagai jawaban atas sebagai kebutuhan
manusia. Selain menghadapi kebersihan lahiriyah juga
menghendaki kebersihan batiniyah. Lantaran penelitian
yang sesungguhnya dalam Islam diberikan pada aspek
batinnya.
Tasawuf merupakan bidang studi Islam yang
memusatkan perhatian pada pembersihan aspek rohani
manusia yang selanjutanya dapat menimbulkan akhlak
mulia. Pembersihan aspek rohani atau batin ini
selanjutnya dikenal sebagai dimensi esoteric dari diri
manusia. Hal ini berbeda dengan aspek fiqih, khususnya
pada bab thoharoh yang memusatkan perhatian pada
pembersih aspek jasmani atau lahiriyah yang
selanjutnya di sebut sebagai dimensi eksotrik.
Dengan memperhatikan latar belakang diatas
maka sub yang akan dibahas adalah pengertian dari
Akhlak dan Tasawuf, hubungan dan perbedaan dalam
ilmu akhlak dan tasawuf, aspek-aspek dalam akhlak
tasawuf, dan manfaat mempelajari Akhlak Tasawuf
dalam kehidupan sehari-hari.
61
B. MAKNA AKHLAK TASAWUF
Kata akhlak berasal dari bahasa arab khuluq yang
jamaknya akhlaq. Menurut bahasa akhlak adalah
perangai, tabiat, dan agama. 29 Dalam kamus Besar
Bahasa Indonesia,kata akhlak diartikan sebagai budi
30
perkerti, watak, tabiat. Secara sempit, pengertian
akhlak dapat di artikan dengan:
a. Kumpulan kaidah untuk menempuh jalan yang
baik.
b. Jalan yang sesuai untuk menuju akhlak.
c. Pandangan akal tentang kebaikan dan keburukan.
Dari pengertian di atas dapat memberi gambaran
bahwa tingkah laku merupakan bentuk kepribadian
seseorang tanpa di buat-buat atau spontan. jika baik
menurut pandangan akal dan agama tindakan spontan
itu di namakan akhlak yang baik (al-akhlakul
mahmudah) sebaliknya jika tindakan spontan itu buruk
maka di sebut (al akhlakul madzmumah).
Pengertian tasawuf dapat di lihat dari beberapa
macam pengertian: Pertama, tasawuf di konotasikan
dengan ahlu suffah, yang berarti sekelompok orang pada
masa rasulullah yang hidupnya di serambi masjid dan
mengabdikan hidupnya hanya untuk allah SWT.

29
Rosihan Anwar,akhlak Tasawuf.CV.Pustaka Setia.2010
30
Rosihan Anwar,Akhlak Tasawuf.CV.Pustaka.Setia.2010
62
Kedua, tasawuf berasal dari kata shofa yang berarti
orang-orang yang mensucikan dirinya di hadapan Allah
SWT. Ketiga, istilah tasawuf berasal dari kata shaf yang
di nisbatkan kepada orang-orang yang ketika sholat
selalu berada di barisan terdepan. Keempat,tasawuf
berasal dari kata shuf, yang berarti bulu domba atau
wol.
Secara istilah tasawuf adalah ilmu yang
mempelajari usaha membersihkan diri dan berjuang
memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan
makfrifat menuju jalan benar, saling mengingatkan
antar manusia.
Menurut Harun Nasution, ketika kita mempelajari
tasawuf ternyata pula bahwa Al Quran dan Hadits
mementingkan akhlak. Masalah yang menonjol dalam
tasawuf adalah ibadah dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah. Ibadah dalam Islam erat kaitannya
dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam Al Quran
dikaitkan dengan takwa, dan takwa berarti
melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya, yakni orang yang berbuat baik dan jauh dari yang
tidak baik. Dapat dikatakan bahwa sebelum kita
bertasawuf kepada Allah (benar-benar mendekatkan diri
kepada Allah) kita diharuskan untuk merubah dan
memperbaiki akhlak (perbuatan) kita terlebih dahulu
63
agar kita bisa benar-benar melaksanakannya dengan
sebaik-baiknya.

C. ASPEK YANG MEMPENGARUHI AKHLAK


Setiap perilaku manusia didasarkan atas
kehendak. Apa yang telah dilakukan oleh manusia
timbul dari kejiwaan. Walaupun panca indra kesulitan
melihat pada dasar kejiwaan namun dapat dilihat dari
wujud kelakuan. Maka setiap kelakuan sudah pasti
bersumber dari kejiwaan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak
pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada
tiga aliran yaitu:
1. Aliran Nativisme
Menurut aliran ini faktor yang paling
berpengaruhi terhadap diri seseorang adalah
faktor bawaan dari dalam yang bentuknya dapat
berupa kecendrungan, bakat, dan akal. Jika
seorang telah memiliki bawaan kepada yang baik
maka dengan sendirinya orang tersebut lebih
baik. Aliran ini begitu yakin terhadap potensi
batin dan tampak kurang menghargai peranan
pembinaan dan pendidikan.

64
2. Aliran Empirisme
Menurut aliran ini faktor yang paling
berpengaruhi terhadap pembentukan diri seorang
adalah faktor dari luar, yaitu lingkugan sosial;
termasuk pembinaan dan pendidikan yang
diberikan. Jika penddidikan dan pembinaan yang
diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah
anak. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini begitu
percaya kepada peranan yang dilakukan oleh
dunia pendidikan dan penjajahan.
3. Aliran Konvergensi
Menurut aliran ini faktor yang paling
mempengaruhi pembentukan akhlak yakni faktor
internal (pembawaan) dan faktor dari luar
(lingkungan sosial). Fitrah dan kecendrungan ke
arah yang lebih baik yang dibina secara intensif
secara metode.Aliran ini sesuai dengan ajaran
Islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadits
di bawah ini.
Artinya: setiap anak yang dilahirkan dalam
keadaan (membawa) fitrah (rasa ketuhanan dan
kecendrungan kepada kebenaran). Maka kedua orang

65
tuanya yang membentuk anak itu menjadi yahudi,
31
Nasrani, atau majusi. (HR. Bukhori)
Dari ayat dan hadits di atas menunjukkan
dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam
pendidikan adalah kedua orang tua. Pada kondisi
demikian kadang membuat perasaan seorang ahli
penyidik akhlak kurang puas. Karena sulitnya
mencari kejujuran perilaku yang sebenarnya
sesuai dengan kejiwaannya. Apabila ada
perkataan jangan dusta engkau ulang terus,
tetapi engkau lengahkan jiwanya sehingga timbul
perbuatan dusta, tentu perkataanmu tidak
membekas di hati.
Apabila ditinjau dari segi akhlak
kejiwaannya maka perilaku tersebut dilakukan
atas dasar pokok-pokok sebagai berikut :
a. Insting
Insting ialah kemampuan untuk
berbuat hal-hal yang kompleks tanpa
latihan sebelumnya dan terarah pada tujuan
yang berarti, untuk mempertahankan
eksistensi manusiawinya.

31
Abuddin Nata,MA, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:PT. Raja Garfindo
Persada, 2000),hal 169

66
Menurut James, insting ialah suatu
alat yang dapat menimbulkan perbuatan
yang menyampaikan pada tujuan dengan
berfikir lebih dahulu kearah tujuan itu dan
tiada dengan di dahului latihan perbuatan
itu.32
Untuk lebih mendekatkan pengertian
INSTING maka ada beberapa sifatnya,
antara lain:
1) Kekuatan insting ini berbeda
menurut perbedaan orang dan
bangsanya. Ia kuat dan lemah
menurut ketinggian akal bagi
seseorang atau bangsa, dan mengikat
keadaan yang meliputinya. Insting
yang bermacam-macam ini ialah
sebab timbulnya perselisihan
diantara manusia.
2) Saat tampaknya insting yang
bermacam-macam ini tidak terbatas
dan tidak teratur dalam manusia,
sebagaimana teraturnya bagi
binatang.

32
Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997),
hal.82
67
3) Banyak terjadi pertentangan antara
insting-insting, yang menimbulkan
kegoncangan dan keragu-raguan
akibat dua insting yang bertentangan
itu.
4) Insting-insting itu kelihatan dalam
bentuk pendorong untuk berbuat,
insting marah mendorong timbulnya
kata yang tajam atau membalas
dendam dan insting suka mendorong
untuk mengemukakan pertanyaan-
pertanyaan membaca buku-buku dan
menyelidiki hal-hal yang belum
diketahui.
5) Insting itu adalah asas bagi
perbuatan manusia. Ia melakukan
perbuatan yang bermacam-macam
dalam kehidupan sehari-harinya.33
b. Dasar Bawaan Turunan
Pada awalnya perkembangan
kejiwaan primitive, bahwa ada pendapat
yang mengatakan kelahiran manusia itu
sama. Dan yang membedakan adalah faktor
pendidikan. Tetapi pendapat baru

33
Ibid, hal 82-83
68
mengatakan tidak ada dua orang yang
keluar di alam keujudan sama dalam tubuh,
akal dari akhlaknya.
Ada teori yang mengumukakan
masalah turunan (bawaan), yaitu :
1) Turunan(pembawaan) sifat-sifat
manusia. Di mana-mana tempat
orang membawa turunan dengan
beberapa sifat yang bersamaan.
Seperti bentuk, pancaindra, perasaan,
akal dan kehendak.
2) Sifat-sifat bangsa. Selain adat
kebiasaan tiap-tiap bangsa, ada juga
beberapa sifat yang diturunkan orang
terdahulu kepada orang sekarang.
Bukan saja dalam sifat-sifat yang
mengenai akal tetapi juga dalam
bentuk wajah.34
c. Lingkungan
Dalam arti luas, lingkungan
mencakup iklim dan geografis, tempat
tinggal, adat istiadat, pengetahuan,
pendidikan dan alam. Dengan kata lain
lingkungan ialah segala sesuatu yang

34
Ibid, hal 36
69
tampak dan terdapat dalam alam kehidupan
yang senantiasa berkembang, ia adalah
seluruh yang ada, baik manusia maupun
benda buatan manusia, atau alam yang
bergerak atau tidak bergerak, kejadian-
kejadian yang mempunyai hubungan
35
dengan seseorang.
Lingkungan terdiri dari 2 bagian,
yaitu:
1) Lingkungan fisik, yaitu lingkungan
kealaman, misal keadaan tanah,
keadaan musim.lingkungan fisik atau
lingkungan kealamaan yang berbeda
akan memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap perkembangan
individu.
2) Misal keadaan alam yang tandus
akan memberikan pengaruh yang
berbeda bila dibandingkan dengan
keadaan alam yang subur. Daerah
yang mempunyai musim dingin akan
memberikan pengaruh yang berbeda
bila di bandingkan dengan daerah

35
Zakiat Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2000), hal 63-64
70
yang tidak mempunyai musim
dingin.
3) Lingkungan sosial, yaitu merupakan
lingkungan masyarakat yang
didalamnya terdapat interaksi
individu dengan individu yang lain.36
d. Kebiasaan
Suatu perbuatan bila diulang-ulang
sehingga menjadi mudah dikerjakan
disebut Adat Kebiasaan. Kebanyakan
pekerjaan manusia jelmaan dari arah adat
kebiasaan, seperti berjalan, berlari, cara
berpakaian, berbicara dan lain sebagainya
.Kebiasaan merupakan suatu bentuk
perbuatan berulang-ulang bentuk yang
sama yang dilakukan secara sadar dan
mempunyai tujuan-tujuan jelas dan
dianggap baik dan benar. Contoh: memberi
hadiah kepada orang-orang yang
berprestasi dalam suatu kegiatan atau
kedudukan, memakai baju yang bagus pada

36
Bimo Walgito, Psikologi sosial, (Yogyakarta: Andi Offset,1990), hal
26-27
71
waktu pesta, berjalan kaki dijalur sebelah
kiri dll.37
Pada awalnya, taraf kebiasaan itu
disadari dan orang menggunakan akal.
Lama -kelamaan timbangan akal dan
kesadaran semakin menipis ; dan kebiasaan
jadi otomatis serta tidak disadari ( misalnya
berjalan, sial antara lain ialah dorongan
seks (kelamin), dorongan sosialitas atau
hidup berkawan, dorongan meniru,
dorongan berkumpul dan sebagainya.
Dorongan-dorongan ini merupakan kualitas
dari karakter.
Adat Kebiasaan Menurut Physiology
(Ilmu Jiwa), merupakan segala apa yang
dirasakan oleh manusia dan apa yang
diperbuatnya, berhubungan dengan urat
saraf. Sehingga terbentuknya kebiasaan
itu karena adanya hubungan antara
perbuatan dengan urat sarap. Tiap-tiap
perbuatan dan fikiran memberi bekas
kepada urat sarap dan merobahnya dengan
bentukan yang tertentu, sehingga bila

37
Idianto M, Sosiologi SMA Kelas X,(Jakarta: Erlangga, 2004), hal
112
72
dikehendaki, berfikir atau berbuat kedua
kali maka akan lebih mudah, karena urat
sarap telah sedia dan terbentuk menurut
perbuatan itu.Dan tiap-tiap perbuatan atau
fikiran sangat berpengaruh terhadap urat
sarap.
e. Kehendak
Kehendak Tuhan adalah
penjabaran-Nya atas objek-objek
pengetahuan-Nya dalam bentuk eksistensi,
sesuai dengan kebutuhan pengetahuan-
Nya. Kehendak kita identik dengan
kehendak abadi Ilahiah, tetapi dalam
berhubungan dengan kita, ia berpartisipasi
dalam kesementaraan kita (hudust), dan
kita menyebutnya diciptakan.
Dengan semacam paksaan dan
merdeka dengan semacam kemerdekaan.
Adapun macamnya paksaan ialah karena
kehendak itu tunduk pada dua faktor, faktor
batin dan faktor luar. Faktor batin ialah apa
yang diwariskan oleh manusia dan orang-
orang tuanya, yang dapat membentuk
kehendak dengan bentukan yang tertentu
dan tidak dapat menghindarinya. Kalau
73
engkau memerintah engkau akan mencintai
musuhmu, tentu itu adalah di luar kuasamu,
sebab hal itu melenyapkan insting cinta
diri, akan tetapi masuk dalam kuasamu bila
perintahnya supaya jangan berlaku
melebihi batas terhadap musuhmu.
Sedangkan faktor luar ialah kekuatan
pendidikan dan lingkungan dan apa yang
telah ditetapkan oleh ahli-ahli ilmu
pergaulan bahwa manusia itu terpengaruh
dalam perbuatan pada umumnya dengan
perbuatan-perbuatan masyarakat yang di
dilamnya ia hidup.
Kedua faktor ini mengendalikan
kehendak dan yang menggambarkan
baginya jalan untuk berbuat sehingga dapat
menebak apa yang akan dilakukanoleh
manusia yang membentuk akhlak. Adapun
macamnya kemerdekaan ialah karena
insting, lingkungan dan pendidikan itu
tidak melenyapkan pemilihannya
(ikhtiarnya) dengan alas an apa yang kita
rasakan dari kita tentang kemerdekaan
memilih. Kalau sekiranya kehendak
manusia itu tidak merdeka di dilam
74
memilih kebaikan dan keburukan, tentu
kewajiban akhlak serta perintah dan
larangan, tidak ada gunanya dan tidak ada
artinya pahala dan siksa, pujian dan
celaan.38
f. Pendidikan
Pendidikan perspektif agama islam
ialah suatu proses penyampaian informasi
(berkomunikasi) yang kemudian diserap
oleh masing-masing pribadi (internalisasi),
sehingga menjiwai cara berfipir bersikap
dan bertindak (individuasi) baik untuk
dirinya sendiri maupun hubungannya
dengan Allah (ibadah) dan hubungannya
dengan manusia atau masyarakat
(sosialisasi) serta makhluk lain dalam alam
semesta maupun lingkungan dalam
kedudukannya sebagai hamba Allah dan
khalifah Allah di bumi.
Unsur-unsur pendidikan antara lain :
pendidikan ruhani, pendidikan akhlak,
pendidikan akal, pendidikan jasmani,
pendidikan agama, pendidikan sosial,

38
Ahmad Amin, ETIKA Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Bulan Bintang,
1995), hal 108-109
75
pendidikan politik, ekonomi, pendidikan
estetika dan pendidikan jihad. Pendidikan
diperoleh melalui 3 intitusi yaitu:
1) Keluarga
Dalam pengertian sempit
keluarga mencakup kedua orang tua,
saudara, kerabat dan sanak famili.
Dalam pengertian luas keluarga
mencakup tetangga, teman dan
masyarakat secara keseluruhan.
Tidak diragukan lagi bahwa institusi
keluarga mempunyai pengaruh
efektif bagi orang-orang yang hidup
di dalamnya.
2) Masjid
Memberi pengaruh yang baik
bagi jiwa orang-orang dengan
memberi masukan dan membantu
mereka dalam berhubungan dengan
Sang Pencipta. Serta pengaruh yang
baik terhadap akhlak yang berupa
rasa cinta kepada kebajikan dan
kepada sesama manusia. Juga,
keinginan untuk bekerja sama
dengan sesama dalam kebajikan dan
76
ketakwaan serta pengaruhnya yang
baik bagi rasa sosialnya, yaitu
dengan menanamkan rasa cinta dan
kasih saying kepada seluruh mausia.
3) Sekolah
Meliputi unsure-unsur yang
ada di dalamnya seperti guru, buku,
peralatan, metode, gedung, dan hal-
hal yang ditinggalkan dalam diri
murid-murid. Demikian juga
perubahan-perubahan yang terjadi
dalam diri para murid menuju arah
yang lebih baik dalam ruhani,
akhlak, akal, jasmani, keagamaan,
kepedulian sosial, politik, dan lain-
lain.
Ketiga institusi ini bertujuan untuk
menghantarkan manusia kepada kehidupan
di dunia yang bahagia dengan ilmu yang
bermanfaat, kasih saying terhadap sesama,
menginginkan kebaikan bagi sesama
sehingga semuanya mendapatkan
kebahagiaan di akhirat, kehidupan yang
abadi tempat mereka mendapatkan ridho
dan surga dari Allah.
77
D. MANFAAT MEMPELAJARI AKHLAK
TASAWUF
1. Dengan mempelajari akhlak tasawuf kita dapat
menghindari kajian akhlak yang hanya berada
pada tataran pemikiran dan wacana yang tentu
akan jauh untuk dapat memberikan kesan
tersendiri pada mahasiswa terutama untuk
memiliki akhlak mulia.
2. Dengan mengkaji akhlak tasawuf berguna untuk
membatasi kajian salah satu aspek dalam dunia
tasawuf yakni tasawuf akhlaki, yang berarti
menitikberatkan pada akhlaki saja, bukan kepada
tasawuf falsafi maupun amali.
3. Dan yang terpenting dari mempelajari akhlak
tasawuf adalah cara membersihkan diri dari sifat
tercela, menghiasi diri dengan akhlak mulia dan
cara mendekatkan diri kepada Allah dengan
sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya.

E. KESIMPULAN
Secara istilah tasawuf adalah ilmu yang
mempelajari usaha membersihkan diri dan berjuang
memerangi hawa nafsu,mencari jalan kesucian dengsn
makfrifat menuju jalan benar,saling mengingatkan antar
manusia. Kata akhlak berasal dari bahasa arab khuluq
78
yang jamaknya akhlaq. Menurut bahasa akhlak adalah
perangai,tabiat,dan agama. Adapun pengertian akhlak
secara umum yakni suatu hal yang telah tertanam di hati
entah itu bernilai baik maupun buruk sekalipun karena
akhlak timbul tanpa perlu dipikirkan dan dipaksa
terlebih dahulu.
Sedangkan yang disebut Tasawuf ialah suatu cara
dalam proses untuk mendekatkan diri kepada Allah
dengan sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya. Jadi,
dapat ditarik benang merah yakni pengertian Akhlak
Tasawuf ialah salah satu disiplin ilmu yang terdapat
dalam ajaran agama Islam yang mempelajari tata cara
berprilaku yang baik dan mulia serta tentunya sesuai
aturan Islam sehingga kita bisa mendekatkan diri kita
kepada Allah dengan sepenuhnya dan memiliki rasa
tenang saat berada di dekat-Nya. Akhlak Tasawuf
memiliki kaitan yang sangat erat dalam kehidupan
sehari-hari yakni untuk mencapai akhlak yang mulia
diperlukan proses-proses yang biasanya dilakukan oleh
pengamal tasawuf. Begitupun sebaliknya, belum
dikatakan bertasawuf dengan benar apabila pencapaian
akhlak yang mulia belum terpenuhi. Didalamnya juga
terdapat ruang lingkup akhlak, sumber kajian tasawuf,
dan manfaat mempelajari Akhlak Tasawuf.

79
MAQAMAT DALAM TASAWUF
Oleh : Sita, Anif, Almarah, M Irfan, Nadya

A. PENDAHULUAN
Tasawuf merupakan suatu sikap atau tindakan
dalam mencari ilmu dan mengamalkannya sesuai
dengan syariah Islam. Bisa juga diartikan sebagai ilmu
untuk mengetahui bagaiman cara mensucikan jiwa,
menjernihkan akhlaq, membangun dhahir dan batin,
untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi. 39 Banyak
cara yang ditempuh oleh para sufi dalam meraih cita-
cita dan tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT seperti memperbanyak zikir, beramal shaleh, dsb.
Oleh karena itu, dalam perjalanan spiritualnya seorang
sufi pasti menempuh beberapa tahapan. Tahapan-
tahapan tersebut dikenal dengan Maqamat.
Maqamat secara etimologi adalah bentuk jamak
dari kata maqam, yang berarti kedudukan spiritual
(English: Station). Dengan melakukan perjalanan
berupa pensucian diri dan ibadah kepada Allah SWT,
para penempuh jalan sufi mencapai sebuah maqam yang

39
Rohman Fatkhur, Pengertian Tentang Tasawuf, diakses dari
http://fatkhurrohman.weebly.com/pengertian-tentang--tasawuf.html,
tanggal 22 September 2016 pukul 10.32
80
di dalamnya mereka menjadi terbuka sepenuhnya pada
cahaya Illahi.
Di dalam maqamat ada beberapa tingkatan,
diantaranya: taubah-wara-zuhud-tawakal-sabar- ridha-
mujadahah-cinta dan rindu.
Dengan memperhatikan latar belakang di atas,
maka yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini
adalah apa yang dimaksud dengan maqamat, apa
landasan maqamat dan apa saja bentuk-bentuk
maqamat.
Dengan penyusunan makalah ini maka pemakalah
berharap agar pembaca dapat memahami dan mengerti
definisi dari maqamat, landasan maqamat, dan bentuk-
bentuk maqamat.

B. DEFINISI MAQAMAT
1. Definisi secara umum
Maqamat (kedudukan) adalah jamak dari
maqam, yang berarti tempat atau kedudukan.
Dalam Sufi Terminology: The Mystical Language
of Islam, maqam diterjemahkan sebagai
kedudukan spiritual. Karena sebuah maqam
diperoleh melalui daya upaya (mujahadah) dan
ketulusan dalam menempuh perjalanan spiritual.
Namun sesungguhnya perolehan tersebut tidak
81
lepas dari karunia yang diberikan oleh Allah
SWT.
Salah satu rahasia dan juga sunnah
tuntunan para Nabi dan Wali yang merupakan
golongan maqam qurb (dekat disisi allah SWT)
adalah padatnya waktu-waktu ibadah (zikir dan
40
munajat) mereka. Suatu maqam tidak lain
adalah merupakan kualitas kejiwaan yang bersifat
tetap. Seseorang tidak dapat beranjak dari satu
maqam ke maqam lain sebelum ia memenuhi
semua persyaratan yang ada pada maqam
tersebut. Sebagaimana digambarkan oleh Al-
Qusyairi bahwa seseorang yang belum
sepenuhnya qanaah tidak bisa mencapai tawakal.
Dan siapa yang belum sepenuhnya tawakal tidak
bisa sampai pada taslim. Barang siapa belum
taubah tidak bisa sampai inabat dan barang siapa
yang belum wara tidak bisa mencapai zuhud,
begitu seterusnya. Tahapan kedudukan spiritual
ini tidak sebagaimana pemberhentian kereta api di
stasiun, dimana ketika kereta api tersebut
melanjutkan perjalanan menuju stasiun

40
Hadi Murtadho, Tiga Guru Sufi Tanah Jawa (Wejangan-Wejangan
Ruhani Abuya Dimyathi Banten, Syaikh Romli Tamim Rejoso, Syaikh Muslih
Mranggen), (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2012), hal. 96
82
berikutnya, berarti ia meninggalkan tingkatan
yang lebih rendah. Sebab, seseorang beranjak dari
tingkatan (maqam) pertama ke kedudukan
berikutnya, ia akan senantiasa menduduki
maqam-maqam sebelumnya dan begitu
seterusnya. Dengan demikian kualitas tingkatan
tersebut akan senantiasa melekat, semakin tinggi
kedudukan yang dicapainya akan semakin
sempurna dan utuh kualitas diri seseorang.41
Dalam bahasa tasawuf, ide Underhill
maupun Al-Ghazali mengarah pada pengertian
bahwa maqamat mempunyai tiga tahapan proses
pembelajaran untuk sampai kepada tujuan ideal
sufistik, yaitu :
a. Pertama
Menggosok dan membersihkan diri
dari sifat-sifat keduniaan, termasuk di
dalamnya segala bentuk kemungkaran dan
kemaksiatan, yang dalam istilah sufi
dinamakan takhliyah. Langkah pertama ini
ditempuh untuk mengetahui dan menyadari

41
Muhammad Hasyim, Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi Telaah
atas Pemikiran Psikologi Humanistik Abraham Maslow. (Yogyakarta, 2002),
hal. 25
83
betapa buruknya sifat-sifat tercela dan
kotoran-kotoran hati.
Al-Ghazali menyebutkan beberapa
penyakit hati yang mesti diberantas dari
jiwa manusia, seperti hasud, al-hirsh, al-
takabur, al-ghadhab, riya, ujub, dan syirik.
b. Kedua
Mengisi kembali dan menghias jiwa
dengan jalan membiasakan diri dengan
sifat, sikap, dan perbuatan yang baik, atau
lebih dikenal dengan istilah takhaliyah.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam
tahapan ini adalah membina pribadi agar
memiliki akhlak al-karimah dengan
menyinari hati dengan sifat-sifat terpuji
semisal tauhid, taubat, zuhud, cinta, wara,
sabar dan sebagainya.
c. Ketiga
Tajliyah yaitu stratifikasi di mana hati
telah bersih yang berdampak pada
lenyapnya hijab dari sifat kemanusiaan dan
tersembulnya sifat Illahi dalam pribadi
seorang sufi, sehingga segala yang
terlaksana pada dasarnya merupakan
maninfestasi dari Tuhan.
84
2. Secara Etimologi
Secara etimologis maqamat adalah bentuk
jamak dari kata maqam yang berarti kedudukan
spiritual. Selain itu, maqamat juga diartikan
sebagai suatu tahap adab (etika) kepada Allah
SWT dengan bermacam usaha yang diwujudkan
untuk satu tujuan pencarian dan tugas masing-
masing yang berada dalam tahapnya sendiri
ketika dalam kondisi tersebut, serta contoh
tingkah laku menuju kepada-Nya.
3. Menurut para ahli
a. Al-Qusyairi
Maqamat adalah etika seorang hamba
dalam wushul (mencapai, menyambung)
kepada-Nya dengan macam upaya,
diwujudkan dengan tujuan pencarian dan
ukuran tugas.
b. Dr. H. Said Aqil Siroj
Maqamat adalah istilah dalam tasawuf
untuk menyebut berbagai kedudukan
pendakian(tempat/tingkatan/derajat) rohani

85
yang harus ditempuh agar bisa sampai
kepada Allah SWT.42
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa maqamat adalah melakukan
perjalanan berupa penyucian diri dan
ibadah kepada Allah, yang didalamnya
mereka terbuka sepenuhnya pada cahaya
Illahi, dan kilauan cahaya ini menghapus
semua batas-batas kemanusiaan yang
menghalangi mereka dan Tuhan, yang
abadi hanyalah Allah dalam keagungan-
Nya.43

C. LANDASAN MAQAMAT
1. Al-Quran

$tu !$# 2%! 5=% ytrB r& (#t#u t%#9 't s9r&

6s% |=tG39$# (#?& t%!$%x. (#3t u d,pt:$# z ttt

)s ]i Wx.u ( 5=% M|s)s tF{$# n=t t$ss

42
Siroj Said Aqil, Maqam Dalam Tasawuf, diakses dari
http://sunnahsunni.blogspot.co.id/2015/01/maqom-dalam-
tasawuf.html?m=1, tanggal 14 September 2016 pukul 18.25
43
Chittick William C, Tasawuf di Mata Kaum Sufi. (Bandung:
Penerbit Mizan, 2002), hal. 75
86
Artinya :
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang
beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah
dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada
mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang
yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya,
kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka
lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di
antara mereka adalah orang-orang yang fasik.(Q.S.
Al-Hadid: 16).

Abu Al-Wafa Al-Ganimi At-Taftazani


mengatakan bahwa semua tahapan (maqamat)
para sufi yang pada dasarnya merupakan tema
pokok ajaran tasawuf, berlandaskan Al-Quran.
Berikut ini landasan sebagian maqamat para sufi :
a. Maqam Taubah

!$# n<) UGt *s $[s=| tu z>$s? tu

$\/$tGt

Artinya :
Dan orang yang bertobat dan mengerjakan
amal saleh, maka sesungguhnya dia bertobat
kepada Allah dengan taubat yang sebenar-
benarnya. (Q.S Al-Furqaan : 71).

87
b. Maqam Wara

i9s3s y7/uu r's % oO9$# $pr't

f$$s t_9$#u dss y7t/$uOu

Artinya :
Hai orang yang berkemul (berselimut).
Bangunlah, Lalu berilah peringatan! Dan
Tuhanmu agungkanlah!.Dan pakaianmu
bersihkanlah. Dan perbuatan dosa
tinggalkanlah. (Q.S Al-Muddatstsir: 1-5).

c. Maqamat Tawakal

!$# n?t .utGt tu 4 =tFts ]ym %tu

!$# yy_ s% 4 r& 8=t/ !$# ) 4 7ym us

#Ys% &x e39

Artinya :
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya
Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah
Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
(Q.S. Ath Thalaq : 3).

88
d. Maqamat Shabr

7/s%! tG$#u A,ym !$# yu ) 9$$s

x6/M}$#u cy9$$/ y7n/u pt2 xm7yu

Artinya :
Maka bersabarlah kamu, karena
Sesungguhnya janji Allah itu benar, dan
mohonlah ampunan untuk dosamu dan
bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada
waktu petang dan pagi. (Q.S. Al Mumin: 55).

e. Maqam Ridha

m; 4 % t%9$# x t t #xy !$# t$s%

4 #Yt/r& !$p t$#yz yF{$# $yFtrB grB My_

y9$# x 9$# y79s 4 t (#uu ]t !$# z

Artinya :
Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang
bermanfaat bagi orang-orang yang benar
kebenaran mereka. bagi mereka surga yang
dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka
kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah
ridha terhadapNya. Itulah keberuntungan yang
paling besar". (Q.S. Al Maa-idah: 119).

89
Maksudnya: Allah meridhai segala
perbuatan-perbuatan mereka, dan
merekapun merasa puas terhadap nikmat
yang telah dicurahkan Allah kepada
mereka.44
2. Hadits
Sejalan dengan apa yang dijelaskan pada
Al-Quran, sebagaimana yang dijelaskan diatas,
tasawuf juga dapat dilihat dari hadits, salah
satunya :
Senantiasa seorang hamba itu mendekatkan diri
kepadaKu dengan amalan-amalan sunat sehingga Aku
mencintainya. Maka tatkala mencintainya, jadilah aku
pendengarnya yang dia pakai untuk mendengar,
penglihatannya yang dia pakai untuk melihat,
lidahnya yang dia pakai untuk berbicara, tangannya
yang dia pakai untuk mengepal, dan kakinya yang
diapakai untuk berjalan, maka denganKu dia
mendengar, melihat, berbicara, berfikir, mengepal,
dan berjalan.45

44
Rochman Abdul, Maqam Ridha, diakses dari
http://www.academia.edu/6409432/Maqam_ridha, tanggal 25 Oktober
2016, pukul 19.23
45
Solang Visal, Dasar-Dasar Al-Quran dan Al-Hadits Tentang
Akhlak tasawuf, diakses dari http://www.academia.edu/9210383/DASAR-
DASAR_AL-QURAN_AL-HADITS_TENTANG-AKHLAKTASAWU, tanggal 21
September 2016, pukul 21.21
90
D. BENTUK MAQAMAT
1. Taubah
Sebagai awal dari perjalanan yang harus
dilakukan oleh seorang sufi adalah maqam
taubah. Yakni upaya pengosongan diri dari segala
tindakan yang tidak baik dan mengisinya dengan
yang baik. Makna taubah yang sebenarnya adalah
penyesalan diri terhadap segala perilaku jahat
yang telah dilakukan dimasa lalu. Selanjutnya
seorang yang bertaubah dituntut untuk
menjauhkan diri dari segala tindakan maksiat dan
melenyapkan semua dorongan nafsu amarah yang
dapat mengarahkan seseorang kepada tindakan
kejahatan.
Taubah juga bermakna kembali ke asal,
yakni dengan taubat membuat jiwa seseorang
kembali lagi sesuai dengan kodrat asalnya yang
fitri. Dengan kata lain, seorang sufi dituntut untuk
dapat mengembalikan stabilitas akal dan
nafsunya, sehingga tidak mudah menyerahkan
dirinya pada keinginan nafsunya. Hal ini bukan
berarti bahwa seorang sufi harus sama sekali
meninggalkan kehidupan duniawi, namun ia tidak
boleh terlena sehingga menyerahkan diri dan
menggantungnya pada kemewahan duniawi.
91
Seorang sufi dituntut untuk membebaskan dirinya
dari segala sesuatu yang dapat menjadikannya
terbelenggu dan tidak dapat manjalankan aktifitas
idealnya secara bebas dan fitri.
Dalam tradisi tasawuf, taubah
dikategorikan dalam tiga tingkatan, yaitu :
a. Pertama
Taubah bagi kalangan awam, yakni
taubah pada tingkatan yang paling dasar.
Di mana seseorang yang melakukan taubah
dituntut untuk memenuhi persyaratan yang
paling minimal, yaitu menyesali segala
perilaku kesalahan yang telah dilakukan
dengan sepenuh hati, serta meninggalkan
perilaku kesalahan tersebut untuk selama-
lamanya diikuti dengan keyakinan untuk
tidak akan mengulangi kesalahan yang
sama. Jika perilaku kesalahan tersebut
berhubungan dengan sesama manusia,
maka ia harus minta maaf kepada yang
bersangkutan. Dan jika berhubungan
dengan harta benda, ia harus
mengembalikan harta benda tersebut.
Dengan kata lain, taubah pada tingkatan

92
pertama berarti kembali dari kemaksiatan
atau kejahatan menuju kebaikan.
b. Kedua
Taubah berarti kembali dari yang
baik menuju yang lebih baik. Seorang yang
bertaubah pada tingkatan ini, dituntut untuk
kembali dari perbuatan yang lebih baik
menuju yang terbaik. Dalam dirinya ada
semangat untuk senantiasa meningkatkan
kadar kebaikan dan ketaatannya untuk
menjadi lebih baik lagi dan lebih taat lagi.
c. Ketiga
Adapun taubah yang ketiga yaitu
kembali dari yang terbaik menuju kepada
Allah SWT. Pada tingkatan ini seorang
yang bertaubah akan berbuat yang terbaik
dengan tanpa motivasi apapun kecuali
karena Allah SWT dan untuk Allah SWT.
Seorang yang pada tingkatan ini secara
otomatis adalah orang yang mencapai tahap
wara.
2. Wara
Wara adalah menjauhi segala yang
syubhat, artinya menjauhi segala hal yang belum
jelas haram dan halalnya. Hal ini berlaku pada
93
segala aktifitas kehidupan manusia, baik yang
berupa benda maupun perilaku seperti makanan,
minuman, pakaian, pembicaraan, perjalanan,
duduk, berdiri, bersantai, bekerja dan lain-lain.46
Selain itu, wara juga diartikan sebagai
meninggalkan segala hal yang berlebihan, baik
berwujud benda maupun perilaku. Lebih dari itu
juga meninggalkan segala hal yang tidak
bermanfaat, atau tidak jelas manfaatnya.
Adapun yang menjadi dasar ajaran wara
adalah sabda Nabi Muhammad Saw. yang
artinya:
Sebagian dari kebaikan tindakan keislaman
seseorang adalah bahwa ia menjauhi segala sesuatu
yang tidak berarti. Juga ada hadits lain yang artinya:
Bersikaplah wara dan kamu akan menjadi orang
yang paling taat beribadah.

Para ahli tasawuf mambagi wara menjadi


dua bagian. Yaitu wara yang bersifat lahiriyah
dan batiniyah. Wara lahiriyah berarti
meninggalkan segala hal yang tidak diridhai olleh
Allah SWT. Sedangkan wara batiniyah berarti
tidak mengisi atau menempatkan sesuatu di
hatinya kecuali Allah SWT.

46
Mubarok El, Maqamat dalam Tasawuf diakses dari
http://elmubarok.blogspot.co.id/2009/12/maqamat-dalam-tasawuf.html,
tanggal 7 September 2016 pukul 13.17
94
Seorang yang wara senantiasa menjaga
kesucian baik jasmani maupun rohaninya dengan
mengendalikan segala perilaku dan aktifitas
kesehariannya. Ia hanya melakukan segala
sesuatu jika hal tersebut bermanfaat, baik untuk
dirinya maupun untuk orang lain. Dengan
demikian, maka raga dan jiwanya senantiasa
terjaga dari hal-hal yang tidak diridhai Allah
SWT.
Jika dikaji lebih mendalam, wara adalah
segala sesuatu yang tidak dilihat dari perilaku
seseorang dari wujud kasarnya atau keelokan
rupanya. Namun, dilihat dari segala sesuatu baik
benda, perilaku, gagasan, atau pemikiran dari
nilai yang terkandung didalamnya, tanpa melihat
bentuk fisiknya. Kekayaan, gelar, kepangkatan,
status sosial, keelokan wajah, dan bentuk tubuh
bukanlah hal yang menentukan kualitas derajat
seseorang dimata Allah SWT. Tetapi, yang
menentukan derajat seseorang dimata Allah SWT
adalah sejauh mana segala hal tersebut
mengandung nilai. Nilai yang dapat mensucikan
diri seseorang dari kotoran yang telah
menjauhkannya dari kodrat asal penciptaannya

95
yang paling sempurna dibanding makhluk lain
atau mengembalikannya pada fitrah kejadiannya.
Pada dasarnya wara merupakan
pelaksanaan dari perintah Allah dalam surat al-
Muddatstsir ayat 1-3.
Secara psikologis seseorang yang banyak
melakukan dosa atau pelanggaran etik dan moral
akan menjadikan dirinya dihantui oleh perasaan
cemas dan takut, yang dalam istilah psikoanalisis
disebut moral anxiety (kecemasan moral).
Selanjutnya hal ini akan berdampak negatif atau
menimbulkan penyakit baik fisik maupun psikis.
Karena perasaan ini akan senantiasa terpendam
dalam alam bawah sadar.
Untuk menjaga diri seseorang dari penyakit
di atas tidak lain adalah dengan menjauhkan diri
dari perbuatan dosa atau pelanggaran etika, yakni
dengan mengendalikan segala hasrat, keinginan,
dan nafsu serta pengaruh lingkungan sekitarnya.
Selanjutnya hanya mengikuti apa yang
didorongkan oleh hati nuraninya. Dari penjelasan
tersebut maka para sufi mengartikan wara adalah

96
meninggalkan yang didalamnya terdapat keragu-
raguan antara halam dan haram (Syubhat).47
Hal-hal yang tidak bermanfaat dan segala
tendensi yang bersifat pribadi dan sesaat, pada
dasarnya adalah bersifat duniawi. Ketika segala
hal yang bersifat duniawi tersebut ditinggalkan,
maka seorang sufi telah sampai pada derajat
zuhud.
3. Zuhud
Kata Zuhud berasal dari akar kata yang
bermakna menahan diri dari sesuatu yang hukum
asalnya sebenarnya netral (mubah), alias boleh-
boleh saja. Sikap Zuhud ini ada kaitannya
dengan sikap wara (kehati-hatian) seperti yang
telah disinggung di atas, demi menghindarkan
pelakunya dari berlebih-lebihan yang dilarang
karena kekhawatiran orang tak bisa berhenti di
batas yang diperbolehkan. Sikap hati-hati seperti
ini kiranya terkait dengan kenyataan bahwa

47
Budiyono Ahmad, Pengertian dan Tahap Maqamat dan Ahwal,
diakses dari
http://httpahmadbudiyonoblogspotcom.blogspot.co.id/2012/04/pengertia
n-dan-tahapan-maqamat-dan-ahwal.html?m=1, tanggal 25 Oktober 2016,
pukul 19.51
97
perang melawan nafsu, dan memenangkannya,
adalah suatu pekerjaan yang amat sulit.48
Dalam pandangan kaum sufi, dunia dan
segala isinya merupakan sumber kemaksiatan dan
kemungkaran yang dapat menjauhkannya dari
Allah SWT. Karena hasrat, keinginan, dan nafsu
seseorang sangat berpotensi untuk menjadikan
kemewahan dan kenikmatan diniawi sebagai
tujuan hidupnya, sehingga memalingkannya dari
Allah SWT. Oleh karena itu, maka seorang sufi
dituntut untuk terlebih dahulu memalingkan
seluruh aktifitas jasmani dan ruhaninya dari hal-
hal yang bersifat duniawi. Dengan demikian
segala apa yang dilakukannya dalam kehidupan
tidak lain hanyalah dalam rangka mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Perilaku seperti inilah
yang dalam terminologi disebut sebagai zuhud.
Dalam tradisi tasawuf, zuhud merupakan
maqam yang sangat menentukan. Sehingga
hampir seluruh ahli tasawuf selalu menyebutkan
zuhud sebagai salah satu maqamat.
Ketika seorang sufi tidak lagi terbelenggu
oleh kehidupan duniawi dan hanya membutuhkan

48
Bagir Haidar, Buku Saku Tasawuf Positif, ( Bandung: Mizan
Pustaka dan IIman, 2005), hal. 51
98
Allah SWT. Maka, dengan sendirinya ia telah
sampai pada derajat kefakiran (faqr).
4. Faqr
Faqr menurut bahasa berarti butuh.
Sedangkan menurut terminologi faqr adalah suatu
keadaan dimana hati tidak butuh kecuali Allah
SWT. 49 Yang menjadi dasar ajaran Faqr adalah
firman Allah SWT. yang artinya :
(Sedekah itu) adalah untuk orang-orang fakir
yang terikat (oleh Jihad) di jalan Allah; mereka tidak
dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang kayak arena (mereka)
memelihara diri dari meminta-minta. Kemu mengenal
dia denga sifat-sifatnya, yang mereka tidak meminta
kepada orang secara mendesak. Danapa saja harta
yang baik yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui.

Dalam riwayat Abu Hurairah, Nabi


Muhammad Saw bersabda yang artinya:
Orang-orang miskin akan memasuki surga
lima ratus tahun sebelum orang-orang kaya.
(limaratus tahun itu) sama dengan setengah hari di
surga).
Kakayaan atau kenikmatan duniawi adalah
sesuatu yang dapat memelingkan seseorang dari
Allah SWT. Untuk dapat menghindarkan diri dari

49
Ratu Sabdo Pandito, Maqam Wara, zuhud, dan faqr, diakses
dari http://arwaniilyas.blogspot.co.id/2013/12/maqam-wara-zuhud-dan-
faqr.html?m=1, tanggal 25 Oktober 2016 pukul 21.11
99
godaan duniawi dibutuhkan kesabaran yang
tinggi. Oleh karenanya seorang yang faqr pada
dasarnya adalah juga seorang yang telah
mencapai maqam shabr.
5. Shabr
Pada dasarnya kehidupan manusia didunia
adalah perjalanan jauh menuju Allah SWT.
Sebelum melaksanakan perjalanan jauh manusia
telah ditempatkan oleh Allah SWT dalam wilayah
asalnya yang suci. Wilayah dimana manusia telah
melakukan persaksian bahwa ia adalah hamba
Allah SWT yang diciptakan untuk malakukan
tugas yang berwujud pengabdian kepadanya. Dan
manusia yang telah menerima persaksian itu
dengan sepenuhnya.
Hal ini secara simbolik telah diungkapkan
oleh Allah SWT dalam firmannya, yang artinya:
Dan ingatlah ketika Tuhan-mu mengeluarkan
keturunan dari anak-anak Adam dari sulbi mereka,
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): Bukankah Aku iini Tuhanmu ?
mereka menjawab: Benar (engkau Tuhan kami),
kami menjadi saksi....

6. Tawakal
Tawakal mempunyai arti menyerahkan diri
kepada Allah SWT atas segala upaya yang telah

100
dilakukan. Dalam dunia sufi tawakal berarti
menyerahkan diri pada qada dan keputusan Allah
SWT. Jika mendapat mereka akan bersyukur dan
jika tidak mendapat apa-apa mereka akan
bersabar. Menyerahkan kepada Allah SWT
dengan Allah SWT dan karena Allah SWT.
Para sufi dikenal sebagai orang yang sangat
bertawakal kepada Allah SWT dalam segala hal.
Bagi mereka, tawakal adalah salah satu upaya
untuk memperoleh rahmat dan ridha Allah SWT.
7. Ridha
Ridha merupakan buah dari tawakal. Di mana
jika sufi telah benar-benar melaksanakan tawakal
maka dengan sendirinya ia akan sampai pada
maqam ridla. Sebagian ulama berpendapat bahwa
ridha adalah termasuk ahwal, bukan maqamat.
Karena ia tidak bersifat diupayakan. Namun ia
adalah karunia yang diberikan oleh Allah sebagai
buah dari tawakal.
Ridha dapat diartikan sebagai menerima
tawakal dengan kerelaan hati. Secara harfiah
ridha mempunyai arti rela, suka, senang. Para sufi
mengartikan ridha adalah penerimaan seseorang
atas keputusan Allah SWT. Ketika seorang sufi
melatih diri untuk menerima keputusan Allah
101
SWT, ia akan menutup dirinya dari pilihan-
pilihan lain selain pilihan Allah SWT.50 Adapaun
tanda-tandanya adalah mempercayakan hasil
pekerjaan sebelum datang ketentuan, tidak resah
sebelum terjadi ketentuan,tidak resah sesudah
terjadi ketentuan dan cinta yang membara ketika
tertimpa malapetaka.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan,
bahwa ridla adalah kondisi kejiwaan atau sikap
mental yang senantiasa menerima dengan lapang
dada atas segala karunia yang diberikan atau bela
yang ditimpakan kepadanya. Ia akan senantiasa
merasa senang dalam setiap situasi yang
meliputinya.51
8. Mujahadah
Mujahadah adalah perjuangan dan upaya
spritual melawan hawa nafsu dan berbagai
kecenderungan buruk dari jiwa (nafs). Mujahadah
adalah perang terus-menerus yang disebut perang
suci yang besar (al-jihad al akbar). Perang ini

50
Wadhifaty, Maqamat Dalam Tasawuf, diakses dari
http://nurussubahah.blogspot.co.id/2012/05/maqamat-dalam-
tasawuf.html, tanggal 7 September pukul 13.08
51
Simuh, et,al., Tasawuf dan Krisis. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
(Anggota IKAPI), 2001), hal. 41
102
menggunakan senjata samawiy berupa mengingat
Allah SWT (zikrullah).52
Ibrahim bin Adham mengatakan bahwa
seorang baru akan mencapai maqam ini sesudah
melakukan enam hal:
a. Menutup pintu bersenang-senang dan
membuka pintu penderitaan.
b. Menutup pintu keangkuhan dan membuka
pintu kerendahan hati.
c. Menutup pintu istirahat dan membuka
pintu perjuangan.
d. Menutup pintu tidur dan membuka pintu
jaga.
e. Menutup pintu kemewahan dan membuka
pintu kemiskinan.
f. Menutup pintu harapan duniawi dan
membuka pintu persiapan menghadapi
kematian.53
Dalam jiwa manusia terdapat dua sifat
yang dapat menghalangi dalam pencapaian
kebaikan, yaitu larut dalam memuja hawa nafsu
dan penolakan pada tindakan kepatuhan.

52
Mustafa zahr. ilmu tasawuf. (Surabaya: Bina Ilmu, 1979). Hal. 172
53
Amir syukur. Zuhud di Abad modern. (cet.1 ; Yogyakarta: pustaka
pelajar. 1997). Hal 1
103
Manakala jiwa menunggang hawa nafsu, maka
harus dikenadalikan dengan takwa. Manakala jiwa
bersikukuh menolak untuk selarah dengan
kehendak tuhan, maka harus dikendalikan agar
menolak hawa nafsunya.
9. Cinta dan Rindu
Cinta adalah kecenderungan hati. Yang
dimaksud disini yaitu kecendrungan kepada Allah
SWT, termasuk segala sesuatu yang berhubungan
dengan-Nya dan tanpa adanya paksaan. Dalam
pandangan lain, cinta adalah penyesuaian, yaitu
kepatuhan terhadap apa yang diperintahkan,
menjauhkan diri dari apa yang dilarang.54
Rindu adalah keadaan gairah untuk
berharap berjumpa dengan sang kekasih, kadar
rindu tergantung volume cinta. Kerinduan untuk
melihat sang kekasih, kerinduan untuk dekat
dengan kekasih serta kerinduan untuk bersatu
dengan kekasih. Kondisi orang yang rindu
bagaikan tarikan nafas yang menggerakan
kerinduan pada kekasih dan dalam bernafas inilah
gerak kerinduan yang dirasakan semakin nikmat,
tarikan nafas orang yang mengalami ekstase

54
Hadi Mutaman. Maqam-Maqam Sufi. (Yogyakarta :Al-Manar.
2010). Hal 72
104
dibawah tarikan illahi memberi kesaksian-
kesaksian atas hal ini.

E. PENGARUH PENCAPAIAN MAQAM DALAM


KEHIDUPAN
Setiap maqam yang dilewati oleh seseorang sufi
akan memberikan pengaruh terhadap tingkah laku
dalam kehidupannya, terutama sekali dalam sikap
kesehariannya dan dalam berinteraksi dengan sesama
manusia. Hal ini dapat disaksikan pada pola kehidupan
Abu Bakar as-siddiq, yang oleh sebagian kaum sufi
dijadikan sebagai bentuk pengaruh pencapaian maqam
dalam kehidupan sehari-hari dan dalam pembentukan
sikap Abu Bakar.55

t)t O n79$#u z3s9$#u |=tG39$# !$# u? r& @tu;9 t%x. $t

$y/ zh/u (#. 3s9u !$# k< #Y$t6 (#. $=9

ts? F. $y/u |=tG39$# tk=y? F.

Artinya :
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan
kepadanya Al Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata
kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-
penyembahku bukan penyembah Allah."

55
Hadi Mutaman. Maqam-Maqam Sufi.............Hal 79
105
Akan tetapi (dia berkata):
"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani[208],
karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan
kamu tetap mempelajarinya. (Q.S Ali-Imran: 79).

Dalam ayat ini bermakna orang yang sempurna


ilmu dan takwanya kepada Allah SWT. Dalam hal ini,
al-Abbas menyatakan bahwa jadilah seperti Abu Bakar
as-siddiq, karena saat Rasullulah wafat, hati kaum
muslimin goncang, namun kepergian Rasullulah itu
sama sekali tidak mempengaruhi lubuk hati Abu Bakar,
ia keluar dan berkata kepada umat muslim, wahai umat
manusia, barang siapa menyembah Muhammad maka
Muhammad telah wafat, dan barangsiapa menyembah
Allah SWT, maka sesungguhnya Allah SWT adalah zat
yang senantiasa hidup dan tidak akan pernah mati. Bagi
orang yang memiliki sifat rabbaniy, apapun yang terjadi
sama sekali tidak mempengaruhi lubuk hatinya
meskipun orang-orang yang takut tergoncang.
Kekuatan hati dapat dibentuk dengan
menanamkan prinsip bahwa apabila Allah SWT
menghendaki kebaikan maka tidak seorangpun yang
bisa menghilangkan selain dia sendiri. Dan jika dia
menghendaki kejelekan maka tidak seorangpun yang
mampu menghindarkannya selain dia sendiri. Oleh
karena itu kaum sufi banyak menyibukan diri dengan

106
mengingat Allah SWT dan menyampingkan yang selain
Allah SWT.56

F. KESIMPULAN
Maqamat berarti jalan panjang atau fase-fase
yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada
sedekat mungkin dengan Allah SWT. Maqam dilalui
seorang hamba melalui usaha yang sungguh-sungguh
dalam melakukan sejumlah kewajiban yang harus
ditempuh dalam jangka waktu tertentu. Seorang hamba
tidak akan mencapai maqam berikutnya sebelum
menyempurnakan maqam sebelumnya.
Pada dasarnya konsep mengenai maqamat
menurut ahli sufi berbeda-beda antara yang satu dengan
yang lainnya, diantara mereka ada yang menyebutkan
bahwa tingkatan tersebut terdiridari taubah-wara-
zuhud-faqr-shabr-tawakal-ridha. Adapula yang
menyebutkan sistematika maqamat yang terdiri dari
taubat-wara-zuhud-faqr-shabr-tawakal-ridha-
mujahadah-cinta dan rindu.
Dari uraian diatas kita tahu bahwa maqamat
bersifat lebih dinamis dan aktif karena merupakan usaha
dari para salik sendiri.

56
Hadi Mutaman. Maqam-Maqam Sufi........Hal 80-82
107
AHWAL DALAM TASAWUF
Oleh : Tommy Hermawan, dkk.

A. PENDAHULUAN
Tasawuf pada dasarnya berkaitan dengan
perasaan dan kesadaran. Jiwa manusia adalah satu,
sekalipun terdapat perbedaan suku, bangsa, dan rasnya.
Apapun yang berkaitan dengan jiwa manusia, lewat
latihan-latihan rohaniyah. Kaum sufi selalu berusaha
mensucikan diri agar bisa mendekatkan dirinya kepada
Allah. Dengan berbagai macam usaha pensucian diri,
maka bertambahlah ketajaman mata batin dalam melihat
kemakhlukan diri.
Pengalaman religius tertinggi seperti marifat
Allah tidak hanya dimiliki oleh kalangan laki-laki, kaum
perempuan pun asal mempunyai hasrat yang tinggi
dalam mewujudkan penghambaanya pada ilahi, dengan
melalui maqam-maqam yang harus dijalani, juga akan
sampai pada tingkat marifa.
Ahwal adalah bentuk jamak dari hal. Seperti
halnya maqam, hal (state) digunakan kaum sufi untuk
menunjukkan kondisi spiritual. Kata hal dalam
prespektif tasawuf sering diartikan dengan keadaan,
maksudnya adalah keadaan atau kondisi spiritual. Hal,
sebagai suatu kondisi yang singgah dalam kolbu
108
merupakn efek dari peningkatan maqamat seseorang.
Secara teoritis, memang bisa dipahami bahwa seorang
hamba kapanpun ia mendekat pada Allah dengan cara
berbuat kebajikan, ibadah, riyadhah, dan mujahadah,
maka Allah akan memanivestasikan dirinya dalam kalbu
hamba tersebut.
Banyak yang bertanya mengenai apa itu Ahwal?
Lalu apa sajakah bentuk-bentuknya ? Dan bagaimana
landasannya? Kemudian penulis akan membahas lebih
lanjut tentang rumusan masalah di atas dengan
pengumpulan data informasi dari media cetak dan
internet. Dengan adanya pembahasan ini diharapkan
pembaca akan mengetahui apa itu ahwal, bentuk-bentuk
ahwal dan ladasannya.Kemudian pembaca dapat
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

B. DEFINISI AHWAL
Dalam pembicaraan tentang tarekat sebagai
perjalanan spiritual kita tidak bisa mengabaikan dua
istilah teknis yang sangat penting. Yaitu: Maqamat dan
ahwal.Secara BahasaAl Ahwal merupakan jamak
dari hal" yang berarti keadaan atau sesuatu (keadaan
rohani), biasanya diartikan sebagai keadaaan mental
(mental states) yang dialami oleh para sufi di sela-sela
perjalanan spiritualnya. Sekalipun sama-sama di alami
109
dan di capai selama masa perjalanan spiritual seorang
sufi menuju Tuhannya. Namun menurut para sufi ada
perbedaan yang mendasar antara maqamat dan
ahwal ini baik dari cara mendapatkannya maupun
kelangsungannya. Ahwal sering di peroleh secara
spontan sebagai hadiah dari Tuhan. Diantara ahwal
yang sering di sebut adalah takut, syukur, rendah hati,
taqwa, ikhlas, gembira. Banyak diantara mereka
mengatakan bahwa ahwal di alami secara spontan dan
berlangsung sebentar dan diperoleh tidak berdasarkan
usaha sadar dan perjuangan keras, seperti halnya pada
maqamat.57
Menurut imam al Ghozali dalam bukunya
menerangkan bahwa, hal adalah kedudukan atau
situasi kejiwaan yang dianugrahkan Allah kepada
seorang hamba pada suatu waktu, baik sebagai buah
dari amal saleh yang mensucikan jiwa atau sebagai
pemberian semata. Para sufi membedakan antara
maqam (tingkatan) dan hal (keadaan). Maqam ditandai
dengan kemapanan, sedangkan hal justru mudah hilang.
Maqam dapat ditempuh oleh seorang calon sufi dengan
kehendak dan upayanya, sedangkan hal daat diperoleh

57
Mohammad Syahid Ramdhani, Pengertian al-Maqamat dan al-
Ahwal, diakses dari
(http://mohammad-syahidramdhani24.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-
almaqamat-dan-al-ahwal.html), tanggal 22 September 2016 pukul 09.25
110
oleh calon sufi dengan tidak sengaja. Orang yang
meraih maqam dapat tetap dalam tingkatanya,
sedangkan orang yanng meraih hal justru mudah lepas
keadaanya.58

C. BENTUK-BENTUK AHWAL
1. Muraqabah
Muraqabah adalah kondisi kejiwaan yang
dengan sepenuhnya ada dalam keadaan
59
konsentrasi dan waspada. Merasa selalu diawasi
oleh Allah SWT sehingga dengan kesadaran ini
mendorong manusia senantiasa rajin
melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-
Nya.Hal penting yang harus ditunjukkanadalah
konsistensi diri terhadap perilaku yang baik.
Oleh karenannya,melakukan muraqabah
dibutuhkan disiplin yang tinggi. Kedisiplinan
inilah yang akan menghantar seseorang menuju
kebahagiaan yang hakiki.Karena pada dasarnya
segala perilaku peribadatan adalah dalam rangka
muraqabah atau mendekatkan diri kepada Allah.
Dengan cara di mana seorang individu senantisa
merasakan kehadiran Allah, serta menyadari

58
Mohammad Syahid Ramdhani, Pengertian al Maqamat,(online).
59
Ibid,Mohammad Syahid Ramdhani, Pengertian al Maqamat.
111
sepenuhnya bahwa Allah selalu mengawasi
segenap perilaku hambanya.Dengan kesadaran
semacam ini, seorang hamba akan selalu mawas
diri, menjaga diri untuk tetap berada pada kualitas
60
kesempurnaan penciptanya.
2. Qurb
Secara literal, qurb berarti dekat darinnya
dan kepadanya. Menurut Sarraj al-saqathi, qurb
(mendekatkan diri kepada Allah) adalah taat
kepada-Nya. Sementara ruwaym ibn Ahmad
ketika ditanya tentang qurb, menjawab,
menghilangkan setiap hal yang merintangi
dirimu untuk bersama-Nya. Dalam pandangan al-
sarraj, qurb adalah penyaksian sang hamba
dengan hatinya akan kedekatan Allah kepada-
Nya, maka ia mendekat kepada Allah dengan
ketaatanya, dan mengerahkan segala
keinginannya kepada Allah semata dengan cara
mengingatnya secara kontinu baik pada
61
keramaian maupun dikala sendiri .

60
Op.cit, Mohammad Syahid Ramdhani, Pengertian al Maqamat.
61
Media Zainul Bahri, Menembus Tirai Kesendirian-Nya, (Jakarta:
Prenada, 2005) hal.86
112
Menurut al-Sarraj qurb ada tiga tingkatan
yaitu:
a. Tingkatan pertama dari tiga tingkatan
orang-orang mendekaat kepada Allah
adalah orang-orang yang berjuang
mendekati Allah dengan berbagai macam
ketaatan karena mereka memiliki
pengetahuan yang diberikan oleh Allah,
mengetahui kedekatan dan kekuasaan
Allah kepada mereka.
b. Tingkatan kedua adalah orang yang sudah
sempurna dengan keadaan tingakat
pertama. Artinya dengan ketaatan dan
ilmunya tentang Allah ia yakin merasa
melihat dan dekat kepadaAllah.
c. Tingkatan ketiga adalah kelompok kaum
agung dan kaum akhir (hal al-Kubara wa
ahl al-Nihayah).Kondisi qurb mereka
seperti yang dicewritakan olehHusyan al-
Nuri. Ia menjelaskan dalam pandangan
kaum sufi, teman sejati adalah Allah dan
bukan yang lain. Kedekatan kepada Allah
jauh lebih baik daripada kedekatan
sepasang sahabat. Dan kedekatan sepasang

113
sahabat boleh jadi itu artinnya semakin
62
jauhnya hamaba dari Allah.
3. Mahabbah
Mahabbah (cinta) mengandung arti
keteguhan dan kemantapan.Seseorang yang
sedang dilanda cinta. Ia senantiasa teguh dan
mantap ,serta senantiasa mengingat dan
memikirkan yang dicinta.63
Mahabbah pada tingkatan selanjutnya
dapat diartikan suatu usaha sungguh-
sungguh dari seseorang untuk mencapai tingkat
rohaniah tertinggi dengan terwujudnya kecintaan
yang mendalam kepada Allah. Mahabbbah
mempunyai tiga tingkatan yaitu:
a. Tingkatan pertama ini pada intinya
mengandung 3 hal yaitu mengerahkan
ketaatan pada Allah dan membenci sikap
melawan kepada-Nya. Menyerahkan diri
kepada sang kekasih secara total.
Mengosongkan hati dari segala sesuatu
yang dikasihi.

62
Ibid, Media Zainul Bahri, Menembus Tirai Kesendirian-Nya.hal.89
63
Amatullah Armstrong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, (Bandung
:Mizan, 1996) hal.165
114
b. Tingkatan keduaadalah pandangan hati,
keagungan, pengetahuan, dan kekuasaan-
Nya. Itulah cinta orang yang jujur kepada
Allah dan orang yang telah menemukan
kebenaran dan pengetahuan sejati tentang
tuhan.
c. Tingkatan ketiga adalah cintannya orang
yang bersikap benar kepada Allah
(shiddiqun) dan orang yang mengenal
64
Allah dengan mata hatinnya (arifin).
4. Khawf
Khawf adalah suatu sikap mental yang
merasa takut kepada Allah karena kurang
sempurna pengabdianya. Takut dan khawatir
kalau Allah tidak senang kepadanya. Perasaan
takut ini sangat sulit untuk bisa dipahami oleh
seseorang dengan kasat mata, karena hal ini
sangat terkait dengan pengalaman keberagamaan
65
seseorang yang bersifat pribadi.
Perasaan takut akanmemberikan dorongan
untuk melakukan yang terbaik sehingga akan
menerima akibat yang baik pula.
64
Mohammad Syahid Ramdhani Pengertian al Maqamat
...,(online).
65
Amatullah Armstrong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, (Bandung:
Mizan, 1996)hal.144
115
Ibnu Qoyyim memandang khawf sebagai
perasaan bersalah dalam setiap tarikan nafas.
Perasaan bersalah dan adanya ketakutan dalam
hati inilah yang menyebabkan orang lari menuju
Allah. Untuk memunculkan rasa beralah
seseorang harus mengingat dosa-dosa yang
pernah dilakukan sambil merasa khawatir kalau-
kalau Allah tidak mengampuninya, khawatir
kalau-kalau masih tergoda setan dalam setiap
desahan nafasnya. Dengan perasaan seperti ini
sang sufi akan berusaha agar sikap dan
perilakunya tidak menyimpang dari yang
dikehendaki Allah.
Dalam pandangan al-Sarraj, Khawf (takut)
senantiasa bergandengan dengan Mahabbah
(cinta). Keduanya tidak bisa dipisahkan dan
masih dalam bingkai qurb (kedekatan). Qurb
membutuhkan dua kondisi. Pertama, dalam hati
sang hamba yang dominan adalah rasa takutnya.
Kedua, dalam hati sang hamba yang dominan
adalah rasa cintanya. Hal itu terjadi karena Allah
memberikan kepada hati sebuah kepercayaan,
keyakinan yang kuat, dan rasa takut kepada
Allah.Khawf itu menurut al-Sarraj dibagi menjadi
tiga tingkatan :
116
a. Takutnya orang awam
b. Takutnya orang-orang pertengah
66
c. Takutnya kaum Khushus (khusus)
Khawf berkaitan dengan raja. Seorang
hamba yang dekat dan intim dengan Allah akan
merasa ketakutan yang luar biasa kepada-Nya.
Takut akan ancaman dan siksa-Nya, takut
berpisah, dijauhi oleh-Nya, sehingga terputus dari
rahmat-Nya dan hilang rasa nikmat bersama-Nya.
Namun pada saat bersamaan sang hamba juga
merasakan raja, harapan yang besar akan
limpahan dan ampunan, kasih sayang, dan
67
karunia Allah.
5. Raja
Raja dapat berarti berharap atau
optimisme, yaitu perasaan senang hati karena
menanti sesuatu yang diinginkan dan disenangi.
Seseorang yangmengharapkan sesuatu akan
berupaya semaksimal mungkin untuk meraih dan
merealisasikan harapannya. Jika perasaan takut

66
Kurnia, Yalid, Bab ii Penjelasan A,Diakses dari
(http://kurnia-yalid.blogspot.co.id/p/bab-ii-penjelasan-a-
48.html)Tanggal 20 September 2016 pukul 08.15
67
Madia Zainul Bahri, Menembus Tirai Kesendiriannya, (Jakarta
:Prenada, 2005) hal. 97
117
dilengkapi dengan harapan,maka akan
68
menimbulkan keberanian pada diri seseorang.
Sebagaimana halnya dengan khauf (takut),
raja (harapan) adalah keterikatan hati dengan
sesuatu yang diinginkan terjadi pada masa yang
akan datang.Al-Qusyairi membedakan antara
harapan (raja)dengan angan-angan (tamanni).
Raja bersifat aktif ,sementara tamanni bersifat
pasif. Seorang yang mengharapkan sesuatu tentu
akan berupaya semaksimal mungkin untuk
meraih dan merealisasikan harapannya.
Sementara orang yang mengangan-angankan
sesuatu hanya dengan berdiam diri dan tidak
melakukan apapun yang dapat mengantarkanya
untuk mendapatkan apa yang diangan-
angankanya.Ibnu
Khubaiq membagi harapan menjadi tiga,
antara lain:
a. Manusia yang melakukan amal kebaikan
dengan harapan amal baiknya akan
diterima disisi Allah.

68
Amatullah Armstrong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, (Bandung:
Mizan, 1996) hal. 283
118
b. Manusia yang melakukan amal buruk
kemudian bertobat dengan mengharap akan
mendapat ampunan dari Allah.
c. Orang yang menipu diri dengan terus
menerus melakukan kesalahan dengan
69
mengharap ampunan.
6. Syawq
Perwujudan rindu(shawq) kepada Allah
adalah dengan kita senantiasa mendekatkan diri
kepada Allah dan mendatangkan Allah dalam hati
kita melalui cara sholat, berdzikir salah satunya
dengan cara membaca Asmaul husna karena
dengan cara-cara itulah kita bisa menghadirkan
70
Allah dalam hati seseorang. Sholat dapat
mencegah orang melakukan perbuatan keji dan
mungkar, jika kita sering mengerjakan
kemungkaran maka rasa rindu (shawq) akan
dicabut dari hatikita sebab Allah hanya akan hadir
di dalam hati yang suci atau bersih dari perbuatan
keji dan mungkar. Dengan berdzikir secara terus
menerus dalam keadaan apapun akan

69
Kurnia, Yalid. Bab ii Penjelasan A,Diakses dari
(http://kurnia-yalid.blogspot.co.id/p/bab-ii-penjelasan-a-
48.html)Tanggal 20 September 2016 pukul 08.15
70
Amatullah Armstrong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, (Bandung
:Mizan, 1996) hal. 272
119
mengingatkan manusia kepada Allah sehingga
manusia rindu akan kehadiran Allah di dalam
hatinya. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
manusia akan berhati-hati dalam tindakan dan
tutur katanya agar tidak dibenci oleh Allah dan
71
bisa mendekatkan diri kepada Allah.
7. Uns
Uns (perasaan cinta) merupakan kondisi
kejiwaan, di mana seseorang merasakan
kedekatannya dengan Tuhan. Atau dalam
pengertian lain disebut sebagai pencerahan.
Dalam keadaan ini seorang manusia diliputi
perasaan yang diliputi oleh cinta, kelembutan,
kasih sayang, senang, bahagia, gembira, suka cita
yang menjadi satu di dalam hatinya sehingga sulit
untuk dilukiskan dengan kata-kata.Dalam tasawuf
Uns berarti keakraban menurut Abu Said al-
Kharraj Uns adalah perbincangn roh dengan
Sang Kekasih pada kondisi yang sangat dekat.
Salah seorang pemuka thabiin menulis surat
kepada khalifah Umar bin Abdul

71
Mohammad Syahid Ramdhani Pengertian al-Maqamat dan al-
Ahwal. Diakses dari
(http://mohammad-
syahidramdhani24.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-al-maqamat-dan-al-
ahwal.html) Tanggal 22 September 2016 pukul 09.25
120
Aziz,Hendaknya keakrabanmu hanya dengan
Allah semata dan putuskan hubungan selain
dengan-Nya.Menurut al-Sarraj, Uns bersama
Allah bagi seorang hamba adalah ketika
sempurna kesuciannya dan benar-benar bening
zikirnya serta terbebas dari segala sesuatu yang
menjauhkannya dari Allah. Orang-orang yang
akrab itu terbagi atas tiga tingkatan yaitu:
a. Pertama, mereka yang merasa akrab
dengan sebab zikir dan jauh dari kelalaian,
merasa akrab dengan sebab ketaatan dan
jauh dari dosa.
b. Kedua, Ketika sang hamba sudah
sedemikian akrab bersama Allah dan jauh
dari apapun selain-Nya, yakni
pengingkaran-pengingkaran dan bisikan-
bisikan yang menyibukkannya
c. Ketiga adalah hilangnya pandangan tentang
Uns karena ada rasa segan, kedekatan dan
keagungan bersama Uns itu sendiri.
Maksudnya sang hamba sudah tidak
melihat Uns itu sendiri.
8. Tumaninah
Thumaninah adalah rasa tenang, tidak ada
rasa was-was atau khawatir, tidak ada yang dapat
121
mengganggu perasaan dan pikiran, Karena Ia
telah mencapai tingkatkebersihan jiwa yang
paling tinggi. Seseorang yang telah mencapai
tingkatan thumaninah, ia telah kuat akalnya, kuat
imannya dan ilmunya serta bersih ingatannya.
Jadi, orang tersebut merasakan ketenangan,
bahagia, dan tentram.Ibnu Qayyim membagi
tumaminah kedalam tiga tingkatan yaitu:
a. Tingkatan pertama ketenangan hati dengan
mengingat Allah.
b. ingkatan yang kedua adalah ketentraman
kelak akan bertemu dengan Allah.
c. Tingkatan yang ketiga adalah ketentraman
bertemu dengan Allah dalam setip dzikir
dan sholatnya, ketentraman dalam
menyaksikan Allah pada kelembutan
kasihnya.
9. Musyahadah
Dalam perpektif tasawuf, musyahadah
berarti melihat Tuhan dengan mata hati, tanpa
keraguan sedikitpun, bagaikan melihat-Nya
dengan mata kepala. Hal ini berarti bahwa dalam
tasawuf, seorang sufi dalam keadaan tertentu
akan dapat melihat Tuhan dengan mata hatinya.
Sehingga boleh jadi, hanya bagi mereka, Tuhan
122
itu dapat dilihat. Hal Musyahadah ini dapat
dikatakan merupakan tujuan akhir dari tasawuf,
yakni menemukan puncak pengalaman rohani
kedekatan seorang hamba dengan Allah.Menurut
Al sarraj ahli Musyahadah terbagi atas tiga
tingkatan yaitu:
a. Tingkat pertama, adalah kelompok al-
Ashagir (pemula), yakni mereka yang
72
berkehendak.
b. Tingkat kedua, kelompok pertengahan (al-
Awsath). Dalam pandangan kelompok ini
Musyahadah berarti bahwa ciptaanya pada
genggaman yang Haq dan pada kerajaan-
Nya.
c. Tingkat ketiga seperti yang diterangkan al-
Makki, hati kaum arifin ketika
menyaksikan Allah sesungguhnya
menyaksikan dengan kesaksian yang
kokoh.

72
Mohammad Syahid Ramdhani Pengertian al-Maqamat dan al-
Ahwal.
Diakses dari
(http://mohammadsyahidramdhani24.blogspot.co.id/2012/11/pen
gertianal-maqamat-dan-al-ahwal.html), tanggal 22 September 2016 pukul
09.25

123
10. Yaqin
Al-Yaqin artinya perpaduan antara
pengetahuan yang luas dan mendalam dengan
rasa cinta dan rindu yang bergelora bertaut lagi
denganperjumpaan secara langsung, tertanamlah
dalam jiwanya dan tumbuh bersemi perasaan
yang mantap, dialah yang dicari itu. Perasaan
mantapnya pengetahuan yang diperoleh dari
pertemuan secara langsung, itulah yang disebut
73
dengan al-Yaqin. Yaqin adalah kepercayaan
yang kokoh tak tergoyahkan tentang kebenaran
pengetahuan yang ia miliki, karena ia sendiri
menyaksikannya dengan segenap jiwanya.Dalam
pandangan al-Junaid yaqin adalah tetapnya ilmu
di dalam hati, ia tidak berbalik, tidak berpindah
dan tidak berubah. Menurut al-Sarraj yaqin
adalah fondasi dan sekaligus bagian akhir dari
seluruh ahwal. Dapat juga dikatakan bahwa yaqin
74
merupakan esensi seluruh ahwal.

73
Amatullah Armstrong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, (Bandung
:Mizan, 1996) hal. 325
74
Mohammad Syahid Ramdhani,Pengertian al-Maqamat dan al-
Ahwal. Diakses dari (http://mohammad-syahid-
ramdhani24.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-al-maqamat-dan-al-
ahwal.html)Tanggal 22 September 2016 pukul 09.25
124
D. LANDASAN AHWAL
1. Muraqabah
Muraqabah sebagai tirai pelindung dari
emosi, pikiran, nafsu dan perbuatan jahat, dan
memandangnya sebagai jalan teraman untuk
diperhatikan Allah. Dalam halnya Allah SWT
berfirman :

Gt =%u ys9 ) @s% =t $

Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan


melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang
75
selalu hadir.(Qs. Qaaf :18)

Rasulullah SAW memerintahkan kepada


kita untuk bertaqwa kepada Allah SWT
dimanapun kita berada. Sedangkan ketaqwaan
tidak akan lahir tanpa adanya muraqabatullah.
Rasulullah SAW bersabda: Bertakwalah kepada
Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah perbuatan
buruk dengan perbuatan baik guna menghapuskan
perbuatan buruk tersebut, serta gaulilah manusia
dengan pergaulan yang baik. (HR.Tirm

75
Madia Zainul Bahri, Menembus Tirai Kesendiriannya, (Jakarta
:Prenada, 2005)hal. 84
125
2. Qurb
Kedekatan Allah kepada hambanya
tercantum dalam firman-Nya diantaranya
sebagai berikut.

/ u? $t n=tu z|M}$# $u)n=yz s)s9u

u9$# 7ym s9) >t%r& twu ( t

Dan sesungguhnya Kami telah


menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat
kepadannya daripada urat lehernya. (Qs. Qaaf
:16)

nuy =_& ( =s% o*s h_t $t6 y7s9r'y #s)u

=ys9 1 (#9u < (#6ftGu=s ( $ty #s) #$!$#

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya


kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka
(jawablah) bahwasannya Aku adalah dekat. Aku

126
mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaknya mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu ada dalam kebenaran.(Qs. al-
76
Baqarah :186)

3. Murahabbah
Mahabbah dapat pula berarti suatu
usaha sungguh-sungguh dari seseorang untuk
mencapai tingkat ruhaniah tertinggi dengan
tercapainya gambaran yang mutlak.
Mahabbah ini disebut Allah dalam beberapa
ayat-Nya yaitu :

!$# 376s 7?$$s !$# t7s? F. ) %

m x !$#u 3 /3t/ /3s9 tu

Katakanlah (Muhammad) jika kamu


(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
nscaya Allah mengasihi dan mengampuni

76
Madia Zainul Bahri, Menembus Tirai Kesendiriannya,
(Jakarta :Prenada, 2005)hal. 87
127
dosa-dosamu. Allah maha pengampun lagi
77
maha penyayang.(Qs. al-Imran :31)

Adapun hadits yang ditegaskan oleh


Nabi sendiri yaitu: Barangsiapa
menghidupkan sunnahku maka
sesungguhnya dia mencintaiku dan barang
siapa mencintaiku maka dia bersamaku di
dalam syurga. (HR. al Sajzi)78

4. Khawf
Rasa takut mereka bisa juga disebut
dengan rasa takut pada hal yang masih
terjadi, yang sesuai dengan firman Allah.

$ys? s u!$u9r& hs s9$# 39s $y)

t . ) %s{u

77
Ibid, Madia Zainul Bahri, Menembus Tirai
Kesendiriannya.hal. 93
78
Mohammad Syahid Ramadhani, pengertian al-Maqamat
dan al-Ahwal, di akses dari (http://mohammad-syahid
ramdhani24.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-al-maqamat-
dan-al-ahwal.html)Tanggal 22 September 2016 pukul 09.25
128
Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah
syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan
kawan-kawannya (orang-orang musyrik
Quraisy), karena itu janganlah kamu takut
kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika
kamu benar-benar orang yang beriman. (Qs.al-
79
Imran :175)

5. Raja
Secara alegoris memandang khawf dan
Raja seperti sepasang sayap burung,
manakala kedua belah sayap itu seimbang.
Kemuliaan ini ditunjukan dalam firman-Nya

s9) 3s9) !$yr& n<) #yr /3=Wi |o0 O$tr& !$y) %

Wut yu=s n/u u!$s)9 (#_t t%x. ys ( nu

#Jtnr& n/u y$t7/ 8 u $[s=|

Katakanlah: sesungguhnya aku ini


manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu
itu adalah Tuhan yang Esa. Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan

79
Abdul Qadir Isa, Hakekat Tasawuf, (Jakarta :Qisthi,
2005)hal. 202

129
janganlah ia mempersekutukan seorangpun
dalam beribadat kepada Tuhannya. (Qs. al-
80
Kahfi :110)

6. Thumaninah
Thumaninah bagi sang hamba berarti
kuat akalnya, kuat imannya, dalam ilmunya,
bersih ingatannya dan kokoh realitasnya.
Beberapa firman Allah diantaranya:

2/ r& 3 !$# ./ /=% us?u (#t#u t%!$#

>=)9$# ys? !$#

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan


hati mereka menjadi tentram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-
81
lah hati menjadi tentram(Qs.al-Radu:28)

7. Musyahadah
Dapat dikatakan musyahadah
merupakan tujuan akhir dari tasawuf.
Tingginya hal ini ditunjukkan oleh firman
Allah:

80
Ibid, Abdul Qadir Isa, Hakekat Tasawuf.hal. 205
81
Media Zainul Bahri, Menembus Tirai Kesendiriannya,
(Jakarta :Prenada, 2005)hal.110
130
s+9r& r& ==s% s9 t%x. y9 3t2%s! y79s )

x uu y9$#

Sesungguhnya pada yang demikian itu


benar-benar terdapat peringatan bagi orang-
orang yang mempunyai akal atau yang
menggunakan pendengarannya, sedang dia
82
menyaksikan (Qs. Qaaf :37)

8. Yaqin
Keyakinan juga berarti sikap optimis
dan tulusnya pandangan kepada Allah
dengan sebab kesaksian hati, keyakinan yang
hakiki dan dengan cara menghapus penyakit-
penyakitnya dan melawan keragu-raguan
yang masih melekat. Puncak dari keyakinan
ini diisyaratkan Allah dalam firman-Nya.

tdutG>j9 ;MtU y79s )

Sesungguhnya pada yang demikian itu


benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan
tanda-tanda.(Qs. Hijr:75)

82
Ibid, Media Zainul Bahri, Menembus Tirai
Kesendiriannya.hal.113
131
t%>j9 Mt#u F{$# u

Dan dibumi itu terdapat tanda-tanda


(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang
83
yakin. (Qs. al-Dzaariyaat :20)

Di dalam kehidupan sehari-hari dilihat


dari segi agama, kadang kita percaya dan
yakin akan adanya Allah SWT tetapi
terkadang kita melalaikan akan ajaran
perintah-Nya baik secara sadar maupun tidak
sadar. Kalau kita cermati tentang masalah
ini, terhadap orang yang melalaikan
perintah-Nya bukan berarti orang tersebut
tidak percaya akan adanya Allah.
Kepercayaan dan keyakinan itulah yang
84
disebut dengan Yaqin.

83
Op.cit, Media Zainul Bahri, Menembus Tirai
Kesendiriannya.hal.117
84
Arifindi, Pengimplementasian Ahwal dalam Tradisi, diakses
dari (http://arifindi-
kromo.blogspot.co.id/2011/03/pengimplementasian-ahwal-dalam-
tradisi.html) Tanggal 24 September 2016 pukul 11.50

132
E. KESIMPULAN
Meski para sufi berbeda pendapat mengenai
pengertian ahwal secara luas, perlu dipertegas
disini bahwa menurut al-Sarraj, hal adalah
anugerah (mawahibah) Allah yang diberikan
kepada sang hamba sebagai hasil dari usaha dan
perjuangannya di dalam menempuh maqamat.
Maqam diusahakan, sementara hal tidak. Maqam
sifatnya tetap dan permanen, sedangkan hal tidak
tetap, datang dan pergi.Dalam macamnya, terdapat
beberapa macam Ahwal yang diantaranya,
Muraqabah, Qurb, Mahabbah, Khawf, Raja,
Syawq, Uns, ThumaNinah, Musyahadah, Yaqin
yang dimana pada setiap macamnya memiliki
tingkatan masing-masing.
Untuk mendapatkan atau memperoleh hal
perlu dilakukan suatu usaha, tidak hanya berdiam
diri saja. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
memperoleh hal tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai macam upaya, diantaranya dzikir (amalan
yang kita lakukan setiap hari dan datangnya dari
diri kita, baik dari pemikiran dan pengelihatan
batin kita terhadap amalan-amalan itu), meminta
pertolongan hanya kepada Allah SWT, sholat

133
(suatu bentuk pengabdian seorang hamba kepada
Allah yang pengejaannya dimulai dengan takbiratul
ikhrom dan diakhiri dengan salam serta dengan
tidak lupa memperhatikan rukun-rukun, syarat-
syarat, dan tata cara yang telah ditentukan), dengan
mengingat Allah orang bisa merasakan kelezatan
atau ketenangan hidupnya, dan Mengoreksi
kesalahan pada diri sendiri, dsb. Beberapa contoh
di atas merupakan implementasi dari akhwal di
dalam kebudayaan Tasawuf yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

134
THARIQOH DALAM SUFI
Oleh : Ahmad Sudibyo dkk

A. PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang Haq yang tidak di
ragukan lagi kebenarannya. Islam juga merupakan
agama rahmatan lil alamin yang merohmati
semua orang muslim agar bisa berjalan lurus untuk
mencapai ridho Allah taala. Berbagai hukum telah
tertuliskan di kitab suci Al-Quran dan Hadits guna
membimbing para mukalaf agar berakhlak mulia
sesuai petunjuk Allah dan Rosullullah SAW.
Berbagai jalan bisa di tempuh agar bisa
mendekatkan diri kepada sang Ilahi. Hanya dengan
ilmu lah kebenaran yang Hakiki bisa terlihat. Tata
cara kehidupan rohani tersebut kemudian tumbuh
berkembang dikalangan masyarakat Muslim, yang
pada akhirnya menjadi disiplin keilmuan tersendiri,
yang dikenal dengan sebutan ilmu Tasawuf.
Sejak munculyna Tasawuf Islam di akhir
abad kedua hijriyah, sebagai munculnya istilah
Thoriqoh yang tampilan bentuknya berbeda dan
sedikit demi sedikit menunjuk pada suatu yang
tertentu, yaitu sekumpulan aqidah-aqidah, akhlaq-

135
akhlaq dan aturan-aturan tertentu bagi kaum Shufi.
Thoriqoh adalah salah satu amaliyah keagamaan
dalam Islam yang sebenarnya sudah ada sejak
jaman Nabi Muhammad SAW. Jalan untuk
mencapai kebenaran yang hakiki bisa di tempuh
melalui ajaran-ajaran yang telah di contohkan oleh
para kekasih Allah salah satunya melalui thoriqoh-
thoriqoh mereka. Dengan berniat mengamalkan
thoriqoh melalui wasilah para kekasih Allah kita
bisa mengetahui kebenaran yang hakiki,menjauhi
segala maksiat dan senantiasa menerapkan
akhlakul karimah. Bahkan, perilaku kehidupan
beliau sehari-hari adalah paktek kehidupan rohani
yang dijadikan rujukan utama oleh para pengamal
thoriqoh dari generasi ke generasi sampai kita
sekarang.

B. PENGERTIAN THARIQOH
Istilah thoriqoh berasal dari kata At Thoriq
yang berarti jalan, keadaan, kepada hakikat.
Berikut pengertian thoriqoh menurut para ahli :
1. Harun Nasution
Thoriqoh adalah jalan yang harus di
tempuh seorang sufi dalam tujuan sedekah

136
mungkin dengan Tuhan. Thoriqoh kemudian
mengandung arti organisasi, setiap thoriqoh
mempunyai syekh, upacara ritual dan bentuk
zikir sendiri.
2. Hamka
Diantara makhluk itu ada perjalanan
hidup yang harus ditempuh Inilah yang kita
katakan thoriqoh.
3. H. Abu Bakar Atjeh
Thoriqoh artinya jalan, petunjuk
dalam melaksanakan suatu ibadat sesuai
dengan ajaran yang ditentukanan
dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh
sahabat dan tabiin, turun-temurun sampai
kepada guru-guru, sambung menyambung.
Dari pendapat di atas dapat diambil
pengertian thoriqoh sebagai berikut yaitu
sebagai hasil pengalaman dari seorang sufi
yang diikuti seorang murid, yang dilakukan
dengan aturan atau cara tertentu dan
bertujuan untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Dalam perkembangannya thoriqoh itu
kemudian digunakan sebagai nama
kelompok mereka yang menjadi pengikut
137
bagi seseorang syekh yang mempunyai
pengalaman tertentu dalam cara
mendekatkan diri kepada Allah.

C. SEJARAH MUNCULNYA THARIQOH


Tarekat yang pada mulanya merupakan
perkumpulan orang sufi yang berdiri secara
spontan dan tanpa ikatan, berkembang menjadi
organisasi sufi populer yang mempunyai peraturan-
peraturan tertentu dan menjadi jaringan yang
sangat luas dan terbesar di berbagai wilayah dunia
islam. Hingga sekarang jumlah tarekat lebih dari
200 buah. Berikut ini akan diuraikan lebih rinci
mengenai beberapa tarekat terutama yang tersebar
cukup luas di Wilayah Nusantara.
Di antara tarekat yang mula-mula muncul
dan berkembang luas dalam perjalanan sejarah
Nusantara adalah tarekat Qadiriyah di Baghdad.
Tarekat ini dinisbahkan kepada Muhyidin Abdul
Wadir ibn Abi Salih Janki Daousti ((w. 1166M).
Tarekat yang lain adalah tarekat Rifaiyah di Asia
Barat yang didirikan oleh Syekh Ahmad Rifai (w.
1182); tarekat Sadziliyah di Maroko dengan
Nurrudin Ahmad bin Abdullah al-Syadzily (w.

138
1228) sebagai syekhnya. Dari Mesir
berkembang tarekat Badawiyah atau
Ahmadiyah yang didirikan oleh Syekh al-
Badawi (w. 1276). Sementara dari Asia
Tengah muncul tarekat al-Naqsabandiyah
didirikan oleh Muhammad bin Muhammad
Bahaudin al-Naqsabandi (w. 1317M). Selain itu,
bermunculan lagi tarekat lain seperti Bektasiyah di
Turki, dan Al-Tijaniyah di Afrika
Utara.Perkembangan sedemikian pesat menjadikan
tarekat menjadi jaringan sedemikian meluas dan
khas, menjadikan tarekat tidak semata-mata bisa
diterangkan dari perspektif motivasi beragama.85
Penyebaran Tarekat Syaththariyah, Tarekat
Rifaiyah yang bergerak perlahan melalui Aceh.
Dengan perhubungan antara Indonesia dengan
negara-negara Timur Tengah yang semakin lancar,
berbagai gerakan dan aliran tarekat lainnya juga
merembes dan menyebar di Indonesia, Seperti
Tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Syadziliyah,
dan lain-lain. Dalam masa penjajahan ternyata
gerakan-gerakan tarekat yang pada dasarnya

85
M. Muchsin Jamil,Tarekat dan Dinamika Sosial Politik
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal 53-54.
139
mengasingkan diri dan menyingkir mencari
ketenangan di pelosok-pelosok atau sudut-sudut
kota ini sewaktu-waktu ternyata cukup
menyusahkan dan selalu dicurigai oleh penguasa
penjajahBelanda, karena pemusatan kekuatan di
bawah bimbingan para guru yang di pandang
sebagai orang suci ini sewaktu-waktu bisa
mencetuskan pemberontakan dan perlawanan.
Pemberontakan Diponegoro yang cukup
menggegerkan dan membuat kalang kabutnya
pemerintah kolonial Belanda juga mendapat
dukungan kiai Maja.Pemberontakan di Cilegon
dimana Haji Wasid dengan Tarekat Qadiriyahnya
mengadakan perang jihad melawan pemerintah
Belanda tahun 1888, juga gerakan Tarekat
Akmaliyah yang dipimpin Kiai Nurhakim (1866
M) dan gerakan Haji Ahmad Ripangi di Kalisasak
(1855 M) cukup memusingkan para pengusaha
setempat.
Dalam masa perang kemerdekaan, para
pengikut tarekat tidak ketinggalan turut aktif ber-
jihad fisabilillah dan menggabungkan diri dalam
barisan-barisan Hisbullah dan lain-lainnya, Bahkan
guru-guru tarekat yang terkenal ahli ilmu

140
kekebalan banyak memainkan peranan
memberikansifat kandelbagi berkobarnya semangat
jihad fisabilillah. Di Jawa Tengah, misalnya,
berduyun-duyun rakyat pejuang datang kepada
Kiai di Parakan (Magelang) untuk meminta berkah
menambah daya magis pada senjata geranggang
mereka. Maka dalam masa itu para penganut
tarekat tetap giat mengembangkan ajaran mereka
masing-masing, dan bertindak sebagai gerakan
sosial keagamaan yang independen.86

D. AJARAN DASAR THARIQOH


Sebagai sebuah gerakan yang dimotivasi
oleh tujuan agama dalam rangka untuk
mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Tuhan.
Oleh karenanya, pengenalan akan sisi-sisi
kehidupan dunia tasawuf merupakan salah satu
pangkal ajaran olah rohani pada dunia tasawuf
adalah pengenalan akan nafsu yang melekat pada
diri manusia. Bahkan salah satu tujuan utama
mempelajari dan mengamalkan thariqot adalah
mengetahui perihal perihal nafsu dan sifat-sifatnya,

86
Ahmad Khalil,.Islam Jawa.Sufisme dalam Etika dan Tradisi
Jawa (Malang: UIN-Malang Press.2008). hal 31-32.
141
baik nafsu yang tercela (mazmumah) maupun nafsu
yang terpuji (mahmudah). Menurut Ismail bin
Sayid Muhammad Said al- Qadri nafsu dan
macamnya terbagi atas tujuh macam. Masing-
masing diidentifikasikan dengan tempat, keadaan
(sifat) wirid dan warna yang berbeda-beda.
Dari tujuh nafsu tersebut nafsu ammarah dan
nafsu lawwamah tergolong nafsu tercela
(mazmummah).
a. Nafsu ammarah bi al-su indikatornya ada
tujuh macam yaitu kikir, tamak, dengki, jahl
(bodoh), takabur, syahwal (hedonis),
pemarah (ghadab).
b. Adapun indikator nafsu lawwamah
berjumlah sembilan macam yaitu suka
mencerca (lem), mengumbar nafsu (hawa),
menipu, bangga dengan amalnya (ujub),
mengumpat, riya, zalim, dusta dan lupa
menginggat Allah SWT. Sifat-sifat tercela
ini harus diketahui kemudian diganti dengan
nafsu yang terpuji.

142
Berikut ini adalah sifat-sifat terpuji meliputi :87
a. Nafsu mulhamah dengan sifat-sifatnya
seperti pemurah, qanaah (nerima), hilm
(bijak), tawadlu (rendah hati), taubat, sabar
dan tahan uji (al-tahammul).
b. Nafsu radhiyah memilki ciri-ciri seperti
dermawan, zuhud, ikhlas, menjauhi syubhat
dan haram (wara), menggantikan perilaku
tercela dengan perilaku terpuji (riyadhah)
dan menempati janji (al wa-fa).
c. Nafsu mardiyah adalah berbudi luhur,
meninggalkan apa saja selain Allah, kasih
sayang kepada makhluk, mengajak pada
kebaikan, menggampuni kesalahan
sesamannya, mencintai sesama untuk
melepaskan sifatnya yang tercela dan
memasukkannya kepada perilaku terpuji.
d. Nafsu kamilah, meliputi tiga ciri yaitu ilmu
al-yaqin, ain al-yaqin dan haq al-yaqin.
Thariqoh berupaya untuk mengendalikan
nafsu tercela (madzmummah) dan degan

87
M. Muchsin Jamil,Tarekat dan Dinamika Sosial Politik
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)

143
meningkatkan nafsu terpuji (mahmudah) untuk
mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah
SWT. Namun demikian untuk mencapai kedekatan
kepada Allah para pelaku thariqoh harus
menempuh perjalanan panjang. Rumusan mengenai
tahap-tahap perjalanan rohani antara satu thariqot
memiliki persamaan dan perbedaan. Untuk satu
thariqot tertentu terkadang juga merupakan
gabungan dari dua atau lebih ajaran unsur tahriqoh.
Secara garis besar, perjalanan rohani itu
dirumuskan dengan tiga tahapan yakni takhali,
tahali dan tajali. Namun demikian perjalanan
rohani yang dirumuskan oleh para sufi. Tahap-
tahap perjalanan ini sebagai maqom (stage atau
station) yang tidak lain merupakan evolusi tahap-
tahap peningkatan rohani.88

E. TOKOH-TOKOH DAN AJARAN THARIQOH


1. Thoriqoh Qodiriyah
a. Sejarah Thoriqoh Qodiriyah
Thoriqoh Qodiriyah didirikan
oleh Syeikh Muhyidin Abu

88
Ibid, M. Muchsin Jamil,Tarekat dan Dinamika Sosial Politik,
hlm. 61
144
Muhammad Abdul Qodir Jailani al-
Baghdadi pada tahun 1180/1669
M.Thoriqoh ini berpusat di Irak dan
Syiria serta berkembang sejak abad
XIII M.Namun Thoriqoh Qodiriyah
berkembang di dunia sejak abad XV
M.Syeikh Abdul Qodir Jailani lahir
pada tahun 470 H/1077 M di Desa
Naif Kota Gilan, terletak 150 Km
timur laut Baghdad.Beliau lahir dari
seorang ibu yang sholihah bernama
Fatimah Binti Abdullah ash-Shamai
al-Husayni. Ketika melahirkan Abdul
Qodir Jaelani beliau sudah berumur 60
tahun yang tidak lazim bagi seorang
perempuan untuk melahirkan.Ayahnya
bernama Abu Sholih. Jauh hari
sebelum kelahiranya, ayahnya
bermimpi bertemu Nabi Muhammad
SAW dan para sahabat.89
Silsilah atau keturunan nasab
beliau adalah Syeih Abdul Qodir al-

89
Mushthofa, Aris dan Handono.Meneladani Akhlak 2.(PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri:Solo.2013).hal 4.
145
Jailani bin Abi Sholih bin Musa bin
Janki Dusat ( Janka Dusat ) bin Abi
Abdillah bin Yahya az-Zahid bin
Mihammad bin Dawud bin Musa bin
Abdullah al-Mahdi bin Hasan al-
Musanna bin Hasan as-Sibthi bin Ali
bin Abi Tholib dan Fatimah az-zahroh
binti Rosullullah SAW. Syeikh Abdul
Qodir Jailani meninggal di Baghdad
pada tahun 561 H/1166 M. Beliau
adalah wali terbesar yang di beri
wewenang untuk menolong manusia
lain. Lebih dari itu beliau adalah wali
yang di kagumi dan di cintai
masyarakat bahkan setiap upacara-
upacara keagamaan semua orang
mengirimkan hadiah al-fatikhah untuk
beliau.90
b. Ajaran dan Praktiknya
Ajaran mendasar Syeikh Abdul
Qodir al-Jailani tidak berbeda dengan
ajaran pokok Islam, terutama

90
Ibid, Mushthofa, Aris dan Handono.Meneladani Akhlak, hal
4-5.
146
golongan Ahlush Shunah wal
Jamaah. Syeikh Abdul Qodir al-
Jailani Menghargai para pendiri
madzab fiqih yang empat dan teologi
Asyariah. Adapun bentuk dan
karakter Thoriqoh Qodiriyah adalah
tauhid, sedangkan pelaksaannya tetap
menempuh jalur syariat lahir dan
batin. Adapun ajarannya adalah
sebagai berikut: Taubat, Sabar,
Zuhud, Ridho, Tawakal, Jujur, dan
Syukur.
2. Thoriqoh Syadziliyah
a. Sejarah Thoriqoh Syadziliyah
Thoriqoh Syadziliyah didirikan
oleh Abu al-Hasan Asy-Syadzili,yang
selanjutnya nama Thoriqoh ini di
nisbahkan kepada nama beliau.
Thoriqoh Syadziliyah lahir di Maroko
pada tahun 1258 H. Thoriqoh ini
Merupakan salah satu ajaran sufistik
yang memiliki pengikut yang sangat
banyak. Silsilah nasab Syeikh Abu
Hasan Asy-Syadzili adalah Ali bin

147
Abdullah bin Abdul Jabbar bin Yusuf
bin Ward bin Baththal bin Ahmad bin
Muhammad ni Isa bin Muhammad bin
Hasan bin Ali bin Abi Tholib Suami
Dari Fatimah az-Zahroh putri
Rosullullah SAW. Thoriqoh ini sudah
banyak menyebar di berbagai negara
antara lain Afrika Utara, Mesir,
Kenya, Tanzania, Timur-tengah,dan
Sri Langka bahkan telah merambah
benua Amerika.91
b. Pandangan Hidup Thoriqoh
Syadziliyah
1) Tidak menganjurkan pada para
pengikutnya untuk
meninggalkan profesinya
2) Tidak mengabaikan dalam
menjalankan syariat Islam
3) Zuhud tidak berarti harus
menjauhi dunia karena pada
hakikatnya zuhud adalah

91
Op.cit, Mushthofa, Aris dan Handono.Meneladani Akhlak
2,hal 15
16.
148
mengosongkan hati dari selain
Allah
4) Tasawuf
As-Syadzili lebih menekankan
pada riyazah al-qulub tanpa
menekankan adanya latihan
yang berhubungan dengan fisik
atau di sebut musaqqoh al-
abnan,misalnya menekankan
senang ( al-farh ), rela ( ar-ridho
), dan selalu bersyukur ( asy-
Syukur ) atas nikmat Allah.
3. Thoriqoh Naqsabandiyah
a. Sejarah Thoriqoh Naqsabandiyah
PendiriThoriqohNaqsabandiyah
adalah Muhammad bin Muhammad
Bahauddin al-Uwaisi al-Bukhari
Naqsabandi.Beliau lahir pada tahun
717 H/1318 M di sebuah desa yang
bernama Qashrul Arifah, lebih kurang
4 mil dari Bukhara tempat lahir Imam
Bukhari.Tokoh yang paling menonjol
dalam perkembangan Thoriqoh ini
adalah Abaidillah Ahrar.Ajaran

149
Thoriqoh Naqsabandiyah ini di
Indinoseia pertama kali i perkenalkan
oleh Syech Yusuf al-Makasari pada
tahun (1626-1699.Sebagaimana di
debutkan di bukunya Safinah an-
Najah yang mendapat ijazah dari Yech
Naqsabandiy yaitu Muhammad Abdul
Baqi di yaman dan mempelajari
Thoriqoh ini di Mekah dengan
bimbingan Syech Ibrahim al-Kuraini.
b. Ajaran Thoriqoh Naqsabandiyah
1) Husy bar dam,sadar waktu
bernafas. Suatu latihan
kosentrasi seseorang harus
menjaga diri dari ke khilafan
dan kelupaan ketika keluar
masuknya nafas.
2) Nazar bar qodam, menjaga
langkah seorang murid yang
sedang menjalani khalwat suluk
jika berjalan haru menundukan
kepala dan melihat ke arah kaki.
3) Safar bar wathan, melakukan
perjalanan ke tanah

150
kelahirannya . Melakukan
perjalanan batin dengan
meninggalkan segala bentuk
ketidak sempurnanya sebagai
manusia menuju ksadaran akan
hakikatnya sebagai makhluk
mulia.
4) Yazkara, ingat atau menyabut
. Berzikir terus menerus
mengingat Allah,baik zikir ism
az-dzat ( menyebut nama Allah
) maupun dzikir nafi Isbat (
menyebut kalimat Laa Ilaha
Ilallah ).
c. Silsilah-Silah Guru Naqsabandiyah
1) Muhammad SAW
2) Abu Bakar Asy-Syidiq
3) Salman al-Farisi
4) Qasim bin Muhammad bin Abu
Bakar Asy-Syidiq
5) Jafar as-Siddiq
6) Abu Yazid Thaifur al-Busthomi
7) Abu al-Hasan al-Kharqani
8) Abu Ali al-Farmadhi

151
9) Abu Yaqub Yusuf al-Hamdani
10) Abdul Kholiq al-Gujdawani
11) Arif ar-Riwikari
12) Mahmud al-Anjir Faqwani
13) Azizan Ali ar-Ramitani
14) Muhammad Baba as-Samasi
15) Sayid Amir Kulali al-Bukhori
16) Muhammad Bahauddin an-
Naqsabndi
4. Thoriqoh Maulawiyah
a. Sejarah Thoriqoh Maulawiyah
Bagi para pecinta musik sufi,
nama Thoriqoh Maulawiyah cukup di
kenal. Maulawiyah merupakan
Thoriqoh yang berasal dari ajaran sufi
besar bernama Maulana Jalaluddin
Muhammad Rumi pada tahun 1273 H
di Turki. Thoriqoh ini menyebar luas
kebeberapa wilayah seperti Turki dan
Amerika Utara. Salah satu keunikan
pada praktek tata cara meditasinya
yaitu berputar-putar seperti menari
cukup lama. Upaya ini merupakan
bagian dari cara untuk mengingatkan

152
seseorang bahwa segala sesuatu
berawal dari putaran. Hidup
merupakan putaran dari tiada menjadi
ada dan sebaliknya.92
b. Ajaran Thoriqoh Mualawiyah
Thoriqoh Mulawiyah
mengimplikasikan tasawuf mereka
melalui bagian-bagian atau tahap-
tahap dalam sama, merupakan tarian
spiritual yang memiliki bagian-bagian
sebagai berikut :
1) Naat
Musik religius yang berisi
pujian terhadap Nabi
Muhammad SAW yang
disusun oleh Bahuriz Musthofa
Itri , tetapi puisinya adalah puisi
Rum.
2) Taksim
Sebuah impofisasi terhadap
maqam setiap atau mode, yaitu
konsep penciptaan musik yang

92
Loc.cit, Mushthofa, Aris dan Handono.Meneladani Akhlak
2,hal.18.
153
menentukan hubungan-
hubungan nada yang memiliki
kontur dan pola-pola musik.
3) Putaran Sultan Walad
Selama putaran ini,para
darwisy yang ikut pada bagian
putaran tari berjalan
mengelilingi sang samahane
(ruang upacara) tiga kali dan
menyapa satu sama lain di
depan pos (lokasi tempat
pemimpin tekke atau pemimpin
pemimpin upacar berdiri).
Setelah musik selesai kemudian
seorang hafiz membaca ayat-ayat Al-
Quran. Sama terus berlangsung
sampai bacaan Al-Quran di mulai.
Setelah selesai pimpin sama berdiri
dan mulai berdoa di depan syech.

F. UNSUR-UNSUR THARIQOH
1. Mursyid ( Guru )
Guru (Mursyid ) Dalam sebuah
thoriqoh, seorang Guru atau disebut syaikh

154
atau Mursyid memiliki peranan yang penting
bahkan mutlak. Ia tidak hanya menjadi
seorang pemimpin yang mengawasi murid-
muridnya dalam kehidupan lahir dan
pergaulan sehari-hari, agar tidak
menyimpang dari ajaran Allah dan
terjerumus dalam kegiatan maksiat, tetapi ia
merupakan pemimpin kerohanian yang
tinggi sekali kedudukannya dalam
thoriqoh.93
2. Murid (Murad)
Murid merupakan pengikut suatu
thoriqoh. Yaitu orang yang menghendaki
pengetahuan dan petunjuk dalam segala amal
ibadahnya. Murid tidak hanya berkewajiban
mempelajari segala sesuatu yang diajarkan
atau melakukan segala sesuatu yang dilatih
guru kepadanya, tetapi harus patuh kepada
beberapa adab dan akhlak yang ditentukan
untuknya, baik kepada guru, dirisendiri,
maupun orang lain.

93
Endah Suryani , Unrus Pokok dalam Tarekat, diakses dari
http://psikoterapitasawuf.blogspot.co.id/2011/04/unsur-pokok-
dalam-tarekat.html, pukul 20.15

155
3. Baiat (janji setia)
Baiat dalam bahasan thoriqoh
merupakan janji setia yang biasanya
diucapkan oleh calon salik dihadapan
Mursyid untuk menjalankan segala
persuaratan yang ditetapkan oleh seorang
mursyid dan tidak akan melanggarnya sesuai
dengan syariat Islam.
4. Silsilah ( Transmisi)
Jika para ulama merupakan pewaris
nabi yang mengajarkan ilmu lahir, maka
mursyid thoriqoh merupakan pewaris nabi
yang mengajarkan penghayatan keagamaan
yang bersifat batin. Oleh karena itu, Seperti
fungsi sanad dalam hadis, keberadaan
silsilah dalam thoriqoh berfungsi menjaga
validitas dan otentisitas ajara thoriqoh agar
tetap merujuk pada sumbernya yang
pertama, Rasulullah Muhammad Saw.
5. Dzikir
Salah satu bagian terpenting dalam
thoriqoh yang hampir selalu dikerjakan ialah
dzikir. Dzikir artinya mengingat kepada
Tuhan. Akan tetapi dalam mengingat kepada

156
tuhan, dalam thoriqoh dibantu dengan
berbagai macam ucapan, yang menyebut
nama Allah atau sifat-sifatnya, atau kata-kata
yang mengingat kepada Allah. Ahli tarekat
berkeyakinan, jika seorang hamba telah
yakin, jika lahir batinnya dilihat Allah dan
segala perbuatan diawasi Allah, dan
ucapannya di dengar Allah, segala niat dan
cita-cita di ketahui Allah, maka hamba itu
akan menjadi sorang yang benar, karena ia
selalu ada dalam keadaan memperhambakan
dirinya kepada Allah.94

G. KESIMPULAN
Dalam Aspek tasawuf untuk senantiasa bisa
mendekatkan diri kepada sang Khaliq memerlukan
kegiatan pembersihan diri dari segala unsur-unsur
yang di larang bahkan yang subhat sekaligus perlu
di perhatikan. Dalam kehati-hatian dalam

94
Ibid, Endah Suryani , Unrus Pokok dalam Tarekat, diakses
dari http://psikoterapitasawuf.blogspot.co.id/2011/04/unsur-pokok-
dalam-tarekat.html, pukul 20.15

157
mengerjakan sesuatu akan berpengaruh pada
kualitas hati kita. Salah satu langkah dalam
tasawuf untuk membantu mendekatkan diri adalah
melalui thoriqoh.
Thoriqoh adalah suatu jalan yang di tempuh
oleh salik untuk membersihkan hati agar bisa
mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui
ajaran Rasullulloh SAW dan dikerjakan oleh
sahabat dan tabiin, turun-temurun sampai kepada
guru-guru, dan sambung menyambung. Ada
banyak thoriqoh yang tersebar di dunia seperti
thoriqoh Qodiriyah, Syadiliyah, Naqsabandiyah,
dan Mawlawiyah dan masih banyak yang lain.
Masing-masing thoriqoh memiliki ajaran dan
amalanya masing-masing yang di ajarkan oleh
seorang mursyid atau Syech.

158
TELAAH DAN KRITIK AKHLAQ TASAWUF

Oleh : Asrowi, Afifudin, Umi, Gadis, Dita, Nurmalita

A. PENDAHULUAN
Realitas kehidupan manusia apabila
dicermati akhir-akhir ini telah mengalami
kejenuhan pada tingkat tertentu sehingga
mengakibatkan tindakan rasionalitas yang sangat
mustahil. Dengan memperhatikan peristiwa bunuh
diri masal atas nama agama serta fenomena
kekerasan misalnya. Dari kedua hal itu, bisa
dipahami bahwa kehidupan kemanusiaan
mengalami sebuah tantangan besar untuk
mempertahankan eksistensinya. Hal itu bukanlah
suatu ancaman melainkan realitas yang harus
disikapi dan dihadapi. Apabila diformulasikan
tantangan tersebut mengarah pada dua hal yaitu
krisis pemahaman agama dan krisis modernitas.
Tasawuf selalu menjadi persoalan menarik
baik dalam kerangka ajaran agama maupun
perkembangan kehidupan Islam. Dalam kerangka
agama, sufisme (tasawuf) dipersoalkan apakah
ajaran ini merupakan ajaran yang benar sesuai

159
dengan Al-Quran dan Al-Hadis, sedangkan dalam
kerangka yang kedua dipersoalkan apakah ia
membawa kemajuan atau justru membawa
kemunduran umat.
Proses lahirnya tasawuf dipengaruhi oleh
perkembangan politik pada awal sejarah Islam
dimana pada masa setelah pemerintahan
Khulafaurrasyidin, pemerintahan muslim jatuh
menjadi otoriter, bergelimang dengan kemewahan
harta benda dan kehidupan raja-raja yang tidak
Islami, hingga mendorong sebagian orang untuk
menjuahkan diri dari kehidupan duniawi yang
ditangani oleh pemerintah dan menempuh jalan
sufistik dengan sibuk beribadah dan berzikir. Itu
sebababnya timbul kesan seoalah-olah sufi
meninggalkan hidup duniawi. Padahal mereka
hanya ingin menjauhkan diri dari pemerintah yang
korup, otoriter dan mengabaikan nilai-nilai Islami
tersebut. Tradisi dan praktek kerohanian ini
merupakan fenomena umum dalam kehidupan
generasi salaf, yang mana pada abad ke-2 H dan
sesudahnya ketika penghidupan duniawi makin
marak maka orang-orang yang lebih berkonsentrasi
pada ibadah dan menjauhi kehidupan duniawi

160
(zahid) diberi sebutan khusus dengan istilah sufi
atau mutassawifin.

B. TELAAH DAN KRITIK AKHLAK TASAWUF


Menurut Imam al-Ghazali, akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Tasawuf adalah sebuah usaha seorang manusia
untuk mendekatkan dirinya kepada Allah melalui
pensucian jiwa, hidup sederhana, memperbanyak
ibadah dan ketaqwaan serta riyadhah sehingga
tercapai marifatillah dan mendapat ridha-Nya.
Berdasarkan pengertian akhlak dan tasawuf di atas
maka dapat disimpulkan bahwa akhlak tasawuf
adalah ilmu yang mempelajari usaha seorang
hamba untuk dapat sedekat mungkin dalam
mengenal Rabbnya melalui berbagai macam
riyadhah, pensucian diri, dan amalan sehingga
membentuk perilaku yang diridhai-Nya.95
Sumber ajaran tasawuf Islam dapat dilacak
dari perilaku Nabi Muhammad Saw. Sebelum

95
Hermawan Agus, Pengantar Akhlak Tasawuf 1, (Kudus:
Yayasan Hj. Kartini, 2016), hal. 2
161
diangkat menjadi Rasul, beliau sering berkhalwat
di Gua Hira. Di sana beliau banyak berdzikir dan
bertafakkur dalam rangka mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Puncak kedekatan Nabi Muhammad
dengan Allah SWT. diperlihatkan ketika
melakukan Isra Miraj, di mana Nabi Muhammad
sampai di hadirat Ilahi dan berdialog dengan-Nya.
Pribadi Nabi juga dikenal sebagai orang yang
zuhud, sederhana dan tidak pernah terpesona oleh
kemewahan duniawi.
Pola hidup sederhana, zuhud, jujur serta rajin
beribadah yang pada akhirnya berbuah akhlak yang
mulia pada diri Rasulullah telah menarik simpati
para sahabat. Maka muncullah sebutan ahlus-
Shuffah (sebutan bagi para sufi yang tinggal di
serambi Masjid Nabawi untuk beribadah kepada
Allah). Beberapa tokoh zahid dari kalangan sahabat
adalah khulafaurrasyidin, Salman al-Farisi, Abu
Dzar al-Ghifari,Ammar bin Yasr, Hudzaifah bin
Yaman, dan masih banyak lagi. Tidak hanya dari
kalangan sahabat, dari kalangan tabiin pun dapat
dijumpai orang-orang yang dapat dijadikan rujukan
sebagai perintis tasawuf dalam Islam. Mereka
diantaranya adalah Said bin Musayyab ( 15-94

162
H.). Ia dikenal sebagai orang yang ahli dalam
bidang hadits, fikih serta tekun beribadah, zuhud
dan berakhlak mulia.96
Akhlak tasawuf memiliki bidang garap dan
ruang lingkup yang meliputi akhlak terhadap Allah
SWT dan akhlak terhadap makhluk lainnya dengan
cara menata hati sehingga segala ucapan, sikap, dan
tindakannnya adalah semata-mata ibadah karena
Allah SWT dengan memperteguh aqidah dan
bersandarkan pada syariat Islam. Akhlak tasawuf
dalam kehidupan modern sekarang ini bukan
berarti diterapkan dengan mengasingkan diri di goa
atau beritikaf sehari penuh di dalam masjid tanpa
bekerja melainkan akhlak tasawuf sekarang ini bisa
diterapkan dengan tetap bekerja seperti biasa, yakni
dengan cara mengosongkan hati, menyucikan jiwa
dari berbagai keduniawian yang berlebihan.
Beberapa nilai tasawuf yang bisa diamalkan
dalam kehidupan modern adalah:
1. Mengamalkan akhlak karimah seperti taubat,
zuhud, fakir, sabar, syukur, rela dan tawakal
(maqamat tasawuf).

96
Nata Abuddin, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan
Guru-Murid, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001), hal. 15
163
2. Selalu menghiasi ahwal seperti musahabah
dan muroqobah (waspada dan mawas diri),
hub (cinta), khauf wal raja (berharap dan
takut), syauq (rindu) dan intim (uns).
3 Membiasakan riyadhah, tafakur, tazkiyatu
nafs,dan dzikrullah.97
Pandangan sufi klasik yang anti dunia
dimana orang orang mengarahkan dirinya hanya
untuk memenuhi tuntutan rohnya lalu
menggunakan waktu siangnya untuk puasa dan
malamnya untuk shalat, sepanjang umurnya untuk
merenung semata sambil mengikari halhal dari
hidup duniawi dengan tujuan agar potensi
rohaniahnya menjadi kuat, merupakan pandangan
tasawuf yang salah dan merupakan pengingkaran
terhadap perintah Allah. Manusia untuk mencapai
keahiratannya tidak serta merta meninggalkan
keduniwiannya. Seperti halnya uzlah bukan berarti
melakukan pengasingan diri dari keramaian urusan
dunia melainkan tetap melibatkan diri dalam
masyarakat. Karena uzlah tidak bermakna fisik.
Masalah tasawuf yang perlu ditinjau kembali
adalah masalah wihdatul wujuh yang mana

97
Hermawan Agus, Pengantar Akhlak Tasawuf ...........hal. 11
164
manusia tersebut meyakini bahwa sifat-sifat
ketuhanan telah melekat dalam dirinya, sehinga
menjadikan manusia tersebut merasa bahwa dirinya
lah Tuhan. Dengan demikian manusia tersebut
merupakan golongan orang musyrik.

C. TELAAH DAN KRITIK NALAR IRFANI


Secara bahasa kata irfani merupakan bentuk
mashdar dari kata arafayang artinya makrifat,
ilmu pengetahuan. Kata tersebut kemudian lebih
dikenal sebagai istilah mistis yang bermakna
pengetahuan tentang Tuhan. Pokok bahasan dalam
studi Islam yang masuk dalam rumpun irfani
meliputi akhlak dan tasawuf.98
Pengetahuan irfani dapat dicapai melalui tiga
tingkatan. Pertama, tahap membersihkan diri dari
ketergantungan terhadap dunia. Kedua, ditandai
dengan pengalaman-pengalaman eksklusif
menghampiri dan merasakan pancaran nur ilahi.
Ketiga, ditandai dengan perolehan pengetahuan
yang seolah-olah tidak terbatas dan tidak terikat

98
Nasir Muhammad, Konsep Tasawuf Irfani,
http://muhammadnasirspdi.blogspot.co.id/2015/03/konsep-tasawuf-
irfani-implikasinya-di.html?m=1, diakses pada 30 September 2016,
pukul 14.30
165
oleh ruang dan waktu. Misalnya, pengalaman
Rasulullah dalam menerima wahyu Al-Quran.99
Implikasi dari pengetahuan irfani dalam
konteks pemikiran keislaman adalah menghampiri
agama pada tataran subtantif dan esensi
spiritualitasnya, serta mengembangkannya dengan
penuh kesadaran akan adanya pengalaman
keagamaan orang lain yang berbeda. Pengetahuan
irfani digali dari realitas kesadaran diri yang dalam
bahasa tasawuf disebut kasyf. Metode yang
dilakukan untuk menanggapi pengetahuan tersebut
adalah lewat riyadhah . Pendekatan irfani banyak
dimanfaatkan dalam takwil Al-Quran yang
merupakan upaya mendekati lafz-lafz Al-Quran
lewat pemikiran yang berasal dari dan berkaitan
dengan warisan irfani yang sudah ada sebelum
Islam, dengan tujuan untuk menangkap makna
batinnya.100

99
Kurdi Muhammad, Pendekatan Bayani Burhani dan Irfani
dalam Ranah Ijtihadi Muhammadiyah, diakses melalui
http://muhammad-kurdi.blogspot.co.id/2008/10/pendekatan-bayani-
burhani-dan-irfani.html?m=1, diakses pada 30 September 2016, pukul
14.00
100
Kholish Nurul, Nalar Irfani Dalam Kancah Problema di
Indonesia, http://dokumen.tips/documents/nalar-irfani-dalam-
kancah-problema-di-indonesia.html, diakses pada 30 September
2016, pukul 14.31
166
Dalam bidang akhlaq, nalar irfani sangat
berperan dalam penyusunan kitab-kitab seperti
kitab izbah al-nasyiin karya Syekh Musthafa al-
Ghalayani. Irfani tidak diperoleh berdasarkan
analisis terhadap teks, akan tetapi dari hati nurani
yang suci, sehingga Tuhan menyingkapkan sebuah
pengetahuan. Kami rasa kalau hanya dengan
menganut hati nurani masih kurang tepat, karena
hati dapat dipengaruhi oleh bisikan setan sehingga
dibutuhkan dasar-dasar yang lain.
Untuk mencapai pengetahuan irfani melalui
tahap yang kedua dan ketiga, ditandai dengan
pengalaman-pengalaman eksklusif menghampiri
dan merasakan pancaran nur dan ditandai dengan
perolehan pengetahuan yang seolah-olah tidak
terbatas dan tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Pancaran nur itu yang merasakan hanya orang yang
mendapat pancaran tersebut apabila kejadian
tersebut diberitakan ke orang lain maka akan sulit
untuk dipercaya. Tahap inilah yang kurang sesuai
dengan Islam saat ini karena sangatlah sulit untuk
diterima oleh akal dan panca indra manusia.

167
D. TELAAH DAN KRITIK TAREKAT
Tarikat atau tarekat berasal dari lafazh Arab
thoriqoh artinya jalan. Dimaksudkan sebagai jalan
menuju Tuhan, ilmu batin dan tasawuf. Perkataan
tarekat (jalan bertasawuf yang bersifat praktis)
lebih dikenal ketimbang tasawuf, khususnya dalam
kalangan para pengikut awam. Tarekat tidak
membicarakan filsafat tasawuf, tetapi merupakan
amalan (tasawuf) atau prakarsanya. Pengalaman
tare kat merupakan suatu kepatuhan secara ketat
kepada peraturan-peraturan syariat Islam dan
mengamalkannya dengan sebaik-baiknya, baik
yang bersifat ritual maupun sosial, yaitu dengan
menjalankan praktik-praktik dan mengerjakan
amalan yang bersifat sunnah, baik sebelum maupun
sesudah sholat wajib dan mempraktikan riyadhoh.
Para kyai yang biasa mengamalkan amalan-amalan
tersebut menganggap dirinya sebagai ahli
101
tarekat.
Dalam perkembangan lebih lanjut, tepatnya
sekitar abad ke-11 dan ke-12 M, tasawuf sunni
mengambil bentuk praktis yaitu tarekat (thariqoh).

101
Jaiz Hartono Ahmad, Tarekat Tasawuf Tahlilan dan
Maulidan, (Solo: Wacana Ilmiah Press, 2006, hal. 23)
168
Sementara itu bersamaan dengan munculnya
tarekat sufi, dari corak tasawuf ekstrim (Al-
Shubah Al-Ahrar) dan memiliki kecendrungan
pemikiran filosofis spekulatif dan perenungan
intuitif spekulatif selanjutnya berkembang kearah
terbentuknya tasawuf falsafi. Pada abad ke-13
kedudukan tarekat pada saat itu sama dengan partai
politik. Bahkan, banyak tentara juga menjadi
anggota tarekat. Akan tetapi, pada saat itu telah
terjadi penyelewengan didalam tarekat-tarekat,
antara lain penyelewengan yang terjadi dalam
paham wasilah, yakni paham yang menjelaskan
bahwa permohonan seseorang tidak dapat
ditujukan langsung pada Allah, tetapi harus melalui
guru, guru ke gurunya, terus demikian sampai
kepada syekh, baru dapat bertemu atau
berhubungan dengan Allah.
Para pembaharu dalam dunia Islam seperti
Jamaluddin AL-Afgani, Muhammad Abduh, dan
Rasyid Rida melihat bahwa tarekat bukan hanya
mencemarkan paham tauhid, tetapi juga membawa
kemunduran bagi umat Islam. Oleh karena itu,
pada abad ke-19 mulai banyak pemikiran yang
sinis terhadap tarekat dan juga tasawuf. Akibat

169
penyimpangan-penyimpangan tersebut timbullah
kritik pedas terhadapnya. Banyak orang menentang
dan meninggalkan tarekat dan tasawuf. Akan tetapi
pada akhir-akhir ini perhatian kepada tasawuf
timbul kembali karena dipengaruhi oleh paham
materialism. Orang-orang barat melihat bahwa
materialism memerlukan sesuatu yang besifat
rohani sehingga banyak orang yang kembali
memperhatikan tasawuf.
Ulama dan ilmuan Indonesia yang gigih
meluruskan bahkan membantah keras tentang
tarekat diantaranya HSA Al-Hamdani dari
Pekalongan, JawaTengah dengan bukunya:
1. Bantahan Singkat terhadap Kelantjangan
Pembela Tashawuf dan Tarekat, 1972.
2. Sorotan-sorotan terhadap Kitab-Kitab Wirid-
Dzikir-Hizb Doa dan Sholawat.
3. Sanggahan terhadap Tashawuf dan Ahli
Shufi dan Sorotan terhadap Kisah Maulid,
Nifshu Syaban, Manakib Sjaih AK
Djailany.
Sanggahan lain juga ditulis oleh Drs.
Yunasril Ali, dengan judul Membersihkan
Tashawwuf dari Syirik, Bidah, dan Khurafat,

170
menjelaskan bahwa masing-masing tarekat itu
merumuskan amalan-amalannya sendiri, sehingga
antara satu dengan yang lain saling berbeda cara
amaliahnya.102
Koreksi (dari Drs. Yunasril Ali), di dalam
Al-Quran didapati kata thoriqoh dan musytaqnya
(pecahan kata yang berasal dari thoriqoh) di
beberapa tempat yaitu:
1. QS. Al Ahqof (46) : 30
Mereka berkata: "Hai kaum kami,
Sesungguhnya kami Telah mendengarkan Kitab
(Al Quran) yang Telah diturunkan sesudah Musa
yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya
lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada
jalan yang lurus.

2. QS. An-Nisa : 168




"$
Sesungguhnya orang-orang yang kafir
dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali tidak
akan mengampuni (dosa) mereka dan tidak
(pula) akan menunjukkan jalan kepada mereka.

102
Jaiz Hartono Ahmad, Ibid, ............................................hal 30
171
3. QS. An-Nisa : 169
" 2 " 5 6 7 8 9
* + , -


Kecuali jalan ke neraka jahannam;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. dan
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

4. Al-Jinn : 11
"7 - " 7? @ A
=
< 9 " 7? "
Dan Sesungguhnya di antara kami ada
orang-orang yang saleh dan di antara kami ada
(pula) yang tidak demikian halnya. adalah kami
menempuh jalan yang berbeda-beda.

Dari kata thoriqoh dan musytaqnya yang


terdapat dalam Al-Quran tersebut tidak satu pun
yang menunjukkan kepada tarekat yang di
propagandakan oleh penganutnya. Jika benar
bahwa yang dimaksud dengan thoriqoh di dalam
ayat-ayat itu penjelasan dari Al-Quran dan as-
sunnah yang sesuai dengan cara yang ditentukan
oleh Rosul kepada para sahabatnya, maka tarekat
seperti ini termasuk sunnah filiyah dan dapat
diterima.103
Bantahan lain juga datang dari Abdul Qodir
Jaelani, dai dari Bogor Jawa Barat dengan

103
Jaiz Hartono Ahmad, Ibid, ............................................hal.35
172
tulisannya yang berjudul Koreksi terhadap
Tasawuf. Juga bantahan-bantahan yang ditulis
dalam tanya jawab, misalnya oleh Ustadz Umar
Hubeis dalam kitabnya Adawata.104

E. KESIMPULAN
Keberadaan tasawuf menjadi alternatif dalam
menyikapi banyaknya fenomena krisis spiritualitas
dan krisis modernitas. Penerapan nilai-nilai tasawuf
yang terealisasi dalam bentuk akhlak tasawuf
menjadi usaha seorang hamba untuk mendekatkan
dirinya kepada Allah. Melalui pendekatan irfani
dan jalan tarekat seseorang berusaha untuk
mengenal Rabbnya. Namun dalam praktiknya
terdapat penyelewengan-penyelewengan yang
menodai praktik tasawuf itu sendiri dan akhirnya
menuai berbagai kritik.

104
Jaiz Hartono Ahmad, Ibid,............................................hal. 30
173
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata,MA.2000.Akhlak Tasawuf.Jakarta:PT.


Raja Garfindo Persada.
Ahmad Amin.1995.ETIKA Ilmu Akhlak.Jakarta: PT.
Bulan Bintang.
Ahmad Khalil,.Islam Jawa.Sufisme dalam Etika dan
Tradisi Jawa (Malang: UIN-Malang Press.2008)
Ali,Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2001),cet. 11,
hal.353
Armstrong, Amatullah. 1996. Kunci Memasuki Dunia
Tasawuf. Bandung :Mizan.
Armstrong, Amatullah. 1996. Kunci Memasuki Dunia
Tasawuf. Bandung :Mizan.
Bagir, Haidar. 2005. Buku Saku Tasawuf Positif.
Bandung: Mizan Pustaka dan IIman. Hal, 51
Bahri, Media Z. 2005. Menembus Tirai Kesendiriannya.
Jakarta :Prenada.
Bahri, Media Z. 2005. Menembus Tirai Kesendiriannya.
Jakarta:Prenada
Bimo Walgito.1990.Psikologi social.Yogyakarta: Andi
Offset.

174
Budiyono, Ahmad. 2012. Pengertian dan Tahap Maqamat
dan Ahwal. Diakses melalui
http://httpahmadbudiyonoblogspotcom.blogspot.co.
id/2012/04/pengertian-dan-tahapan-maqamat-dan-
ahwal.html?m=1. Pada tanggal 25 Oktober 2016,
pukul 19.51
Cahaya Biru, Studi Kritis Terhadap Aliran-aliran
Tasawuf. Diaksesmelalui
http://tapsikusuka.blogspot.com/2013/05/studi-
kritis-terhadap-aliran-aliran.html?m=1, pada
tanggal 1 Oktober 2016, pukul 14.27
Chittick, William C. 2002. Tasawuf di Mata Kaum Sufi.
Bandung: Penerbit Mizan. Hal, 75
Hadi Mutaman. 2010. Maqam-Maqam Sufi. Yogyakarta
:Al-Manar.Hal, 72
Hadi, Murtadho. 2012. Tiga Guru Sufi Tanah Jawa
(Wejangan-Wejangan Ruhani Abuya Dimyathi
Banten, Syaikh Romli Tamim Rejoso, Syaikh
Muslih Mranggen). Yogyakarta: Pustaka
Pesantren. Hal, 96
Hermawan,Agus. 2016. Pengantar Akhlak Tasawuf
1.Kudus:Yayasan Hj. Kartini.
http://ainunnajib1994.blogspot.co.id/2016/03/aliran-
aliran-dalam-tasawuf.html

175
http://arifindikromo.blogspot.co.id/2011/03/
http://konsultasi-hukum-online.com/2013/06/sejarah-
kelahiran-ilmu-tasawuf/
http://meilyfa.blogspot.co.id/2014/10/contoh-makalah-
akhlak-tasawuf.html
http://mohamadsyahidramdhani24.blogspot.co.id/2012
/11/pengertian-al-maqamat-dan-al-ahwal.html
http://mybarokahblog.blogspot.co.id/2015/02/tasawuf-
dalam-al-hadits-karya-inayatul
http://plosorejokuluwut.blogspot.co.id/2016/04/tasawuf-
dan-perkembangannya.html
http://psikoterapitasawuf.blogspot.co.id/2011/04/unsur-
pokok-dalam-tarekat.html
http://ulumulislam.blogspot.co.id/2014/04/nabi-
muhammad-saw-berkhalwat-di-gua-
hira.html#.WETpCl54Nck
Idianto M.2004. Sosiologi SMA Kelas X.Jakarta:
Erlangga.
Isa, Abdul Qadir. 2005. Hakekat Tasawuf. Jakarta: Qisthi
Press.
Isa, Abdul Qadir. 2005. Hakekat Tasawuf. Jakarta: Qisthi
Press.
Jaiz Hartono Ahmad. 2006. Tarekat Tasawuf Tahlilan dan
Maulidan. Solo: Wacana Ilmiah Press.

176
Kromo, Arifindi. 2011. Pengimplementasian Ahwal
Dalam Tradisi. Diakses melalui http://arifindi-
kromo.blogspot.co.id/2011/03/pengimplementasian
-ahwal-dalam-tradisi.html pada tanggal 24
September 2016 pukul 11.50
M. Muchsin Jamil,Tarekat dan Dinamika Sosial Politik
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam
Islam,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet. 3,
hal.221
Marzuki, Konsep Akhlak Islam, BAB 4 ,diakses melalui
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/
Dr.%20Marzuki,%20M.Ag./Dr.%20Marzuki,%20
M.Ag_.%20%20Buku%20PAI%20UNY%20-
%20BAB%2010.%20Konsep%20Akhlak%20Islam
.pdf. pada tanggal 10 september 2016 pukul 18:05
Matta,Anis,Membentuk Karakter Cara Islam, (Jakarta:
Al-Itishom, 2006), cet. 3, hal.14
Mubarok, El. 2009. Maqamat dalam Tasawuf.Diakses
melalui
http://elmubarok.blogspot.co.id/2009/12/maqamat-
dalam-tasawuf.html pada tanggal 7 September
2016 pukul 13.17)

177
Muhammad, Hasyim. 2002. Dialog Antara Tasawuf dan
Psikologi Telaah atas Pemikiran Psikologi
Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset. Hal, 25
Mushthofa, Aris dan Handono.Meneladani Akhlak 2.(PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri:Solo.2013)
Mustofa, 1997.Akhlak Tasawuf, Bandung: CV. Pustaka
Setia,
Nasir, Muhammad. Konsep Tasawuf Irfani. Diakses
melalui
http://muhammadnasirspdi.blogspot.co.id/2015/03/
konsep-tasawuf-irfani-implikasinya-di.html?m=1,
pada tanggal 30 September 2016, pukul 14.30
Nata, Abuddin.2001.Perspektif Islam Tentang Pola
Hubungan Guru-Murid. (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Nata,Abuddin, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), cet. 12,
hal.75-76
pengimple mentasian-ahwal-dalam-tradisi.html
Ramdhani, Mohammad S. 2012. Pengertian al-Maqamat
dan al-Ahwal.diakses melalui http://mohammad-
syahid-
ramdhani24.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-al-

178
maqamat-dan-al-ahwal.html pada tanggal 22
September 2016 pukul 09.25
Ratu Sabdo Pandito. 2013. Maqam Wara, zuhud, dan
faqr.Diaksesmelaluihttp://arwaniilyas.blogspot.co.i
d/2013/12/maqam-wara-zuhud-dan-faqr.html?m=1.
(Diakses 25 Oktober 2016 pukul 21.11
Rochman, Abdul. Maqam Ridha. Diakses melalui
http://www.academia.edu/6409432/Maqam_ridha.
pada tanggal 25 Oktober 2016 pukul 19.23
Rohman, Fatkhur. Pengertian Tentang Tasawuf.
Diaksees melalui
http://fatkhurrohman.weebly.com/pengertian-
tentang--tasawuf.html, pada tanggal 22 September
2016 pukul 10.32
Rosihan Anwar.2010.akhlak Tasawuf.CV.Pustaka Setia.
Saebani,Beni Ahmad dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), cet. 1, hal.200
Simuh, et,al. 2001. Tasawuf dan Krisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI). Hal, 41
Simuh,dkk. Tasawuf dan Krisis (Pustaka
Pelajar:Semarang,2001).
Siroj, Said Aqil. 2015. Maqam Dalam Tasawuf. Diakses
melalui
http://sunnahsunni.blogspot.co.id/2015/01/maqom-

179
dalam-tasawuf.html?m=1. Pada tanggal 14
September 2016 pukul 18.25
Solang, Visal. Dasar-Dasar Al-Quran dan Al-Hadits
Tentang Akhlak Tasawuf. Diakses melalui
http://www.academia.edu/9210383/DASARDASA
R_AL-QURAN_AL-HADITS_TENTANG-
AKHLAKTASAWU. pada tanggal 21 September
2016, pukul 21.21
Sudirman Tebba. Tasawuf Positif (Kencana:Bogor,
2003).
Syukur, Amir.1997.Zuhud di Abad Modern. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Wadhifaty. 2014. Maqamat Dalam Tasawuf. Diakses
melalui
http://nurussubahah.blogspot.co.id/2012/05/maqam
at-dalam-tasawuf.html, pada tanggal 7 September
pukul 13.08
Yalid, Kurnia. 2016. Makalah akhlak Tasawuf : Maqamat
dan Ahwal dalam Tasawuf
Zahr, Mustafa. 1979. Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu
Zakiat Daradjat, dkk.2000.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta:
PT. Bumi Aksara

180

Anda mungkin juga menyukai